Asy-Syaikh Rabi’ bin Hady hafizhahullah
Allah Ta’ala berfirman:
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
“Dan orang-orang yang apabila diingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, mereka tidak menyikapinya seperti orang-orang yang tuli dan buta.” (QS. Al-Furqan: 73)
Orang kafir dan orang yang tenggelam dalam bid’ah dan hawa nafsu, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya, namun dia tetap menyombongkan diri seakan-akan tidak mendengarnya. Orang kafir adalah kafir kecuali yang Allah kehendaki untuk memberinya hidayah. Sedangkan seorang mubtadi’ terkadang terjatuh dalam musibah ini, ketika engkau membacakan kepadanya ayat-ayat, hadits-hadits serta para ulama yang kokoh ilmunya, dia menentang, menyombongkan diri, tuli dan bisu seakan-akan tidak mendengar dan seakan-akan tidak melihat serta tidak memiliki indra ini. Yaitu indra untuk memahami, sehingga dia tidak paham dan tidak mau menerima nasehat dan bimbingan. Berbeda dengan hamba-hamba Ar-Rahman yang Allah sifati di dalam banyak ayat yang diantaranya adalah firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ. أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ.
“Hanyalah orang-orang yang beriman itu orang-orang yang apabila disebut nama Allah, hati mereka merasa takut dan jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya hal itu menambah iman mereka dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal. Mereka adalah orang-orang yang selalu menegakkan shalat dan menginfakkan sebagian yang Kami karuniakan kepada mereka. Mereka itulah orang-orang beriman dengan sebenarnya, mereka mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Rabbnya, ampunan serta rezeki yang baik.” (QS. Al-Anfaal: 2-4)
Jadi ini juga termasuk sifat-sifat hamba-hamba Ar-Rahman. Orang-orang yang sempurna imannya jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah maka ayat-ayat itu menambah keimanan mereka. Mereka tidak menyikapinya seperti orang tuli dan buta sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang kafir tulen dan juga ahli bid’ah murni. Banyak ahli bid’ah ketika engkau bacakan kepada mereka ayat-ayat tentang tauhid dan tentang hukum halal haram yang mereka menyelisihinya serta ayat-ayat yang berisi ancaman, mereka sama sekali tidak menoleh dan tidak mau mengambil faedah. Seandainya ahli bid’ah termasuk orang-orang yang jika diingatkan dengan ayat-ayat Allah, dia ingat dan menerima nasehat serta bertambah imannya, niscaya bid’ah-bid’ahnya tidak akan tersisa pada dirinya dan mereka tidak akan terus-menerus tenggelam padanya sekian lama.
Seorang Mu’tazilah terus tenggelam dalam kesesatannya, seorang Rafidhah terus tenggelam dalam kesesatannya, seorang Khawarij terus tenggelam dalam kesesatannya dan seorang Shufi ekstrim terus dalam sikap ekstrimnya. Terkadang mereka juga sama-sama melakukan kesesatan yang banyak. Yang Murjiah tetap pada kesesatan Irja’nya dan yang suka menyembah kubur terus menyembah kuburan.
Engkau bacakan kepada mereka ayat-ayat dan hadits-hadits serta engkau jelaskan perkataan para ulama, namun mereka tetap dalam bid’ah mereka. Apa rahasianya?! Ketika melalui ayat-ayat itu mereka menyikapinya seperti orang yang tuli dan buta. Mereka bukan termasuk hamba-hamba Ar-Rahman yang jika diingatkan teringat dan jika dinasehati mau menerima nasehat, dan jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah menambah keimanan mereka, dan mereka juga mengerjakan semua amal shalih yang disebutkan di ayat-ayat pada surat Al-Anfal ini serta yang disebutkan pada banyak ayat Al-Qur’an Al-Karim, dan juga ayat-ayat yang sedang kita bicarakan dari surat Al-Furqan.
Maka semangatlah kalian untuk menerima dan tunduk serta mencontoh sifat-sifat orang-orang yang beriman. Diantara sifat hamba-hamba Ar-Rahman adalah jika engkau terjatuh pada sebuah kesalahan maka segeralah bertaubat. Dan jika engkau di atas kebenaran maka tambahlah imanmu. Dan jangan sekali-kali engkau menyerupai orang-orang kafir yang membangkang, atau menyerupai ahli bid’ah yang sesat dan menentang, tetapi contohlah sifat-sifat orang-orang yang beriman.
Demi Allah, sesungguhnya sebagian Salafiyun atau orang-orang yang pura-pura sebagai Salafiyun ada yang menyimpang pada sebuah perkara atau secara keseluruhan, kemudian ketika dibacakan kepadanya ayat-ayat dan hadits-hadits serta perkataan para ulama, dia tidak mau kembali kepada kebenaran. Maka dia menjadi lebih buruk dibandingkan ahli bid’ah. Menjadi lebih buruk, lebih jahat dan lebih parah dibandingkan ahli bid’ah. Karena pada dirinya terdapat keserupaan dengan orang-orang yang murtad. Orang yang murtad dia telah mengenal Islam dan mengenal kebenaran, kemudian dia menyimpang dari Islam dan meninggalkannya. Maka dia lebih buruk dan lebih jahat dibandingkan orang kafir asli. Dan seseorang yang dahulunya di atas manhaj Salaf kemudian dia menyimpang, maka dia lebih buruk dibandingkan ahli bid’ah asli dan lebih parah pembangkangannya serta suka berdusta dan mengada-ada dalam memerangi al-haq dan orang-orang yang tetap berpegang teguh dengannya.
Kita hidup di tahun-tahun bersama orang-orang yang memakai baju Salafiyah, padahal mereka lebih pendusta dan lebih jahat dibandingkan ahli bid’ah. Kita berlindung kepada Allah darinya. Mereka suka melakukan kedustaan yang Yahudi dan Nashara saja malu untuk melakukannya. Pada mereka terdapat keserupaan dengan orang-orang murtad yang telah mengenal al-haq namun membuangnya dan memerangi pengikutnya. Dan saya khawatir sebagian mereka terjatuh pada kemurtadan. Kita berlindung kepada Allah darinya. Karena dia telah mengenal al-haq namun memeranginya, membencinya dan membenci orang-orang yang mengikutinya serta memerangi mereka.
Ini terjadi sekarang pada orang-orang yang mengangkat suara mereka dengan menyatakan bahwa mereka termasuk pengikut Salaf, padahal mereka lebih buruk dan lebih hancur akhlaknya dibandingkan orang yang tidak mengikuti manhaj Salaf. Maka waspadailah model-model semacam ini dan juga peringatkan manusia agar berhati-hati dari mereka.
Ketika engkau nasehati agar dia kembali kepada kebenaran dan engkau bawakan perkataan ulama dan penilaian mereka yang ditopang dengan dalil dan hujjah, mereka pun mencela para ulama dan menjatuhkan kedudukan mereka, menjatuhkan kebenaran dan orang-orang yang mengikutinya serta menjatuhkan dalil-dalil yang ada dan lebih cenderung mengikuti kebathilannya. Maka waspadailah mereka lebih dibandingkan kewaspadaan kalian terhadap ahli bid’ah. Dan ingatkan manusia dari bahaya mereka karena mereka sendiri telah menempuh jalan yang lebih buruk dari para ahli bid’ah. Kita berlindung kepada Allah darinya.
Kita meminta orang-orang yang tertipu dengan orang-orang yang modelnya rendah semacam ini agar mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berhias dengan akhlak orang-orang yang beriman yaitu akhlak hamba-hamba Ar-Rahman. Jadi janganlah mereka menyikapi kebenaran seperti orang-orang yang tuli dan buta seperti dalam firman Allah:
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ.
“Mereka tuli, bisu dan buta sehingga mereka tidak bisa memahami.” (QS. Al-Baqarah: 171)
Jadi orang-orang yang tertipu itu adalah orang-orang yang membebek secara membabi buta, tercela dan sangat buruk sekali. Mereka tidak diterima alasannya karena mereka mendengar kebenaran dan dalil-dalilnya, namun mereka masih ngeyel pada sikap membebeknya yang bathil ini yang menyerupai sikap membebek orang-orang kafir. Mereka ini akan mengatakan pada hari kiamat nanti:
رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا. رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا.
“Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin dan para pembesar kami sehingga mereka menyesatkan kami dari jalan yang benar. Wahai Rabb kami, timpakan kepada mereka adzab yang berlipat ganda dan laknatlah mereka dengan laknat yang sebesar-besarnya.” (QS. Al-Ahzab: 67-68)
Ayat-ayat yang mencela sikap membebek yang buruk ini banyak.
Memang di sana terdapat taklid yang orang yang tidak mengetahui diterima alasannya. Dia sebenarnya menginginkan al-haq tetapi tidak mengetahuinya sehingga dia taklid kepada seorang ulama yang bertakwa, shalih dan istiqamah. Tidak taklid kepada orang-orang jahat, karena taklid kepada orang-orang jahat jelas tidak diterima alasannya. Jadi engkau hanya boleh mencari seorang ulama yang bertakwa. Ketika engkau tidak mengetahui maka engkau bertanya kepadanya dalam rangka menjalankan firman Allah Tabaraka wa Ta’ala:
فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ.
“Maka bertanyalah kepada para ulama jika kalian tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Jadi orang yang tidak mengetahui semacam ini dia semangat mengikuti al-haq dan berusaha mencari orang-orang yang bisa ditanya. Tidak bertanya kepada Rafidhah, Khawarij, orang jahat atau yang lainnya. Tetapi dia bertanya kepada ulama yang memahami Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam karena dia menginginkan kebenaran. Lalu seorang ulama akan menjawab pertanyaannya dengan hujjah dari Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam, atau berijtihad dalam masalah tersebut sesuai dengan ilmunya. Orang semacam ini maka dia mendapatkan udzur. Adapun orang yang mengikuti hawa nafsunya dan membebek kepada siapa saja yang pendapatnya sesuai dengan hawa nafsunya, maka dia tidak diterima alasannya.
Jadi diantara sifat-sifat hamba-hamba Ar-Rahman adalah jika mereka diingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, mereka tidak menyikapinya seperti orang-orang yang tuli dan buta. Bahkan mereka menerimanya, menangis ketika mendengarnya, bergetar kulit-kulit mereka dan hati mereka merasa tentram ketika mengingatnya.
أَلَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ.
“Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Dada akan menjadi lapang, hati merasa tentram dan kulit bergetar.
ثُمَّ تَلِيْنُ جُلُوْدُهُمْ وَقُلُوْبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللهِ.
“Kemudian kulit dan hati mereka menjadi tenang karena mengingat Allah.” (QS. Az-Zumar: 23)
Maka hendaklah kalian termasuk orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang mulia dan tinggi ini. Karena Allah telah memuliakanmu dengan Islam, maka jadilah orang yang mulia dan juga mulia pada akhlakmu terhadap manusia, serta pada akhlakmu terhadap Rabbul Alamin. Jadilah lebih mulia lagi dan lebih taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perbanyaklah ketundukan kepada-Nya.
Jadi, diantara sifat-sifat orang-orang kafir dan ahli bid’ah yang menentang kebenaran, ketika mereka mendengar ayat-ayat, hadits-hadits, nasehat dan peringatan, mereka menyikapinya seperti orang-orang yang tuli dan buta. Kita berlindung kepada Allah darinya.
Majalis Tadzkiriyyah Fii Tafsiir Ayaatin Qur’aniyah hal. 76
Sumber artikel:
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=108670