Sikap Ahlussunnah Terhadap Kesalahan yang Tersebarluas

Bismillahirrohmanirrohim. o

sikap ahlussunnah thdp kesalahan yang tersebarluas

updated 24 Dzulqa’idah 1434 H/ 30 September 2013 M

Salah satu metode pembodohan umat serta pengelabuan yang sering dipaksakan untuk melindungi kebatilan dan ahlul bathil adalah sikap membantah kesalahan yang kemudian di”ilzam”kan (bendera yang oleh sebagian orang getol didengung-dengungkan saat ini untuk membela kebatilan dan para tokohnya) sebagai sebuah sikap mencari-cari aib, memakan bangkai saudaranya dan lain-lain ucapan tak bermutu yang intinya adalah “buruk muka cermin yang dibelah”. Berupaya kuat untuk membela dan melindungi si pelaku (baik dirinya sendiri atau orang lain) dengan cara memalingkan umat dari bukti-bukti kesalahan atau penyimpangannya demi melarikan diri dari kewajiban syar’i untuk rujuk dan bertaubat. Allahul musta’an.

Simaklah contoh di bawah ini, sebuah forum umum whatsapp dari seorang yang “alergi” tahdzir ternyata tanpa rasa canggung sedikitpun memamerkan kepada seluruh anggotan grupnya sebagai ajang “tahdzir” serapah (yang tak mempunyai bobot ilmiyah sama sekali).

bahayanya mujahirin jafar salih_resize

Gambar 1. Sebuah pengakuan jujur, bangkai yang dipamerkan secara terbuka dan disebarluaskan sendiri pada segenap pembacanya guna menentang dan menantang tahdziran Masyayikh Ahlussunnah terhadap Rodja di pelbagai penjuru dunia itu bernama [……….]

Tudingan-tudingan mereka terhadap Ahlussunnah sebagai Jama’ah Tahdzir, Tukang Tahdzir, Majelis Ghibah, Pecah Belah dan seabreg ucapan kotor lainnya sejatinya lebih pantas tertuju kepada para pengucapnya, dan memang dibuktikan dengan kenyataannya.

Teringatlah kami dengan firman Allah Ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ (٢)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ (٣)

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3)

Walaupun dia akan menyembunyikan/menghapus jejak bukti kejahatannya dengan seribu satu macam hilah yang dimajukan, tetapi lihatlah kenyataan di atas! Bukankah segenap pembaca risalah ini telah mengetahui bukti faktanya sebagai corong Halabiyun Rodja yang tak tergoncangkan sampai saat ini?? Jadi, silakan diwhatsappkan kepada siapa yang anda kehendaki. Dan jangan salah sasaran lagi.

Dan jika engkau wahai Riz merasa kurang bukti, kami telah membantu anda bahan whatsappnya, bagaimana si Ja’far Salih ini memamerkan menu hizbi kesukaannya, dedengkot gaek Turatsiyun Halabiyun Rodjaiyun Khalid Syamhudi, tentu saja dialog mesramu menjadi hiasan penambah duka:

gembong turatsiyyun halabiyyun rodjaiyyun

Gambar  2. Screenshot menu bangkai hizbiyah kesukaan Ja’far Salih yang dipamerkan pada umat per Ahad, 29 September 2013. Silakan diWhatsAppkan riz, jangan ragu!!

Di sini, kami ingin menegaskan kepada pembaca risalah ini, bahwa yang salah pencet rudal tersebut benar-benar telah mengetahui dan mengakui bahwa Jafar Salih di atas penyimpangan, dosa dan kesalahan dalam keadaan tetap terjalinnya keakraban diantara mereka, dan bahkan tampak seiring seirama sebagaimana dialog keakraban yang dipertontonkannya kepada segenap grup whatsapp As-Sunnah di atas. Allahul musta’an.

Bahkan demi mempertahankan keyakinan bathilnya, berbohong atas nama para ulama-pun bukan sesuatu yang berat untuk dipertontonkannya kepada kita semua yang membacanya:

buruk muka cermin tetangga dibelah

Gambar 2. Syubhat like this Salafy Goyang yang banyak penggemarnya. Lantang berteriak Anti ilzam ternyata tanpa rasa malu gagah berani mengilzam isi hati orang yang membantah kesalahan. Plintat plintut? Na’am.

Dan di atas prinsip Sok Tahu (baca:mengada-ada) tersebut, dia begitu PDnya memvonis :

jaksol berdusta atas nama ulama

Gambar 3. Ini kaedah Ulama (sesatnya) Adnan Ar’ur dan Ja’far Salih, bukan kaedahnya para ulama Ahlussunnah

Benarkah syubhat di atas, dimana para ulama mensyaratkan untuk menasehati dulu sebelum membantah kesalahan? Lalu siapa saja contoh para ulama yang terkena racun ucapannya?

Alhamdulillah, Asy Syaikh Al Albany, Ibnu Utsaimin rahimahumallah, Asy Syaikh Robi’ hafizhahullah telah membantah Ja’far Salih sebelum dia menyebarluaskan prinsip beracunnya di dunia facebook!

Sebuah bantahan ilmiyah yang lebih dari cukup untuk meluluhlantakkan syubhat-syubhat bathil yang dilontarkan Ja’far Salih hadahullah:

nasehat bukan syarat sebelum membantah

Gambar 4. Kaidah yang didengung-dengungkan Jafar Salih ternyata kaidah Ulama AhlussunnahSesat Hizbi Takfiri ‘Ar’ur

http://tukpencarialhaq.com/2013/03/30/keutamaan-membantah-kesalahan-dan-haruskah-menasehati-dahulu-sebelum-membantah/

Lalu bagaimana bimbingan ulama dalam menyikapi kesalahan yang telah ter/disebarluaskan ke tengah-tengah umat? Benarkah itu termasuk mencari-cari aib, memakan bangkai  yang terlarang di dalam dien? Berikut bimbingan dari dua ulama Ahlussunnah yang nama-nama beliaunya tidak asing lagi bagi kita. Semoga bermanfaat. Amien.

العلامة صالح الفوزان

يقول :أحسن الله إليكم

هل من منهج السلف أنه إذا أخطأ أحد الدُعاة وخالف نهج السلف أن يُنشر خطأؤه عبر وسائل الإعلام والرسائل ؟

الجواب:إذا كان نشر قوله على الناس فلابد من نشر الرد عليه لبيان الحق أما إذا كان ماأنتشر قوله فإنه يُناصح ويكفي هذا .نعم

http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=134630

Telah ditanyakan kepada Asy Syaikh DR Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah: Ahsanallahu ilaikum, apakah termasuk manhaj salaf apabila salah seorang da’i keliru dan menyelisihi manhaj salaf, untuk dijelaskan kesalahannya melalui media media informasi dan risalah risalah?

Jawaban beliau:

“Apabila ia menyebarkan perkataannya atas khalayak manusia, maka haruslah bantahan yang ditujukan atasnya juga disebarkan dalam rangka menjelaskan kebenaran, namun jikalau perkataannya yang keliru tidak tersebar, maka cukup dinasehati saja dan hal ini cukup, na’am”

sumber http://atsarsunnah.wordpress.com/2013/09/21/bolehkah-menjelaskan-kekeliruan-seorang-dai-di-media-umum/

Berikutnya adalah dialog antara Al Ustadz Dzulqarnain dengan Asy Syaikh Robi’ hafizhahullah dalam tema yang sama, bagaimana sikap Ahlussunnah terhadap kesalahan yang di/tersebarluas(kan):

الأستاذ ذو القرنين: فالشاهد يا شيخ ربما بتر الكلام وكذا وهذا الكلام جاء من رجل يفسد بيننا هو الذي يتتبع أشرطتي.

Al-Ustadz Dzulqarnain: Ada syahid ya Syaikh, sering ucapan itu dipotong-potong seperti ini seperti ini dan ucapan ini datang dari seseorang yang merusak hubungan diantara kami, dialah yang suka mencari-cari kaset-kasetku.

(Catatan: Darimana beliau tahu? Apakah sudah membelah dadaku & menengok kesukaanku? Wallahi dia telah berdusta, Allah-lah sebaik-baik saksi atas kedustaannya di depan Asy Syaikh Robi’, Asy Syaikh Robi’, Asy Syaikh Khalid dan asatidzah. (Jujur saja) walaupun pahit bagi sebagian orang untuk membacanya, aku tidak suka mendengarkan (apalagi) mencari-cari kaset/rekamannya. Aku tahu tentang fatwa karma bathilnya dari kabar seorang ikhwah yang filenya diposting-sebarluaskan oleh seorang Sururi Halabiyun Bali, Badrimin di situsnya: salafbali.blogspot.com)

الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: من هو؟

Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Siapa dia?

الأستاذ ذو القرنين: هذا الكلام لقمان جاء به الآن من رجل اسمه عبد الغفور، وعبد الغفور هذا يتتبع أخطاء إخواننا أنا وأستاذ جعفر وفلان وعلان وهذا الذي يفسد بيننا.

Al-Ustadz Dzulqarnain: Ucapan ini sekarang dibawa oleh Luqman yang berasal seseorang yang namanya Abdul Ghafur, dan Abdul Ghafur ini suka mencari-cari kesalahan para ikhwah kami, yaitu saya, ustadz Ja’far, fulan dan alan. Dia inilah yang merusak hubungan diantara kami.

الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: اسمع بارك الله فيك هذا الذي له الأخطاء تنتشر يسكت عنها يجوز السكوت عنها؟!

Asy Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Dengarkanlah -baarakallahu fiik- orang yang dia memiliki kesalahan-kesalahan yang masih terus menyebar, bolehkah mendiamkan kesalahan-kesalahannya?!

الأستاذ ذو القرنين: نعم يا شيخ؟

Al-Ustadz Dzulqarnain: Na’am, ya Syaikh?

الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: إذا كان له أخطاء تنتشر في الأشرطة يجب السكوت عنها؟

Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Jika dia memiliki kesalahan-kesalahan yang tersebar, apakah wajib untuk mendiamkannya?

الأستاذ ذو القرنين: لا بأس شيخي نحن نوافق في… والحمد لله…

Al-Ustadz Dzulqarnain: Tidak masalah Syaikh, kami sepakat dalam masalah ini walhamdu lillah.

الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: انتشرت الأشرطة…

Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Kaset-kaset telah tersebar…

الأستاذ ذو القرنين: بس ينقل أشياء ما هي بسبب…من الأخطاء..الرجل جاهل وما يستطيع يحكم على هذه…و… بين السلفيين و…فتن… وممكن تعالجها…

Al-Ustadz Dzulqarnain: Dia menukil banyak hal yang bukan merupakan sebab dari kesalahan-kesalahan, orang ini jahil dan tidak mampu menghukumi perkara ini… diantara salafiyin ada fitnah-fitnah yang masih mungkin untuk diselesaikan.

الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: …إذا فيه أخطاء بارك الله فيك ينصح المخطئ و… في الشريط، …المؤمن لين سهل المؤمن لين سهل وعمر كان وقافا عند كتاب الله وقافا عند كتاب الله… بسرعة وكونوا وقافين عند كتاب الله… منهج السلف الصالح بارك الله فيكم… الحاكم ألف كتابا المدخل… الذي يخطئ يجب أن يتراجع بسهولة… اتركوا أسباب الخلاف فيما بينكم وتآخوا فيما بينكم وإذا نشأ الخلاف… بارك الله فيكم.

Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Jika ada kesalahan-kesalahan -baarakallahu fiik- maka yang salah dinasehati yaitu kesalahan yang ada di kaset.. seorang mukmin itu gampang dan mudah, seorang mukmin gampang dan mudah. Umar (sebagai contoh) beliau adalah seorang yang selalu berhenti di hadapan Kitabullah, selalu berhenti di hadapan Kitabullah. Cepat (bertaubat) dan jadilah kalian orang-orang yang selalu berhenti dihadapan Kitabullah. Manhaj salafush shalih -baarakallahu fiikum- Al Hakim menulis sebuah kitab yaitu Al Madkhal… pihak yang salah wajib untuk rujuk dengan mudah. Tinggalkan sebab-sebab perselisihan diantara kalian dan salinglah bersaudara diantara kalian, dan jika terjadi perselisihan… baarakallahu fiikum.

(Sumber file: Liqa’ Ma’a Asy Syaikh Robi’ 17 Ramadhan 1433H/ 6 Agustus 2012, direkam oleh Kafilah Al Ustadz Dzulqarnain, mulai menit 24:34 – 26:42)

Audio:

atau download di sini

Faidah-faidah (dan ini bukan untuk membatasi):

  1. Harus/wajib membantah kesalahan-kesalahan yang telah tersebar di khalayak manusia.
  2. Hendaknya kita bisa membedakan antara mencari-cari aib (yang terlarang secara syar’i) dengan membantah “aib” yang di/tersebarluas(kan) di tengah-tengah umat manusia.
  3. Bersikap jujur kepada ulama manakala kita menyampaikan persoalan karena yang dikehendaki adalah mendapatkan bimbingan di atas kebenaran dan bukan mencari-cari pembenaran, apalagi sampai berkeyakinan bahwa mencari kebenaran dengan mencari pembenaran beda-beda tipis (seperti yang dilontarkan oleh Ja’far Salih). Bagaimana mungkin antara upaya untuk  berjalan di atas Al Haq dengan Al Bathil beda-beda tipis?
  4. Tercelanya mengelabui manusia/berdusta (apalagi atas nama ulama)
  5. Terjadinya perselisihan tidak menjadikan bolehnya menyampaikan berita dusta/fitnahan karena bagi seorang Muslim tujuan tidak menghalalkan segala cara
  6. Seorang mukmin itu gampang dan cepat bertaubat dari kesalahan
  7. Pihak yang salah wajib untuk rujuk dengan mudah.

Seusai pertemuan di kediaman Asy Syaikh Robi’ tersebut, Kafilah Al Ustadz Dzulqarnain melanjutkan perjalanan ke negeri Yaman, tepatnya ke markas Ahlussunnah di Ma’bar untuk mengangkat kembali seputar fitnah Rodja (yang baru saja dibahas bersama Asy Syaikh Robi’ hafizhahullah yang diantara keputusan beliau adalah mentahdzirnya) kepada Asy Syaikh Al Imam hafizhahullah.

Pertanyaan yang diajukan kepada Asy Syaikh Al Imam hafizhahullah adalah:

الأستاذ عبد البر: حصل الخلاف في إندونيسيا حول الإذاعة تسمى بإذاعة «الرجاء» فيجاكرتا، والذي أشرف عليه الشيخ عبد الرزاق البدر، والقائمين كثير منهم من خريج الجامعةالإسلامية، منهم من اغتر بإحياء التراث، حصل الخلاف بيننا، بعضهم يقول: نحذر منهم حتىيعرف الناس ما عليه إحياء التراث، وبعض الإخوة يرى ليس من الحكمة نحذر منهم لأن بعضالمنكرات أكبر منها مثل القبوريين، مثل تعرفون عمر بن الحفيظ مرة أو مرتين يلقي محاضرةعندنا في سنة في جاكرتا، جاء إليه رئيس وجاء إليه أناس كثيرون بمئات ألاف يجتمعون حوله

أنتم إن شاء الله ما فيه مانع، إن رأيتم تمرون على الشيخ ربيع تجلسون معه…

Al Ustadz Abdul Barr: “Terjadi perbedaan pendapat di Indonesia tentang stasiun radio yang dinamakan radio rodja di Jakarta. Radio ini dibina oleh Asy Syaikh Abdurrazaq Al Badr. Dan orang-orang yang mengelolanya banyak dari mereka yang merupakan lulusan Al Jami’ah Al Islamiyyah yang sebagian mereka ada yang tertipu dengan Ihya’ at Turots. Terjadi perbedaan pendapat diantara kami. Sebagian mengatakan: “Kita tahdzir mereka agar manusia mengetahui hakekat Ihya’ at Turots.” Sedangkan sebagian ikhwah berpendapat bahwa bukan termasuk hikmah dengan kita mentahdzir mereka, karena sebagian kemungkaran ada yang lebih besar darinya, seperti para penyembah kubur, seperti yang anda ketahui Umar Al Hafizh pernah sekali atau dua kali menyampaikan ceramah pada sebuah tahun di negeri kami di Jakarta yang dihadiri oleh pemerintah dan manusia yang banyak yang mencapai ratusan ribu yang datang.

الأستاذ ذو القرنين: وهذه الإذاعة تقوم بما يناظر أو يقارب من عمر بن الحفيظ، إذا جاءالشيخ عبد الرزاق مثلا يحاضر في الجامع الكبير «جامع الاستقلال» في جاكرتا، وهذا يعتبر أكبرجوامع في شرق الآسيا.

طبعا نحن نعرف الإذاعة فيها أناس متأثر بإحياء التراث ونحن ننكر عليه ونحن كذا، لكن هل منالحكمة مثلا لعموم الناس الذين اغتروا بالصوفية، نحذرهم: لا تسمعوا هذه الإذاعة وكذا؟

Al Ustadz Dzulqornain: “Dan radio ini juga menyelenggarakan yang hampir sama atau mendekati semaraknya acara Umar Al Hafizh jika misalnya Asy Syaikh Abdurrozaq yang datang menyampaikan ceramah di masjid Jami’ Al Istiqlal di Jakarta, dan masjid teranggap sebagai masjid terbesar di Asia Tenggara. Tentunya kami mengetahui radio Rodja padanya terdapat orang-orang yang terpengaruh dengan Ihya’ at Turots dan kami mengingkarinya dan demikianlah sikap kami, hanya saja apakah termasuk hikmah misalnya bagi keumuman manusia yang tertipu dengan Shufiyyah kita peringatkan mereka: “Jangan mendengar radio ini?” demikian.

Diantara jawaban dan nasehat yang sangat penting beliau hafizhahullah adalah:

أنتم إن شاء الله ما فيه مانع، إن رأيتم تمرون على الشيخ ربيع تجلسون معه…

“…Kalian insya Allah tidak ada penghalang jika kalian memandang perlu untuk berkunjung ke Asy Syaikh Rabi’ untuk duduk menyampaikan masalah kepada beliau.” (!!?!)

Alhamdulillah Al Ustadz Na’im (yang merupakan salah satu anggota kafilah Al Ustadz Dzulqarnain pada jalsah Mekah dan Ma’bar tersebut) telah memberikan penjelasan dari nasehat Asy Syaikh Utsman As Salimi hafizhahullah bahwa hal semacam ini merupakan sebab-sebab yang bisa mengantarkan pada perselisihan/perpecahan (baca:adu domba antar ulama):

Audio:

download di sini

3 thoughts on “Sikap Ahlussunnah Terhadap Kesalahan yang Tersebarluas

  1. Ko bilang radio rodja dibina syaikh Abdurozaq?apa benar?
    Knp g bilang radio ini juga mendatangkan atau menyiarkan live al halaby..?
    Para pengelolanya dlu jg pernah Mendatangkan abdurrahman abdul khalik?knpa g jujur dalam membrikan gambaran ketika minta fatwa?

  2. walhamdulilah semakin terbuka lebar dan jelas penyimpangan mereka , jazakalohu khoir

  3. walhamdulillah semakin jelas permasalahannya setelah antum upload nukilan dari kafilah pengusung/pembela rodja. sesungguhnya hanya kepada Allah saja kita minta pertolongan dan petunjuk. bagaimana mereka yang sudah duduk bermajelis dengan masyayikh ahlussunnah bertahun-tahun bisa tidak/GAGAL paham dengan nasihat syaikh utsman assalimi….dari ucapan yang dibawakan oleh ustaz naim, kita meliahat secara gamblang bahwa ustaz zul dkk. telah menyelisihi fatwa ulama, mereka meminta fatwa dalam permasalahan yang sama kepada syaikh al imam setelah diberi penjelasan oleh syaikh robi (ulama jarh wa ta’dil)wallahul musta’an. PERGI DARI ULAMA SATU KE ULAMA YANG LAIN DALAM RANGKA MENCARI FATWA YANG SESUAI HAWA NAFSUNYA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *