Bimbingan Ulama Atas Polemik Tahdzir Syaikh Rabi’ Terhadap Pemilik “Dua Tanduk” (Dzulqarnain) dan Bantahan Terhadap Pembelaan Membutababi dari Sang Kakak (Khidir Al Makasari)

Bimbingan Ulama Atas Polemik Tahdzir Syaikh Rabi’ Terhadap Pemilik “Dua Tanduk” (Dzulqarnain)

dan

Bantahan Terhadap Pembelaan Membutababi dari Sang Kakak (Khidir Al Makasari)

tahzir zulqarnain tegak

(Oleh –Oleh Umroh Asatidzah 1435 H/Januari-Februari 2014 M)

updated Udpdate terakhir 27 Jumadil Awal 1435 H/ 28 Maret 2014 M

1. Al Ustadz Qamar hafizhahullah:

(Pertemuan dengan Syaikh Hani’ bin Buraik hafizhahullah)

Dengarkan audionya:

atau download di sini

 

2. Al Ustadz Abu Abdillah Muhammad As Sarbini hafizhahullah:

(Kronologis Pertemuan dengan para Masyaikh dan Menjawab Syubhat Khidir Al Makasari)

Dengarkan audionya:

atau download di sini

 

3. Al Ustadz Abdurrahim Pangkep hafizhahullah :

(Hasil Pertemuan dengan para Masyaikh, Menjawab Syubhat Khidir Al Makasari, Persaksian Tala’ubnya Dzulqarnain dan pernyataan rujuk & taubat beliau)

Dengarkan audionya:

atau download di sini

 

4. Al Ustadz Qamar Suaidi hafizhahullah:

(Penajaman kronologis pertemuan dengan Syaikh Hani’ dan tanggapan terkait telekonferensi beliau dengan Dzulqarnain Al Makasari di AMWA)

Dengarkan audionya:

atau download di sini

 

5. Al Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah:

(Kronologis pertemuan dengan masing-masing masyaikh serta sikap akhir masing-masing  ulama tersebut terhadap Dzulqarnain hadahullah)

Bagian 1

Dengarkan audionya:

atau download di sini

Bagian 2

Dengarkan audionya:

atau download di sini

 

6. Al  Ustadz Askari hafizhahullah

Bagian 1

(Hakikat Perselisihan & Kesimpulan Tahdzir Syaikh Rabi’ kepada Dzulqarnain bin Muhammad As Sunusi)

Dengarkan audionya:

atau download di sini

 

7. Al  Ustadz Usamah Faishal Mahri hafizhahullah

Terkait tentang Dzulqarnain

Dengarkan audionya:

atau download di sini

.

Baca artikel terkait:

 

 

10 thoughts on “Bimbingan Ulama Atas Polemik Tahdzir Syaikh Rabi’ Terhadap Pemilik “Dua Tanduk” (Dzulqarnain) dan Bantahan Terhadap Pembelaan Membutababi dari Sang Kakak (Khidir Al Makasari)

  1. Bismillah.

    Assalamu’alaikum wahai saudaraku..
    Setelah mendengar bantahan penuh kesombongan dan ucapan kotor terhadap asatidzah oleh Dzulqarnain. Tak ada rotan akar pun jadi. aduhai.. tak ada lagi kejujuran yang bisa kuharapkan darimu wahai ustadz.. Alhamdulillah ana adalah sebagian kecil yang mendapatkan hidayah mengenal dakwah salafiyah ini melalui dakwahmu. tapi ana juga akhirnya memutuskan untuk meninggalkanmu dikarenakan al haq lebih aku cintai dari dirimu.
    Ya ustadz Dzulqarnain.. dusta itu awalnya seperti lubang yang kecil, dan ketika ia membesar maka akan semakin nampaklah kedustaan itu.
    Cinta dunia, kedudukan, inikah yang engkau cari wahai ustadz..???
    Betapa agungnya ucapan rujuk kepada kebenaran, tapi begitu berat pada pelaksanaan.
    Setapak demi setapak kini engkau berjalan diatas jalannya al Halabi
    Sungguh engkau telah meninggalkan dakwah yang mulia ini lalu menapaki jalan al Halabi
    Bersama para pendukungmu baik yang tertipu olehmu maupun mereka yang memiliki beribu kepentingan bersamamu.
    Jalan siapakah yang kini engkau tempuh wahai ustadz???
    di kanan kirimu telah bergabung para penyeru kesesatan..
    seakan-akan mereka berteriak-teriak.. “majulah wahai ustadz! kami bersamamu!!!”
    Yah.. kini mereka dengan segenap balatentaranya tengah mendorongmu kejurang kehancuran!!!!
    Betapa menyesalnya nanti dan tiada arti penyesalan di hari itu:

    وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلا (٢٧)يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلانًا خَلِيلا (٢٨)لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءَنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلإنْسَانِ خَذُولا (٢٩)

    “Dan ingatlah hari ketika itu orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, ‘Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, andai kiranya dulu aku tidak menjadikan si Fulan itu teman akrabku. Sungguh ia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`an ketika Al-Qur`an itu telah datang kepadaku.’ Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29)

  2. Kalo kalian ilmiah dan jujur di hadapan Allah ta’alah ungkap ke publik laporan-laporan yang kalian sampaikan ke Syaikh Robi hafizhohullahu ta’ala sampai keluar tahdziran ke ust. Dzulqarnain, secara utuh tanpa pengurangan sedikitpun agar terlihat siapa yang jujur dan siapa yang dusta, ada apa kok disembunyikan..Syaikh berfatwa mesti ada masukan bukan berdasarkan wahyu..kalo tdk diungkap ini membuat kecurigaan..dan juga agar kita bisa berhati-hati dari kesalahan yang diperigatkan oleh Syaikh

    Comments:
    Sebagian bukti-bukti ilmiyah tentang ust Dzulqarnain dan yang bersamanya telah di tampilkan di situs ini. MAKA ADAKAH BUKTI KEJUJURAN ITU DARI USTADZ DZULQARNAIN UNTUK RUJUK KEPADA AL HAQ???????

  3. Tanggapan al-Ustadz Hasan Rasyid, Lc Kendari terhadap Ceramah Khidir bin Sunusi yang membela adik kandungnya, Dzulqarnain bin Sunusi

    Pendusta

    Bismillah.

    Setelah mendengar ceramah Khidr (kakak kandung dari Dzulqarnain) yang disampaikan di Panciro Sul-Sel pada malam Jum’at kemarin, maka saya Hasan bin Rosyid Kendari menyatakan bahwa manhaj saudara Khidr sangat lemah dan rapuh sebagaimana sarang laba-laba, hal itu dengan beberapa alasan berikut:

    1. Khidr bin Sunusi berbicara seperti orang yang sedang bangun kesiangan – Allahul Musta’an – seakan-akan orang baru bangun dari tidurnya. Dia berbicara dengan mengungkit-ungkit masa lalu yang tidak jelas kebenarannya, termasuk tentang al-Ustadz Luqman Ba’abduh. Padahal dia tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di hadapan dia. Masya Allah hubungan al-Ustadz Luqman Ba’abduh dan para asaatidzah yang bersama beliau sangat dekat dengan asy-Syekh Rabi’, asy-Syaikh Muhammad bin Hadi hafidzahumalloh (juga para masyaikh sunnah lainnya, ed)

    Ana membuktikan sendiri ketika umroh bersama mereka para asaatidzah, mereka benar-benar dimuliakan oleh asy-Syaikh Rabi’. Di samping juga asy-Syaikh Robi’ tsiqah terhadap mereka. Tidak seperti apa yang dikesankan oleh saudara Khidr. Wallahul musta’an.

    Demikian pula asy-Syaikh Muhammad bin Hadi dan asy-Syaikh ‘Abdullah al-Bukhari hafidzahumullohu jami’an. Semuanya memuliakan para asaatidzah.

    Bahkan Khidr sendiri yang umroh pada waktu itu, tidak mampu bertemu dengan para masyayikh yang telah saya sebutkan, bahkan – subhaanallah – salah seorang thaalib (mahasiswa) Jami’ah Islamiyah Madinah (Universitas Islam Madinah) bernama Thamrin yang bersama dengan Khidr, berupaya mengajak ana (Hasan Rasyid) dan al-Ustadz ‘Abdurrahim Pangkep untuk bersama-sama Khidr ke rumah asy-Syekh ‘Abdullah al-Bukhari, dan anehnya si Tamrin menyebarkan terlebih dahulu berita tersebut baru, kemudian baru menghubungi ana setelah itu. Maka anapun menolak (untuk pergi bersama Khidr ke rumah asy-Syaikh ‘Abdullah al-Bukhari) waktu itu, karena ana telah mengetahui sifat membabi buta yang ada pada Khidr.

    Tentang Penelponan (Teleconfrence) asy-Syaikh Hani’ bin Buraik

    2. Apa yang disampaikan oleh saudara Khidr tentang penelponan asy-Syakh Hani, maka ana katakan itu bukan dalil untuk kalian tapi hakikatnya itu adalah dalil atas kalian, dengan beberapa alasan:

    a. Bukankah asy-Syaikh Hani dalam telpon tersebut mentahdzir Jafar Shalih?! Dan bersama Jafar shalih ada abdul Barr, Ali Basuki, dll. Apakah jujur saudara Khidr dan Dzulqarnain untuk siap mentahdzir dan meninggalkan mereka semua?!!

    Saya menyangka itu bukan manhaj kalian, yang selama ini kalian cenderung (selalu melakukan) persatuan sekalipun berwarna warni (campur aduk), tidak menampakkan sifat tamayyuz dan mufaashalah (tampil beda dan memisahkan diri dari kebatilan dan pelakunya)

    b. Dalam teleconfrence, asy-Syaikh Hani memuji al-Ustadz Luqman dan al-Ustadz Dzulqarnain dan menganjurkan keduanya untuk bersatu. Apakah mungkin persatuan tersebut??! Sementara Khidir dan Dzulqarnain sendiri menyakini bahwa al-Ustadz Luqman memiliki manhaj yang menyimpang. Ataukah persatuan yang dimaksud adalah persatuan versi Hasan Albanna(ikhwany)? Yaitu, “kita tolong menolong dalam hal yang kita sepakati dan saling memberi udzur dalam hal yang kita perselisihkan”?!!

    Adapun asy-Syaikh Hani hafizhahullah, maka kita berhusnuzhan (berbaik sangka) kepada beliau, bahwa beliau mengira persatuan itu mungkin (bisa) terwujudkan karena ustadz Dzulqarnain beliau kira telah bertaubat dan ruju dari kritikan-kritkan yang telah diikrarkan oleh para ulama, sekalipun kenyataannya belum ada taubat dan ruju’ yang dimaksud tersebut.

    Adapun al-Ustadz Luqman dan para asaatidzah yang bersamanya benar-benar menginginkan persatuan yang hakiki di atas manhaj yang jelas, oleh karena itu para asaatidzah menahan diri dari persatuan yang disebutkan/dianjurkan oleh asy-Syaikh Hani tersebut.

    Hingga kemudian setelah dikonfirmasi langsung kepada asy-Syaikh Rabi’ tentang tahdzir beliau terhadap Dzulqarnain, ternyata beliau pun menyatakan masih berlaku tahdzir tersebut sampai benar-benar adanya bukti taubat secara nyata dari Dzulqarnain, sebagaimana dalam Firman Allah dalam surat Al baqaroh:

    ﺇِﻟَّﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺗَﺎﺑُﻮْﺍ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺤُﻮْﺍ ﻭَﺑَﻴَّﻨُﻮْﺍ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﺃَﺗُﻮْﺏُ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺍﻟﺘَّﻮَّﺍﺏُ ﺍﻟﺮَّﺣِﻴْﻢُ.

    “Kecuali orang-orang yang telah bertaubat dan mengadakan perbaikan serta menyampaikan penjelasan, maka mereka ini Aku terima taubatnya, dan sesungguhnya Aku Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 160)

    c. Dalam surat asy-Syaikh Hani yang kedua, dengan jelas beliau menyebutkan Dzulqarnain telah bersiap rujuk dari kritikan-kritikan yang telah diikrarkan(ditetapkan) oleh para ulama, tapi kenyataannya sampai hari ini al-Ustadz Dzulqarnain tidak pernah mengakui kesalahan-kesalahannya (yang telah diikrarkan para ulama tersebut). Bahkan Dzulqarnain menyatakan dia tidak pernah mengetahui kesalahannya hingga dari mana dia harus bertaubat.

    Ini (ketidaktahuan Dzulqarnain kesalahan-kesalahannya tersebut) adalah merupakan musibah, sementara dia telah melakukan berbagai perkara yang besar yg telah merusak kemurnian da’wah ini dengan permainannya, sebagaimana tahdzir asy-Syaikh Rabi’.

    Namun jika al-Ustadz Dzulqarnain yatajaahal (pura-pura tidak tahu kesalahannya dan ini yang lebih mungkin sesuai dengan sifat makarnya) maka ini adalah musibah yang lebih besar. Sebagaimana kata penyair: “jika engkau tidak tahu mk itu musibah(karena kejahilan), dan jika engkau tahu maka musibahnya lebih besar lagi (karena engkau punya ilmu tapi tidak mengamalkannya atau menyembunyikan atau berkhianat dengan ilmu tersebut)”.

    Ketika Dzulqarnain kondisinya masih demikian itu mungkinkah dia (dikatakan) bertobat sebagaimana yang diinginkan oleh asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Hani??

    Jawabnya : Tidak mungkin dan sangat jauh dikatakan demikian, terlebih belum terpenuhi semua syarat taubat, termasuk di dalamnya memperbaiki apa yang telah dia rusak selama ini, dan menjelaskan dari berbagai kesalahan dan penyimpangan yang dia telah terjerumus padanya.Wallahu a’lam.

    Dikirim melalui : WhatsApp Miratsul Anbiya Indonesia

    Sumber: http://miratsul-anbiya.net/2014/02/18/tanggapan-terhadap-ceramah-khadir-bin-sunusi-oleh-al-ustadz-hasan-rosyid-lc/

  4. Seandainya kalo saja bisa berbuat dan bersikap jujur tentu semuanya sangat mudah krn permasalahannya semakin terang benderang…biidznillah

  5. Seharusnya orang yang berilmu mempunyai kebesaran hati untuk bertaubat jika terjatuh pada kesalahan.

  6. Allahu akbar. Semoga Allah selalu menghadirkan ‘ulama’ dan du’at yang senantiasa terdepan membantah kebathilan. Jazahumullah kepada asatidzah yang semoga senantiasa diberi keikhlashan dlm membela agama Allah.

  7. Allah menjajikan bahwa agama ini akan senantiasa terjaga dari kotoran-kotoran yang akan merusaknya. Hal ini terbukti dengan adanya bimbingan ulama dalam kita bermanhaj. Dengan begitu Alhamdulillah semakin jelaslah antara yang haq dan bathil. Sehinga apabila kita mengikuti bimbingan ulama, insya Allah jalan kita tidak akan tersesat. Semoga kita semua termasuk orang yang istiqomah di atas bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta bimbingan para ulama. Amiin

  8. Bismillah.
    Afwan akhi link audio ” oleh 2 umroh asatidz 2014 eror blocked apakah ada alternativ lain, atau jika tidaak keberatan ana minta kirim via email.semoga bermanfaat buat ana dan keluarga jazakumullohu khairan.

    Comments:
    Link masih aktif dan sudah kami coba. cara mendownload apabila tidak bisa melalui klik langsung, coba dengan cara langkah-langkah berikut:
    1. buka situs tukpencarialhaq.com melalui Google Chrome atau Opera.
    2. arahkan tanda panah dan sentuhkan pada tulisan (link download) “di sini”.
    3. kemudin klik kanan dan pilih >>Copy link address
    4. buka jendela Internet Explorer
    5. kemudian klik pada tempat alamat lalu paste-kan atau klik kanan kemudian pilih >>Paste
    6. kemudian enter. dan tunggu hingga muncul kotak dialog lalu pilih >>Save as , dan simpan dimana antum ingin menyimpannya, lalu tunggu hingga proses selesai.
    Demikian penjelasan dari ana semoga bermanfaat. barokallahu fiikum

  9. Bismillah.

    Setelah mendengar ceramah Khidir (kakak kandung dari Dzulqarnain) yang disampaikan di Panciro pada malam Jum’at kemarin, maka saya Hasan bin Rosyid-Kendari menyatakan bahwa pada manhaj saudara Khidir sangat lemah dan rapuh sebagaimana sarang laba laba dengan beberapa alasan berikut:

    1. Khidir berbicara seperti orang yang sedang kesiangan Wallohul musta’an seakan-akan orang (yang) baru bangun dari tidurnya, berbicara dengan mengungkit-ungkit masa lalu yang tidak jelas kebenarannya tentang Ustadz Luqman (hafizhahullaah), padahal dia tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di hadapan dia, dimana masya Allah hubungan al-Ustadz Luqman dan para asatidzah yang bersama beliau sangat dekat dengan Asy-Syaikh Rabi’ dan Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi hafidzahumalloh. Ana membuktikan sendiri ketika umroh bersama mereka para asaatidzah, dimuliakan oleh Asy-Syaikh Rabi’ dan Asy-Syaikh Rabi’ tsiqah terhadap mereka (para asaatidzah), tidak sebagaimana yang dikesankan oleh saudara Khidir. Wallahul Musta’an. Demikian pula Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi dan Asy-Syaikh ‘Abdullaah Al-Bukhari hafidzohumullohu jami’an. Semuanya memuliakan para asaatidzah. Bahkan Khidir sendiri yang umroh pada waktu itu juga tidak mampu bertemu dengan para masyayikh yang telah saya sebutkan, bahkan subhaanalloh salah seorang thaalibul jamiah yang bernama Thamrin yang bersama dengan Khidir berupaya untuk mengajak ana dan al-Ustadz Abdurrohim bersama Khidir kerumah Asy-Syaikh ‘Abdullaah Al-Bukhari dan anehnya si Thamrin menyebarkan terlebih dahulu berita tersebut baru kemudian menghubungi ana setelah itu dan ana pun menolak pada waktu itu, karena ana telah mengetahui sifat membabi buta yang ada pada Khidir.

    2. Apa yang disampaikan oleh saudara Khidir tentang penelponan Asy-Syaikh Hani maka ana katakan itu bukan dalil untuk kalian tapi hakikatnya itu adalah dalil atas kalian dengan beberapa alasan:

    a. Bukankah Asy-Syaikh Hani’ dalam telpon tersebut men-tahdzir Ja’far Shalih? Dan bersama Ja’far Shalih ada Abdul Barr, Ali Basuki dan lain-lain. Apakah jujur saudara Khidir dan Dzulqarnain siap untuk mentahdzir dan meninggalkan mereka semua? Saya menyangka itu bukan manhaj kalian yang cenderung persatuan- persatuan sekalipun berwarna warni (campur aduk) tidak menampakkan sifat tamayyuz dan mufaasholah (tampil beda dan memisahkan diri dari kebatilan-kebatilan dan pelakunya )

    Sumber: http://forumsalafy.net/?p=1400

  10. jika benar2 dengan perkataannya tanpa mengedepankan “rasa” maka ini begitu mudah biidznillah. menindaklajuti niat taubat dengan memberi bayan kepada ikhwah dan kembali tegak di atas kaidah salaf yang sering beliau dengungkan. ‘ulama kibar sudah memberi nasehat JIKA merasa nasehat asatidzah kurang berpengaruh maka siapakah yang akan diikuti? syaithan memang pintar allahu yahdik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *