[BUKA MATA 4] Asy Syaikh Rabi’, Asy Syaikh Muhammad bin Hadi & Asy Syaikh Abdullah Al Bukhari -Hafizhahumullah- Tahu Persis Siapa Dzulqarnain!!

Bismillahirrohmanirrohim. o

Buka Mata 4 Syaikh Rabi Syaikh Muhammad dan Syaikh Bukhari Tahu Persis Siapa Dzulqarnain

ASY SYAIKH RABI’, ASY SYAIKH MUHAMMAD BIN HADI & ASY SYAIKH ABDULLAH AL BUKHARI TAHU PERSIS SIAPA DZULQARNAIN!!

(Mereka datangkan Abdul Hadi al Umairi, mereka datangkan Utsman as Salimi atas rekomendasi siapa ?!)

 Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafizhahullah

Pertanyaan:

Ada yang mengatakan ustadz Dzulqarnain ditahdzir Syaikh Rabi’, sedangkan ustadz Luqman ditahdzir Abdul Hadi — (ustadz Usamah berkata, red) saya tambahi (ustadz Luqman, red) ditahdzir juga oleh Utsman as Salimi —, maka agar adil gak usah taklim kepada keduanya. Bagaimana pendapatnya ?

Jawab:

Ya Masya Allah, sangat adil dalam penilaian kamu. BaarokAllahu fiik. (ustadz dan jamaah terdengar tertawa, red). Bukan demikian penimbangan ilmu yaa akhi, baarokAllahu fiik.

Ketika Syaikh Rabi’ berbicara, beliau berbicara dengan hujjah, beliau berbicara dengan ilmu, BELIAU TAHU PERSIS SIAPA DZULQARNAIN !

Bukan hanya berdasarkan laporan, bukan hanya berdasarkan bukti yang disampaikan. (Tetapi, red) BELIAU BERHADAPAN LANGSUNG DAN TAHU ! DAN BUKAN SEKALI DUA KALI, (TETAPI, red) SEMENJAK LAMA BELIAU IKUTI. TAHU !

Beliau bapak dakwah. Bukan hanya di kita bahkan, bukan hanya di Indonesia. (Tetapi, red) di berbanyak dari belahan dunia — sebagaimana beliau tahu kita di sini begini begini, beliau tahu pula di Yaman begini begini, di Sudan begini begini, di Mesir begini begini, di negeri – negeri lain pun demikian — baarokAllahu fiik. Sehingga ketika beliau berbicara, berbicara dengan hujjah. Tahu.

Ada pun Abdul Hadi al Umairi kita juga gak tahu siapa dia. Tiba – tiba muncul. SYUYUKHUL FAJ’AH. Yang kita tanyakan kepada Syaikh Rabi’, gak kenal. Syaikh ubaid gak kenal, Syaikh muhammad bin hadi gak tahu, Syaikh (Abdulloh, red) al Bukhari gak tahu, ajib ! Masyayikh sunnah gak ada yang tahu dengan dia, gak ada yang kenal. Padahal dia katanya tinggal di Mekkah.

Wong orang luar negeri datang ke Syaikh Rabi’, dikenal oleh Syaikh, bahkan sebagian tholibul ilm — bukan Syaikh —, tholib ilm penuntut ilmu — yang masih kecil dan gak tahu apa – apa, baru belajar alif ba’ ta’ — dikenal oleh Syaikh ! Oh fulan dari negeri sini, fulan dari situ. Lha ini di tingkatan Syaikh dirinya — katanya —, tinggal di Mekkah dan tidak dikenal oleh Syaikh (Rabi’, red), tanda tanya besar, ada apa ?! Kalau pun dia katanya bahwa tazkiyah rekomendasi dari Syaikh Muhammad Bazmul, dari fulan dan fulan. Ajib ! Aneh !

Begitu pula Syaikh Utsman as Salimi, berdasarkan penelponan Farhan Aceh yang menanyakan tentang akhuna ustadz Luqman. Kemudian dia katakan …, begini karena …. syadid atau mutasyadid dalam dakwahnya, tinggalkan dia, begini ….

Mengikuti jejak dusta Dzulqarnain yang dibelanya

Gambar 1. Mengikuti jejak dusta Dzulqarnain yang dibelanya, bermunculanlah barisan pendusta kadzdzabun tanpa malu pembela Al Ustaz Dzulqarnain. Makar Licik gembong MLM Aceh, di satu sisi menggambarkan kepada Syaikh Salimi bahwa pendusta Farhan ini tinggal di daerah Aceh yang dikuasai oleh Shufi, Asy’ari Maturidi (yang Salafiyun dicap sebagai Aliran sesat) dan di sisi yang lainnya melaporkan betapa Dakwah asatidzah Ahlussunnah (dalam hal ini yang dia laporkan adalah Ustadz Luqman) sangatlah provokatif, terbukti dengan tema Daurahnya yang sangat menantang (masyarakat Aceh), Jadilah SALAFY yang MURNI!!(-red.)

Yaa akhi — baarokAllahu fiik — kita dikasih ilmu walaupun sedikit dalam syariat, kita dikasih akal pikiran, kita bukan binatang, bukan sapi yang bisa ditarik kemanapun dimaukan oleh orang yang megang talinya. Tanyakan, tasyadudnya itu seperti apa ? Khan begitu. Buktinya mana ? Bentuk tasyadud itu. Apa buktinya ?

Kalau pembicaraan tanpa hujjah, tanpa bukti, tanpa dalil yang semacam ini bagaimana bisa diterima ?! Wa laa dia pernah duduk, wa laa pernah datang untuk membenahi, untuk menasehati.

Syaikh..Masyayikh kita sabar dengan Dzulqarnain atau yang selainnya.

Diingatkan, dinasehati, duduk, diingatkan, dinasehati — na’am — sekian kali, sekian lama. BaarokAllahu fiik.

Dan dakwah harus dipercayakan dan kita kembalikan kepada kibar ulama kita — kibar masyayikh kita —. Bukan sembarangan orang !

Ngaku Syaikh, ngaku ini, disebut Syaikh, disebut ini, kemudian kamu jadikan rujukan. Hancur dakwah !

Lahaa rijaaluhaa, ada para ulamanya, masyayikh kibar.

Ada Syaikh Rabi’, ada Syaikh Ubaid, ada Syaikh Muhammad, ada Syaikh Bukhari, dan masyayikh yang lain — yang ma’ruf, yang masyhur dalam dakwah —. Mereka yang jadi rujukan !

Bukan yang kemudian sesekali datang bikin masalah, bikin eee.. kerusuhan di dalam dakwah. Bagaimana bisa dijadikan rujukan dalam dakwah ?! Siapa dia ?!

WALHAMDULILLAAH, KITA — ASATIDZAH —, TIAP KALI DAUROH BUKAN SEMAU KITA.

ALHAMDULILLAH KITA BERSYUKUR KEPADA ALLAH, KITA MUSYAWAROH DENGAN MASYAYIKH KITA.

Syaikh Rabi’ atau yang lain — Syaikh Ubaid, Syaikh Muhammad, Syaikh Bukhari — kita tanyakan, “Fulan, nama fulan bagaimana menurut antum yaa Syaikh ? Kita ajak, kita panggil untuk dauroh”

(Masyayikh menjawab, red) “Jangan, jangan dulu, jangan fulan.”

“Bagaimana kalau fulan ?”

“Jangan ! Fulan saja, hubungi fulan. Ajak fulan”

Ditunjuk oleh mereka. Bukan kita !

Jangan kalian kira kemudian ujug-ujug (tiba-tiba -red) kita telpon “Hoi, Syaikh fulan ! Ta’al sini dauroh”

Telpon “Yaa kita hari ini tanggal sekian ada dauroh, datang !”

Laa ! Kemaslahatan jauh lebih penting, lebih besar ! Tanya, minta bimbingan kepada ulama besar. Bukan dari kita.

Tanyakan sekarang (kepada mereka, red) !

Mereka datangkan Abdul Hadi al Umairi, mereka datangkan Salim — apa, Utsman as Salimi — atas rekomendasi siapa ?!

Siapa yang mengisyaratkan untuk manggil mereka ?!

Masyayikh siapa kibar (yang memberikan rekomendasi, red) ?!

Ulama kibar !

Antara kita dengan mereka ada ulama kibar — masyayikh kibar — !

Ada Syaikh Rabi’, ada Syaikh Ubaid.

Siapa yang mengisyaratkan ke kalian ?!

Siapa yang menunjuk dan menasehati kalian “Ya, undang fulan ! Bagus, datangkan fulan !”

Siapa dari mereka ?!

Kalian tanya ke siapa sebelum mendatangkan mereka ?!

Kalian sendiri ?!

Yaa akhi, siapa kalian ?!

Irham nafsak ! Rahmati diri kamu !

Jangan kamu rusak dakwah !

Kita semua baru pemula ! Belum apa – apa dalam dakwah, kita banyak gak tahu ! Perlu bimbingan ulama – ulama besar kita — masyayikh kita —. Kalau tidak, kerusakan yang terjadi ! BaarokAllahu fiik.

Simak audionya:

atau download di sini

Bagaimana status Dzulqarnain?

Berikut tahdzir Asy Syaikh Muhammad bin Hadi dan Asy Syaikh Abdullah Al Bukhari hafizhahumallah terhadap Dzuqarnain yang disampaikan oleh Al ustadz Usamah Faishal Mahri yang sesungguhnya menunjukkan bahwa pengetahuan Masyaikh tentang sepak terjang Al Ustadz Dzulqarnain benar-benar sepenuhnya diketahui.

Menunjukkan dengan sangat gamblang bahwa tahdzir Asy Syaikh Rabi’, tahdzir Asy Syaikh Muhammad bin Hadi dan tahdzir Asy Syaikh Abdullah Al Bukhari benar-benar mereka hafizhahumullah tegakkan di atas ilmu dan hujjah yang nyata:

Simak audionya:

atau download di sini

Artikel terkait:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *