Apa Kewajiban Seorang Thalibul ‘Ilmi Ketika Mendengar Jarh dari Seorang ‘Ulama Mu’tabar?

apa kewajiban ketika mendengar jarh seorang ulama mu tabar

Apa Kewajiban Seorang Thalibul ‘Ilmi ketika Mendengar Jarh Dari Seorang ‘Ulama Mu’tabar?

updated 03 Rajab 1435 H/ 02 Mei 2014 M

Pengantar

Situs Bunglon Pelita Sunnah (situs ini tidak jelas siapa penanggung jawabnya) dalam upaya makarnya untuk tetap berkeras kepala berterusan menentang dan membangkang dari tahdziran Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhaly, Asy Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhaly dan Asy Syaikh Abdullah Al Bukhary tidaklah mewajibkan diri-diri mereka untuk melakukan perbuatan tercela di atas kecuali memasang topeng rapat-rapat untuk menutupi wajah dan indentitas dirinya karena ketakutan mereka dengan dampak yang akan mereka terima akibat perbuatannya. Mereka memiliki keberanian melakukan pembangkangan dan melemparkan bimbingan para ulama Kibar Ahlussunnah dengan menuliskan pena-pena penentangannya karena merasa aman bahwa tidak ada yang mengetahui siapa yang menuliskannya atau siapa yang bertanggungjawab di balik situs ini.

Mereka tahu bahwa pembangkangan dari bimbingan para ulama tersebut tidak akan berbuah kecuali cercaan dan kehinaan yang akan mereka terima dari segenap salafiyun di berbagai penjuru dunia bahwa si fulan, allan telah menolak, menentang dan membantah Asy Syaikh Rabi’, Asy Syaikh Muhammad bin Hadi dan Asy Syaikh Abdullah Al Bukhari tanpa hujjah ilmiyah yang bisa dipertanggungjawabkan dan di satu sisi mereka ini (yang kitapun tidak tahu apakah mereka yang bermain di balik situs ini benar-benar berkelamin lelaki atau malah perempuan) menginginkan kaidah-kaidah syubhat mereka diterima oleh umat. Duhai…

Lihatlah bagaimana mereka ini memiliki “keberanian yang luarbiasa”, melemparkan syubhat sembari bersembunyi dibalik situs kebanggaannya untuk menegaskan bahwa Tahdziran Masyaikh (terkhusus Asy Syaikh Rabi’) terhadap Ustadz Dzulqarnain ADALAH SALAH (!!!!!!) KARENA didasarkan kepada BERITA-BERITA DUSTA(!!!!!!!!!!!!!!!!!):

menentang bimbingan ulama lempar batu sembunyi tangan

Gambar 1. Screenhot menentang bimbingan ulama, lempar batu sembunyi tangan

Dan lihatlah ketika mereka menolak-membantah tahdziran para Masyaikh yang telah dikenal dan melemparkan syubhat terhadap pernyataan nasehat Al ustadz Askari hafizhahullah:

Screenshot Siapa anda dulu

Gambar 2. Screenshot Siapa anda dulu??? “Sekumpulan penuntut ilmu misterius-anonimous” menolak tahdziran ulama tsiqah yang jelas nama dan wujudnya: Asy Syaikh Rabi’, Asy Syaikh Muhammad bin Hadi dan Asy Syaikh Abdullah Al Bukhari hafizhahumullah

Maka berikut ini kami nukil JAWABAN ASY SYAIKH AHMAD BAZMUL hafizhahullah dari artikel yang diposting oleh situs miratsul-anbiya.net untuk menjawab syubhat Pelita “siapa anda dulu?”

Pertanyaan [1] :

Apabila salah seorang ‘ulama mu’tabar men­­-jarh seseorang, apa kewajiban seorang penuntut ilmu pemula terhadap seseorang tersebut? apakah dia juga membid’ahkan orang tersebut dan meyakininya, ataukah tidak?

Jawab [2] :

Apabila seorang ‘ulama yang mengerti tentang sebab-sebab jarh dan sebab-sebab ta’dil berbicara tentang seseorang dengan memberikan jarh terhadapnya, maka wajib atas seorang thalibul ilmu untuk menerima kebenaran dari sang ‘ulama tersebut. Tidak boleh memprotes dan membantah penilaian ‘ulama tersebut, apabila memang ‘ulama tersebut ada seorang yang mengerti dan berilmu tentang sebab-sebab al-Jarh wa at-Ta’dil, seperti : asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali, asy-Syaikh Zaid al-Madkhali, danasy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri hafizhahumullah jami’an.

Sungguh kita diuji dengan muncul sebagian para penuntut ilmu yang ketika sampai padanya jarh dari seorang ‘ulama besar, dia mengatakan “Demi Allah, saya harus bertatsabbut (mengcrosschek), aku akan melihatnya dulu, aku akan bersikap sendiri, aku belum mendengar ucapan tersebut darinya (orang yang dijarh)” Ini semua tidak termasuk manhaj Salaf.

Para salaf ridhwanallah ‘alahim apabila seseorang telah di­jarh, maka selesainya urusan orang tersebut, sampai orang itu mau bertaubat dan kembali kepada al-Haq. Kedudukannya tidak akan kembali seperti dulu.

http://www.sahab.net/forums/?showtopic=130609


[1]  Yang menyampaikan pertanyaan adalah asy-Syaikh al-Fadhil al-Adib Ahmad bin Yahya bin Khadhir az-Zahrani hafizhahullah .

[2]  Pertanyaan dijawab oleh Fadhilah asy-Syaikh DR. Ahmad bin ‘Umar Bazmul dalam acara Daurah “Imam Dakwah Salafiyyah Muhammad bin ‘Abdil Wahhab XII di Makkah al-Mukarramah tahun 1433 H pekan pertama.

Sumber: http://miratsul-anbiya.net/2014/04/30/apa-kewajiban-seorang-thalibul-ilmi-ketika-mendengar-jarh-dari-seorang-ulama-mutabar/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *