Jawaban Mantap Nan Terbimbing Untuk Membungkam
Alasan Para Pembela Isi Perjanjian Syaikh Al Imam dengan Rafidhah Yaman
Oleh Para “Ahli Hikmah & Mashlahat”
(Asy Syaikh Hani bin Buraik hafizhahullah)
Di sini ada sebuah masalah yang sepantasnya untuk kami ingatkan dan kami berharap kita semua memperhatikannya, baik ikhwah yang mendengarkan bersama kita melalui internet ataupun ikhwah yang sekarang hadir, mereka semua adalah penuntut ilmu dan sebagian mereka adalah para dai –walhamdulillah– dan mereka memiliki markaz: banyak pertanyaan tentang perjanjian untuk bersaudara dan hidup berdampingan dengan damai yang telah ditandatangani oleh Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam bersama Rafidhah Hutsiyun di Yaman. Karena kita sedang di Indonesia dan di sana ada ikhwah dari Indonesia yang jumlah mereka tidak sedikit di Yaman mereka menanyakan tentang hal ini.
TELAH MUNCUL ORANG YANG MENGINGKARI PARA PENUNTUT ILMU YANG MEMBANTAH PERJANJIAN INI KARENA MENGANDUNG BERBAGAI KEBATHILAN, BUKAN MENGINGKARI PERDAMAIANNYA.
Di sini saya ingatkan bahwa yang diingkari bukanlah perjanjian untuk berdamai. Perdamaian dengan mereka telah difatwakan oleh Masyayikh kita sejak dahulu, baik di Dammaj maupun di Kitaf. Telah terjadi perjanjian damai. Sedangkan mereka adalah orang-orang yang suka berkhianat, mereka tidak suka menepati perjanjian dan ini telah terbukti dari mereka. Jadi berdamai dengan mereka yang jelas para ulama telah berfatwa tentang bolehnya, dan itu merupakan pendapat yang benar.
Tetapi yang diingkari terhadap Asy-Syaikh Muhammad adalah persetujuannya terhadap sebagian poin-poin sebagaimana yang telah saya sebutkan kepada kalian kemarin, BAHWA SEBAGIANNYA ADA YANG DIHUKUMI OLEH ASY-SYAIKH MUHAMMAD SENDIRI SEBAGAI KEKAFIRAN, BUKAN SEKEDAR BID’AH. PERKARA TERSEBUT ADALAH KEBEBASAN BERFIKIR, DAN INI TERDAPAT DALAM POIN-POIN TERSEBUT. PADAHAL ASY-SYAIKH DI DALAM KITABNYA TENTANG DEMOKRASI TELAH MENGHUKUMI KEBEBASAN BERFIKIR BAHWA HAL TERSEBUT MERUPAKAN KEKAFIRAN.
Yang aneh adalah sikap yang muncul dari orang yang mengingkari pengingkaran para ulama dan para penuntut ilmu. Ada seseorang yang menyatakan: “Bagaimana para penuntut ilmu ada yang lancang mendahului para ulama?!”
Wahai saudaraku, sesungguhnya kemungkaran wajib untuk diingkari. Jika kita mendengar kekafiran yang jelas, nyata, dan nampak, maka wajib atas para penuntut ilmu dan para ulama untuk menjelaskannya.
Yang aneh adalah karena para penuntut ilmu yang membantah kesalahan yang fatal ini yang terdapat dalam perjanjian tersebut terhadap Asy-Syaikh Muhammad mereka tidak mendahului para ulama. Bahkan terlebih dahulu menyebutkan dalam tulisan-tulisan mereka bahwa para ulama telah mengingkarinya.
Kemarin telah saya sebutkan bahwa perkara yang wajib atas Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam adalah bertaubat dari poin-poin bathil yang terdapat dalam perjanjian damai ini. Kalau beliau ingin silahkan tetap berdamai dengan mereka dan menepati perjanjian dengan mereka, karena Asy-Syaikh Muhammad tinggal di daerahnya, bukan di daerah perang dengan Rafidhah. Walaupun mereka ada, mereka ada di Yaman semuanya. Sedangkan negara yang wajib merekalah yang melakukan perlindungan terhadap kaum Muslimin di sana. Hanya saja perkataan saya bahwa negara wajib untuk melakukan perlindungan, hanya saja tidak menghalangi Asy-Syaikh Muhammad untuk melakukan perjanjian damai dengan mereka jika beliau mengkhawatirkan dirinya dan markaznya, karena menilai bahwa negara lemah dan pemerintah lemah. Jadi tidak masalah, sebagaimana telah terjadi perjanjian damai di Dammaj dan juga di Kitaf, walaupun Rafidhah melanggar semua perjanjian itu.
Hanya saja tidak diingkari terhadap Asy-Syaikh kecuali berkaitan dengan poin-poin yang telah diingkari oleh ulama kita, yaitu Asy-Syaikh Rabi’ dan Asy-Syaikh Ubaid, Masyayikh kita semuanya, merekalah yang mengingkarinya.
TELAH SAYA KATAKAN KEMARIN –WAHAI ORANG-ORANG YANG SAYA CINTAI– BAHWA WAJIB ATAS ASY-SYAIKH MUHAMMAD UNTUK TIDAK MENDENGAR UCAPAN ORANG-ORANG YANG SUKA MEMBELA.
Kemarin kita telah mendengar ucapan salah seorang dari mereka. Ada salah satu ikhwah membawa rekaman suara dari seseorang yang tidak saya kenal. Ternyata dia mengatakan: “YA IKHWAH, HENDAKNYA KALIAN BERSABAR DAN BERSIKAP HIKMAH, WALHAMDULILLAH.”
Gambar 1. Tipudaya pembelaan Sofyan Ruray, menghembuskan makar syubhat “hikmah” dengan membawakan pujian Syaikh Al Abbad yang lalu untuk memalingkan umat dari tahdziran terhadap Asy Syaikh Al Imam justru di saat para ulama Kibar menuntut kepada beliau agar bertaubat
Ya ikhwah, sebuah kesalahan wajib untuk dibantah terhadap siapa saja. Dakwah ini dijaga dengan cara menjaga prinsip-prinsip pokoknya dan pilar-pilar penopangnya, bukan dengan menjaga orang-orangnya. Orang-orangnya datang dan pergi, ada yang tetap kokoh dan ada pula yang jatuh terhina. Allah berfirman:
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُوْنُوْا أَمْثَالَكُمْ.
“Dan jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti kalian dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kalian.” (QS. Muhammad: 38)
Kenapa kita merasa berat untuk mengatakan bahwa Muhammad Al-Imam telah salah?! Kenapa juga kita mengatakan bahwa harus para ulama yang membantahnya?! Sedangkan penuntut ilmu tidak boleh. Mereka menganggap akal-akal para penuntut ilmu seperti batu (tidak bisa memahami sehingga harus diam membisu –pent).
Pernyataan mereka itu aneh karena yang telah membantah adalah Asy-Syaikh Arafat, beliau sekarang sedang menempuh jenjang doktor (S3) dan telah belajar selama 20 tahun, walaupun demikian ini semua tidak diterima oleh mereka. Kenapa?! Karena beliau membantah kesalahan Muhammad Al-Imam. Ini merupakan sikap ta’ashub (fanatik buta). Padahal kesalahan-kesalahan para ulama Salaf telah dibantah, juga para ulama di masa ini.
Kemudian di sana muncul jalan yang lain yang disebarluaskan bahwa Asy-Syaikh Ibnu Baz tidak pernah mengatakan kepada murid-muridnya: “Bantahlah kesalahan!” Siapa yang telah mengatakan hal ini?! Ini salah. Asy-Syaikh Ibnu Baz mengatakan kepada Asy-Syaikh Rabi’: “Syaikh Rabi’, bantahlah walaupun terhadap Ibnu Baz jika dia salah!”
Lihatlah! Jadi kebenaran itu diterima dari siapapun yang membawanya. Sedangkan sikap merendahkan para penuntut ilmu dan Masyayikh serta meremehkan mereka dan menghina mereka karena mereka telah membantah si fulan dan fulan, inilah sikap sombong itu yang telah dijelaskan definisinya oleh Nabi shallallahu alaihi was sallam dengan sabdanya:
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
“Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.”
(HR. Muslim no. 91)
Makna “batharul haqq” adalah menolaknya dan membantahnya.
Kepada mereka yang membela-bela Al-Imam, apakah kalian menyetujui kebebasan berfikir yang ada di dalam perjanjian yang telah ditandatangani oleh Asy-Syaikh Al-Imam tersebut?! Apakah kalian setuju bahwa kita dan Rafidhah bersatu dalam prinsip-prinsip pokok dan bahwasanya agama dan rabb kita adalah satu?! Padahal mereka menyatakan dalam kitab-kitab mereka: “Rabb yang diyakini oleh manusia bukanlah rabb kami.” Yang dimaksud dengan manusia adalah kita Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Apakah kalian meyakini hal ini?!
Gambar 2. Syiah beda dengan Islam!! Penegasan di kitab rujukan Syiah bahwa bahwa Rabb dan Nabinya Syiah berbeda dengan Rabb dan Nabinya kaum muslimin!!!!
Bertakwalah kepada Allah dalam urusan kalian dan bertakwalah kepada Allah dalam menyikapi Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam! Jangan menjerumuskan beliau untuk terus-menerus dalam kebathilan! Ini adalah kemungkaran yang diingkari oleh siapa saja yang Allah beri buah dari ilmu. Para penuntut ilmu tidak mendahului para Masyayikh. Mereka menulis dengan seizin para ulama dan menjelaskan kepada ikhwah.
Fitnah yang menimpa kita di Yaman ini yang membuat saya heran adalah munculnya orang yang mengatakan: “HENDAKNYA KALIAN BERSIKAP HIKMAH DAN MASYAYIKH YAMAN BERSIKAP HIKMAH.” Ini dalam keadaan fitnah terjadi. SAYA INGATKAN DAN SAYA TAHU BAHWA PERKATAAN INI AKAN MENYINGGUNG MASYAYIKH YAMAN, TETAPI TIDAK MASALAH. MENYAMPAIKAN DENGAN TERANG-TERANGAN MERUPAKAN PERKARA YANG HARUS.
Ketika datang fitnah Sururiyah, tidak ada yang berbicara kecuali guru kita Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah. Demikian juga ketika muncul fitnah dari berbagai jam’iyah (yayasan), tidak ada yang berbicara di Yaman kecuali guru kita Asy-Syaikh Muqbil. Ketika itu sebagian Masyayikh Yaman yang ada sekarang ini ada yang melakukan pertemuan dengan mereka, padahal Asy-Syaikh Muqbil sedang mentahdzir mereka. Sikap hikmah macam apa ini?!
Saya masih ingat dan siapa saja yang bersama saya pada tahun 1991 masih ingat ketika kami di Dammaj, ketika itu Asy-Syaikh Muqbil mentahdzir yayasan Al-Hikmah, namun Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam justru mengadakan pertemuan dengan mereka di Ma’bar.
Guru kita mengatakan dan suaranya terekam: “KATAKANLAH KEPADA ORANG-ORANG MA’BAR DAN SIAPA SAJA YANG MELAKUKAN PERTEMUAN DI MA’BAR: ‘KALIAN ADALAH ORANG-ORANG YANG DIBUAT LALAI!”
Gambar 3. Sofyan Ruray bangkit menjadi corong pembelaan terhadap perjanjian yang batil Syaikh Al Imam dengan Rafidhah Yaman
JIKA MEREKA YANG LUPA MAKA KAMI TIDAK LUPA.
HINGGA HARI INI DI SANA ADA ORANG YANG DIANGGAP TERMASUK MASYAYIKH YAMAN ADA YANG MENGATAKAN (SEBAGAI BENTUK PUJIAN –PENT): “FADHILATUS SYAIKH AL-WALID ABDUL MAJID AZ-ZINDANY.” PADAHAL ASY-SYAIKH MUQBIL MENGATAKAN TENTANG AZ-ZINDANY: “DIA TELAH BERBUAT MAKAR TERHADAP AGAMA.”
Orang yang mengatakan bahwa jalan yang ditempuh oleh Ibnu Baz adalah tidak memerintahkan murid-muridnya untuk membantah, maka Ibnu Baz adalah seorang manusia juga. Tarohlah kami menerima ucapanmu seperti itu, padahal telah kami tunjukkan bathilnya anggapan tersebut karena Asy-Syaikh Ibnu Baz mengatakan kepada Asy-Syaikh Rabi’: “Bantahlah wahai Syaikh Rabi’, walaupun terhadap Ibnu Baz jika dia salah!” Maka mana jalan Asy-Syaikh Muqbil yang kita dididik di atasnya?! Beliau tidak membiarkan seorang pun yang menyelisihi As-Sunnah kecuali beliau sebut namanya dan beliau tahdzir.
Cara yang ditempuh oleh Asy-Syaikh Muqbil ini sekarang telah menjadi sekedar ucapan: “Balajarlah, belajarlah, belajarlah, jangan bicara, belajar saja, jangan sibukkan diri kalian!” Ilmu yang tidak mewariskan upaya penjagaan terhadap As-Sunnah dan pembelaan terhadap As-Sunnah maka ini adalah ilmu yang tidak bermanfaat. Ini adalah Shufiyah.
Mereka hanya mengatakan: “Wahai para pemuda, tuntutlah ilmu, hendaklah kalian membekali diri dengan ilmu!” Akhirnya mereka pun disambar oleh hizbiyyah dan menjadi korban jam’iyah. Dan sampai sekarang di sebagian markaz ada yang masih mendengar kaset-kaset Hizbiyun dan kaset-kaset orang-orang yang suka membuat khurafat. Karena kita tidak mendidik murid-murid kita di atas sikap cemburu dan membela al-haq. Yang ada hanya ucapan: “Belajarlah dan jangan sibukkan diri kalian!” Inna lillah wa inna ilaihi raji’un.
Apakah guru kita Asy-Syaikh Muqbil menyuruh kita agar sibuk?! Demi Allah, beliau mengajarkan kita As-Sunnah, dan mengajarkan kita kecemburuan terhadapnya dan membelanya. Namun sekarang madzhab ini atau jalan salafiyah ini yang merupakan jalan yang ditempuh oleh Asy-Syaikh Muqbil, diinginkan untuk tidak dihargai dengan slogan: “Belajarlah dan jangan sibukkan diri kalian!” Kami telah melihat orang-orang yang semacam mereka ini. Kemudian setelah terjadinya fitnah –ini untuk meluruskan sejarah– dan saya katakan bahwa sebagian Masyayikh Yaman ada yang akan marah dan silahkan. Fitnah Sururiyah datang bersama dengan dibentuknya Partai Ishlah, dan di sana ada pihak-pihak yang mentazkiyah tokoh-tokoh Parta Ishlah dan menjamu mereka sebagai tamu, padahal Asy-Syaikh Muqbil mentahdzir mereka. Dan di sana ada pihak yang merasa berat dengan tahdzir Asy-Syaikh Muqbil.
Kita di Yaman dahulu tidak pernah mengatakan: “Cara Asy-Syaikh Ibnu Baz demikian dan cara fulan demikian.” Kita mengatakan: “Ini manhaj Salaf, yaitu tahdzir terhadap ahlul bathil.” Adapun dengan mengatakan: “Jangan sibukkan diri kalian dengan bantahan!” Kemudian setelah itu mereka datang membawa fitnah Haddadiyah. Mereka menakuti-nakuti para pemuda.
Ya akhi, fitnah Haddadiyah yang pertama kali membongkar kejahatannya adalah Asy-Syaikh Rabi’, bukan engkau. Demi Allah, seandainya kami mengikuti jalan yang engkau tempuh, niscaya kami tidak akan mengetahui apa itu Haddadiyah, kami tidak akan mengetahui Sururiyah, kami tidak akan mengetahui Ihkwaniyah, dan tidak akan mengetahui apapun. Seandainya kami mengikuti jalanmu ini, yaitu hanya dengan mengatakan: “Belajarlah, belajarlah!” Ya akhi, lebih baik engkau menjadi orang yang jahil tetapi di atas As-Sunnah, daripada engkau menjadi penuntut ilmu namun mubtadi’! Paham!? Lebih baik jahil tetapi di atas As-Sunnah, bukan menjadi penuntut ilmu namun mubtadi’.
Orang yang membuat bingung dan jahil ini yang kami dengarkan suaranya kemarin mengatakan: “Subhanallah, Asy-Syaikh Ubaid sekarang mentabdi’ Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam dan menyebutnya sebagai ikhwani dan telah menjadi ikhwani.” Demikian dia katakan. Saya katakan: dia telah berbuat jahat terhadap dirinya sendiri. Tanganmu sendiri yang mengikat dan mulutmu yang meniupnya (seperti orang yang meniup balon, ini adalah perumpamaan bagi orang yang merasa tidak bersalah, padahal dia sendiri yang berbuat –pent). Kenapa kalian tidak marah ketika Haddadiyun mengkafirkan Asy-Syaikh Rabi’ dan Asy-Syaikh Ubaid disebabkan perjanjian yang ditandatangani oleh Muhammad Al-Imam!?
Mereka mengatakan kepada beliau: “Muhammad Al-Imam adalah tanggung jawabmu, wahai Rabi’ dan juga tanggung jawabmu, wahai Ubaid. Dia telah mengatakan dan menandatangani kekafiran yang nyata dalam perjanjian tersebut, jadi jika tidak ada bantahan darimu terhadap ucapan tersebut maka berarti engkau bersamanya.” Kenapa kalian tidak bangkit kemarahan kalian untuk membela Masyayikh Ahlus Sunnah ketika mereka divonis mubtadi’ bahkan dikafirkan?!
Lihatlah buktinya di forum Haddadiyah di internet. Sebagian mereka ada yang mengkafirkan Asy-Syaikh Rabi’ dan Asy-Syaikh Ubaid disebabkan diamnya mereka terhadap disebabkan perjanjian yang ditandatangani oleh Muhammad Al-Imam. Namun tidak mungkin mereka akan diam.
Anehnya orang yang jahil ini datang untuk mencari muka kepada Muhammad Al-Imam dengan mengorbankan agamanya. Bukannya mengatakan: “Wahai Syaikh, ini adalah ucapan yang bathil, bertaubatlah –semoga Allah melindungi Anda–, bertaubatlah darinya agar kami bisa istirahat dari fitnah, dan agar tidak memecah belah para pemuda. Para ulama yang lebih tua dari Anda yang seusia kakek Anda telah menyalahkan Anda dan menuntut agar Anda bertaubat dan rujuk.”
Mereka orang-orang yang membela-belanya secara membabi buta mereka itulah yang berusaha membuat ridha banyak manusia dan mengatakan: “Alhamdulillah, kita telah membuktikan sikap yang tepat dari Masyayikh Yaman ketika terjadi fitnah.”
Fitnah yang mana itu?! Dahulu ketika terjadi fitnah tidak ada yang berani berbicara selain Asy-Syaikh Muqbil, saya katakan demi Allah. Saya umumkan, saya katakan, dan saya ulang-ulang bahwa mungkin mereka akan marah, dan kita siap menanggung akibatnya.
Para penuntut ilmu yang menghabiskan 25 tahun untuk menuntut ilmu masih mereka rendahkan dan mereka hinakan. Mereka meremehkannya dengan lebih sering memanggilnya menggunakan kata “Al-Akh”, kenapa demikian?! Karena mereka tidak mau tunduk dan tidak mau mengangguk dan mengatakan: “MARHABAN WAHAI SYAIKH, YANG ANDA KATAKAN BENAR, SEMOGA ALLAH MEMBALAS ANDA DENGAN KEBAIKAN, TIDAK PERLU SEDIH TERHADAP BANTAHAN TERHADAP ANDA, ANDA DI ATAS KEBENARAN.”
PARA PENUNTUT ILMU ITU TIDAK MENGATAKAN DEMIKIAN. TETAPI MEREKA MENGATAKAN KEBENARAN: “ANDA SALAH, WAHAI SYAIKH.”
MENJAGA DAKWAH TIDAKLAH DILAKUKAN DENGAN MENJAGA ORANG-ORANG TERTENTU (JIKA MEREKA TERUS-MENERUS MELAKUKAN KESALAHAN –PENT), TETAPI MENJAGA DAKWAH ADALAH DENGAN CARA MENJAGA PRINSIP-PRINSIP AGAMA.
(Sering digembar-gemborkan –pent): “MASLAHAT DAKWAH MENUNTUT SIKAP HATI-HATI.” DENGAN SLOGAN MASLAHAT DAKWAH INILAH ABUL HASAN BERHASIL MEMAKAN KORBAN SEKELOMPOK PARA PEMUDA DISEBABKAN SIKAP DIAM.
Juga dengan slogan maslahat dakwah inilah Al-Hajury berhasil memakan korban sekelompok para pemuda disebabkan sikap diam. Dan sebelum mereka slogan ini digunakan oleh Partai Al-Ishlah dan Partai Al-Hikmah. Sampai-sampai Asy-Syaikh Muqbil mengatakan: “Maslahat dakwah telah menjadi thaghut.” Maslahat dakwah adalah dengan cara menjaga prinsip-prinsip pokoknya, wahai para pemuda. Juga dengan menjaga pilar-pilar manhaj dan menjaga pilar-pilar akidah. Adapun manusia, jika Rabi’ salah maka beliau akan dibantah, demikian juga jika Ubaid salah maka beliau akan dibantah. Sebagaimana telah dibantah Al-Albany, Ibnu Baz, Ibnu Utsaimin, dan selain mereka yang mendahului mereka dari para ulama Salaf yang terjatuh pada kesalahan.
Hanya saja dengan kita menggambarkan bahwa semata-mata kita mengatakan bahwa si fulan salah maksudnya adalah kita berusaha untuk menjatuhkannya dan mengeluarkannya dari manhaj Salaf, maka yang seperti ini sama sekali tidak benar ya akhi.
TIDAK AKAN BISA MENJATUHKAN DIRIMU KECUALI PERBUATANMU SENDIRI. PERBUATANMU SENDIRILAH YANG AKAN BISA MENJATUHKAN DIRIMU. SEANDAINYA MANUSIA DAN JIN BERSATU UNTUK MENJATUHKANMU NAMUN ENGKAU DI ATAS KEBENARAN, MAKA DEMI ALLAH MEREKA TIDAK AKAN MAMPU UNTUK MENJATUHKAN DIRIMU. Saya berharap kalian bisa memahaminya. Demikianlah.
ABUL HASAN DATANG DENGAN MEMBAWA SLOGAN MASLAHAT DAKWAH, sementara si fulan yang lain mengatakan: “Abul Hasan adalah bintang.” Padahal para ulama telah mengeluarkan berbagai nasehat untuknya. Sedangkan yang lain mengatakan: “Mereka ini (orang-orang yang mentahdzir –pent) akan memecah belah dakwah, dan si fulan akan membakar kota Aden.” Kenapa mengatakan membakar kota Aden?! Karena dia mengatakan: “Abul Hasan salah.” Karena dia telah menasehati manusia dan menjelaskan kesalahan hingga mereka pun menjauhinya.
DEMIKIAN JUGA KETIKA DATANG FITNAH AL-HAJURY YANG ADA ADALAH SIKAP DIAM TOTAL.
Yang ini mengatakan: “Al-Hajury adalah mahkota di kepala kita.” Yang lain mengatakan: “Al-Hajury berada di barisan terdepan melawan musuh agama.”
SUBHANALLAH. DAKWAH PUN TERCABIK CABIK, PADAHAL MEREKA MENGKLAIM BERUSAHA MENCARIKAN MASLAHAT UNTUKNYA. INI TERJADI DISEBABKAN MENUNDA-NUNDA MENJELASKAN KEBENARAN DARI WAKTU YANG DIBUTUHKAN.
Ya akhi, tidak perlu mengadakan berbagai pertemuan atau ijtima’, demikian pula tidak butuh mu’tamar. Ketika engkau ditanya tentang sebuah kesalahan maka katakanlah salah. Jika tidak salah maka katakanlah tidak salah dan tanggunglah akibatnya. Adapun sikap basa basi dalam agama maka ini tidak diterima. Allah Azza wa Jalla berfirman:
الَّذِيْنَ يُبَلِّغُوْنَ رِسَالَاتِ اللهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللهَ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيْبًا.
“Orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan tidak takut kepada seorang pun selain kepada Allah.” (QS. Al-Ahzab: 39)
Para penuntut ilmu bisa jadi mereka akan menjadi teman dekat yang baik bagi Masyayikh mereka sehingga berani menjelaskan kesalahan, atau justru mempengaruhi mereka dan mendorong mereka untuk terus-menerus dalam kebathilan, sebagaimana yang dilakukan oleh si jahil ini dengan mengatakan: “Sabar dan kita telah berpengalaman menghadapi masalah dengan hikmah.” Hikmah macam apa?! Kapankah ketika datang fitnah di Yaman sikap dalam menghadapinya benar?! Kecuali di masa guru kita Asy-Syaikh Muqbil. Saya katakan dengan terang-terangan.
Asy-Syaikh Muqbil tidak mengadakan ijtima’ dan tidak meminta untuk melakukan ijtima’ terlebih dahulu sebelum menjelaskan kesalahan si fulan. Ketika telah jelas bahwa si fulan salah maka beliau mengatakan: “Si fulan salah, wajib atasnya untuk bertaubat.” Ini jika yang salah tersebut adalah seorang Ahlus Sunnah. Jika dia adalah seorang mubtadi’ maka beliau pun mengatakan: “Fulan mubtadi’.”
Sekarang ini untuk sekedar kita mengatakan bahwa perjanjian tersebut salah, kita masih menganggap besar urusannya jika pihak yang berani bicara adalah para penuntut ilmu, dan kita mengatakan demikian dan demikian. Ucapan: “JANGAN MENDAHULUI PARA PENUNTUT ILMU!” INI TELAH MENJADI SLOGAN, PADAHAL YANG DIMAUKAN ADALAH SIKAP DIAM.
Gambar 4. Syubhat yang beredar. Diamlah kalian!! Walaupun masyaikh Kibar telah berbicara dan menelanjangi kebatilannya.. dan menasehatinya untuk segera bertaubat. Sesungguhnya Malaikat maut tidak menunggu Iedul Adha jika Allah telah berkehendak. Bukankah Malaikat maut tidak akan menunggu taubatnya seseorang?
Demikian juga ucapan: “Jangan mendahului para ulama!” Padahal yang dimaukan adalah sikap diam. Mereka mengatakan: “Belajarlah, belajarlah!” Padahal yang dimaukan adalah: “Tidak perlu mewaspadai dan jangan mentahdzir hizbiyun!”
KETIKA ADA SESEORANG YANG BERADA DI SEBUAH MARKAZ ILMU DIA MEMPERINGATKAN SAUDARA-SAUDARANYA DARI SURURIYAH, DARI QUTHBIYAH, DARI HADDADIYAH, DAN DARI KELOMPOK-KELOMPOK YANG MENYIMPANG, DATANGLAH KEPADANYA ANCAMAN: “ENGKAU AKAN DIUSIR, JANGAN MENIMBULKAN KEKACAUAN DI TENGAH-TENGAH KAMI!”
Apakah seperti ini Salafiyah yang ditempuh oleh Asy-Syaikh Muqbil?! Tidaklah dakwah Asy-Syaikh Muqbil memiliki ciri khusus yang berbeda dari yang lainnya kecuali dengan cara memisahkan diri dan meninggalkan ahli bid’ah dan para pengekor hawa nafsu.
JADI SESEORANG YANG INGIN MEMBANGUN MARKAZ ILMU DI ATAS SIKAP LEMBEK DAN MENDIAMKAN KEBATHILAN, MAKA DIA TIDAK BERJALAN MENGIKUTI JALAN YANG DITEMPUH OLEH ASY-SYAIKH MUQBIL.
Kita juga mengatakan bahwa Asy-Syaikh Muqbil juga manusia. Tetapi yang tepat adalah manhaj Salaf yang ditempuh oleh Asy-Syaikh Muqbil. Kalau tidak demikian, Asy-Syaikh Muqbil jika ditunjukkan kepada kita sebuah kesalahan beliau maka kita katakan salah dan semoga Allah merahmati beliau dengan rahmat yang luas dan beliau adalah seorang imam.
Tetapi perkara yang sekarang ini terjadi dan para penuntut ilmu diminta untuk menempuhnya adalah: “Jangan berfatwa, jangan membantah seseorang, jangan mentahdzir, dan jangan berbuat ini dan itu, sampai engkau merujuk kepada pemilik markaz!” Siapa yang telah membuat kaidah semacam ini?! Saya seorang penuntut ilmu, saya menuntut ilmu dan belajar kepada ulama yang lebih berilmu dan lebih tua dibandingkan Anda, lebih dahulu dan lebih kuat kecemburuannya dalam membela As-Sunnah dibandingkan Anda. Maka saya tidak akan mendiamkan kesalahan, dan saya tidak akan meminta izin kepada fulan dan fulan hingga saya jelaskan bahwa ini adalah kesesatan. Yang ridha silahkan ridha dan yang marah silahkan marah.
Wahai orang-orang yang saya cintai, demi Allah, kami mengatakan hal ini karena merasa sakit. Fitnah-fitnah ini berturut-turut menimpa kami di Yaman dalam keadaan mayoritas dari kalian adalah orang-orang yang belajar di Yaman, hubungan kalian dengan dakwah di Yaman sangat besar, kalian adalah murid-murid dari Asy-Syaikh Muqbil, sebagian kalian ada yang kami dan dia sebaya, kita sama-sama belajar kepada guru kita Asy-Syaikh Muqbil atau datang setelah kami.
Intinya, fitnah-fitnah yang terjadi di Yaman di masa ini Allah menyelamatkan para pemuda Salafiyun dengan keberadaan Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah. Dahulu tidaklah sebuah hari melewati kami kecuali beliau membangkitkan kepada kami kecemburuan terhadap As-Sunnah dan membelanya serta membantah orang yang menyelisihi kebenaran. Jika dia seorang Ahlus Sunnah maka dilakukan dengan cara yang terbaik. Namun jika dia termasuk orang yang sesat maka tidak ada kemuliaan baginya.
SEKARANG MEREKA MARAH KETIKA ASY-SYAIKH UBAID MENGATAKAN (TENTANG ASY-SYAIKH AL-IMAM –PENT): “MUBTADI’ DAN IKHWANI.” KARENA SURAT PERJANJIAN TERSEBUT MENYERUPAI PRINSIP-PRINSIP AL-IKHWAN AL-MUSLIMUN. ASY-SYAIKH UBAID HANYA MENGATAKAN MUBTADI’ –WALHAMDULILLAH– DAN BELIAU TIDAK MENGATAKAN KAFIR. KARENA AL-IMAM JIKA DIA MEYAKINI KEBEBASAN BERFIKIR MAKA DIA TELAH MENGKAFIRKAN DIRINYA SENDIRI. DIA SENDIRILAH YANG TELAH MENGKAFIRKAN DIRINYA. KARENA –SEBAGAIMANA YANG PERNAH SAYA SEBUTKAN KEPADA KALIAN– DENGAN TEGAS DIA MENYATAKAN BAHWA KEBEBASAN BERFIKIR TERMASUK KEKAFIRAN. MAKSUDNYA MEMUTLAKKAN KEBEBASAN BERFIKIR, ENGKAU BOLEH MEYAKINI APA SAJA YANG ENGKAU INGINKAN. YANG SEPERTI INI DIHUKUMI OLEH MUHAMMAD AL-IMAM BAHWA ITU MERUPAKAN KEKAFIRAN. HANYA SAJA PARA ULAMA TIDAK MENGKAFIRNYA. PADAHAL HADDADIYUN MENGKAFIRKANNYA DAN JUGA MENGKAFIRKAN ASY-SYAIKH RABI’ DAN ASY-SYAIKH UBAID KARENA MEREKA MENDIAMKANNYA. APA INI WAHAI PARA PEMUDA?!
WAHAI SAUDARA-SAUDARA KAMI DI MA’BAR, JANGANLAH KALIAN MENDORONG ASY-SYAIKH MUHAMMAD AL-IMAM KEPADA KEBATHILAN.
KEMARIN SAYA MENDENGAR UCAPAN BELIAU YANG HAKEKATNYA MERUPAKAN UCAPAN YANG TIDAK PANTAS BELIAU KATAKAN BERSAMAAN KELUARNYA PERKATAAN PARA ULAMA DALAM MENASEHATI BELIAU.
UCAPAN KATAKAN BERSAMAAN TERSEBUT ADALAH: “KITA BERSABAR, KITA DALAM KENIKMATAN BESAR DAN DALAM KENIKMATAN YANG KARENANYA ADA YANG DENGKI KEPADA KITA…” SEBELUMNYA BELIAU MENGATAKAN: “DAKWAH TIDAK AKAN MATI JIKA MUHAMMAD AL-IMAM MATI.”
Gambar 5. Hikmah macam apa sehingga kalam Syaikh Al Abbad dalam masalah yang lainpun dibawa-bawa untuk mendongkrak memuliakan nama beliau dan menaikkan bobot “hikmah” isi perjanjian yang batil tersebut setelah para ulama mentahdzir dan membongkar kebatilan isi perjanjian tersebut
SIAPA YANG PERNAH MENGATAKAN UCAPAN SEMACAM INI?! MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WAS SALLAM WAFAT NAMUN DAKWAH TIDAK MATI. UCAPAN YANG BERNADA TINGGI SEMACAM INI TERTOLAK.
Allah berfirman:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ.
“Dan berendah dirilah engkau terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hijr: 88)
Juga firman-Nya:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ.
“Dan berendah dirilah engkau terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS. Asy-Syuara’: 215)
Tawadhu’lah Anda dalam berbicara, terlebih lagi ketika Anda berbicara kepada orang yang lebih berilmu dari Anda yang menasehati Anda! Yang wajib adalah dengan mengatakan: “Dengan senang hati, ungkapan-ungkapan yang kalian peringatkan terhadap saya maka saya bertaubat darinya.” Ketika itulah Allah akan mencukupi kaum Mu’minin dan berakhirlah fitnah.
Adapun ucapan: “Sabar.”
Sabar terhadap apa?!
Gambar 6. Menetapi pembelaan terhadap isi perdamaian yang sangat batil
Apakah sabar dalam menyelisihi Ahlus Sunnah?!
Sabar dalam menetapkan kebathilan?!
Kita memohon ampunan dan keselamatan selamanya kepada Allah. Kita mengatakan hal ini dalam keadaan terluka dan ikut merasakan sakit.
MAKA SEBAGAIMANA LISAN YANG TIDAK TERKENDALI TELAH MENYERANG MASYAYIKH KIBAR KITA, MAKA SEPANTASNYA LISAN-LISAN INI UNTUK DIBUNGKAM, KARENA TELAH LANCANG TERHADAP PARA IMAM DAKWAH.
Para ulama itu merupakan sebab dan telah Allah jadikan sebagai sebab untuk melenyapkan berbagai fitnah dan keburukan dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah di seluruh penjuru dunia, bukan hanya di Yaman saja. Asy-Syaikh Rabi’ dan Asy-Syaikh Ubaid –semoga Allah menjaga beliau berdua– berbagai masalah diajukan kepada mereka dari semua penjuru dunia. Dari belahan bumi yang paling timur hingga belahan bumi yang paling barat dan dari utara hingga selatan. Perkataan mereka dan perkataan Masyayikh Salafiyun yang lain yang kaki mereka masih tegar dan kokoh ilmu mereka dalam ilmu syari’at dan dalam menghadapi fitnah, alhamdulillah perkataan mereka merupakan solusi dan pemadam bagi keburukan fitnah.
Adapun ucapan yang bernada tinggi dan menyombongkan diri kepada para penuntut ilmu dan sebelumnya kepada para ulama, maka ini merupakan perkara yang tidak diterima. Asy-Syaikh Arafat sekarang ini di usia kisaran 40 tahun. Kapan kalian menginginkan beliau boleh untuk menulis?!
APAKAH YANG BOLEH MENULIS HARUS ORANG-ORANG YANG NAMA MEREKA DITULIS BERSAMA KALIAN OLEH ASY-SYAIKH MUQBIL DALAM WASIAT BELIAU?!
Wasiat tersebut yaitu wasiat Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah, beliau tulis untuk Masyayikh yang beliau anggap mereka di atas kebenaran dan akan terus di atas kebenaran. Dan dalam hal ini kita bersama guru kita, hal ini tidak masalah. Walaupun tidak ada seorang ulama pun yang melakukannya. Hanya saja, apakah hal ini merupakan jaminan dari Asy-Syaikh Muqbil bahwa mereka tidak akan berubah?!
Setelah Asy-Syaikh Muqbil wafat maka yang pertama kali yang tergelincir adalah Abul Hasan. Ini terjadi di awal-awal setelah wafatnya Asy-Syaikh Muqbil. Hal itu merupakan peringatan dari Rabb kita bahwa bahwa wasiat yang ditulis oleh Asy-Syaikh Muqbil bukanlah stempel ma’shum bagi orang-orang yang namanya ditulis di dalamnya.
Kemudian setelah itu yang menyimpang adalah Al-Hajury. Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menyelamatkan nama-nama yang tersisa dalam wasiat beliau tersebut agar tidak menyimpang dari jalan yang benar, dan semoga Allah mengokohkan mereka di atas jalan yang ditempuh para ulama kita yaitu ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, baik yang telah dahulu maupun yang belakangan.
Maksud dari penjelasan ini adalah munculnya ucapan sebagian orang: “Si fulan tidak disebut namanya dalam wasiat tersebut.” Yang lain mengatakan: “Syaikh ini guru-gurunya adalah Masyayikh Yaman.” Ini adalah ungkapan yang berlebihan. Wajib atas engkau untuk menerima kebenaran dari siapa saja yang membawanya, kalau tidak maka ini hanya slogan dan kaidah-kaidah yang hanya kita ulang-ulang namun tidak kita amalkan. Siapkan dirimu untuk menerima kebenaran, walaupun pahit rasanya, walaupun merugikan dirimu! Allah berfirman:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوْا اعْدِلُوْا.
“Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum menjadikan kalian untuk tidak berbuat adil, berbuat adillah.” (QS. Al-Maidah: 8)
Namun ketika kebenaran datang merugikanmu, tiba-tiba engkau bersikap sombong, menentang, dan menghalangi orang lain darinya. Mana yang dahulu engkau katakan?! Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ. كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللهِ أَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah disebabkan kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (QS. Ash-Shaff: 2-3)
SAYA ULANGI BAHWA SESUNGGUHNYA FITNAH-FITNAH YANG TERJADI DI YAMAN DIANTARA SEBAB TERBESAR TERSEBARNYA ADALAH TIDAK ADANYA KEBERANIAN UNTUK TERANG-TERANGAN MENGATAKAN KEBENARAN SEJAK AWAL DAN MENUNDA-NUNDA PENJELASAN DARI WAKTU YANG DIBUTUHKAN.
Akibatnya para pemuda pun terpecah-pecah menjadi beberapa kelompok dan golongan. Seandainya semua pihak sepakat dan bersatu untuk terang-terangan mengatakan kebenaran, maka demi Allah minimalnya keburukan akan berkurang dan banyak pemuda akan bisa dikembalikan kepada kebenaran.
Saya telah menyebutkan rangkaian sejarah bagi fitnah-fitnah ini dan demikianlah keadaannya. Sebagian mereka dahulu ada yang merasa sakit dengan perkataan Asy-Syaikh Muqbil. Dan kami tidak ingin mengungkap file-file dari bukti-bukti tersebut sekarang ini dan semua itu terarsipkan pada kami alhamdulillah. Dan saya katakan kepada semua orang di Yaman: Hani bin Buraik memiliki file bukti yang berusia 25 tahun. Saya tidak akan melakukan seperti yang dikatakan oleh Al-Hajury: “Kami memiliki file bukti dari si fulan dan fulan.”
KAMI MEMILIKI FILE-FILE SEJARAH PERISTIWA DAN UCAPAN SEMUA PIHAK YANG TERJUN DI MEDAN DAKWAH KETIKA TERJADINYA PERISTIWA-PERISTIWA TERSEBUT DAN SIKAP SEMUA PIHAK YANG TERJUN DI MEDAN DAKWAH KETIKA TERJADINYA FITNAH-FITNAH TERSEBUT, AGAR KAMI BISA MENGETAHUI SIAPA YANG MENGKLAIM BAHWA DIA ADALAH ORANG YANG DI ATAS SIKAP HIKMAH DAN DIA BERADA DI ATAS KEBENARAN.
Jadi agar kami mengetahui ketika semua perkara ini tersingkap siapa yang berada di atas kebenaran dan siapa yang berada dalam kebathilan. Demikian juga apa perlu kita datangi orang-orang yang sombong dan kita katakan: “Kami di atas kebenaran.”
Ketika muncul fitnah Kitaf para ulama berfatwa agar menolak kejahatan dari saudara-saudara mereka, dan kita tidak pernah membayangkan akan ada seorang pun yang menyelisihi fatwa tersebut. Terlebih lagi setelah orang-orang Dammaj meminta pertolongan.
NAMUN BIS-BIS YANG MENGANGKUT BALA BANTUAN UNTUK MENOLONG SAUDARA-SAUDARA MEREKA MENGHADAPI MUSUH DI KITAF TIBA-TIBA JUSTRU PULANG LAGI DISEBABKAN PENGGEMBOSAN TERHADAP FATWA UNTUK MENOLONG IKHWAH TERSEBUT.
Maka kita pun tenggelam dan hidup dalam ketakutan terhadap konspirasi konspirasi konspirasi konspirasi konspirasi, hingga salah seorang di sana ada yang menolah noleh karena khawatir ada mata-mata atau intelejen atau khawatir ada orang yang mencari-cari informasi, hingga ada yang mengatakan: “Hati-hati, dinding-dinding memiliki telinga.”
Maka wahai saudaraku, kita adalah Salafiyun. Kita akan terang-terangan menyampaikan dakwah kita dan tidak ada pada kita pertemuan-pertemuan rahasia untuk menetapkan perkara-perkara dakwah. Tidak ada pada kita perkara rahasia sama sekali. Dakwah Salafiyah lahir atau batinnya sama. Tidak ada pada kita sesuatu yang ditetapkan di majelis-majelis rahasia hingga kita merasa khawatir dengan mengatakan: “Dinding-dinding memiliki telinga.” (kalimat yang kurang jelas –pent) KENAPA HARUS MENIPU DENGAN MENYATAKAN ADA KONSPIRASI DAN MENAKUTI-NAKUTI PARA PEMUDA DENGAN SEMUA HAL?! Seperti dengan menyatakan: “Ada konspirasi, musuh ingin kalian berkumpul di Kitaf dan Amerika akan memukul kalian. Demikian yang dikatakan oleh si fulan dan fulan kepada kami.” Mereka sangat ketakutan terhadap musuh. Kenapa?! Karena memandang ada konspirasi. Maka hendaknya kita takut kepada Allah Azza wa Jalla.
Jadilah kalian orang-orang yang berpegang dengan syari’at dan jangan dengan pandangan politik! Bersikaplah berdasarkan nash-nash syari’at dari manhaj Salafus Shalih, dan jangan berdasarkan surat kabar dan majalah serta kabar-kabar di berbagai forum internet dan selainnya! Lalu muncul ucapan: “Kami mengetahui apa yang terjadi di sekitar kami, kami mengetahui negara-negara dan keadaan negara-negara itu…” Sementara para ulama tidak mengetahui?! Masyayikh Ahlus Sunnah tidak mengetahui?! Seorang ulama tidak boleh berfatwa tentang sebuah peristiwa sampai dia memenuhi syarat-syarat berfatwa. Mungkin sebagian pihak ada yang merasa heran terhadap ucapan yang penuh semangat yang menggebu-gebu ini.
HANYA SAJA KAMI KATAKAN: DINDING BERKATA KEPADA PASAK: “KENAPA ENGKAU MENGOYAKKU?! MAKA PASAK MENJAWAB: “TANYALAH SIAPA YANG TELAH MEMUKULKU?!”
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan karunia dan kemurahan-Nya agar memberi taufik kepada Muhammad Al-Imam untuk bertaubat dan tidak menyombongkan diri dan tidak keras kepala, DAN SEMOGA ALLAH MENJAGA KITA DARI KEJAHATAN HIZBIYUN YANG SEKARANG INI MEREKA MENGEJEK DAN MENGOLOK-OLOK AHLUS SUNNAH DISEBABKAN SURAT PERJANJIAN TERSEBUT, SEDANGKAN HADDADIYAH –SEBAGAIMANA YANG TELAH KALIAN DENGAR– MEREKA BERBUAT BODOH, MENTABDI’ DAN MENGKAFIRKAN MASYAYIKH KITA DISEBABKAN SURAT PERJANJIAN TERSEBUT.
Jadi kita bersama para ulama dan para penuntut ilmu senior yang telah menulis dan akan menulis lagi dan mereka tidak dibuat gentar oleh upaya menakuti-nakuti, ancaman, dan semua ucapan, seperti: “Kalian jangan mendahului para ulama!”
Ya akhi, mana sikap mendahului para ulama?! Siapa yang berbicara dan mentabdi’ atau mentahdzir tanpa bersama ulama kibar?! Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala taufik dan jalan yang lurus serta tetap kokoh pada masa-masa fitnah. Dan apa yang sekarang kalian dengar dari rekaman-rekaman atau ucapan yang terlontar untuk menyerang para ulama kita, seakan-akan mereka membiarkan para murid yang dungu untuk membantah!
Jadi kita tidak tahu siapa yang mereka maksud sebagai orang-orang kecil itu?! Demi Allah, saya tidak mengetahui siapa orang-orang kecil itu?! Apakah dianggap kecil orang-orang yang telah belajar selama 25 tahun?! Yaitu seperempat abad mereka belajar namun masih dianggap sebagai orang-orang kecil?! Apakah kalian menginginkan memonopoli rujukan imiyah hanya kepada orang-orang tertentu saja?!
Dan sebagian orang ada yang memang telah menyatakan hal semacam itu dengan terang-terangan. Dia mengatakan: “Urusan Yaman tidak akan kami ambil pemecahannya kecuali dari Masyayikh Yaman.” Padahal berkaitan dengan Al-Hajury, Asy-Syaikh Al-Wushaby mengatakan: “Kita mengharapkan perkataan Asy-Syaikh Rabi’.”
Ketika terjadi fitnah Abul Hasan, Muhammad Al-Imam dan Asy-Syaikh Al-Bura’iy menulis: “Kami berharap Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah untuk menjelaskan prinsip-prinsip Abul Hasan yang rusak.” Maka kenapa kalian tidak menjelaskannya, padahal Abul Hasan di sisi kalian di Yaman?! Kenapa kalian meminta kepada Asy-Syaikh Rabi’ untuk menjelaskannya?!
Ya ikhwah, harus ada upaya nasehat. DAN ORANG-ORANG INI YANG BERADA DI BAWAH ASY-SYAIKH AL-IMAM ATAU DI BAWAH MASYAYIKH DI MARKAZ-MARKAZ YAMAN YANG ORANG-ORANG TERSEBUT TIDAK TAKUT KEPADA ALLAH DAN INGIN MENJUAL AGAMANYA DEMI MENDAPATKAN KEDUDUKAN DI SISI ASY-SYAIKH AL-IMAM.
Gambar 7. Contoh bukti seruan terbuka (yang menyelisihi manhaj salaf) Syaikh Al Imam agar Raja Abdullah Saudi bertaubat…terpaksa(?)
TAKUTLAH KEPADA ALLAH, JANGAN ENGKAU JUAL AKHIRATMU DEMI DUNIA ORANG LAIN! BERTAKWALAH KEPADA ALLAH, JANGAN ENGKAU JUAL AKHIRATMU DEMI DUNIA ORANG LAIN! ENGKAU JUAL AKHIRATMU DEMI KEMULIAAN AL-IMAM DI DUNIA DAN JUGA DEMI KEMULIAAN SYAIKH FULAN DAN FULAN. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Kita cukupkan sampai di sini. Dars insya Allah kita rubah waktu menyesuaikan majelis-majelis sebelumnya.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Audio:
atau download di sini
Baca artikel terkait:
Lagi-lagi Fatwa Palsu: Asy Syaikh Rabi’ Melarang Menyebarkan Vonis Asy Syaikh Ubaid Al Jabiri!!
Tidak Semua Fitnah Dijauhi Dan Dihindari
Bimbingan Dan Harapan Terkait Fitnah Isi Perjanjian Asy Syaikh Al Imam Dengan Pentolan Hutsiyun
Baarakallahu fikum ya syaikh robi’, ya syaikh ‘ubaid, ya syaikh ‘arafat wa syaikh hani, wa jazaakumullohu khoiran