Sampai Kapan Kita Akan Terus Bersabar Terhadap Para Pengobar Fitnah???

sampai kapan kita akan terus bersabar thdp para pengobar fitnah

SAMPAI KAPAN KITA AKAN TERUS BERSABAR TERHADAP PARA PENGOBAR FITNAH???

(Raa-id Alu Thahir hafizhahullah)

 

ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺭﺳﻮﻝ الله ﻭﻋﻠﻰ ﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﻣﻦ ﺳﺎﺭ ﻋﻠﻰ ﻧﻬﺠﻪ ﺇﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦ؛ ﺃﻣﺎ ﺑﻌﺪ:

Pengantar

Diantara syubhat yang sering kita dengar dilemparkan oleh orang-orang yang terus menjalin pergaulan dengan orang-orang yang suka mengobarkan fitnah dengan mengusung pemahaman dan syubuhat yang rusak dari kalangan hizbiyyun mumayyi’un adalah berhilah dengan kesabaran Asy Syaikh Rabi’ yang menasehati sampai bertahun-tahun terhadap beberapa tokoh yang menyimpang. Hal ini seperti syubhat yang dilontarkan oleh Haris Abu Naufal Aceh hadahullah yang dikirimkannya melalui e-mail:

dakwah dari dalam larut di dalam

Gambar 1. Screenshot sebagaimana nasehat Syaikh Robi’ kepada Abul Hasan atau yang lainnya, dan bertahun-tahun lamanya….

Dan memang sampai tahun-tahun berikutnya dalam keadaan fattan Jafar Salih semakin vulgar dalam membela hizbiyun Halabiyun Rodja, bahu membahu bersama Hanan Bahanan, Munajat dkk, Haris masih pula tetap menampakkan keakrabannya ketika menjalankan misinya di belakang layar untuk memberangus asatidzah Ahlussunnah dengan melaporkannya kepada Asy Syaikh Abdullah Al Mar’i yang nampak ketahuan karena terjadi salah kirim ke grupnya, As Sunnah:

ustadz afif dalam bidikan

Gambar 2. Screenshot bertahun-tahun menasehati mesra. Nampak di grupnya bersama fattan Jafar Salih dengan dalih sikap yang ditempuh oleh Asy Syaikh Rabi’ terhadap Abul Hasan dan lain-lain

Keterangan penting: Ustadz Ahmad Niza Bandung yang namanya tercantum pada grup As Sunnah di atas telah menyatakan secara terbuka keluar dari grup tersebut.

Bahkan, keberangkatan pada jalsah Mekah dalam memperjuangkan Rodja itupun dalam koordinasi Qurtubi Travelnya fattan Jafar Salih!

kafilah hanan

Gambar 3. Screenshot Qurtubi Travelnya Jafar Salih-lah yang memberangkatkan team Jalsah Mekah Hanan Bahanan dalam misi yang sama menasehati Jafar Salih bertahun-tahun memperjuangkan Halabiyun Rodja

Seperti inikah keadaan Asy Syaikh Rabi’ di dalam menasehati Abul Hasan selama bertahun-tahun, penuh keakraban, saling membantu dalam misi yang sama dan diberangkatkan safar dalam koordinasi Abul Hasan? Ooo tidak, tetapi karena misi mereka yang sama dengan fattan Jafar Salih, membela dan memperjuangkan Rodja.

Dan betapa hebatnya misi mereka ini dalam menelatdani sikap Asy Syaikh Rabi’ di dalam menasehati Abul Hasan selama bertahun-tahun, sampaipun Jafar Salih telah usai ditahdzir oleh ulama, Asy Syaikh Hani dalam teleconference di masjid AMWA, Harispun tetap tidak mentahdzir dan menjarh Jafar Salih.

ternyata..

Gambar 4. Berteman dengan Firanda juga ternyata…

Dan subhanallah, ternyata syubhat yang dilontarkan Haris Abu Naufal Aceh tersebut merupakan syubhat yang memang dilariskan di luaran sana untuk menggembosi sikap tegas Ahlussunnah terhadap orang-orang yang menyimpang dan mengobarkan fitnah. Maka silakan pembaca sekalian menyimak uraian dari awal sampai akhir bantahan mantap Raa-id Alu Thahir hafizhahullah terhadap syubhat “Haris Abu Naufal luar negeri” di bawah ini:

Sesungguhnya menghajr ahli bid’ah yang terus-menerus dalam penyelisihan mereka setelah dinasehati dan menjelaskan kebenaran kepada mereka, ini termasuk salah satu prinsip pokok Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang tetap berdasarkan Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’, dan perkara ini tidak tersembunyi atas kaum Muslimin.

Hanya saja sebagian pihak ada yang berusaha untuk membuang pengamalan dengan prinsip pokok ini dengan sebagian syubhat atau talbis. Yaitu sebagian pihak sebelum itu semua berusaha menggunakan perkataan yang muncul dari Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah tentang masalah hajr di zaman ini, padahal beliau rahimahullah menghajr ahli bid’ah dan orang-orang yang suka duduk-duduk bersama mereka, dan beliau juga mentahdzir mereka dan memperingatkan agar tidak meniru kelakuan mereka.

Sedangkan pada hari sebagian manusia ada yang mencari pembenaran terhadap sikap meremehkan pengamalan terhadap prinsip ini dengan cara yang ditempuh oleh Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah terhadap sebagian orang-orang yang menyelisihi kebenaran. Yaitu dengan beliau bersabar terhadap mereka selama sekian tahun lamanya sebelum menghajr, mentabdi’, dan mentahdzir mereka.

Jika dikatakan kepadanya: “Ya akhi, engkau jangan bermajelis dengan si fulan karena dia adalah ahli bid’ah. kami telah berbicara dengannya sekian kali dan kami telah menasehatinya di beberapa majelis, tetapi dia tidak mau meninggalkan kesesatannya. Bahkan kami tidak menjumpai darinya selain sikap terus-menerus dalam kesalahan, kelicikan, dan mendebat dengan kebathilan. Padahal selain itu dia adalah seorang dai yang menyerukan kebathilan dan berusaha menyebarkannya!”

Maka dia menjawab kami dengan ucapannya: “Bersabarlah dan jangan menghajrnya. Bukankah Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah telah bersabar kepada si fulan sekian tahun dan kepada si fulan yang lainnya sekian tahun. Jadi kita juga harus bersabar kepadanya, dan dia ini betapapun parahnya tidak lebih buruk dibandingkan orang-orang yang Asy-Syaikh Rabi’ sabar terhadap mereka.”

Saya katakan: ini adalah alasan yang tertolak dan dalih yang lemah yang tidak akan menipu orang-orang yang memiliki bashirah dari kalangan Salafiyun.

Jadi Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah bersabar terhadap orang-orang yang menyelisihi itu sekian lamanya adalah karena beberapa sebab:

Pertama: Sesungguhnya Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah, termasuk dari sikap tawadhu’ dan pemuliaan serta penghormatan beliau terhadap para ulama di masa ini adalah dengan beliau tidak ingin mendahului mereka dalam menetapkan vonis terhadap orang-orang yang menyelisihi kebenaran itu.

Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah menyebutkan di dalam kitab beliau yang berjudul Abul Hasan Yudaafi’u bil Baathil wal Udwaan ‘anil Ikhwaan wa Du’aati Huriyyati wa Wihdatil Adyaan hal. 129-130 bahwa Mahmud Al-Haddad dan Abdul Lathif Basymil telah meminta beliau sejak dahulu agar mentabdi’ Safar Hawaly dan Salman Al-Audah serta Quthbiyah yang lainnya. Ketika itu Asy-Syaikh Rabi’ menjawab permintaan mereka dengan mengatakan: “Saya tidak akan mendahului para ulama dalam memvonis mereka.”

Kemudian Asy-Syaikh Rabi’ berkata: “Sampai ketika fitnah mereka semakin dahsyat, keadaan mereka telah nampak jelas, para ulama telah mengetahui hakekat mereka, maka Ibnu Baz menyifati mereka sebagai para dai penyeru kebathilan dan orang-orang yang suka mengail di air keruh. Kemudian Hai’ah Kibaril Ulama sepakat menyatakan bahwa wajib atas mereka -yaitu Safar dan Salman serta siapa saja yang mengobarkan fitnah bersama mereka- untuk bertaubat kepada Allah, kalau tidak maka wajib mencekal mereka dari mengajar dan dari menyampaikan ceramah sebagai bentuk perlindungan kepada manusia dari bahaya mereka. Namun mereka enggan selain membangkang hingga mereka pun dijebloskan ke penjara berdasarkan keputusan Hai’ah Kibaril Ulama. Dan Al-Allamah Al-Albany menyatakan bahwa mereka adalah Khawarij masa kini dan mereka suka menggembar-gemborkan masalah mengkafirkan umat Islam dengan sebab dosa. Maka setelah sikap-sikap dan penegasan para ulama ini, saya pun bersama Salafiyun selain saya menyatakan dengan tegas dalam mentabdi’mereka.”

Hanya saja, jika beliau hafizhahullah tidak menjumpai pihak lain ada yang melaksanakan kewajiban menjelaskan dan membantah kaedah-kaedah, pendalilan-pendalilan, serta berbagai syubhat yang diada-adakan oleh para pengusung kebathilan, maka beliau pun bangkit sendirian, karena hal itu telah menjadi sebuah kewajiban bagi diri beliau.

Kedua: Sesungguhnya Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah terkadang sabar terhadap sebagian orang-orang yang menyelisihi kebenaran karena beliau tersibukkan dengan orang yang penyimpangannya lebih parah, dan beliau hafizhahullah tidak ingin melebarkan lingkup fitnah dan perselisihan di barisan Ahlus Sunnah ketika muncul perselisihan baru atau dikobarkannya fitnah yang lain di waktu yang sama, jadi Asy-Syaikh hafizhahullah bersabar terhadap pihak yang lebih ringan penyimpangannya sampai tersingkap oleh Salafiyun keadaan orang yang lebih parah darinya.

Alangkah bagusnya apa yang dikatakan oleh seseorang:

إِنَّ اللَّبِيْبَ إِذَا بَدَا مِنْ جِسْمِهِ       مَرْضَانُ مُخْتَلِفَانُ دَاوَى الْأَخْطَرَا

Sesungguhnya orang yang cerdas jika tertimpa dua penyakit di badannya

Maka dia akan mengobati penyakit yang paling berbahaya dari keduanya

Ketiga: Sesungguhnya Asy-Syaikh hafizhahullah menyabarkan diri beliau dalam menghadapi berbagai penyimpangan orang-orang yang menyelisihi kebenaran, karena beliau mengetahui bahwa bantahan atau vonis beliau terhadap mereka akan sangat menyakitkan dan memberikan pengaruh besar, setelah itu tidak akan tersisa lagi kemuliaan bagi mereka di hati-hati Salafiyun yang jujur yang mengetahui bahwa Asy-Syaikh Rabi’ tidak akan membicarakan orang-orang kecuali berdasarkan ilmu, keadilan, dalil, bukti, dan sumber-sumber yang terpercaya.

Oleh karena inilah maka beliau hafizhahullah sebelum memvonis orang-orang yang menyimpang dan membantah mereka, terkadang beliau membuka pintu bantahan terhadap mereka bagi selain beliau dari Masayikh yang mulia yang keilmuannya di bawah beliau atau para muridnya yang terpilih. Barangkali dengan cara itu pihak yang dibantah mau kembali kepada jalannya yang lurus sehingga berhentilah pertikaian antara pihak-pihak yang berselisih, atau nampak hal-hal yang menunjukkan kebid’ahan dan penyimpangannya selama munculnya berbagai bantahan terhadapnya itu.

Dan jika beliau hafizhahullah tidak menjumpai dari orang-orang yang menyimpang itu selain semakin bertambah sesat, maka yang beliau tempuh adalah sebagaimana yang dikatakan oleh orang: “Pengobatan terakhir adalah dengan cara kai (membakar bagian yang sakit dengan tekhnik tertentu –pent).” Maka beliau pun turun langsung membantah dan mentahdzir mereka, sehingga jatuhlah kehormatan mereka di mata Salafiyun dan tidak tersisa sedikitpun kedudukan mereka di hati Salafiyun sama sekali.

Keempat: Sesungguhnya Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah memang bersabar terhadap orang-orang yang menyelisihi kebenaran, tetapi beliau tidak diam dari upaya menasehati mereka dan mengingatkan mereka dengan keras pada setiap majelis atau pertemuan yang mempertemukan beliau dengan mereka. Hal ini diketahui oleh pihak yang setuju ataupun pihak yang menyelisihi beliau dari sikap-sikap dan keadaan-keadaan beliau. Semoga Allah senantiasa memberi taufik kepada beliau.

Jadi Asy-Syaikh Rabi’ tidak bersabar terhadap mereka dengan pengertian bahwa beliau akrab atau senang dengan mereka, saling mengunjungi mereka, keluar bersama mereka, dan bercengkerama dengan mereka, seakan-akan tidak terjadi apa-apa diantara mereka. Sekali-kali tidak demikian, bahkan beliau terus mengupayakan nasehat, penjelasan, peringatan, dan memperingatkan dengan keras. Terlebih lagi jika beliau melihat sebagian mereka ada yang mau mendengar nasehat beliau. Namun jika nampak bagi beliau bahwa mereka adalah orang-orang yang licik dan menampakkan di hadapan beliau apa yang berbeda dengan yang mereka sembunyikan, atau mereka menampakkan di majelis beliau apa yang berbeda dengan yang mereka yakini dan berbeda dengan yang mereka bicarakan di majelis khusus mereka bersama orang-orang yang satu barisan dengan mereka, maka ketika itulah beliau akan menghajr mereka, mentahdzir, dan menjelaskan penyimpangan mereka.

Saya katakan: siapa yang memperhatikan dengan seksama terhadap sebab-sebab ini, dia akan  mengetahui bahwa Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah tidak pernah mensyaratkan kesabaran yang lama terhadap orang-orang yang menyelisihi kebenaran sebelum menjelaskan kesalahan mereka, mentahdzir mereka, dan menyerukan untuk menghajr mereka. Hal itu terkadang hanya karena sebab khusus saja sebagai telah lalu penjelasannya.

Saya sendiri telah bertanya kepada sebagian Masayikh dari para ulama hafizhahumullah di Madinah An-Nabawiyah ketika saya melakukan umrah di bulan Rajab yang lalu tentang seputar benar tidaknya pendalilan yang digunakan oleh sebagian pihak dengan cara yang dilakukan oleh Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah berupa kesabaran yang panjang terhadap orang yang menyelisihi kebenaran sebelum menghajrnya? Maka Masayikh waffaqahumullah sepakat menyatakan bahwa Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah tidak menganggap hal itu sebagai perkara yang harus (tidak mengilzam –pent) dan sebagian Masayikh terus mentahdzir sebagian manusia sejak beberapa tahun yang lalu di saat Asy-Syaikh Rabi’ masih bersabar terhadap mereka dan terus berusaha menasehati mereka (seperti Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiry dan Asy-Syaikh Muhammad bin Hady yang telah mentahdzir Al-Hajury sejak lama –pent), dan beliau tidak mengingkari ulama lain yang telah mentahdzir terlebih dahulu tersebut.

Jadi hakekatnya bahwasanya kesabaran walaupun hal itu merupakan perkara yang dituntut dalam rangka melunakkan hati, memberi udzur, menjaga ukhuwah dan keakraban, dan melenyapkan perpecahan dan fitnah yang terjadi di tengah-tengah Ahlus Sunnah, hanya saja terlambatnya tahdzir terhadap orang-orang yang menyelisihi kebenaran itu hingga sekian lama seringnya menjadi sebab semakin kokohnya mereka dan semakin kuatnya pengaruh mereka serta menjadikan mereka mempengaruhi sekian banyak para pemuda yang dekat dengan mereka. Jadi harus memperhatikan dua perkara ini.

Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’iy rahimahullah mengatakan dalam pujian beliau terhadap Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah: “Diantara orang yang paling mengetahui secara mendalam tentang kelompok-kelompok dan membantah kesesatan mereka di masa ini adalah Al-Akh Asy-Syaikh Rabi’ bin Hady hafizhahullah. Siapa yang dikatakan oleh Rabi’ bin Hady bahwa dia adalah seorang hizbi, maka kelak akan tersingkap kepada kalian beberapa waktu kemudian bahwa dia benar-benar seorang hizbi. Kalian akan mengingatnya. Jadi terkadang seseorang di awal mulanya bersembunyi karena dia tidak ingin tersingkap hakekatnya. Tetapi jika dia merasa telah kuat dan memiliki pengikut yang banyak serta merasa tidak akan dirugikan oleh ucapan apapun terhadapnya, dia pasti akan menampakkan hakekatnya.”

Saya katakan: Orang-orang yang fanatik membela Abu Mannar Al-Iraqy di majelis mereka yang terekam bersama Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah telah menuntut agar beliau bersabar terhadap Ali Al-Halaby. Maka beliau menjawab: “Saya sudah sekian lama bersabar terhadapnya.” Namun mereka masih menuntut beliau agar menambah kesabaran hingga waktu yang tidak diketahui. Lalu beliau mengatakan kepada mereka: “Jika saya telah menasehati seseorang satu kali, dua kali, dan tiga kali, maka tidak ada sesuatupun yang mengilzam kepada dirimu. Saya telah menasehati selama 10 tahun, apakah engkau menginginkan diriku untuk menasehati mereka sepanjang hidupku?! Jadi saya tidak mau lagi duduk dengan mereka (Al-Halaby dan Abu Mannar) sama sekali, karena mereka adalah para pendusta, jahat dan suka menyebarkan fitnah. Dan seorang mu’min itu tidak akan tersengat di lobang yang sama dua kali. Padahal saya ini telah disengat puluhan kali dalam rangka membela Islam dan dakwah Salafiyah.”

Beliau juga berkata kepada mereka: “Hajr adalah prinsip penting dalam Islam, karena sikap basi basi dan sabar terhadap mereka selama 10 tahun tidak menambah mereka kecuali sikap yang melampaui batas dan keterlaluan. Demi Allah, seandainya kami menghajr mereka dan mentahdzir mereka sejak awal fitnah, niscaya kita sudah bisa istirahat dari kejahatan mereka. Tetapi kesabaran yang panjang dan kelembutan serta sikap begini dan begitu justru menyebabkan perpecahan kaum Muslimin.”

Asy-Syaikh Rabi hafizhahullah berdalil terhadap mereka dengan sikap Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu terhadap orang-orang yang tidak mau membayar zakat dan beliau memerangi mereka serta tidak sabar terhadap mereka walaupun hanya sekali. Juga dengan sikap Umar Al-Faruq radhiyallahu ‘anhu terhadap Shabigh Al-Iraqy yang langsung mencambuknya tanpa menasehatinya. Juga dengan manhaj yang ditempuh oleh Al-Imam Ahmad rahimahullah terhadap Ibnu Abi Du-ad yang mana beliau langsung membantahnya seketika. Juga dengan sikap para ulama terhadap orang yang tidak mau mengerjakan shalat yang mana dia dibunuh jika diajak mengerjakan shalat tetapi tidak mau.

Maka tatkala orang-orang itu mendesak beliau dengan mendebat dengan cara yang bathil demi membela orang-orang yang menyimpang itu, maka Asy-Syaikh Rabi’ waffaqahullah mengulang-ulang ucapan beliau kepada mereka: “TELAH HABIS KESABARANKU TERHADAP KEBATHILAN, TELAH HABIS KESABARANKU TERHADAP KEBATHILAN.”

Dan sebagian ikhwah telah mengabarkan kepada saya bahwa Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah telah mengabarkan kepada mereka di majelis yang mempertemukan beliau dengan mereka tersebut bahwasanya beliau merasa menyesal atas kesabaran beliau terhadap orang-orang yang menyelisihi itu.

Sebagai penutup: bagi seorang Salafy yang tidak mau menghajr ahli bid’ah, bahkan dia suka duduk bermajelis dengan mereka, suka berjalan bareng dengan mereka, keluar bersama mereka, saling berkunjung dengan mereka, asyik ngobrol dengan mereka di majelis mereka, tidak mau menasehati mereka ketika berjumpa, tidak mau menjelaskan kebenaran kepada mereka, dan tidak pula mau memperingatkan mereka dari kebathilan dan orang-orang yang mengikutinya; tidak sepantasnya baginya untuk berdalih atau menyamakan keadaannya dengan apa yang dilakukan oleh Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah berupa kesabaran terhadap seseorang yang menyelisihi kebenaran, padahal dia telah dinasehati terus-menerus. Jadi hendaknya perkara ini diketahui. Hanya Allah saja yang bisa memberikan taufik.

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=130689

Adobe-PDF

One thought on “Sampai Kapan Kita Akan Terus Bersabar Terhadap Para Pengobar Fitnah???

  1. Bismillah

    Alhamdulillah, jazakallah khair atas artikelnya. Alhamdulillah situs tukpencarialhaq.com makin dikenal oleh salafiyyun khususnya di Nusantara ini. Namun demikian musuh dakwah yang mulia ini pun silih berganti bermunculan. diantaranya setelah dahulu ada sebuah situs milik Abu Salma yang merupakan corong sururiyyun irsyadiyyun, yang Alhamdulillah akhirnya dengan izin Allah terbongkar dan terbantahkan syubhat-syubhatnya. lalu seiring berjalannya waktu muncul situs inilahfakta, situs ini adalah situs dari sururiyyun yang mencoba melemparkan syubhat, dan Alhamdulillah Allah patahkan syubhat-syubhat mereka. kemudian disusul situs-situs lainnya seperti nasehat online yang lebih tepatnya disebut syubhat online, dan juga kini muncul situs pelita sunnah baca “pelita syubhat” yang merupakan situs penyuara barisan MLM (Mutalawwin La’ab Makir).
    Maka kehadiran situs tukpencarialhaq.com semakin terasa manfaatnya bagi salafiyyin dalam mengcounter dan membongkar syubhat-syubhat dari mereka yakni barisan musuh dakwah Salafiyyah yang mulia ini.
    Maka ana ucapkan jazakumullahu khairon kepada para pengelola situs ini, semoga bisa terus tetap istiqomah diatas al haq, terus menyuarakan kebenaran dan membantah kebatilan.
    Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengokohkan kita diatas dien yang mulia ini sampai kita berjumpa dengan Allah, Aaamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *