Hoax Al Albany Melarang Hajr Di Masa Kini!! (Fakta Lain Kenapa La’aabiyun Lebih Cocok Bersama Halabiyun)

Hoax Al Albany Melarang Hajr di Masa Kini

الحمد لله رب العالمن والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين وعلى آله وصحبه أجمعين.

Betapa seringnya Halabiyun merusak nama baik Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah dan betapa seringnya mereka ikut andil mengotori reputasi beliau dengan menyandarkan kepada beliau sikap lembek dan menyesatkan yang mereka gandrungi itu, tetapi Allah tidak menginginkan kecuali agar Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah membantah sikap mereka itu ketika beliau masih hidup sebelum wafatnya, hal itu sebagai bentuk penegakan hujjah atas mereka.

Lihatlah, ketika mereka menelantarkan prinsip loyalitas dan permusuhan karena Allah, mereka justru memilih jatuh di pangkuan hizbiyah dan menjadi musuh-musuh dakwah Salafiyah, lalu mereka menyandarkan kepada Asy-Syaikh Al-Albany bahwasanya beliau melarang hajr (memboikot) di masa ini untuk membenarkan sikap lembek dan kemesraan mereka terhadap hizbiyun serta membuang manhaj Salaf di belakang punggung-punggung mereka.

jatuh di pangkuan hizbiyyun

Gambar 1. Screenshot La’aabiyun justru memilih jatuh di pangkuan hizbiyah dan menjadi musuh-musuh dakwah Salafiyah

Perkataan Asy-Syaikh Al-Albany yang dijadikan dalih oleh hizbiyun dan orang-orang yang lembek terkadang sifatnya insindentil pada sebuah kasus, sehingga perkataan beliau tersebut tidak bisa dijadikan untuk memukul rata keadaan tertentu dan masa tertentu.

munajat dan jamarto

Gambar 2. Screenshot La’aabiyun justru memilih jatuh di pangkuan hizbiyah dan menjadi musuh-musuh dakwah Salafiyah (pen.)

Maka berikut ini kami hadirkan di hadapan Anda perkataan Al-Allamah Al-Albany rahimahullah yang mengajak untuk melakukan hajr karena Allah di masa ini, dan beliau juga menyayangkan sedikitnya hal tersebut dan keadaannya yang telah menjadi berita yang hanya terjadi di masa lalu.

jatuh di pangkuan hizbiyyun 1

Gambar 3. Screenshot La’aabiyun justru memilih jatuh di pangkuan hizbiyah dan menjadi musuh-musuh dakwah Salafiyah (pen.)

Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah terlebih dahulu menyebutkan hajr seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim karena perkara-perkara dunia dan beliau menjelaskan hukumnya dan bahwasanya hajr semacam ini tidak boleh dilakukan lebih dari 3 hari karena sebabnya adalah perkara-perkara dunia, sama saja apakah yang sifatnya materi atau maknawi.

Setelah itulah beliau rahimahullah berkata: “Jenis kedua dari hajr (boikot) dan memutus hubungan adalah dengan seorang muslim memutus hubungan dengan saudaranya sesama muslim sebagai bentuk pelajaran, teguran keras dan mendidik, maka hal ini boleh di dalam Islam jika dengan niat yang baik seperti ini.”

rahasia besar

Gambar 4. Screenshot Rahasia besar kenapa La’aabiyun justru memilih jatuh di pangkuan hizbiyah dan menjadi musuh-musuh dakwah Salafiyah (pen.)

Kemudian beliau menjelaskan hajr terhadap siapa saja yang menyimpang dari jalan yang benar dan tidak menempuh jalan yang lurus sebagaimana yang beliau sifati, dan beliau berdalil dengan kisah Ka’ab bin Malik radhiyallahu anhu. Setelah membawakan dalil bagi disyariatkannya hajr, beliau rahimahullah berkata: “Yang menjadi syahid (dalil) adalah bahwasanya pemutusan hubungan ini boleh dan termasuk prinsip cinta dan benci karena Allah. Hanya saja perkara ini sangat disayangkan hanya menjadi berita yang terjadi di masa lalu. SANGAT-SANGAT SEDIKIT SEKALI ENGKAU MENJUMPAI SESEORANG MEMUTUS HUBUNGAN DENGAN SEORANG MUSLIM DISEBABKAN KARENA DIA MENYIMPANG DARI JALAN YANG BENAR, tetapi dia memutus hubungan dengannya hanya karena sebab-sebab yang sifatnya materi yang telah diisyaratkan sebagiannya. SALAH SATU DARI JENIS PEMUTUSAN HUBUNGAN YANG DILAKUKAN KARENA ALLAH INI PELAKUNYA MENDAPATKAN PAHALA DAN DIA TIDAK BERDOSA, DAN INILAH YANG SEKARANG INI DI MASA INI KITA MEMBUTUHKANNYA. Adapun memutus hubungan karena dunia maka hal ini haram dan tidak boleh kecuali 3 hari saja, jadi jika terus menerus maka hal itu haram. Dan perkaranya adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi shallallahu alaihi was sallam pada hadits yang telah lalu bahwa yang terbaik dari dua orang yang memutus hubungan adalah yang memulai mengucapkan salam.”

Semoga Allah merahmati syaikh kami Al-Albany, betapa banyaknya beliau membela As-Sunnah dan menghancurkan orang-orang yang lembek dan hizbiyah. Lihatlah betapa sesuainya perkataan beliau dengan para imam As-Sunnah baik di masa lalu maupun di masa ini, dan lihatlah penegasan beliau terhadap besarnya kebutuhan kita untuk memutus hubungan dengan siapa saja yang menyimpang dari jalan yang benar di masa ini! Lihatlah beliau yang sangat menyayangkan sedikitnya jenis hajr ini! Laa ilaha illallah, sungguh kecewalah wajah-wajah orang-orang lembek dan sempitlah dada Halabiyun dan sesak dengan perkataan Al-Allamah Al-Albany yang membongkar kedok mereka di mana beliau rahimahullah menyatakan berlepas diri dari mereka dan dari jalan mereka yang baru dan menghinakan.

Penegasan Al-Allamah Al-Albany rahimahullah ini diperkuat dengan perkataan ulama Ahlus Sunnah dan manhaj Salaf yang lainnya, dan ini sesuai dengan jalan yang ditempuh oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi, Asy-Syaikh Abdullah Al-Bukhary dan Asy-Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahumullah.

fakta lain

Gambar 5. Screenshot kenapa La’aabiyun justru memilih jatuh di pangkuan hizbiyah dan menjadi musuh-musuh dakwah Salafiyah (pen.)

Yang aneh, orang-orang yang lembek –apakah dari Halabiyun atau selainnya– mereka meninggalkan hajr yang disyariatkan terhadap siapa saja yang menyimpang dari jalan yang lurus dan melakukan maksiat dengan terang-terangan –yang mana ini dilakukan karena Allah– sebagaimana ini merupakan kaedah yang dijelaskan oleh Al-Allamah Al-Albany. Sebaliknya mereka menempuh hajr yang diharamkan dan terlarang –yaitu yang disebabkan karena dinar dan dollar– sebagaimana yang juga telah dijelaskan oleh Al-Allamah Al-Albany. Maka sikap seperti ini merupakan kesesatan yang sebenarnya.

Sumber artikel:

http://www.nour-elislam.net/vb/showthread.php?p=31214

Faedah-faedah yang bisa diambil (namun tidak terbatas) dari nasehat Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah di atas:

1. Seorang mukmin meyakini bahwa semua orang yang beriman adalah saudaranya dan dia mencintai saudaranya tersebut semata-mata karena Allah, dan saling mencintai karena Allah ini merupakan salah satu ibadah besar yang memiliki banyak keutamaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Juga firman-Nya:

فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا.

“Allah menyatukan hati-hati kalian sehingga hanya dengan nikmat-Nya kalian menjadi bersaudara.” (QS. Ali Imran: 103)

 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهِ فَسَوْفَ يَأْتِيْ اللهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِيْنَ يُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَلَا يَخَافُوْنَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian ada yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, mereka bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin namun bersikap keras terhadap orang-orang kafir, mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela, itulah karunia Allah yang Dia diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)

Juga firman-Nya:

مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ.

“Muhammad adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya sikap mereka keras terhadap orang-orang kafir, namun mereka saling menyayangi diantara mereka.” (QS. Al-Fath: 29)

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan dalam Al-Bukhary (16) dan Muslim (43):

«ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِيْ الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِيْ النَّارِ»

“Ada tiga hal yang barangsiapa tiga hal ini ada pada seseorang pasti dia akan merasakan manisnya iman, yaitu: Allah dan Rasul-Nya paling dia cintai dibandingkan selain keduanya, dia mencintai seseorang yang mana dia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan dia benci kembali kepada kekafiran sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke neraka.”

Disebutkan di dalam Ash-Shahihah (2/698) hadits no. 998 bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

«أَوْثَقُ عُرَى الْإِيْمَان الْمُوَالَاةُ فِيْ اللهِ وَالْمُعَادَاةُ فِيْ اللهِ، وَالْحُبُّ فِيْ اللهِ وَالْبُغْضُ فِيْ اللهِ»

“Tali ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan memusuhi karena Allah, serta cinta karena Allah dan benci karena Allah.”

Beliau juga bersabda sebagaimana diriwayatkan dalam Al-Bukhary (13) dan Muslim (45):

«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»

“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian, hingga dia mencintai bagi saudaranya (seiman) apa-apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan dalam Al-Bukhary (6011) dan Muslim (2586):

«مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى»

“Permisalan orang-orang yang beriman itu di dalam mereka saling mencintai, saling menyayangi, dan saling merasakan seperti satu badan, jika salah satu anggota badan mengeluh karena sakit, maka seluruh badan akan ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan demam.”

Di dalam riwayat Al-Bukhary (660) Rasulullah menyebutkan 7 golongan yang akan mendapatkan naungan-Nya pada hari Kiamat nanti ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, diantaranya adalah:

«وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِيْ اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْه»

“Dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bersatu dan berpisah karena-Nya.”

Di dalam Syarh Riyadhus Shalihin, Asy-Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan hadits ini: “Keduanya saling mencintai bukan karena sesuatu selain Allah Azza wa Jalla, jadi di antara keduanya tidak ada kekerabatan atau hubungan harta benda atau pertemanan biasa, tetapi mencintai karena Allah Azza wa Jalla, karena melihatnya sebagai orang yang semangat beribadah kepada Allah dan istiqamah di atas syariat-Nya sehingga mencintainya. Jika orang tersebut adalah kerabat atau teman dekat dan yang semisalnya, maka tidak ada larangan untuk mencintainya dari dua sisi; yaitu dari sisi kekerabatan dan pertemanan, serta dari sisi keimanan. Jadi dua orang ini saling mencintai karena Allah dan keduanya menjadi seperti dua orang yang bersaudara, karena diantara keduanya terdapat ikatan syariat dan agama, dan ini merupakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala…”

Beliau juga berkata: “Dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa orang-orang yang saling mencintai karena Allah tidak akan terputus cinta mereka karena Allah hanya disebabkan perkara-perkara dunia. Mereka hanyalah saling mencintai karena Allah sehingga tidak ada yang memisahkan mereka kecuali kematian. Sampai seandainya sebagian mereka berbuat salah terhadap sebagian yang lain atau kurang dalam memenuhi hak yang lainnya maka hal ini bukan perkara yang perlu dibesar-besarkan oleh mereka, karena mencintainya karena Allah Azza wa Jalla. Hanya saja kesalahan tersebut harus diluruskan dan kekurangannya harus dijelaskan, karena hal itu termasuk kesempurnaan nasehat.

Kemudian sesungguhnya wajib untuk kita ketahui bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala terus akan menguji seorang hamba. Terkadang dengan memudahkannya untuk mendapatkan teman-teman yang jujur yang mengajaknya kepada kebaikan, menyuruhnya melakukan yang ma’ruf, melarangnya dari kemungkaran, serta membantunya dalam hal-hal yang tidak mampu dia lakukan. Dan terkadang Allah mengujinya dengan orang-orang yang sifatnya kebalikan dari semua itu. Oleh karena inilah disebutkan dalam sebuah hadits bahwa seseorang itu sangat dipengaruhi oleh agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian meneliti siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.”

Di dalam riwayat Muslim (2567) Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

«أَنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِيْ قَرْيَةٍ أُخْرَى، فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ: أَيْنَ تُرِيْدُ؟ قَالَ: أُرِيْدُ أَخًا لِيْ فِيْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ. قَالَ: هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، غَيْرَ أَنِّيْ أَحْبَبْتُهُ فِيْ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ: فَإِنِّيْ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيْهِ»

“Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di negeri lain, maka Allah mengutus seorang malaikat di tengah perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya maka dia bertanya: ‘Kemana engkau akan pergi?’ Dia menjawab: ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di negeri ini.’ Malaikat bertanya lagi: ‘Apakah engkau ingin mendapatkan kenikmatan darinya?’ Dia menjawab: ‘Tidak, aku hanya mencintainya karena Allah Azza wa Jalla.’ Malaikat berkata lagi: ‘Sesungguhnya aku adalah malaikat yang diutus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Dia telah mencintaimu sebagaimana engkau telah mencintai saudaramu karena-Nya.”

Disebutkan di dalam Ash-Shahihah (1/811) hadits no. 450 bahwasanya Rasulullah bersabda:

«مَا تَحَابَّ رَجُلَانِ فِيْ اللهِ إِلَّا كَانَ أَحِبَّهُمَا إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَشَدُّهُمَا حُبًّا لِصَاحِبِهِ»

“Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, kecuali yang lebih besar cintanya kepada saudaranya dari keduanya tersebut lebih dicintai oleh Allah Azza wa Jalla.”

Disebutkan di dalam Ash-Shahihah (3/256) hadits no. 1256 bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

«مَا أَحَبَّ عَبْدٌ عَبْدًا لِلَّهِ إِلَّا أَكْرَمَهُ الله عَزَّ وَجَلَّ»

“Tidaklah seorang hamba mencintai hamba yang lain semata-mata karena Allah, kecuali Allah Azza wa Jalla akan memuliakannya.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim (2566):

«إِنَّ اللهَ يَقُوْلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّوْنَ بِجَلَالِيْ؟! الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِيْ ظِلِّيْ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّيْ»

“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah akan berfirman: “Mana orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku?! Pada hari ini Aku akan menaungi mereka di bawah naungan-Ku pada hari ketika tidak ada naungan selain naungan-Ku.”

Di dalam riwayat At-Tirmidzy (2390) dan Al-Albany rahimahullah menilainya shahih, Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

«المُتَحَابُّوْنَ فِيْ جَلَالِيْ لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُوْرٍ يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّوْنَ وَالشُّهَدَاءُ»

“Orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku, mereka akan mendapatkan mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya yang membuat para nabi dan para syuhada merasa iri terhadap mereka.”

Di dalam riwayat At-Tirmidzy (2008) dan Al-Albany rahimahullah menilainya hasan, Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

«مَنْ عَادَ مَرِيْضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِيْ اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الجَنَّةِ مَنْزِلًا»

“Barangsiapa menjenguk orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah (sesama muslim) maka ada malaikat yang menyerunya: “Sungguh engkau telah bersih dari dosa, perjalananmu mendapatkan pahala besar dan engkau akan menempati sebuah rumah di syurga.”

Disebutkan di dalam Ash-Shahihah (6/277) hadits no. 2632 bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

«مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ أَتَى أَخًا لَهُ يَزُوْرُهُ فِيْ اللهِ إلاَّ نَادَاهُ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ: أَنْ طِبْتَ وَطَابَتْ لَكَ الْجَنَّةُ، وَإِلَّا قَالَ اللهُ فِيْ مَلَكُوْتِ عَرْشِهِ: عَبْدِيْ زَارَ فِيَّ وَعَلَيَّ قِرَاهُ، فَلَمْ يَرْضَ اللهُ لَهُ بِثَوَابٍ دُوْنَ الْجَنَّةِ»

“Tidaklah seorang hamba muslim mendatangi saudaranya dalam rangka mengunjunginya karena Allah, melainkan ada malaikat yang menyerunya dari langit: “Sungguh engkau telah bersih dari dosa, dan engkau akan mendapatkan syurga” atau Allah berfirman di kerajaan Arsy-Nya: “Hambaku mengunjungi (saudaranya) karena Aku dan Aku wajib untuk menjamunya” dan Allah tidak akan ridha memberikan pahala baginya selain syurga.”

2. Sebaliknya, seorang mukmin membenci siapa saja karena Allah sesuai dengan tingkatan dosanya, walaupun terhadap orang yang paling mencintai dan dicintainya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُوْنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّوْنَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَلَوْ كَانُوْا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْإِيْمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِيْنَ فِيْهَا رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللهِ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ.

“Engkau tidak akan menjumpai suatu kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir yang mencintai siapa saja yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya, walaupun mereka adalah ayah-ayah, anak-anak, saudara-saudara atau kerabat mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah tetapkan keimanan dalam hati mereka dan Dia menguatkan mereka dengan pertolongan-Nya, dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dalam keadaan Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya, mereka itulah golongan Allah, ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah orang-orang yang pasti akan beruntung.” (QS. Al-Mujadilah: 22)

Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah berkata di dalam Ash-Shahihah (1/104): “Telah tetap riwayat bahwa ada seseorang datang kepada Ibnu Umar dengan mengatakan: ‘Sesungguhnya saya mencintai Anda karena Allah.’ Namun Ibnu Umar justru menjawab: ‘Persaksikanlah bahwa aku membencimu karena Allah.’ Orang itu bertanya: ‘Kenapa?’ Ibnu Umar menjawab: ‘Karena engkau melagukan adzanmu dan mengambil upah.’ Dan termasuk hal yang benar-benar sangat disayangkan adalah bahwasanya ibadah yang agung dan syiar Islam ini ditinggalkan oleh mayoritas ulama kaum Muslimin di negeri kami. Hampir-hampir engkau tidak menjumpai seorang pun dari mereka mau melakukan adzan di sebuah masjid kecuali apa yang Allah kehendaki, bahkan mereka merasa berat dan malu untuk melakukannya. Namun sebaliknya engkau lihat mereka berebutan menjadi imam, bahkan terkadang sampai bertengkar. Maka hanya kepada Allah saja kita mengadukan keterasingan Islam di zaman ini.”

Disebutkan di dalam Ash-Shahihah (1/145) hadits no. 47 bahwasanya Sa’ad bin Mu’adz radhiyallahu anhu ketika diminta oleh Rasulullah shallallahu alaihi was sallam untuk memutuskan hukuman terhadap Bani Quraizhah, dia berkata:

قَدْ آنَ أَنْ لَا أُبَالِيَ فِيْ اللهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ.

“Telah datang waktunya bagiku untuk tidak mempedulikan celaan orang yang suka mencela di jalan Allah.”

Disebutkan di dalam Ash-Shahihah (2/230) hadits no. 637 bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda:

«مَا تَوادَّ اثنانِ فِيْ اللهِ جَلَّ وعَزَّ أَوْ فِيْ الْإِسْلَامِ فَيُفَرقَّ بَينَهُمَا إِلَّا بِذَنْبٍ يَحْدِثُه أَحَدُهُمَا»

“Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah Jalla wa Azza atau karena Islam lalu keduanya dipisahkan, kecuali karena dosa yang dilakukan oleh salah satu dari keduanya.”

3. Seorang mukmin jika terjatuh pada perselisihan dengan saudaranya karena perkara dunia, betapapun sakit hati dia, dia akan berusaha memaafkan saudaranya, dan tidak halal baginya untuk memutus hubungan dengan saudaranya tersebut lebih dari tiga hari.

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan Al-Bukhary (6237) dan Muslim (2560):

«لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ يَلْتَقِيَانِ فَيَصُدُّ هَذَا وَيَصُدُّ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِيْ يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ»

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, keduanya berjumpa namun yang ini berpaling dan yang itu berpaling, dan yang terbaik dari keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan Al-Bukhary (6065) dan Muslim (2559):

«لَا تَبَاغَضُوْا، وَلاَ تَحَاسَدُوْا، وَلاَ تَدَابَرُوْا، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، وَلاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ»

“Janganlah kalian saling membenci, jangan saling mendengki, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana disebutkan di dalam Shahih Al-Jami’ (2879):

«لَا يَكُوْنُ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ مُسْلِمًا فَوْقَ ثَلَاثَةٍ، فَإِذَا لَقِيَهُ سَلَّمَ عَلَيْهِ ثَلَاثَ مِرَارٍ كُلُّ ذَلِكَ لَا يَرُدُّ عَلَيْهِ فَقَدْ بَاءَ بِإِثْمِهِ»

“Seorang muslim tidak boleh mendiamkan muslim yang lain lebih dari tiga hari, jika dia berjumpa dengannya lalu mengucapkan salam kepadanya hingga tiga kali namun dia tidak menjawab salamnya, maka yang tidak menjawab salam itu pulang membawa dosanya.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana disebutkan di dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib (2759):

«لَا يَحِلُّ لْمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ مُسْلِمًا فَوْقَ ثَلاَثَ لَيَالٍ، فَإِنْ كَانَ تَصَادُرًا فَوْقَ ثَلاَثٍ فَإِنَّهُمَا نَاكِنَانِ عَنِ الْحَقِّ مَا دَامَا عَلَى صُرَامِهِمَا، وَأَوَّلُهُمَا فِيْئًا يَكُوْنُ سَبْقُهُ بِالفَيْءِ كَفَّارَةً لَهُ، وَإِنْ سَلَّمَ عَلَيْهِ فَلَمْ يَقْبَلْ وَرَدَّ عَلَيْهِ سَلاَمَهُ رَدَّتْ عَلَيْهِ المَلاَئِكَةُ وَرَدَّ عَلَى الآخَرِ الشَّيْطَانُ، وَإِنْ مَاتَا عَلَى صُرَامِهِمَا لِمْ يَدْخُلاَ الْجَنَّةَ جَمِيْعًا أَبَدًا»

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya yang muslim lebih dari tiga hari, jika hal itu terus berlangsung lebih dari tiga hari maka keduanya telah menyimpang dari kebenaran selama keduanya tetap di dalam permusuhannya, dan yang pertama dari keduanya yang kembali kebenaran adalah yang paling dahalu kembali yang itu merupakan kaffarah baginya, dan jika dia mengucapkan salam kepada saudaranya itu namun tidak menjawab maka malaikat yang akan menjawab salamnya dan syetan akan menjawab salam yang lainnya itu, dan jika keduanya mati di atas permusuhannya maka keduanya tidak akan masuk ke syurga bersama-sama selamanya.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan Muslim (2565):

«تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيْسِ، فَيَغْفِرُ اللهُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا، إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيْهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوْا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا»

“Pintu-pintu syurga dibuka setiap hari Senin dan Kamis, maka Allah mengampuni semua hamba yang tidak menyekutukan Allah sedikitpun, kecuali seseorang yang antara dia dengan saudaranya (seiman) ada pertengkaran, maka dikatakan kepada para malaikat: “Tundalah untuk dua orang ini hingga keduanya berdamai.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana disebutkan di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (928):

«مَنْ هَجَرَ أَخَاهُ سَنَةَ فَهُوَ كَسَفْكِ دَمِهِ»

“Barangsiapa mendiamkan saudaranya selama setahun, maka dia seperti telah menumpahkan darahnya.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana disebutkan di dalam Shahih Al-Jami’ (2757):

«لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ، فَمَنْ هَجَرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ فَمَاتَ دَخَلَ النَّارَ»

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, barangsiapa mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari lalu dia mati maka dia masuk neraka.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana disebutkan di dalam Shahih Sunan Abu Dawud (4777):

«مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ»

“Barangsiapa yang menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskannya, maka pada Hari Kiamat nanti Allah akan memanggilnya di hadapan semua makhluk hingga Allah memberinya pilihan bidadari yang dia inginkan sesukanya.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana disebutkan di dalam As-Silsilah Ash-Shahihah (483):

«مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ، وَمِنْ لاَ يَغْفِرْ لاَ يُغْفَرْ لَهُ»

“Barangsiapa tidak menyayangi maka dia tidak akan disayangi, dan barangsiapa yang tidak memaafkan maka dia juga tidak akan diampuni.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan di dalam Al-Bukhary (5775) Muslim (2327):

«مَا انْتَقَمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ فِيْ شَيْءٍ قَطُّ»

“Rasulullah shallahu alaihi was salam tidak pernah membalas karena urusan pribadi beliau sama sekali.”

Rasulullah shallallahu alaihi was sallam juga bersabda sebagaimana disebutkan di dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib (2814):

«أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلاَةِ وَالصَّدَقَةِ؟ قَالُوْا: بَلَى. قَالَ: إِصْلاَحُ ذَاتِ الْبَيْنِ، فَإِنَّ فَسَادَ ذَاتِ الْبَيْنِ هِيَ الْحَالِقَةُ»

“Maukah kukabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih utama derajatnya dibandingkan dengan puasa, shalat dan sedekah?” Para shahabat menjawab: “Ya.” Beliau menjelaskan: “Yaitu memperbaiki hubungan sesama muslim, karena sesungguhnya rusaknya hubungan itu adalah sesuatu yang menghancurkan.”

4. Kebanyakan manusia mencintai dan membenci bukan karena Allah, tetapi karena dunia, hawa nafsu dan kepentingan. Jadi bagi mereka ini tidak ada lawan atau kawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan. Kita berlindung kepada Allah dari sifat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *