Menantang Tuduhan Pembunuhan oleh Orang-orang Dekatnya Dzulqarnain Al Makasari

Menantang Tuduhan Pembunuhan

Oleh Orang-orang Dekatnya Dzulqarnain Al Makasari

(Hejaz Grenjeng yang Didukung oleh Haris Abu Naufal Aceh) :

Syari’at Islam Mewajibkan Kalian untuk Menghadirkan Bukti & Saksi!!!

(Dzulqarnain Al Makasari Adalah Mufti Kami Semasa Laskar Jihad)

KAU DUSTA

HARIS ACEH & JAFAR SALIH BAGAIKAN DUA SISI MATA UANG,  NASIB YANG MEMBEDAKAN KEDUANYA HANYALAH  STATUS “KAMBING HITAM”

Sesungguhnya, upaya ahlul ahwa’ untuk menghancurkan Ahlussunnah dilakukan dengan berbagai jalan walaupun sarang laba-laba yang teramat lemah sekalipun diraihnya karena dianggapnya dapat dijadikan sebagai pegangan yang kuat untuk bergantung dan bergelayutan. Allahul musta’an.

Manakala tingkah polah dan makar pujaannya (Dzulqarnain Al Makasari) telah dijarh, dijatuhkan oleh para ulama Ahlussunnah,  Asy Syaikh Rabi’ yang kemudian diperkuat oleh Asy Syaikh Muhammad bin Hadi dan Asy Syaikh Abdullah Al Bukhary hafizhahumullah ternyata hal ini tidak menjadikan pengikutnya tersadar dan rujuk kepada bimbingan para ulama, namun mereka malah tampil slebor. Dari yang sebelumnya menggembar-gemborkan  diri mengikuti bimbingan ulama tiba-tiba berdiri tegak menantang dengan berteriak : “FATWA ULAMA BUKAN WAHYU”.

Screenshot Orang bodoh -Darussunnah Munajat-

Gambar 1. Screenshot Orang bodoh (Darussunnah Munajat) berfatwa: “Klo pendapat ana yang bodoh ini..”

Dan memang kebodohanmu (untuk melindungi hawa nafsumu itu) tertuang jelas pada statusmu yang berikutnya:

kata Munajat Darul Fitnah -Fatwa Ulama bukan wahyu-

Gambar 2. Screenshot…kata Munajat Darul Fitnah: “Fatwa Ulama bukan wahyu” tapi menghasung orang untuk hadir dalam Daurah Imam Syafi’i ke-3 yang jelas-jelas bertema tidak tanggung-tanggung…WAJIBNYA KITA KEMBALI KEPADA ULAMA KIBAR DALAM PENYELESAIAN FITNAH!!!

Subhanallah….adakah yang tersisa dari akal yang masih sehat untuk menerima caranya bermain-main dan bunglonnya dalam beragama?!

Bahkan, dari tema daurah di atas, untuk menolak tahdziran Ulama Kibar (katanya wajib kembali kepada ulama kibar?) ,  Syaikh Rabi’, Asy Syaikh Muhammad bin Hadi dan Asy Syaikh Abdullah Al Bukhary hafizhahumullah terhadap  Dzulqarnain Al Makasari, ada pula muqalid Dzulqarnain yang bersikap lebih kasar, mengirim ancaman tersirat dan tuduhan besar…”persis seperti tuanmu saat membunuh beberapa ikhwah di Ambon” (!!!)

Dan tuduhan besar di atas diaminkan oleh seorang Ustadz dari Aceh yang bernama Haris Abu Naufal (Ustadz di grup As Sunnah). Perhatikan bukti screenshot di bawah ini:

Screenshot Haris Aceh ternyata penikmat qila wa qala

Gambar 3. Screenshot Haris Aceh ternyata penikmat qila wa qala tuduhan besar yakni ta’yin membunuh, yang dituduhkan oleh seorang Preman, ajudan/pengawal Dzulqarnain Al Makasari

Dan kita tidak heran dengan tingkah laku Haris yang lebih me-like si Preman ini (perhatikan julukan dari kawan-kawannya sendiri dialog di atas) karena ada yang berkicau:

Screenshot Nasehat dari ustadz kami

Gambar  4. Screenshot Nasehat dari ustadz kami agar kami tetap menimba ilmu dari ust.Dzul…Kalo pilih yang pertama, ane bilang parah lo!

Maka kita katakan di sini:

Wajib bagi kalian memenuhi tuntutan syar’i untuk menunjukkan bukti dan menghadirkan saksi atas tuduhan besar PEMBUNUHAN TERHADAP BEBERAPA IKHWAH DI AMBON yang telah kalian sebarluaskan secara terbuka di depan umat manusia ini agar terlepas dari kalian gelar PENDUSTA!!

Karena arahnya sudah menta’yin seseorang maka pertanyaan yang wajib kalian jawab adalah: Siapa yang dibunuh? Siapa yang membunuh? Mana bukti dan saksinya?! Hat burhanakum!

Dan yang kami yakini, jika kalian memang memiliki bukti dan saksi yang sesuai dengan tuntutan syar’i tentulah kalian tidak hanya akan mampu berkokok di facebook atau tulisan gelap saja tetapi bahkan kalian tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut untuk secepatnya datang ke pihak Kepolisian agar incaran kalian bisa segera mendekam di penjara!! Bukankah demikian?

Tetapi memang singa tak akan berteriak-teriak dengan susah payah hanya demi meyakinkan orang bahwa “saya adalah singa….saya adalah singa”, cukup sekali auman saja telah menjadi hujjah bagi orang yang berakal sehat bahwa yang berada di depannya benar-benar seekor Singa dan bukan Si Nga Ompong.

Tunjukkan bukti dan saksi-saksinya selesai sudah semua perkara!!

Akan jelas si jujur dari pendusta dus pembual di mata umat, bukankah demikian wahai Dzulqarnain?

Hajuriyun telah menjadi pendahulu mereka dalam hal menghantam Ahlussunnah dengan masa lalu Laskar Jihad dan Dzulqarnain bersama pengikutnya yang meneruskan perjuangan Hajuriyun (kawan lama mereka) yang telah bangkrut dan gulung tikar tersebut seolah-olah tangan mereka ini bersih tidak pernah terlibat apapun di dalamnya, masya Allah. Akan datang in sya Allah bukti persekongkolan manhaj Bunglon Dzulqarnain dan pengekornya dengan Hajuriyun dalam makalah tersendiri.

Jika dibiarkan saja setiap orang menjatuhkan kehormatan orang yang lainnya tanpa merasa dituntut bukti dan keterangannya, akan tersebarlah kebinasaan dan kekacauan di tengah-tengah umat manusia karena mereka ini dan yang semodel dengannya akan dengan mudahnya melemparkan tuduhan-tuduhan busuk lagi kotor dan penuh kezhaliman terhadap manusia yang lainnya tanpa merasa takut atau wajib untuk membawakan bukti dan menghadirkan saksinya.

Sesungguhnya kita hidup ini dengan aturan syar’i agar kita tidak berperilaku sebagaimana seekor binatang yang bebas lepas berbuat seenaknya terhadap yang lainnya tanpa aturan.

Maka hanyalah dengan membawakan bukti dan menghadirkan saksi sajalah tercabut gelar PENDUSTA-PEMBUAL DARI WAJAH HARIS ACEH DAN MOMAMMAD HEJAZ EL BANJARI.

Alhamdulillah, sebuah status yang telah cukup kuat di mata pihak berwajib untuk dilampirkan sebagai bukti KEBOHONGAN PUBLIK, PENYEBARAN BERITA/INFORMASI PALSU YANG MENYESATKAN atau tindak fitnahan busuk yang dilakukan oleh orang-orang dekatnya Dzulqarnain Al Makasari terhadap nama baik orang lain.

Tetapi di atas  dan lebih besar urusan itu semua kami katakan takutlah kalian kepada adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tuduhan-tuduhan besar kalian terhadap seorang Muslim yang syariat telah mewajibkan kalian untuk menghadirkan bukti dan saksinya!!

Untuk melengkapi data tentang kejahatan manhaj sosok Haris Abu Naufal Aceh, berikut arsip buktinya bahwa dirinya adalah pemain “belakang layar” yang bertugas melaporkan asatidzah Ahlussunnah yang dikenal kokoh dalam membentengi umat dari serbuan dan tipu daya hizbiyun Halabiyun Sururiyun pada Syaikh Abdullah Mar’i.

Kalau di depan layar pemainnya adalah Jafar Salih, maka yang di belakang layar pemainnya adalah Haris Aceh.

Simak “kecelakaan” salah kirim di bawah ini ketika Haris membidik targetnya, Al Ustadz Muhammad Afifuddin untuk dilaporkan kepada Syaikh Abdullah Al Mar’i:

Screenshot Haris Aceh adalah jajaran ustadz di grup Blackberry As-Sunnahnya Dzulqarnain

Gambar 5. Screenshot Haris Aceh adalah jajaran ustadz di grup Blackberry As-Sunnahnya Dzulqarnain. Nampak keakrabannya dengan JS di dalam grup As Sunnah, tersingkapnya peran Haris sebagai pemain “belakang” melengkapi peran Jafar Salih sebagai pemain “depan”.

Dan berikutnya adalah arsip pengakuan Haris bahwa dirinyalah yang bermain “di belakang layar”,  melaporkan asatidzah pada daurah Cileungsi (yang membantah Rodja dan para dainya)  sementara yang bermain di depan layar untuk membela Rodja dan para dainya adalah Jafar Salih.

Screenshot arsip email dari Haris Aceh

Gambar  6. Screenshot arsip email dari Haris Aceh yang mengaku telah melaporkan asatidzah pada daurah Cileungsi kepada Syaikh Abdullah Al Mar’i karena membahas dan menyingkap kejahatan Halabiyun Rodja yang oleh sebagian da’i yang berbaju salafy (teman-temannya) diperbolehkan untuk mendengarkan radio Hizbi tersebut.

Dan nampak bagaimana komentar khabitsnya terhadap asatidzah, menuduh asatidzah Ahlussunnah yang membentengi umat dari serangan brutal Al Hajuri dan Hajuriyun (komplotan dakwah mereka ketika itu) sebagai telah mengikuti jalan kotor dan keji seperti yang ditempuh Hajuriyun dan lihatlah bagaimana syubhat pembelaannya terhadap Al Hajuri!

Subhanallah, keduanya, Haris-JS benar-benar berperan sempurna bak dua sisi mata uang diantara keduanya.

Perhatikan pengakuan Haris di bawah ini dan lihatlah tuduhan khabitsnya terhadap asatidzah (yang melawan dan membentengi umat dari kejahatan Al Hajuri dan Hajuriyun) sebagai telah melakukan tindakan kotor dan zhalim sebagaimana yang dilakukan oleh Al Hajuri dalam keadaan kawan-kawannya, Dzulqarnain cs bergabung bersama Hajuriyun (akan datang makalah tersendiri yang menyingkap persekongkolan mereka untuk membuktikan manhaj Tala’ub dan Talawwunnya mereka, insya Allah)!!

Berikutnya adalah bukti pengakuan “pemain depan layar”, Jafar Salih, apa yang melandasi meminta fatwa Rodja 2010 (baca:dilaporkannya asatidzah) ke Syaikh Abdullah Al Mar’i oleh pemainnya yang “di belakang layar”:

Screenshot…karena Daurah

Gambar 7. Screenshot…karena Daurah “Napak Tilas Dakwah Asy Syaikh Muqbil” tujuannya adalah menyudutkan pihak yang merekomendasi untuk mendengarkan Rodja dan Syaikh memprediksi daurah-daurah semacam ini (memperingatkan umat dari Halabiyun Rodja) bukanlah langkah yang bijak(!!!)

Lalu siapakah “pihak yang merekom untuk mendengarkan Rodja”?

Apakah Jafar Salih seorang saja?

Dan cukupkah hanya karena Jafar Salih seorang yang merekom untuk mendengarkan Rodja menjadikan seorang “pemain di belakang layar” melaporkannya pada Syaikh Abdullah Al Mar’i? Berikut penjelasan Jafar Salih:

Screenshot …ternyata Jafar Salih bukanlah orang yang pertama merekomendasi Rodja

Gambar 8. Screenshot …ternyata Jafar Salih bukanlah orang yang pertama merekomendasi Rodja bahkan teman-temannyalah yang mendahuluinya, hanya saja Jafar Salih lebih intensif (baca:banyak) bicara di jejaring sosialnya sehingga ianya (bagi kawannya) yang lebih pantas untuk dijadikan sebagai tumbal, kambing hitam untuk merehabilitasi nama Dzulqarnain seperti yang baru saja terjadi di AMWA.

Pernyataan Jafar Salih di atas dikuatkan oleh Sofyan Ruray, orang yang mengaku sendiri bahwa “lidahnya” bercabang banyak sekali. Berikut bukti audionya (Peringatan: kebolehan mendengarkan rodja yang disandarkannya kepada Syaikh Khalid di ujung rekaman ini adalah kedustaan atas nama beliau):

Bukti dengarkan audionya

atau download di sini

Bukankah Sofyan Ruray menyebutkan nama-nama Dzulqarnain, Abul Barr, Muhammad Barmim secara khusus dan asatidzah Jakarta secara umum yang membolehkan untuk mendengarkan Rodja? Bahkan nama Jafar Salih (yang dikambing hitamkan) tidak disebutkan secara khusus!

Apa alasan yang mendasari pembolehan mereka?? Pertama sekali karena….

Setelah keyakinan kolektif tersebut, mengapa harus ada yang dikhianati dan ditimpukkan semua tanggungjawab ke pundaknya?!

Menang eh memang, Perjuangan (politis-duniawis) senantiasa membutuhkan sosok yang dikorbankan.

(bersambung insya Allah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *