Apakah Syaikh Utsman As Salimi Menyimpang?

Bismillahirrohmanirrohim. o

Apakah syaikh utsman as salimi menyimpang

APAKAH SYAIKH UTSMAN AS SALIMI MENYIMPANG?

(Al ustadz Luqman Ba’abduh hafizhahullah)

Pertanyaan:

Afwan ustadz saya mau bertanya, apakah Syaikh Utsman as Salimi menyimpang ? Jazakalloh khair atas jawabannya

Jawaban:

Wallahi biar ulama yang menjawab dia menyimpang ataukah tidak. Tetapi muncul dari dia beberapa kebathilan dari beberapa ucapannya. Baaraaallahu fiikum

Antara lain, dia mengucapkan dalam majelis di bandara Soekarno Hatta dengan Dzulqarnain cs — dan itu terekam — bahwa dia sebenarnya ingin memerangi sikap berlebihan dalam membantah ahlu bidah — menurut dia —, berdasarkan laporan Dzulqarnain dan yang bersamanya.

Bermula dari pertanyaan Dzulqarnain — pengaduan Dzulqarnain — yang mengatakan bahwa “Yaa Syaikh di indonesia ini ada sebagian dai yang mengadakan dauroh — punya kebiasaan mengadakan dauroh — selama dua hari atau tiga hari tentang Ihya at-Turats. Di daerah – daerah yang di sana mereka belum tahu tentang Ihya Turots.” Na’am.

TERAKHIR DZULQARNAIN MENGAKUI BAHWA UCAPANNYA INI TIDAK BENAR ALIAS DUSTA !

Bukti sempat mengakui sebagai laporan dusta kepada Syaikh Salimi

Gambar 1. Bukti sempat mengakui sebagai laporan dusta kepada Syaikh Salimi

Utsman as Salimi mendirikan fatwanya — jawabannya — DI ATAS KEDUSTAAN DZULQARNAIN.

Apa dia katakan ?

“Yaa gak sebenarnya dauroh dua hari tiga hari. Semestinya dikaji di sana kitab – kitab ilmiah. Bukan antum datang jauh – jauh ke tempat tersebut hanya untuk mentahdzir dari Ihya Turats.”

ANA RIWAYATKAN SECARA MAKNA — sebenarnya catatannya ada pada saya transkripnya — , tapi saya menyebutkan di hadapan antum secara makna. Baarakallahu fiikum.

(lanjutan ucapan Utsman as Salimi, red) “Mentahdzir hizbiyyin, Ikhwanul Muslimin, cukup dalam waktu lima belas menit. Cukup dalam waktu lima belas menit !”

Si Pendusta Sofyan Ruray tanpa merasa malu sedikitpun menyebarluaskan

Gambar 2. Si Pendusta Sofyan Ruray tanpa merasa malu sedikitpun menyebarluaskan kepada umat hasil kerja (baca: makar) kadzdzabun  MLM berupa fatwa daripada Syaikh Salimi hasil laporan dusta ketua panitia Daurahnya, Al ustadz Dzulqarnain. Allahul musta’an.

Subhanallah ! Dia rupanya lupa terhadap warisan gurunya — Syaikh-nya, Syaikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i —. Mungkin dia lupa, perlu diingatkan. Kalau dia yatanaasaa — pura – pura lupa — maka urusannya antara dia dengan Allah. Tapi kita ingin menjelaskan.

Berbicara tentang hizbiyyin atau Ikhwanul Muslimin cukup lima belas menit, wahai Syaikh ?! Sementara Syaikh Muqbil mentahdzir Yusuf al Qaradhawi dalam tiga kaset hampir tiga jam ! Dan beliau meliburkan pelajaran pada malam itu — pelajaran Shahih Muslim, pelajaran al Mustadrok karya Imam al Hakim —. Dan seingat saya itu selama dua hari. Tidak cukup malam itu dilanjutkan pada waktu berikutnya !

Gak cukup ternyata Syaikh Muqbil berbicara tentang seorang Yusuf Qaradhawi dalam 15 menit.

Bukti nyata Syaikh Muqbil jalsah khusus manhaj lebih dari seperempat jam

Gambar 3. Bukti nyata Syaikh Muqbil jalsah khusus manhaj lebih dari seperempat jam!!!!

Ke mana anda waktu itu, wahai Syaikh Utsman ?

Apakah anda duduk ada di hadapan Syaikh Muqbil ? Kalau lupa, saya ingatkan hari ini.

Syaikh Muqbil membantah Abdurrahman Abdul Khaliq berkali – kali bermajelis majelis — kadang muhadharah khusus — tentang Ihya Turats atau tentang Abdurrahman Abdul Khaliq. Kadang dalam bentuk soal jawab yang diajukan oleh Ahlussunnah dari Kuwait atau dari Emirat, dari Saudi, dari Inggris dan yang lainnya.

Berulang kali ! Kadang – kadang membantah Abdurrahman Abdul Khaliq di tengah pelajaran. Ketika ada sebuah hadits atau sebuah ayat yang di dalamnya mengandung sebuah bantahan terhadap bid’ah Abdurrahman Abdul Khaliq.

Membantah Abdul Majid az Zindani berkaset – kaset — bahkan antara lain ditranskrip sampai menjadi sebuah kitab — membantah (Kuliyatul) Iman Abdul Majid az Zindani. Menjadi sebuah kitab — transkrip dari tahdzir Syaikh Muqbil —.

Tahdzir Syaikh Muqbil terhadap Abdurrahim (Ath Thahhan) (al Hindi) juga demikian, dicetak dalam satu kitab tranksripnya.

Berjam-jam ! Berhari hari berbicara tentang ahlu bathil.

Tentang Safar al Hawali, Salman al Audah, tentang Sururiyah ! Tentang Abdul Majid ar Raimi — salah satu pimpinan Jam’iyyah di Yaman yang berpaham Khawarij —, tentang Muhammad Musa al Baidhani — menantunya sendiri yang hizby —. Ndak main – main hatta menantu — suami putrinya yang pertama —. Gak peduli Syaikh Muqbil karena memang sunnah ini tidak mengenal basa – basi. Al haq harus dibela bathil harus dibantah ! Jangan ashabiyyah. Jangan kemudian membantah hizby yang ini hizby yang itu — sama kesesatannya —, tidak dibantah karena menantunya ?! Laa !

Wahai Utsman as Salimi apakah anda lupa ini semua ?! Ternyata tidak cukup lima belas menit yaa akhi ! Dan kaset –kaset Syaikh muqbil menjadi bukti. Lengkap !

(Demikian juga, red) Syaikh Al Albani ! Ribuan kasetnya bisa antum periksa. Berapa banyak di antara kaset – kaset itu beliau membantah ahlu bid’ah ?! Tidak cukup satu dua jam ! Tidak cukup satu, dua, tiga, sepuluh kaset ! (Sedangkan, red) Anda (Utsman as Salimi, red) mengatakan cukup lima belas menit ?!!!!

Laa kalau sekedar mau mengatakan, “Ikhwanul Muslimin yaa ikhwan berpaham Khawarij, mereka ahlu bid’ah !”. Lima detik cukup !

Tapi khan butuh penjelasan. Siapa Ikhwanul Muslimin ? Apa prinsip – prinsipnya ? Bagaimana aqidah pendirinya ? Bagaimana aqidah tokoh – tokoh Ikhwanul Muslimin ?

Gak cukup satu buku satu jilid !

Ulama telah menulis tentang Ikhwanul Muslimin dalam berbagai karya.

Yaa Utsman as Salimi jangan demikian anda mendidik anak didik anda ! Jangan ! Baarakallohu fiikum.

DAN KETAHUI BAHWA JAWABAN ANDA INI BERDASARKAN KEDUSTAAN DZULQARNAIN !

Coba Anda telpon Dzulqarnain tanyakan, “Benarkah data yang kau sampaikan kepadaku ?”. Tanyakan coba ! Ana berharap Utsman as Salimi menelepon Dzulqarnain atau Dzulqarnain menelepon Utsman as Salimi — sebagai bukti tobatnya juga —, telpon Utsman as Salimi dan katakan, “Wahai Syaikh, data yang aku sampaikan tentang masalah ini (berbicara masalah Ihya Turats dua tiga hari, red) itu tidak benar.”

Sehingga Utsman as Salimi bisa menyatakan, “Saya tobat dari jawaban itu.” Na’am.

BERBICARA TENTANG IKHWANUL MUSLIMIN CUKUP LIMA BELAS MENIT, BERBICARA TENTANG LUQMAN BAABDUH GAK CUKUP LIMA BELAS MENIT ?!

Dalam dua kali peristiwa. (Yang pertama, red) Di ma’hadnya di daerah Dzamar — oleh – oleh umroh katanya —. Oleh – oleh umroh ? Bicara tentang Luqman Ba’abduh lebih banyak dari oleh – oleh umrohnya ! Nasehat sepulang umroh maksudnya — di bulan Syawal yang kemarin ini —. Diulangi lagi menjawab penelponan seorang ahlu syubhat FARHAN ACEH, juga berbicara tentang Luqman Ba’abduh !

Ternyata nggak cukup lima belas menit !

Karena memang Luqman Ba’abduh itu lebih sesat dari Ikhwanul Muslimin !

Yaa Syaikh, ittaqillah ! Dan Anda tidak kenal siapa penanya itu.

Anda tidak kenal siapa penanya tersebut !

Dan Anda kenal Luqman Ba’abduh sebelum kenal Dzulqarnain !

Siapa Farhan Aceh di hadapan Anda ?!

Seorang alim akan bertatsabbut dulu, Siapa Anda ? Data antum ini dari mana ?”

Saya mau klarifikasi — baarakallahu fiikum —.

Ketika di dalam majelis bandara Soekarno Hatta — sebenarnya saya ingin mengkhususkan waktu untuk membantah Utsman as Salimi, na’am baarokallohu fiikum, tapi ini sebagai muqaddimah — , waktu itu disampaikan oleh Jafar Shalih dan yang bersamanya di majelis itu dihadiri oleh Abdul Barr, Abdul Mu’thi dan yang lainnya, Dzulqarnain — di hotel bandara Soekarno Hatta —, na’am tentang radio Rodja.

“Ini Syaikh tentang radio Rodja.”

Kemudian dia menjawab, “Bukankah kalian sudah mendapatkan jalan keluar dan jawaban dari Syaikh Rabi’ ? Yaa ahsan berjalan di atas jawaban yang sudah Syaikh Rabi’ berikan.”

— Bagus kan ? Masya Allah —.

Kita ikuti berikutnya.

Ja’far Shalih mulai mengoceh terus.

“Ini yaa Syaikh, tapi radio ini Syaikh menyebarkan tauhid, banyak orang yang mengambil manfaat yaa Syaikh. Ini begitu begini begitu — terus (menyebutkan kebaikan rodja, red) —. Pemimpinnya itu Badrussalam, dia seorang salafy Syaikh !”

Terus dibawa ke sana kemari Syaikh. Syaikh – nya rupanya pusing.

Akhirnya dia mengatakan, “idzan fiihaa khair. Idzan mas’alah ijtihadiyah. Kalau begitu radio ini ada kebaikannya. Kalau begitu masalah ini masalah ijtihad.”

Subhanallah !

Tadi di awal mengatakan hendaknya kalian berjalan di atas fatwa Syaikh Rabi’ — DAN FATWA SYAIKH RABI’ ITU BERDASARKAN MAJELIS YANG DIHADIRI OLEH KEDUA BELAH PIHAK — sementara majelis anda di bandara Soekarno Hatta hanya satu pihak !

KEDUA,  ANDA SUDAH TAHU SYAIKH RABI’ BERFATWA — KIBAR SUDAH BERFATWA — KENAPA MELANGKAHI FATWA KIBAR ?! KEMUDIAN MENGATAKAN, “KALAU BEGITU RADIO INI MENGANDUNG KEBAIKAN”

“Coba nanti upayakan,” katanya.

Yaa subhanallah !!!

Tentu beda memang yaa ikhwan dengan kibar. Semisal Syaikh Rabi’, Syaikh al Albani, Syaikh Muqbil dan yang lainnya. Ketika ada orang dalam pembicaraannya itu MENCLA – MENCLE — tahu mencla mencle ? —, ada syubhat yang dia maukan di situ.

Kalau kibar itu memahami, ini mau ke mana ini orang.

Sudah di samping keilmuannya yang matang, umurnya yang sudah lanjut itu tadi, berisi pengalaman yang banyak tentang karakter macam – macam orang.

Antum perhatikan ketika Jafar Shalih di hadapan Syaikh Rabi’ mengatakan:

, “Yaa Syaikh, tetapi pemateri di radio ini mereka juga mengajarkan sunnah, mengajarkan (Aqidah, red) Washitiyyah, ini itu, ini itu” — sekali lagi ini ana meriwayatkan dengan makna, ada catatannya lengkap ya nash ucapannya  yaa—

Syaikh Rabi’ gak kemudian (berkata, red), “Oh, begitu ? Mereka mengajarkan tauhid ? Kalau begitu mereka baik”.

Oh, ndak ! Syaikh faham maksudnya.

“Ana mau tanya,” kata Syaikh (Rabi’, red), “bukan kah Safar al Hawali yang Khawarij dan Salman al Audah mengajarkan (Aqidah, red) Washitiyyah bahkan Thahawiyyah ?! Hah ?!”

“Iya, Syaikh”

“Salafy Safar al Hawaly karena mengajarkan (Aqidah, red) Washitiyyah ?!”

Ndak bisa berbuat apa – apa. Na’am.

Dzulqarnain mengatakan:

, “Yaa Syaikh, di tempat kita ada seorang namanya Abdul Ghafur ! Dia seorang yang jahil, Syaikh ! Dia mencari kaset – kaset saya ! Mencari kesalahan – kesalahan saya dalam kaset – kaset !”

Syaikh Rabi’ gak bilang, “Kalau dia jahil, suruh diam ! Ndak usah berbicara ! Dia jahil, tinggalkan dia ! Haadzaa Abdul Ghafur”, Nggak !

Syaikh langsung (berkata, red), “Idzaa kaanat akhtho’uka muntasyiro yuskat ‘anha ? Kalau kesalahanmu tersebar, didiamkan ?!”

Dari mana Syaikh tahunya tersebar ? Karena dia bilang, “dalam kaset – kaset saya”.

(ed., Simak dialog “dramatis” antara Asy Syaikh Rabi’ dengan Al ustadz Dzulqarnain ini pada makalah berjudul:

http://tukpencarialhaq.com/2013/09/29/sikap-ahlussunnah-terhadap-kesalahan-yang-tersebarluas/ )

Yaa Syaikh Rabi’ itu detail ! Ndak sembarangan yaa ikhwan !

Ketika saya sampaikan kepada beliau di bulan April kemarin — atau di bulan Maret yang lalu, atau barakallahufiik di bulan Mei, kemarin ini sebelum Ramadhan —, saya bawakan transkrip dialog Ali Hasan al Halaby di TV ONE. Beberapa lembar itu — enam atau tujuh lembar —.

Syaikh dalam keadaan sibuk. Saya dipanggil ke kamar khusus beliau, tafadhol, ana naik kemudian ana serahkan, “Ini Syaikh dialog Ali Hasan”

Itu Syaikh langsung ambil ballpoint. Duduk, baca.

Saya duduk.

Syaikh gak ngajak bicara saya. Serius !

Dicatat !

Kasih ta’liq, footnote.

Buka lembaran berikutnya.

Sudah tua ! Syaikh melihat. Gak pakai kacamata tadi, na’am.

Pandangannya lebih sehat dari saya, na’am.

Serius !

Gak kemudian Syaikh (berkata, red), “Kamu jangan sibukkan dengan ini yaa akhi. Antum belajar”.

Gak ! Syaikh tahu amanat pembinaan ummat ! Melindungi ummat dari bid’ah dan ahlu bid’ah ! Dihargai oleh Syaikh !

Na’am, demikian pembinaan yaa ikhwan. Baarakallahu fiikum.

Simak audionya:

atau download di sini

Artikel terkait:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *