JANGAN TERLALU PERCAYA DIRI……
Ucapan Al Imam Ibnu Baththoh –rahimahullah–
Setelah menyebutkan hadits syubuhat Dajjal, berkatalah Al Imam Ibnu Baththoh –rahimahullah-:
ﻫﺬﺍ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺼﺎﺩﻕ ﺍﻟﻤﺼﺪﻭﻕ، ﻓﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻌﺸﺮ
ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻻ ﻳﺤﻤﻠﻦ ﺃﺣﺪﺍ ﻣﻨﻜﻢ ﺣﺴﻦ ﻇﻨﻪ ﺑﻨﻔﺴﻪ، ﻭﻣﺎ ﻋﻬﺪﻩ ﻣﻦ ﻣﻌﺮﻓﺘﻪ
ﺑﺼﺤﺔ ﻣﺬﻫﺒﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺨﺎﻃﺮﺓ ﺑﺪﻳﻨﻪ ﻓﻲ ﻣﺠﺎﻟﺴﺔ ﺑﻌﺾ ﺃﻫﻞ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ،
ﻓﻴﻘﻮﻝ : ( ﺃﺩﺍﺧﻠﻪ ﻷﻧﺎﻇﺮﻩ، ﺃﻭ ﻷﺳﺘﺨﺮﺝ ﻣﻨﻪ ﻣﺬﻫﺒﻪ )، ﻓﺈﻧﻬﻢ ﺃﺷﺪ ﻓﺘﻨﺔ ﻣﻦ
ﺍﻟﺪﺟﺎﻝ، ﻭﻛﻼﻣﻬﻢ ﺃﻟﺼﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﺮﺏ، ﻭﺃﺣﺮﻕ ﻟﻠﻘﻠﻮﺏ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻬﺐ، ﻭﻟﻘﺪ ﺭﺃﻳﺖ
ﺟﻤﺎﻋﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻠﻌﻨﻮﻧﻬﻢ، ﻭﻳﺴﺒﻮﻧﻬﻢ، ﻓﺠﺎﻟﺴﻮﻫﻢ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻹﻧﻜﺎﺭ،
ﻭﺍﻟﺮﺩّ ﻋﻠﻴﻬﻢ ، ﻓﻤﺎ ﺯﺍﻟﺖ ﺑﻬﻢ ﺍﻟﻤﺒﺎﺳﻄﺔ ﻭﺧﻔﻲ ﺍﻟﻤﻜﺮ، ﻭﺩﻗﻴﻖ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﺣﺘﻰ ﺻﺒﻮﺍ
ﺇﻟﻴﻬﻢ ﺍﻫـ .
“Ini adalah ucapan Rosul -shollallohu ‘alaihi wasallam-, dan beliau itu orang yang jujur dan dibenarkan.
Maka bertaqwalah pada Alloh wahai Muslimun, jangan sampai rasa baik sangka pada diri sendiri dan juga ilmu yang dimiliki tentang bagusnya madzhab dirinya membawa salah seorang dari kalian untuk melangsungkan perdebatan dengan agamanya di dalam acara duduk-duduk dengan ahlul ahwa, seraya berkata: “Aku akan masuk ke tempatnya dan kuajak dia berdebat, atau kukeluarkan dirinya dari madzhabnya.”
Mereka itu sungguh lebih dahsyat fitnahnya daripada Dajjal, ucapan mereka lebih lengket daripada kurap, dan lebih membakar daripada gejolak api.
Sungguh aku telah melihat sekelompok orang yang dulunya mereka itu melaknati ahlul ahwa dan mencaci mereka.
Lalu mereka duduk-duduk dengan ahlul ahwa dengan alasan mengingkari dan membantah mereka. Tapi mereka terus-terusan di dalam obrolan, sehingga makar musuh tersamarkan dari mereka, serta kekufuran yang lembut tersembunyi dari mereka, hingga akhirnya mereka pindah ke madzhab ahlul ahwa tadi (tanpa di sadari).”
(“Al Ibanatul Kubro”/dibawah no. (480)).
—–
Dikirim oleh: al-akh Abdul Majid al-Maidany –hafizhohullah– tholib didarul hadits fyusy –harosahallah-.
.
Setiap Mukmin Harus Selalu Takut Keadaannya Akan Berubah
Syaikh DR. Robi’ bin Hadi al-Madkholiy hafizhohulloh
قال الشيخ العلامة ربيع بن هادي المدخلي حفظه الله :
والمؤمن يخشى دائمًا أن تتغير حاله
↩ فقد ثبت عن عائشة وأنس رضي الله عنهما :
كان رسول الله صلَّى الله عليه وسلم يكثر أن يقول :
«يا مقلبَ القلوبِ ثبت قلبي على دينك»
فقلت :
يا رسول الله آمنا بك وبما جئت به فهل تخاف علينا ؟
قال :
«نعم إن القلوبَ بين أُصبُعينِ من أصابعِ الله -عز وجل- يُقلبُها كما يشاء»
هذا والله هو الفقه :
ألا يأمن الإنسان على نفسه
لأن : «الشيطان يجري من ابن آدمَ مجرىٰ الدم»
فليكن حارسًا لقلبه وعقله وعلمه حراسةً شديدة
أشد مما يحرس مالَهُ وعِرضَه ومن أُسنِدَ إليه ولايةُ أمره
يجب أن يهتم بحراسة قلبه قبل كُلِّ شيء :
{رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ}
[آل عمران:٨]
المصدر :
[مرحبًا يا طالب العلم (٧٦)]
Berkata Syaikh Robi’ bin Hadi Al-Madkholiy hafizhohulloh:
“Dan setiap mukmin harus selalu takut akan berubah keadaannya.
Telah shahih dari ‘Aisyah dan Anas rodhiallohu ‘anhuma: Bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam sering mengucapkan:
«يَا مُقَلِّبَ القُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ»
“Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu”.
Maka aku katakan: wahai Rosululloh, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang Anda bawa apakah Anda mengkhawatirkan kami?
Beliau bersabda:
«نَعَمْ، إنَّ القُلُوبَ بَيْنَ أَصْبِعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الله -عَزّ وَجَلَّ- يُقَلِّبُهَا كَمَا يَشَاءُ»
“Iya, َsesungguhnya hati-hati berada di antara dua jemari dari jari-jemari Alloh -Azza wa Jalla – Dia membolak-balikkannya sesuai dengan kehendaknya”.
Ini demi Alloh adalah fiqih (pemahaman):
Hendaknya setiap insan tidak merasa aman atas dirinya. Karena “syaithon merasuk ke tubuh anak Adam melalui jalan darah”.
Maka hendaklah dia manjadi penjaga bagi hatinya, akal pikirannya, dan ilmunya dengan penjagaan yang ketat. Lebih ketat dari penjagaannya kepada hartanya dan kehormatannya.
Dan siapa pun yang disandarkan kepada pengawasannya maka wajib bersemangat untuk menjaga hatinya sebelum segala sesuatunya:
(رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ) [سورة آل عمران : 8]
(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. [Qs. Ali Imron: 8]
Sumber: Selamat Datang wahai penuntut ilmu hal. 76.
〰〰〰
Alih Bahasa: Muhammad Sholehuddin Abu Abduh.
☆~ Al-‘Ilmu | العلم
Dikutip dari:
WA Ahlus Sunnah Karawang.