Keberkahan Bersama Ulama Kibar (Pembelaan Terhadap Asy Syaikh Hani’ bin Braik Hafizhahullah)

Bismillahirrohmanirrohim. o

keberkahan bersama ulama kibar, pembelaan terhadap syaikh Hani hafizhahullah

KEBERKAHAN BERSAMA ULAMA KIBAR

(PEMBELAAN TERHADAP ASY SYAIKH HANI’ BIN BRAIK HAFIZHAHULLAH)

Al Ustadz Usamah Faishal Mahri hafizhahullah

Pertanyaan :
Ada berita mengatakan seluruh ulama yaman mentahdzir syaikh Hani bin Buraik. Apa benar berita tersebut ?

(Ustadz Usamah menjawab, red) “Benar”.

Terus apa sikap kita bagaimana ? Mohon penjelasannya.

Jawaban :
Ya jangan dianggap ! Selesai !
Anggap angin berlalu. Baarakallahu fik.

Banyak catatan tentunya di dalam tulisan tersebut.

Yang pertama, mungkin yang kita tahu dari para ulama kita dan masyayikh kibar — syaikh Rabi’, syaikh Ubaid — mereka ridha terhadap syaikh Hani hafizhahullah.

Mereka memuji dan memberi tazkiyah padanya. Itu yang kita tahu dari mereka. Wal barakah ma a akabiirikum. Ingat itu ! Di sini — ketika ada fitnah — amalkan.

Barakah ada bersama para ulama besar kita.
Yang lebih lama dan jauh lebih lama mendahului dalam dakwah, lebih hikmah, lebih ilmu dan seterusnya. Barakah bersama mereka. Jaga ! Itu pertama.

Yang kedua, bahwa mereka yang mengeluarkan bayan ini terhadap tahdzir — mentahdzir syaikh Hani — gharib amruhum.
Ajib ! Aneh ! Aneh dari banyak sisi sudah.

Yang pertama, mereka orang yang getol dan sekian kali dan selalu mendengung – dengungkan kalimat “Sibukkan dengan ilmu. Kalian sibukkan dengan ilmu. Gak usah membantah, gak usah sibukkan dengan membantah, gak usah sibuk dengan mentahdzir. (Sibukkan, red) ilmu, ilmu, ilmu, ilmu”.

Begitu. Suara mereka ! Muhammad al Imam di markiznya, Abdurrahman al Adani di markiznya dan yang lain.

Thayyib.
Sekarang siapa yang mentahdzir ?!
Katanya sibukkan dengan ilmu ? Kalian kenapa tidak sibukkan diri kalian dengan ilmu ?
Kenapa kalian mentahdzir ?!

Terapkan kaidah kalian sendiri pada diri kalian !

Apakah kemudian seperti yang bahasa sering mereka katakan “MSG” — Manhaj Standart Ganda —, untuk orang lain ada manhaj tersendiri, untuk diri mereka ada manhaj tersendiri. Gak boleh bagi orang mentahdzir, boleh bagi mereka untuk mentahdzir ?! Eisy hadzal kalam ?! (Manhaj) semacam apa seperti ini ?! Gharib ! Thayyib.

Yang kedua,
DI MASA HAJURI TUJUH TAHUN KURANG LEBIH, — Yahya Al Hajuri dan Hajawirah yang bersamanya, memporak-porandakan dan merusak dakwah habis – habisan, dan tidak ada markiz yang selamat dari lisannya termasuk tujuh penandatangan —

GAK ADA YANG SELAMAT SATU PUN DARI HAJURI ! Semuanya kena ! Bil baathil, dengan bathil bahkan !

Dicela, dimaki mereka semua ! TIDAK SATU PUN — APALAGI BERTUJUH SEMACAM INI — MENGELUARKAN PENJELASAN TAHDZIR TERHADAP HAJURI — YANG MERUSAK, MEMPORAK-PORANDAKAN DAKWAH, MEMECAH BELAH DAN SETERUSNYA — ! (Leh), kenapa ?!
Tujuh tahun ! Bukan tujuh hari, bukan tujuh minggu, bukan tujuh bulan.

KAN TANDA TANYA BESAR. ADA APA INI ?! Orang punya akal — baarakallahu fiik —.

KAMU BUKAN SAPI, KERBAU YANG DITUSUK HIDUNGNYA KEMUDIAN BISA DISERET KE SANA KEMARI ! KAMU PUNYA AKAL, (MAKA, red) BERFIKIR ! KENAPA SEMUA INI ?!
Ini tentang mereka sekilas — cuplikan tentang mereka —.

Belum lagi — seperti yang syaikh Ali Hudzaifi hafizhahullah sebutkan —, memang cara mereka menyelesaikan masalah dari dulu kita gak kaget. Ya semacam itu ! Aneh ! Gak paham kita ! Dan para ulama pun gak paham dengan cara mereka ini !

Dari masa fitnahnya Abul Hasan al Ma’riby, Yahya al Hajuri, begitu (cara menyelesaikan masalahnya, red). Ini mereka.

Di masa Abul Hasan pun sama ! Muhammad al imam mengatakan “Abul Hasan bagiku adalah Imam ! Dan aku tidak rela siapa pun yang mengkritik dia.”

Begitu pula Al Bura’i (sikapnya seperti al Imam, red).

Bahkan ketika malzamah — tulisan — syaikh Rabi’ telah keluar membantah Abul Hasan.
Al Bura’i mengatakan, “Itu tulisan fitnah !”, dan dia larang untuk disebarluaskan. Ini Bura’i.

Bukan hal baru kalau sekarang kemudian syaikh Hani ditahdzir oleh mereka. Jangan kaget !

Diharapkan, diinginkan mereka menjadi baik, bertobat, malah dikagetkan orang dengan omongan – omongan baru yang mengundang tanda tanya besar.

Muhammad al Imam mengatakan, “Tidak ada jihad kecuali bersama Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam.
Kalau ada Nabi dan beliau katakan “perangi sekelompok dari muslimin ini”, maka kita akan perang, akan berjihad. Gak ada Nabi berkata begitu ya kita gak akan perang. Gak ada perang kalau gak ada Rasul berkata demikian.”

Dan ini seperti syaikh Ubaid sebutkan — dan antum telah baca bantahannya — kesesatan besar !

Celaan maknanya kepada sekian banyak ummat — Aimmah —.

Thayyib, Abu Bakar ketika memerangi murtaddin, memerangi kelompok – kelompok ini, gak ada Rasul di jamannya. (Kalau begitu, red) Salah Abu Bakar ?!

Apa Rasul hidup di saat itu kemudian mengatakan “Abu Bakar, perangi mereka ini”.

Para sahabat memerangi Khawarij. Dan sepakat Aimmah, bughat — para pemberontak dan Khawarij — Muslim !

 قطاع الطريق
(Quththa’uth thariiq) muslim ! Tidak dikafirkan.
Pembegal, perampok, diperangi !

Pemerintah harus memerangi mereka karena mengganggu.

Thayyib (Kalau begitu, red) salah ?! Karena Rasul gak hidup dan mengatakan “Perang, jihadlah bersama mereka !” Dan yang lain – lain sudah.

Ini Muhammad al Imam.
Dan sampai saat ini kalau dia memanggil Abdul Majid az- Zindani, dia sebutkan “Fadhilatus Syaikh al Walid”, orang tua — yakni bapaknya —, “Bapak kita dalam dakwah kita”, — mereka (al Imam dan yang bersamanya, red) maksudnya.

PADAHAL AZ ZINDANI TERMASUK YANG MENYERU KEPADA PERSAMAAN AGAMA.

Ainal wala, ainal baro ?!

Ainal bughdh fillaah ?!

Mana kebencian karena Allah ?!

Masakiin !

Wuih, LEBIH MISKIN LAGI YANG MENGANGGAP INI SENJATA.

MISKIIIIINNN !!

SENJATA TUMPUL, BERKARAT, DIANGGAP “OH INI SENJATA AMPUH INI, MAKANYA, INI, ITU.
TULISAN TAHDZIR DARI ULAMA YAMAN KEPADA HANI BIN BURAIK. BEGINI BEGITU”.
Mereka bangga – banggakan oleh sono.

YA TERLALU SUCI MAJELIS KITA UNTUK MENYEBUT NAMANYA. SAYANG.

WALHASIL MEREKA SEPERTI ITU.

Audio:

atau download di sini.

Artikel terkait:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *