Walaupun Dzulqarnain dalam ucapan syukurnya kepada Asy Syaikh Rabi’ yang kemudian diijinkan penyebarannya oleh salah satu ulama dan dipuji isinya yang menolak tahdziran Asy Syaikh Rabi’ kepada dirinya karena didasarkan pada laporan-laporan dusta , pun menegaskan kepada Asy Syaikh Rabi’ dan khalayak bahwa dirinya tidak mengenal sikap Bunglon dan bermain-main:
Gambar 1. Screenshot Dzulqarnain mengaku tidak mengenal sikap Bunglon dan main-main
Namun pernyataan pengingkarannya di atas bukan berarti dirinya tidak talawwun dan tala’ub.
Dan diantara bukti talawwun dan tala’ub Dzulqarnain bersama kawan-kawannya adalah ketidakpuasannya terhadap Asy Syaikh Rabi’ menjadikannya ke ulama lainnya untuk mencari fatwa yang sesuai dengan hawa nafsunya setelah pada penghujung jalsah Mekah bersama Asy Syaikh Rabi’ tersebut menampakkan sikap menerima dan siap melaksanakan nasehat beliau hafizhahullah .
Gambar 2. Screenshot team inti kafilah Qurtubi Travelnya Jafar Salih pimpinan Dzulqarnain Al Makasari pada jalsah Mekah dan Ma’bar sebelum akhirnya Jafar Salih bernasib tragis, dijadikan sebagai tumbal kambing hitam.
Bukti yang paling nyata bahwa dia bersama rombongan kafilah Qurtubi Travelnya mengajukan lagi pertanyaan tentang Rodja dilandasi karena tidak puas dengan keputusan Asy Syaikh Rabi’ yang mentahdzir Halabiyun Rodja (terhadap awam sekalipun) adalah:
- Di depan Syaikh Al Imam, dua juru bicara kafilah ini (Dzulqarnain dan Abdul Barr) masih terus mempersoalkan sikap asatidzah yang mentahdzir Halabiyun Rodja sebagai sikap yang tidak hikmah dan penyandaran tahdzir tersebut kepada asatidzah adalah bentuk talbisnya terhadap Asy Syaikh Al Imam karena pada jalsah Mekah yang mentahdzir Halabiyun Rodja bukan lagi asatidzah tetapi merupakan sikap resmi Asy Syaikh Rabi’ setelah mendapatkan paparan dari kedua belah pihak!! Tapi di Ma’bar, seusai jalsah Mekah tersebut Dzulqarnain dan Abdul Barr masih tetap menyandarkan tahdziran yang tidak hikmah tersebut sebagai sikap asatidzah dan bukan lagi disandarkannya sebagai sikap Asy Syaikh Rabi’?? Ini adalah kelicikan pertama mereka dalam mengelabui Syaikh Al Imam.
- Pada jalsah Mekah bersama Asy Syaikh Rabi’ telah dibahas dan dikupas siapa saja para para pengampu, pengisi, pemateri Rodja, manhaj mereka, keterkaitan mereka dengan gembong-gembong kesesatan seperti Abul Hasan Al Ma’ribi, As Surkati, termasuk dedengkot besar mereka yang bertahun-tahun lamanya membina dan melindungi dakwah Hizbiyyah Turatsiyah Halabiyah di Indonesia yakni Ali Hasan Al Halaby Al Mubtadi’ sang pembela As Surkati yang sesat dan menyesatkan. Namun di depan Asy Syaikh Al Imam, semua nama-nama dedengkot kesesatan tersebut benar-benar disembunyikan, disimpan rapat-rapat keterlibatan dan keterkaitan dakwahnya dengan Halabiyun Rodja dan ini benar-benar sikap meliciki ulama yang tiada terperi untuk memuluskan ambisi hawa nafsu mereka dalam membela Halabiyun Rodja.
- Sepulangnya di tanah air, Dzulqarnain dan orang-orangnya semisal Sofyan Ruray tetap tegas membolehkan orang-orang awam dan ini adalah sikap umum asatidzah di Jakarta untuk mendengarkan atau melihat Rodja/Rodja TV dan bahkan Sofyan Ruray menegaskan adanya ratusan kebaikan pada Rodja!!!!
Berikut audio syubhat ratusan kebaikan Rodja yang diteriakkan dengan lantang oleh Sofyan Ruray Syiar Tauhid dan jawaban untuk menghancurkan syubhatnya:
atau download di sini
Bahkan si kakak, Khidir Al Makasari tanpa adab sama sekali secara kasar berupaya menjatuhkan kehormatan Asy Syaikh Rabi’ dengan mengangkat tinggi-tinggi tanduk adiknya yang telah patah dengan cara membandingkan mana yang lebih tinggi antara kedudukan Dzulqarnain dengan Asy Syaikh Rabi’ di hadapan Asy Syaikh Al Fauzan. Allahul musta’an.
Apakah Asy Syaikh Fauzan memang layak merasa bangga dengan apa yang dilakukan oleh Dzulqarnain dan yang sebarisan dengannya? Ataukah sebenarnya beliau seia sekata bersama Asy Syaikh Rabi’ dalam menghukumi orang-orang semodel Dzulqarnain dan yang bersamanya?
Berikut ini fatwa Asy-Syaikh Al-Fauzan hafizhahullah, ulama yang selama ini selalu dibangga-banggakan oleh Dzulqarnain dan yang bersamanya.
Pertanyaan:
Bagaimana menurut Anda tentang seseorang yang menanyakan sebuah masalah ke seorang syaikh, kemudian pindah ke syaikh yang lain untuk menanyakan masalah yang sama?
Jawaban:
Orang semacam ini la’ab (suka main-main), suka mencari-cari pendapat yang sesuai dengan hawa nafsunya, dan seringnya dia memiliki niat yang buruk, seperti berusaha membenturkan masayikh, lalu pergi dengan mengatakan si fulan berfatwa demikian sedangkan si fulan demikian. Hal semacam ini tidak boleh selama-lamanya. Yaitu pertama jika memang harus bertanya maka jangan tanya kepada semua orang! Tanyalah kepada ulama yang engkau percayai ilmu dan agamanya serta termasuk orang yang menjadi sandaran dalam berfatwa! Tanyalah kepadanya dan ambil perkataannya! Jangan pergi ke ulama kedua dan ketiga! Ambil fatwa orang yang memberimu fatwa yang dia termasuk ahli ilmu dan bertakwa!
فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ.
“Maka bertanyalah kepada para ulama jika kalian tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Yaitu para ulama yang memiliki keahlian dan kokoh ilmu dan ketakwaannya.
Audionya:
atau download di sini
-selesai—
Maka apa yang hendak engkau hilahkan lagi wahai si Khabits Munajat Darul Fitnah setelah engkau gagal melemparkan fitnah adu domba Asy Syaikh Rabi dengan Asy Syaikh Al Fauzan setelah kedua ulama kibar tersebut ternyata terbukti memiliki pernyataan sikap yang sama terhadap orang semodel Dzulqarnain sebagai La’aab?!!!!!
Gambar 3. Screenshot makar khabits dan dusta Munajat, maunya membela Dzulqarnain dengan cara mengadu Syaikh Fauzan dengan menjatuhkan Asy Syaikh Rabi’ tapi malah hancur lebur dibom hujjah yang sama sebagai La’aab oleh dua ulama kibar Ahlussunnah tersebut.
Firman Allah Ta’ala:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ (٥٤)
“Dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali Imran: 54)
وَأَكِيدُ كَيْدًا (١٦)
“Dan Aku-pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.” (QS. Ath Thariq: 16)
Alhamdu liLlaah,,, semakin jelas