Jeritan Ahlussunnah dari Fiyusy Atas Kezhaliman Al Mughaffal Abdurrahman Al Adany (Bag. 1)

Bismillahirrohmanirrohim. o

jeritan ahlussunnah dari Fiyusy

JERITAN AHLUSSUNNAH DARI FIYUSY ATAS KEZHALIMAN AL MUGHAFFAL ABDURRAHMAN AL ADANY

BAGIAN PERTAMA

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبي الرحمة المبعوث رحمة للعالمين القائل: انصر أخاك ظالما أو مظلوما… أما بعد:

Kami menulisnya padahal sebenarnya kami tidak ingin menulis. Tetapi ini seperti pepatah Arab yang menyatakan: “Saudaramu terpaksa melakukannya, bukan karena dia pemberani.”

Hal tersebut didorong karena apa yang menimpa dakwah Salafiyah berupa perpecahan dan perselisihan adalah karena disebabkan mendiamkan kezhaliman yang muncul di tengah-tengah orang-orang yang menempuh dakwah ini, juga karena mendiamkan orang yang zhalim dengan dalih menempuh sikap hikmah. Padahal apa yang terjadi pada fitnah Hajury sudah cukup sebagai pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran.

Fitnah Hajury berawal dengan melakukan kezhaliman terhadap para thullab dengan cara mencela mereka dengan cara yang bathil, dan fitnahnya berakhir dengan mengikuti bid’ah Haddadiyah yang zhalim itu.

Sekarang, agar sejarah tersebut tidak berulang, kami ingin mengingatkan sebagian perkara yang telah terjadi di Darul Hadits Fiyusy, dan hal itu bukan bermaksud untuk mencela Darul Hadits, tetapi sebagai bentuk nasehat bagi para pengurusnya, walaupun kebanyakan mereka adalah orang awam.

Dan demi Allah, ini kami katakan setelah menyampaikan nasehat dari Masayikh Kibar dan para dai.

Siapa saja yang menyaksikan langsung keadaan yang terjadi, niscaya dia akan mengetahui perubahan yang mengagetkan dan tiba-tiba.

Kami akan menyebutkan beberapa lembar fitnah Hajury dan kezhalimannya serta apa yang menimpa kami di Fiyusy, dan kami akan menjadikan para thullab dari luar Yaman sebagai contoh bagi kejahatan dan permusuhan tersebut.

Hajury si pengikut pemahaman Haddadiyah ini ketika pertama kali berhasil menduduki kursi syaikh kami (Al-Imam Muqbil bin Hady Al-Wadi’iy) rahimahullah, dia mulai menzhalimi para thullab dan mencela mereka serta berusaha menjauhkan manusia dari mereka, dengan tujuan agar tidak ada yang tinggal atau tersisa di markiz dari para thullab yang selevel dengan dirinya atau yang lebih tinggi darinya.

Padahal dahulu syaikh kami rahimahullah menginginkan kebaikan bagi para thullabnya dan beliau ingin mereka menjadi lebih baik dibandingkan diri beliau.

Bahkan kami telah mendengar beliau –demi Allah– sekian kali berulang-ulang mengatakan: “Saya juga mengambil faedah dari kalian, wahai anak-anakku.”

Lalu Hajury menggunakan cara penindasan agar dia bisa sendirian menguasai kedudukannya dari orang-orang yang dia anggap menjadi para pesaingnya, terlebih lagi para thullab dari luar Yaman yang telah diwasiatkan oleh syaikh kami rahimahullah agar berbuat baik kepada mereka. Ketika itu sebagian mereka ada yang selevel dengannya dan ada juga yang lebih tinggi dibandingkan dia.

Maka dia pun mulai mempersulit urusan mereka hingga muncul fitnah Abul Hasan pengikut Al-Ikhwan Al-Muslimun, sehingga jatuhlah orang yang jatuh ke dalam fitnahnya disebabkan sebagian masayikh dan para dai mengkaburkan fitnah Abul Hasan terhadap mereka karena mulutnya disumbat dengan hartanya dan juga karena dia pintar ngomong.

Ketika itulah Hajury menjadikannya sebagai kesempatan emas dan dia merasa mendapatkan bekal.

Akhirnya dia pun mengusir siapa yang dia usir dan mendepak siapa yang dia depak dengan akhlak rendah yang membuat orang benci.

Dan dia sama sekali tidak memperhatikan keterasingan mereka dan wasiat syaikh kami rahimahullah agar berbuat baik terhadap mereka.

Kemudian tahun demi tahun dan hari demi hari berlalu hingga datanglah fitnah Abdurrahman Al-Adany.

Maka dia pun menggunakan cara rendah persis yang dilakukan oleh Hajury karena dia ingin menguasai kursi syaikh kami rahimahullah dan rumahnya yang mahal.

Dia juga memulai dengan para thullab dari luar Yaman dengan cara mengusir siapa yang dia usir dan mendepak siapa yang dia depak. Semua itu dia lakukan karena mereka bersama Ulama Kibar dan tidak mau mendengarkan ucapannya.

Lalu dia pun menuduh mereka secara dusta sebagai intelejen yang membuat keresahan, kekacauan, dan berbagai fitnah.

Kemudian dia pun menyebarkan mata-mata di tengah-tengah mereka untuk memantau apa yang mereka lakukan di asrama. Dan dia sampai pernah mengeluarkan sebagian thullab dari asrama pada tengah malam dengan tujuan agar meninggalkan markiz. Bahkan dia menyusahkan urusan mereka lebih parah dibandingkan apa yang menimpa orang-orang terdahulu pada masa fitnah Abul Hasan.

Itu semua dahulu disebabkan karena mereka tidak mau mengikuti Hajury dalam memvonis Abdurrahman Al-Adany sebagai mubtadi’ dan karena mereka mengatakan: “Kami bersama para Ulama Kibar.” Dan alangkah baiknya apa yang mereka katakan itu, demi Allah.

Jadi mereka adalah para thullab yang dididik oleh ulama negeri mereka di atas manhaj Salaf yang jelas dan dididik untuk memuliakan para Ulama Kibar serta agar tidak meninggalkan fatwa-fatwa mereka pada masalah-masalah besar (nawazil). Para ulama juga tidak mendidik mereka untuk taqlid, tetapi agar mengikuti para Ulama Kibar dalam menghadapi fitnah dan masalah-masalah besar, padahal di negeri mereka ada ulama yang mampu menghadapi masalah-masalah besar.

Jadi ini cara semacam ini telah membuat jengkel Hajury yang maftun (penuh fitnah) itu, karena dia menganggap dirinya termasuk ulama yang mampu mengatasi masalah-masalah besar, dan dia ingin menjadi rujukan. Hal itu sebagaimana yang dia ungkapkan dengan terang-terangan di banyak kasetnya, diantaranya adalah ucapannya: “Aku menganggap diriku sebagai ulama.” Juga ucapannya: “Apa, saya penarik gerobak ulama?! Mereka tidak mengatakan ulama, mereka tidak mengatakan!!”

Akhirnya sebagian besar thullab dari luar Yaman pun pindah ke tempat yang Allah kehendaki. Sebagian mereka pergi ke Shan’a, sebagian mereka ke Ma’bar, dan sebagian mereka ke Fiyusy.

Di sinilah (Fiyusy) sejarah mengulangi dirinya. Dahulu Syaikh Abdurrahman mencari-cari satu orang saja yang mau mendukungnya agar bisa memperkuat atau membantu dirinya, baik itu dari thullab luar Yaman maupun dari penduduk negerinya. Hal itu terjadi ketika Hajury yang zhalim itu mengusirnya dari Dammaj. Dan ini merupakan titik persamaan bagaimana keadaan Syaikh setelah keluar dari Dammaj dan bagaimana keadaan dia sekarang ini.

Ketika muncul perang melawan Rafidhah dan pengepungan yang mereka lakukan terhadap Dammaj, maka para Ulama Kibar mengeluarkan fatwa jihad. Maka para thullab dari penduduk Yaman pun serta sebagian thullab dari luar Yaman bangkit melaksanakan fatwa para ulama tersebut.

Maka ketika itu mulailah Syaikh Abdurrahman merasa sempit dadanya karena para thullab mengikuti fatwa para Ulama Kibar dan tidak mengikuti ucapannya.

Lalu dia pun menggunakan cara untuk membantah para ulama dengan mengeluarkan sebuah kaset yang sangat buruk.

Duhai kiranya dia menyampaikan bantahan yang ilmiyah agar bisa diambil faedahnya. Tetapi dia justru melakukannya persis seperti yang dilakukan oleh Hajury.

Di dalam bantahannya tersebut dia menampakkan di awalnya seolah-olah dia menghormati para ulama. Padahal pada waktu yang sama dia mencela para ulama tersebut dengan cara yang lain, karena dia telah menganggap dirinya termasuk ulama yang mampu mengatasi masalah-masalah besar, karena dia memiliki markiz besar. Akhirnya para thullab pemula dan orang-orang awam pun meyakini hal itu ada pada dirinya.

Namun tatkala para mayoritas thullab yang kokoh ilmunya dan memahami manhaj Salaf dengan baik bersama para Ulama Kibar yang dahulu Syaikh Abdurrahman sering menasehati dengan tegas agar mengikuti mereka hingga Allah menyelamatkannya dari kejahatan Hajury yang zhalim itu dan dari sebagian masayikh seperti Abdullah bin Utsman Adz-Dzammary yang dahulu dia fanatik berat kepada Hajury, sampai dia pernah mengatakan: “Fitnah ini muncul dari bawah telapak kakimu, wahai Abdurrahman!”

Juga Muhammad Al-Imam yang dahulu dia mengatakan sebagai bentuk pelecehan: “Engkau ini karbitan, wahai Abdurrahman.”

Ini semua disampaikan sendiri kepada kami oleh Syaikh Abdurrahman dan yang lainnya banyak, tetapi itu dahulu ketika itu.

Kemudian muncul ucapan bahwa Syaikh Ubaid Al-Jabiry tidak mau menerimanya dua kali dan menolak untuk bertemu dengannya, lalu yang ketiga beliau bersedia menerimanya sebagai tamu dan beliau menasehatinya dan dia mengambil faedah dari nasehat beliau, sebagaimana hal itu dia kabarkan sendiri sepulangnya dari umrah.

Namun setelah itu dia kembali lagi menyakiti para thullab dari luar Yaman dan mengeluarkan mereka dari ruangan yang memang disediakan khusus untuk mereka dengan dalih karena mereka suka berbicara tentang manhaj dan sering menukil perkataan Masayikh, juga dengan dalih demi keamanan menurutnya.

Yang lebih parah dari itu adalah nasehatnya kepada mereka melalui mikrofon dan melaporkan kepada aparat keamanan dengan dalih sebagai bentuk nasehat, seakan-akan dia ingin menyerahkan mereka kepada negara dan bisa istirahat dari mereka. Bagaimana hal itu dia lakukan sementara dia sendiri mengatakan bahwa sebagian mereka keluar tanpa membawa iqamah dan thullab yang keluar tersebut mengatakan: “Saya dari Fiyusy.” Dan seakan-akan dia mengatakan kepada aparat yang menjaga di pos-pos pemeriksaan: “Tangkap saja dia, agar kita semua bisa istirahat darinya!”

Apakah dahulu syaikh kami Al-Wadi’iy rahimahullah melakukan tindakan semacam itu?!

Siapa saja yang pernah bergaul dengan Asy-Syaikh Al-Imam Al-Wadi’iy, pasti dia mengetahui bahwa para thullab dari luar Yaman yang ada di Fiyusy sekarang ini mereka ditimpa keterasingan dua kali lipat, bahkan lebih. Dan kaset ucapan dia tersebut ada.

Setelah muncul perkataan Al-Allamah Al-Jabiry terhadap Muhammad Al-Imam, maka para thullab dari luar Yaman pun segera melaksanakan konsekwensinya sebagaimana kebiasaan mereka yaitu mengikuti Ulama Kibar dalam menghadapi fitnah dan masalah-masalah besar.

Yang semacam ini termasuk yang semakin menambah Syaikh Abdurrahman bersikap keras terhadap para thullab dari luar Yaman dan thullab yang lainnya.

Bahkan hal itu diperparah dengan dia meridhai kezhaliman terhadap Al-Akh Luqman Ba’abduh dari Indonesia gara-gara sikap para thullab tadi, dan dia tidak mau membela kehormatan saudaranya Luqman, padahal Luqman ini telah membela kehormatan Syaikh Abdurrahman dari kezhaliman Hajury.

Bahkan dia tidak mau mengusir si majhul yang mengajukan pertanyaan kepada Syaikh Utsman As-Salimy –wafaqqahullah– yang bernama Farhan yang juga berasal dari Indonesia yang dia ini termasuk pengikut seseorang yang penuh syubhat yang bernama Dzulqarnain. Bahkan dia justru mengatakan: “Dia termasuk anak-anak kita, jika dia datang maka kita akan menyambutnya.”

Sebaliknya, Luqman Ba’abduh yang telah membela manhaj Salaf di negeri Indonesia berdasarkan persaksian Ulama Kibar seperti Al-Allamah Rabi’ Al-Madkhaly dan Al-Allamah Ubaid Al-Jabiry, menurutnya dia bukan termasuk dari putra-putra dakwah ini dan bukan termasuk pembawa benderanya di negeri tersebut. Padahal mayoritas thullab Fiyusy yang berasal dari Indonesia adalah termasuk murid-muridnya yang jumlahnya mencapai 200 orang. Sementara pengikut orang yang penuh syubhat tadi yaitu si Dzulqarnain jumlah mereka tidak melebihi 40 orang atau kurang dari itu.

Maka bukankah termasuk kewajiban yang ma’ruf yaitu dengan engkau membela orang yang terzhalimi?! Ataukah justru sikap sama persis yang dilakukan oleh Hajury terhadap para thullab dari luar Yaman, walaupun tampilan bajunya beda?!

Dan termasuk hal-hal yang semakin menambah sikap keras terhadap para thullab dari luar Yaman, adalah apa yang terjadi pada hari Jum’at tanggal 21 Muharram 1436 H, di mana dia melarang para thullab dari luar Yaman dari menghadiri muhadharah yang disampaikan oleh Syaikh Hani bin Buraik yang beliau ini masih teranggap anak paman dari pihak ibu Syaikh Abdurrahman, yang juga setelah karunia Allah merupakan sebab dikenalkannya Syaikh Abdurrahman kepada para Masyayikh Kibar di negeri Haramain dan seterusnya.

Yang lebih parah lagi adalah kelakuan dia melibatkan orang-orang awam yang dungu untuk bersikap kasar kepada para thullab dari luar Yaman tersebut, mencela mereka, dan menurunkan mereka dari bis-bis yang akan menuju tempat muhadharah, dan dia sendiri ikut melakukannya bersama orang-orang awam itu.

Dan kejadian itu sungguh sangat menghinakan dan tidak pantas, di mana seorang syaikh dan orang-orang awam berteriak-teriak kepada para thullab dan melarang mereka dari menghadiri muhadharah.

Siapa saja yang melihat peristiwa itu dalam keadaan Syaikh Abdurrahman berada di tengah-tengah masyarakat di jalan raya sambil berteriak-teriak, niscaya dia akan mengetahui betapa rendahnya fikih Syaikh dan hikmahnya dalam menyelesaikan masalah, dan itu menunjukkan bahwa dia masih seperti anak muda yang belum hilang sifat anak mudanya (belum dewasa alias masih kekanak-kanakan).

Tidak cukup sampai di situ saja tindakan Syaikh Abdurrahman, bahkan dia melaporkan para thullab yang akan menghadiri muhadharah tersebut kepada aparat keamanan melalui salah seorang pengawalnya yang sedang bertugas ketika itu bersama kepala seksi keamanan markiz yang bernama As-Saqqaf –dan perlu diketahui bahwa As-Saqqaf ini adalah pengikut kelompok Rafidhah Hutsy berdasarkan persaksian dari pengawal yang sedang bertugas tadi– yang akibatnya mereka menyuruh agar bis-bis yang mengangkut para thullab dari luar Yaman tadi pulang kembali ketika mereka melewati pos aparat keamanan.

Lebih parah lagi dia mengatakan: “Siapa saja yang nekat pergi ke muhadharah maka dia tidak boleh balik lagi ke markiz!” Dan memang hal itu benar-benar dia lakukan, dia menyuruh orang-orangnya agar membuat pos-pos pemeriksaan sebelum masuk ke markiz pada malam harinya untuk menunggu siapa saja yang datang dari para thullab dari luar Yaman dengan tujuan untuk melarangnya masuk ke asrama thullab.

Maka demi Allah celaka kalian, agama macam apa seperti ini dan dakwah Salaf model apa yang dia klaim itu?!

Kemurahan dan pemuliaan macam apa yang telah diberikan oleh Syaikh Abdurrahman kepada para thullab dari luar Yaman yang seharusnya dikasihani itu?!

Atau barangkali di sana ada hal-hal di balik layar yang sekarang mulai nampak?!

Sungguh benar-benar tidak ada seorang pun yang menyangka dan menduga bahwa Syaikh Abdurrahman akan melakukan tindakan yang buruk semacam ini.

Benarlah kiranya orang yang mengatakan: “Barangsiapa yang ingin mencari teladan maka hendaklah dia meneladani para ulama yang telah wafat, karena orang yang masih hidup tidak memiliki jaminan akan selamat dari fitnah.”

Ini sebagian contoh dari apa yang terjadi di Darul Hadits Fiyusy, dan itu semua benar-benar fakta nyata yang terjadi. Hanya kepada Allah saja kita memohon pertolongan.

Ditulis oleh:
Abdul Wahid bin Ahmad Al-Adany
–semoga Allah senantiasa menolongnya–

Pada pagi hari, Sabtu 22 Muharram 1436 H

Di Darul Hadits Fiyusy

–semoga Allah senantiasa menjaganya dari Haddadiyah dan juga dari Mumayyi’ah –

Naskah dalam bahasa Arab

صرخة من دار الحديث بالفيوش
الحلقة الأولى
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبي الرحمة المبعوث رحمة للعالمين القائل انصر أخاك ظالما أو مظلوما… أما بعد.
كتبنا وما كنا نريد أن نكتب, ولكن كما قيل مكره أخاك لا بطل وذلك لأن ما مر على الدعوة السلفية من تفرق وشتات هو بسب السكوت عن الظلم الحاصل بين أفردها, وسكوت عن الظالم بحجة الحكمة وما حصل في الفتنة الحجورية عبرة كافية لمن اعتبر.
بدأت فتنته بالظلم لطلاب العلم بالكلام فيهم بالباطل وانتهت ببدعة الحدادية الظالمة, والآن وحتى لا يعود التاريخ نفسة أحببنا التنبيه لبعض الأمور الحاصلة في دار الحديث في الفيوش وذلك ليس طعن في الدار ولكن نصيحة للقائمين على الدار وإن كان أكثرهم عوام, وهذا والله بعد تقديم النصيحة من المشايخ والدعاة ومن عايش الحال عرف التغير المفاجئ ونذكر صفحات من فتنة الحجوري وظلمه وما يحصل عندنا في الفيوش, ونجعل الغرباء أنموذجاً لذلك البغي والعدوان.
الحجوري الحدادي أول ما تمكن من كرسي شيخنا رحمه الله بدأ بطلاب العلم والكلام فيهم والتنفير عنهم حتى لا يبقى في المركز من الطلاب من هو في طبقته أو أرفع, وكان شيخنا رحمه الله يحب الخير لطلابه وأن يكونوا أفضل منه, بل سمعناه والله مرات وكرات يقول أن أستفيد منكم يا أبنائي.
فاتخذ الحجوري طريق البطش حتى يخلو له المكان من المنافسين لا سيما الغرباء الذين أوصى بهم شيخنا رحمه الله كان بعضهم في طبقته ومنهم من هو أعلم منه أنذاك فبداء بالمضايقة لهم حتى جاءت فتنة أبي الحسن الإخواني فوقع من وقع منهم فيها بسب بعض المشايخ والدعاة الذين لبس عليهم أبا الحسن بماله ولسانه, فاتخذ الحجوري الفرصة ووجد البغية فطرد من طرد وشرد من شرد بأخلاق رديئة تنفيرية, ولم يراعي غربتهم ولا وصية شيخنا رحمه الله بهم, ومرة السنون والأيام وجاءت فتنة عبدالرحمن العدني- زعم- فاتخذ نفس الأسلوب الرخيص مستقلا كرسي شيخنا رحمه الله وداره الغالية, فبداء بالغرباء فطرد من طرد وشرد من شرد وكل ذلك بسب أنهم مع العلماء الأكابر ولم يسمعوا له فاتهمهم بالمخابرات وبالقلقلة والبلبلة والفتن ونشر الجاوسيس يتجسسون عليهم في الغرف وأخرج بعضهم ليلاً من الغرف من أجل أن يغادر وضايقهم أشد مما ضايق عليه الأولين في فتنة أبي الحسن وذلك كله بسب أنهم لم يبدعوا عبدالرحمن العدني وقالوا نحن مع العلماء الكبار وحسن ما قالوا والله فهم طلاب علم رباهم علماء بلدهم على المنهج السلفي الواضح وعلى احترام العلماء الأكابر وأن لا يصدروا عن فتاويهم في النوازل ولم يربوهم على تقليدهم بل على إتباع الأكابر في الفتن والنوازل مع أن في بلدهم من العلماء من هو أهل للنوازل..
فهذه الطريقة أغاضة الحجوري المفتون لأنه يظن نفسه من علماء النوازل ويريد المرجعية له كما صرح في كثير من أشرطته ومنها: قوله أن اعتبر نفسي عالم وقوله ايش أنا عربجي العلماء ماقالو العلماء ماقالو…
وانتقل كلاً من الغرباء إلى ما شاء الله أن ينتقلوا فذهب بعضهم إلى صنعاء وبعضهم إلى معبر وبعضهم إلى الفيوش وهنا بداء التاريخ يعيد نفسه كان الشيخ عبدالرحمن يبحث عن مناصر واحد يتكثر به سواء من الغرباء أو أهل البلد عندما أخرجه الحجوري الظالم من دماج وهذا له وقفة كيف كان حال الشيخ بعد الخروج وكيف صار الآن.
جاءت حرب الرافضة وحصارها على دماج فتكلم العلماء الأكابر فمتثلا الطلاب من أهل اليمن والغرباء لذلك, فبداء الشيخ عبدالرحمن يتضايق لأن الطلاب لزموا كلام الأكابر ولم يلتزموا كلامه فاتخذا طريقة الرد على العلماء بشريط سيئ للغاية وليته رد رداً علمياً يستفاد منه ولكن على على طريقة الحجوري كان رده يظهر فيه في بداية أمره احترام العلماء وفي نفس الوقت يذمهم بطريقة أخرى لأنه صار يعتبر نفسه من علماء النوازل لأنه عنده مركز كبير وصارا الطلاب المبتدئين والعوام وهم كثير يعتقدون فيه ذلك….!!!
ولما كان أكثر طلبة العلم المميزين الفاهمين للمنهج السلفي مع العلماء الكبار الذين كان الشيخ عبدالرحمن ينصح بهم وبشدة حتى سلمه الله من الحجوري الظالم ومن كان معه من المشايخ كا الذماري الذي تعصب للحجوري أيما تعصب حتى أنه قال الفتنة خرجت من تحت قدمك يا عبدالرحمن والإمام الذي قال بكرية يا عبدالرحمن وهذا كله حدثنا به الشيخ عبدالرحمن وغيره كثير ولكن في حينه.
ثم جاء الكلام أن الشيخ عبيد الجابري لم يستقبله مرتين رفض استقباله ثم استقبله في الثالث ونصحه واستفاد من نصحه كما أخبر هو بذلك بعد رجوعه  من العمرة وبعدها رجع على الغرباء وأخرجهم من الغرف الخاصة بهم بحجة أنهم يتكلمون في أمور المنهج وينقلون الكلام للمشايخ, وبحجة الأمن-زعم-  بل أشد من ذلك نصيحته لهم من على المكرفون والتعريض بهم عند الأمن بحجة النصيحة لهم وكأنه يريد أن يسلمهم للدولة ويرتاح كيف وهو يقول بعضهم يخرج بدون إقامة ويقول أنا من الفيوش وكأنه يقول لصاحب النقطة امسكهم ونرتاح جميعاً فهل كان شيخنا الوادعي رحمه الله كذلك ومن عايش الشيخ الإمام الوادعي  علما أن الغرباء في الفيوش في غربتين أو أكثر والشريط موجود.
وبعد كلام العلامة الجابري في محمد الإمام امتثل الغرباء كعادتهم مع الكبار في الفتن والنوازل وهذا مما زاد الشيخ عبدالرحمن شدة على الغرباء وعلى طلبة العلم حتى أنه رضي بظلم الأخ لقمان باعبده الأندونيسي من أجل ذلك ولم يذب عن عرض أخيه لقمان كما ذب لقمان ظلم الحجوري عن عرضه بل رفض طرد ذلك الرجل المجهول صاحب السؤال المقدم للشيخ عثمان السالمي وفقه الله واسمه فرحان الأندونيسي  من أتباع المشبوه ذو القرنيين وقال هو من أبنائنا إذا جاء نستقبله!!!
ولقمان باعبده الذي نصر المنهج السلفي في بلاد أندونيسيا بشهادة علماء الأمة الكبار العلامة ربيع المدخلي والعلامة عبيد الجابري, ليس من أبناء هذه الدعوة وحامل رايتها في تلك البلاد بل أكثر طلاب الفيوش من الأندونيسيين من طلابه يتجاوزا المائتين طالب و أصحاب المشبوه لا يتجاوزا الأربعين أو أقل, أليس من الواجب المعروف نصرت المظلوم أم هي الحملة الحجوري على الغرباء بثوب جديد.
ومما زد الأمر شدة على طلاب العلم الغرباء ما حصل في الجمعة 21 محرم 1436هـ  حيث منع الغرباء من حظور محاضرة الشيخ هاني بن بريك الذي يعتبر أبن خال الشيخ عبدالرحمن والذي كان السبب بعد الله في التعريف به عند المشايخ الكبار في بلاد الحرمين ووو…
وزد على ذلك أنه جراء السفهاء من العوام عليهم وقاموا بالكلام عليهم وإنزالهم من الباصات وهو معه يتول ذلك وكان الموقف مخزي للغاية شيخ وعوام يتجمهرون على طلاب علم ويمنعونهم من المحاضرة ومن نظر إلى تلك الحالة والشيخ عبدالرحمن وسط الجمهور في الشارع والأصوات ترتفع علم قلة فقه الشيخ وحكمته في معالجة الأمور وأنه مازال شابا لم تذهب منه حدة الشباب, ولم يكتفي الشيخ عبدالرحمن بهذا فحسب, بل أبلغ عنهم الأمن عبر أحد حراسته الموظف مع مدير الأمن المركزي السقاف- والسقاف حوثي بشهادة هذا الحارس نفسه- وأرجعوا الباصات التي فيها طلاب العلم الغرباء من النقطة, وزد على ذلك أنه قال من ذهب للمحاضرة لا يرجع المركز وفعلاً  عملوا نقاط عند دخول المركز في الليل ينظرون من يأتي من الغرباء لكي يمنعوه من الدخول إلى سكن الطلاب, فبالله عليكم أي دين هذا وأي دعوة سلفية يدعيها وأي قبيلة وأي كرم وأي احترام  قدمه الشيخ عبدالرحمن لهؤلإ الغرباء المساكين, أما هناك أشياء من وراء الكواليس بدأت تظهر الآن ما كان أحد يتوقع ولا في الحسبان أن الشيخ عبدالرحمن يتصرف هذا التصرف وصدق من قال من كان مستن فليستن بمن قد مات فإن الحي لا تامن عليه الفتن, وهذا نموذج مما يحصل ويجري في دار الحديث بالفيوش وهي حقيقة واقعية والله المستعان.
كتبه: عبد الواحد بن أحمد العدني كان الله له.
صباح يوم السبت تاريخ 22/محرم/1436هـ
دار الحديث في الفيوش حرسه الله من الحدادية والمميعة.

jeritan dari fiyusy

Baca artikel terkait:

2 thoughts on “Jeritan Ahlussunnah dari Fiyusy Atas Kezhaliman Al Mughaffal Abdurrahman Al Adany (Bag. 1)

  1. السلام عليكم انا طالب علم سلفي صومالي في مركز فيوش والله بالحقيقة الغرباء هم في شدة حتى رايت بعض الإخوة الجزائريين يبيعون كتبهم لأجل الفلوز حتى بعضهم سجنوا انا الحمدلله مع العلماء الكبار اسأل ان يعينهم وينصرهم اللهم امين

    انا اخوكم الصومالي السلفي الأثري

  2. Allahul musta’an. Sungguh fitnah telah menyebar dimana-mana. Rasanya hamba ingin menangis menyaksikan semua ini. Ya ALLOH lindungilah kami dari segala fitnah. Tunjukanlah kepada kami yang haq itu haq dan berilah kami kemudahan untuk mengikutinya dan tunjukkanlah kepada kami yang batil itu batil dan berilah kami kekuatan untuk menjauhinya. Aamiin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *