Diantara tipu daya hizbiyun adalah bertamengkan kepada para ulama Ahlussunnah untuk melindungi berbagai macam kebatilan dan kesesatan mereka yang pada hakekatnya tidak akan bisa mereka dustakan dan mereka ingkari.
Telah berlalu dalam beberapa makalah di situs ini bagaimana mereka berlindung di belakang Asy Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah dan itupun tidak akan menjadikan Ahlussunnah untuk berhenti menyingkap dan membongkar kejahatan dan kesesatan mereka.
- Membekuk Hizbi yang Bersembunyi di belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.1)
- Membekuk Hizbi yang Bersembunyi di belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.2)
- Membongkar Syubhat Rifqan Ala Firanda Nandurjana (Nasehat Asy Syaikh Ahmad bin Yahya An Najmi Terhadap Syaikh Al Abbad Tentang Kitab Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah)
- Membekuk Hizby Yang Bersembunyi di Belakang Syaikh Al Abbad (Bag.3)
- Membekuk Hizby Yang Bersembunyi di Belakang Syaikh Al Abbad (Bag.4)
- Membekuk Hizby Yang Bersembunyi di Belakang Syaikh Al Abbad (Bag.5)
- Membekuk Hizby Yang Bersembunyi di Belakang Syaikh Al Abbad (Bag.6)
- Perjuangan Salafiyyah Meruntuhkan Kaidah-Kaidah Bid’ah al-Halabi
Demikian pula seperti yang dilakukan oleh dedengkot Rodja, Halabiyun Firanda dengan bukunya yang menjadi buku “emas” pegangan Turatsiyun dengan melemparkan syubhat pembelaan dan pujian para masyaikh Ahlussunnah terhadap Ihya’ut Turats untuk melindungi kejahatan dan kesesatan Ihya’ut Turats. Itupun takkan menyurutkan dan menghentikan langkah Ahlussunnah untuk tetap menyingkap dan menelanjangi berbagai kejahatan Ihya’ut Turats.
Demikian juga pujian beberapa masyaikh Ahlussunnah terhadap Al Halaby Al Mubtadi’ dan kawan-kawannya tidak akan bisa menghentikan Ahlussunnah untuk terus menerangkan kejahatan dan kesesatannya.
Diantara syubhat yang diupload ke youtube adalah kalam yang dinisbahkan sebagai ucapan Asy Syaikh Washiyullah Abbas hafizhahullah dengan dilabeli sebagai pujian beliau terhadap Al Halaby dan kawan-kawannya.
Jika kita melihat kepada link tersebut maka nampaklah bahwa yang mengunggah adalah nickname Chakib Khelloqi dan kita berani memastikan bahwa orang ini adalah bagian dari propaganda sekte jaringan Halabiyun dan turunannya jika menyaksikan video-video lainnya yang diunggahnya yang tampak adalah tokoh-tokoh kebid’ahan tingkat dunia semisal Muhammad Hassan, Ali Hasan dan Abu Ishaq Al Huwaini hadahumullah.
Gambar 1. Screenshot akun Chakib Khelloqi adalah jaringan Halabiyun yang menyebarkan syubhat pujian yang dinisbahkan sebagai ucapan Syaikh Washiyullah Abbas terhadap Al Halaby dkk, diposting tanggal 28 Mei 2013.
Dan betapa gencarnya Halabiyun berupaya menjaring mangsa seperti yang mereka sebarkan juga di link: www.canliizle.in/BtI4rFC9_KY_.htmldan juga https://www.facebook.com/annasihacom/posts/372920202820369
Jadi nampaklah bagi kita semua bahwa syubhat tersebut bukanlah syubhat baru tetapi merupakan syubhat lama dari Hizbiyyun yang selalu berlindung di belakang beberapa masyaikh Ahlussunnah untuk mengamankan hakekat kejahatan dan kesesatannya dari pandangan manusia untuk mengecohnya.
Maka di sini kami rangkumkan beberapa tulisan – agar kaum muslimin tidak ragu dan tertelan oleh syubhat dan tipu daya murahan Hizbiyun Halabiyun!!!!!!!! – yang menunjukkan bahwa Al Halaby, Masyhur Hasan Salman dan Salim Al Hilaly adalah tokoh-tokoh kesesatan walaupun hizbiyun berusaha menyembunyikannya di balik pujian beberapa ulama kita, hafizhahumullah. Wallahul musta’an.
RINGKASAN KESESATAN ALI HASAN AL HALABY
1. Al-Halabi memuji Risalah ‘Amman, sebuah risalah yang mengajak kepada persatuan agama dan persaudaraan lintas agama, serta kebebasan beragama dan persamaan agama. Juga pendekatan antar berbagai madzhab (aliran), kebebasan berpikir, serta penerapan demokrasi, diiringi dengan dukungan kepada siapapun yang menyeru kepada kesesatan dan kebinasaan ini.
2. al-Halabi menyifati Risalah ‘Amman sebagai yang terdepan dalam menjelaskan tentang Islam, padahal di dalam risalah tersebut terdapat kekufuran yang sangat nyata.
3. al-Halabi memuji orang-orang yang mendukung Risalah ‘Amman, baik orang-orang Rafidhah, Shufiyyah, Sekuler, dll yang jumlah mereka sangat banyak. Al-Halabi juga mempersaksikan dengan penuh kepalsuan dan kebohongan bahwa mereka (para pendukung tersebut) adalah para ‘ulama terpercaya dan para pimpinan yang amanah.
4. al-Halabi mencetak khutbahnya, yang di dalam khutbah tersebut dia memuji Risalah ‘Amman yang penuh kekufuran tersebut. Khutbah itu diterbitkan dua kali, dan dia berbangga dengan khutbah tersebut dan pujiannya terhadap Risalah ‘Amman
5. Membela mati-matian Risalah ‘Amman dalam sejumlah kitab dan kasetnya, dengan segala penyimpangan yang ada di dalamnya.
6. Ikut serta dalam sebuah muktamar nasional, yang menetapkan dakwah kepada persatuan agama, dan dia turut menandatangani piagama tersebut.
7. al-Halabi memperbolehkan celaan terhadap shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyifat mereka sebagai penakut/pengecut. Wal’iyyadzu billah.
8. Dia menyifati sebagaian shahabat Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka berwatak pengecut dan gagal.
9. al-Halabi menyanjung setinggi langit sebuah kitab yang mengajak pendekatan (penyatuan) berbagai kelompok yang ada dan berbagai kelompok sempalan.
10. Aqidah al-Halabi dalam masalah Iman adalah di atas pendapat kelompok Murji’ah yang bid’ah dan sesat. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama yang duduk di Lajnah ad-Da’imah li al-Ifta’ terhadapnya.
11. al-Halabi mendukung kitab karya Murad Syukri yang berjudul “Ihkamu at-Taqrir fi Ahkami at-Takfir” , dan dia (al-Halabi) yang telah membacanya dan mencetaknya. Padahal dia berjalan di atas manhaj Murji’ah yang sesat, dan rujukannya seringkali adalah al-Ghazali dan tokoh-tokoh semisalnya. Para ‘ulama Lajnah ad-Da’imah li al-Ifta’ telah mentahdzirnya, karena dia tegak di atas madzhab murji’ah.
12. Meremehkan permasalahan-permasalahan aqidah yang besar, seperti caranya Ikhwanul Muslimin (IM).
13. Pembelaannya terhadap Abul Hasan al-Ma’ribi, ketika Abul Hasan menyifati shahabat dengan sifatGhutsa’iyyah.
14. al-Halabi beranggapan bahwa menyifati shahabat dengan ghutsa’iyyah bukanlah sebagai celaan.
15. ‘Ali Hasan terpengaruh dengan Sayyid Quthb, ini dengan persaksian dia sendiri.
16. ‘Ali Hasan memuji, membela, dan memuliakan tokoh-tokoh yang menyelisih manhaj Salaf, seperti al-Huwaini, Muhammad Hassan, al-’Id Syarifi, al-Maghrawi, Abul Hasan al-Ma’ribi, dll.
17. ‘Ali Hasan memuji Jamaludin al-Afghani, Muhammad ‘Abduh, Hasan al-Banna, dan an-Nabhani.
18. ‘Ali Hasan menyatakan harus menerapkan prinsip Hamlu al-Mujmal ‘ala al-Mufashshal (membawa makna perkataan yang global kepada perkataan yang rinci) dalam menilai ucapan/perkataan manusia.
19. Pujiannya terhadap Abu Hasan an-Nadwi
20. Bermudah-mudahan mengambil ijazah, walaupun dari ahlul bid’ah.
21. Celaannya terhadap kitab Riyadhus Shalihin karya an-Nawawi.
22. Dia beranggapan bahwa pengujian itu boleh diterapkan terhadap tokoh-tokoh kebid’ahan. Adapun para pengikut dan pendukung bid’ah tidak boleh diuji.
23. Dia menyatakan bahwa perselisihan para ‘ulama rabbaniyyin dengan para neo-khawarij masa ini hanya perselisihan dalam permasalahan ijtihadiyah fiqhiyyah.
24. Pencurian ilmiah, seperti kitab “Kitab an-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar” karya Ibnu al-Atsir, dengan tahqiq Thahir az-Zawi dan DR. Mahmud ath-Thanahi. Sebelumnya kitab tersebut dalam 5 jilid besar. Namun al-Halabi menjadikannya 1 jilid besar saja, dengan tulisan kecil, kertas yang tipis, dan sampul yang tebal.
25. Dia (al-Halabi) berdusta atas nama para ‘ulama, yaitu ketika dia dan yang lainnya menulis sebuah kitab yang diberi judul “Mujmal masa’il al-Iman al-’Ilmiyyah fi Ushul al-’Aqidati as-Salafiyyah” , para penulisnya (termasuk di dalamnya Ali Hasan) menyebutkan dalam muqaddimah kitab bahwa para ‘ulama telah membacanya dan menyetujuinya. Kemudian mereka menyebutkan nama-nama para ‘ulama tersebut, di antaranya mereka menyebutkan nama asy-Syaikh Ahmad bin Yahya an-Najmi, asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali, dan lainnya. Maka para ‘ulama pun mendustakan para penulis tersebut.
26. Pernyataan al-Halabi bahwa asy-Syaikh al-Albani rahimahullah dulu berfatwa membolehkan Pemilu adalah dalam rangka menempuh madharat yang lebih ringian dari dua madharat yang ada, atau dalam rangka menolak mafsadah yang lebih besar.
27. ‘Ali Hasan telah berdusta atas nama asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah. Yaitu ketika dia mencetak sebuah risalah dan memberikan ta’liq (komentar) terhadapnya, serta menisbahkan jawaban kepada beliau (asy-Syaikh Shalih al-Fauzan), dengan judul: al-As’ilah al-’Iraqiyyah fi Masa’il al-Iman wa at-Takfir al-Manhajiyyah wa Ajwibatu Fadhilati asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan” (artinya= Pertanyaan-Pertanyaan dari Iraq tentang permasalahan-permasalahan manhajiyyah iman dan takfir, beserta Jawaban-Jawaban Fadhilatu asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan); dengan edit dan ta’liq oleh ‘Ali Hasan al-Halabi, terbitan Dar al-Minhaj, Kairo, tahun 1426 H.
Dalam kitab tersebut terdapat beberapa permasalahan yang menyelisihi aqidah Ahlus Sunnah. Maka asy-Syaikh al-Fauzan mendustakan penisbahan jawaban-jawaban tersebut kepada beliau dan menafikannya baik secara global maupun rinci.
Maka semestinya ‘Ali Hasan wajib bertaubat. Namun sayang, dia tidak mau kecuali menolak dan menyombongkan diri. Maka dia pun balik menulis sebuah risalah berjudul, “Tadzkir asy-Syaikh al-Fauzan bima Akhadzahu an-Nisyan, Kalimah ‘Ilmiyyah haula al-As’ilah al-’Iraqiyyah” (artinya = Mengingatkan asy-Syaikh al-Fauzan dari kelupaan (!!!) Penjelasan Ilmiah seputar Pertanyaan-Pertanyaan dari ‘Iraq).
28. ‘Ali Hasan dikenal dengan kedustaan dalam banyak kejadian.
29. Ketika menukil dari ‘ulama, ‘Ali Hasan menyelewengkan maknanya. Ini sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama anggota al-Lajnah ad-Da`imah li al-Ifta ketika memberikan penilaian terhadapnya.
30. ‘Ali Hasan memotong ucapan ‘ulama (yakni ketika menukil dari para ‘ulama tersebut, pen). Ini juga sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama anggota al-Lajnah ad-Da`imah li al-Ifta ketika memberikan penilaian terhadapnya, juga oleh para ‘ulama lainnya. Dan ini sangat terkenal darinya.
31. Mengomentari ucapan para ‘ulama dengan membawanya kepada suatu maksud yang tidak dikandung oleh ucapan tersebut. Ini pun masih sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama anggota al-Lajnah ad-Da`imah li al-Ifta ketika memberikan penilaian terhadapnya, juga oleh para ‘ulama lainnya.
32. Meremehkan permasalahan berhukum tidak dengan apa yang Allah turunkan. ‘Ali Hasan mengatakan bahwa perhatian terhadap pereleasisaian tauhid dalam masalah ini terdapat keserupaan terhadap Syi’ah Rafidhah. Ini merupakan kesalahan yang sangat jelek. Ini sebagaimana dikatakan oleh para ‘ulama anggota al-Lajnah ad-Da`imah li al-Ifta ketika memberikan penilaian terhadapnya.
33. ‘Ali Hasan telah meletakkan dasar-dasar kaidah-kaidah rusak dan tidak laku, sejak 30 tahun lalu, untuk menentang manhaj salafi dalam bidang al-Jarh wa at-Ta’dil.
34. ‘Ali Hasan mengatakan bahwa ilmu al-Jarh wa at-Ta’dil tidak ada dalilnya dalam Kitabullah, tidak pula dalam sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Ilmu tersebut ada karena demi kemashlahatan.
35. Ajakannya untuk mencairkan berbagai perselisihan pemikiran dan fiqhiyyah yang ada, demi kemashlahatan sebuah negeri secara global.
36. ‘Ali Hasan mengatakan bahwa demokrasi merupakan istilah masa ini. Kita tidak membantahnya dari sisi kenyataan secara mutlak! Dan tidak pula menerimanya secara mutlak!
37. Dia menghapus manhaj pengujian terhadap manusia dengan tokoh-tokoh tertentu.
38. ‘Ali Hasan membela Jum’iyyah Ihyaut Turats penganut paham Quthbiyyah.
39. Pembelaannya terhadap Jum’iyyah al-Birr.
40. Pembelaan ‘Ali Hasan terhadap Abul Hasan al-Ma’ribi.
41. Ucapan ‘Ali Hasan terhadap tokoh khawarij Usamah bin Laden, bahwa dia seorang yang ikhlash, dan memiliki ghirah keagamaan.
42. Pembelaannya terhadap kitab as-Siraj al-Wahhaj yang ditulis oleh Abul Hasan al-Ma’ribi, dalam kitab tersebut menyerang manhaj salafi.
43. ‘Ali Hasan membela al-Mighrawi at-Takfiri (yang berpaham takfir).
44. ‘Ali Hasan membela Muhammad Hassan al-Quthbi (pengikut paham Sayyid Quthb).
45. ‘Ali Hasan membela al-Huwani yang berpaham takfir
46. ‘Ali Hasan membela al-’Id Syarifi yang mencela para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
47. ‘Ali Hasan membedakan antara ‘aqidah dan manhaj dari sisi terjadinya dan kenyataannya.
48. ‘Ali Hasan membedakan antara ‘aqidah dan manhaj, yaitu perbedaan manhaj tidak berpengaruh (pada seseorang) apabila aqidahnya shahih dan kuat, serta tidak mengeluarkan orang tersebut dari Salafiyyah.
49. ‘Ali Hasan meletakkan sebuah kaidah jahat, yaitu bahwa kata ghutsa’iyyah apabila diucapkan oleh seorang sunni maka itu tidak dianggap sebagai celaan (terhadap shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam), namun apabila diucapkan oleh seorang yang menyimpang maka itu teranggap sebagai celaan.
50. ‘Ali Hasan menyetujui kaidah Nushahhih wala Nujarrih (kami memperbaiki, bukan mencela).
51. ‘Ali Hasan menyetujui kaidah Muwazanah, yaitu dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan orang-orang yang menyimpang.
52. ‘Ali Hasan mengacaukan kaidah al-Jarh al-Mufassar muqaddam ‘ala at-Ta’dil (cercaan secara rinci lebih didahulukan daripada pujian).
53. Dia meletakkan kaidah, dipersyaratkan adanya ijma’ ketika mentabdi’ (memvonis bid’ah).
54. Dia meletakkan kaidah, ” لاَ نَجْعَل خِلاَفَنَا فِي غَيْرِنَا سَبَبًا لِلْخِلَافِ بَيْنَنَا Kita tidak menjadikan perbedaan kita dalam menilai orang lain sebagai sebab perselisihan antara kita.“ Kaidah ini mirip dengan kaidahnya IM, “Kita saling bekerja sama dalam hal yang kita bersepakat padanya, dan kita saling memberikan udzur satu sama lain dalam hal yang kita berselisih padanya.”
55. ‘Ali Hasan menganggap bahwa penilaian-penilaian para imam dalam al-Jarh wa at-Ta’dil termasuk dalam permasalahan-permasalahan ijtihadiyah, yang boleh terjadi padanya perbedaan, sehingga tidak boleh ada pengingkaran dan ilzam padanya.
56. Dia meletakkan kaidah bahwa tidak ada ilzam pada al-jarh (cercaan) al-Mufassar (rinci) yang dijelaskan dan didukung oleh bukti-bukti terhadap ahlul bid’ah, kecuali dengan syarat (celaan tersebut) telah mencapaial-Iqtina’ (memuaskan).
57. ‘Ali Hasan meragukan kaidah: ‘diterimanya berita dari seorang yang tsiqah dalam menghukumi orang-orang tertentu’, dan dia menyatakan harus ada tabayyun.
58. ‘Ali Hasan menyatakan bahwa hajr tidak ada mashlahahnya pada zaman ini.
59. ‘Ali Hasan menuduh al-Imam Ahmad duduk bersama rafidhah.
60. ‘Ali Hasan bergaul dengan Ahlul Bid’ah, memuji-mujinya, dan membelanya.
61. ‘Ali Hasan tidak mau menerima nasehat-nasehat ‘ulama
62. ‘Ali Hasan muncul di stasiun TV ‘al-Manar’ milik rafidhah, yang mencela para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para ummahatul mukminin
63. ‘Ali Hasan memuji mandub (direktur) stasiun TV rafidhah yang kufur dan zindiq, yaitu TV al-Manar, bahwa dia adalah seorang sunni yang mulia.
64. ‘Ali Hasan duduk bersama perempuan yang berhias, dalam sebuah acara televisi di salah satu stasiun.
65. ‘Ali Hasan tidak mau mengikuti nasehat para ‘ulama anggota Lajnah ad-Daimah li al-Ifta’, agar dia (‘Ali Hasan) hendaknya belajar lagi kepada para ‘ulama yang terpercaya dan amanah, dan meninggalkan ikut-ikutan membahas permasalahan iman.
66. Dia memuji ahlul bid’ah, membela mereka, bekerja sama dengan mereka, duduk bersama mereka, serta mengajak untuk mengambil ilmu dari mereka dan tidak memutuskan hubungan dengan mereka pada zaman ini.
67. Dia berupaya memasukkan sebagian kelompok sesat dan organisasi-organisasi menyimpang ke dalam bingkai ahlus sunnah wal jama’ah, yaitu dengan slogan yang ia namakan sebagai manhaj yang luas dan longgar! Dan dia menganggap bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah merupakan nama untuk kelompok-kelompok yang banyak.
68. Dia mengatakan ar-Rabi’ as-Salafy (musim semi salafy) untuk menyamakan (salafiyin) dengan orang-orang kafir yang mendukung demonstrasi-demonstrasi dan gerakan-gerakan revolusi yang mereka beri nama dengan ar-Rabi’ al-’Arabi (musim semi arab).
69. Memanglingkan pandangan para pemuda kepada dirinya, dengan mengatakan hendaknya kalian merujuk kepada kami, bukan kepada para ‘ulama hijaz.
70. ‘Ali Hasan memalingkan para pemuda dari para ‘ulama yang kokoh keilmuannya – yang dikenal dengan aqidah yang benar dan manhaj yang lurus – dan membuat para pemuda tidak butuh terhadap para ‘ulama tersebut, serta mencela mereka (para ‘ulama tersebut) dengan celaan-celaan yang keji dan cara-cara yang penuh makar.
71. Dia melecehkan para ‘ulama sunnah, dengan mengatakan bahwa tidak ada seorang makhluk pun pada hari ini yang berhak memerintah – siapapun dia, bagaimana pun dia, dan di manapun dia – terhadap dakwah salafiyyah dan terhadap salafiyyin.
72. Kejahatannya terhadap al-Imam al-Bukhari rahimahullah dan yang lainnya.
73. Melecehkan al-’Allamah Bin Baz rahimahullah.
74. dia berdusta atas nama asy-Syaikh ‘Abdu ‘Aziz bin Baz rahimahullah bahwa beliau pernah berkata bahwa Safar al-Hawali adalah Ibnu Taimiyyah zaman ini.
75. dia mengatakan bahwa orang-orang dekat asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah memberikan pengaruh terhadap beliau dalam maksud-maksud fatwanya.
76. Dia mencela asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali.
77. Dia mencela asy-Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri.
78. Dia mencela asy-Syaikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali.
79. Dia mencela asy-Syaikh Shalih as-Suhaimi, karena beliau tidak melihat disebabkan musibah yang Allah timpakan padanya berupa hilangnya kedua matanya. Dan beliau berbicara dengan kebatilan disebabkan tidak mampu meneliti kondisi seseorang.
80. dia mencela para penuntut ilmu salafiyyin, dan menyifati mereka dengan sifat-sifat yang sangat jelek.
81. Terakhir – namun ini bukan yang paling akhir – ‘Ali Hasan al-Halabi mempersaksikan bahwa dirinya telah berubah.
___________________________________
Sumber : Kitab Tahdzir as-Salafy min Manhaj at-Tamayyu’ al-Khalafy dikumpulkan oleh: ‘Abdul Hamid ‘Ali Yahya Najjar al-Hadhabi. Muqaddimah asy-Syaikh DR. Ahmad ‘Umar Bazmul. Hal. 149-185.
RINGKASAN KESESATAN MASYHUR HASAN SALMAN
1. Mensifati Abu Ghadah Al-Kautsary sebagai Al-Allamah, Al-Faqih, Al-Muhaqqiq dan Al-Bari’.
2. Mensifati Sayyid Quthub sebagai cahaya.
3. Ketika dia ditanya tentang kitab Asy-Syaikh Muqbil yang membantah Al-Qaradhawy, dia mensifati beliau sebagai orang yang terlalu keras.
4. Ketika dikabari tentang kitab Asy-Syaikh Muqbil yaitu Iskatul Kalbil Awi yang membantah Al-Qaradhawy, dia mengatakan bahwa semua kritikan terhadap Al-Qaradhawy tidak diterima.
5. Mensifati Al-Qaradhawy sebagai ulama.
6. Mensifati Adnan Ar’ur dengan mengatakan bahwa dia adalah awan ilmu yang hujannya ditunggu.
7. Mensifati Jamaluddin Al-Afghany dan Muhammad Abduh sebagai ulama mujaddid.
8. Mensifati Al-Buthy sebagai ulama.
9. Mensifati Al-Maghrawy sebagai salafy.
10. Dia mengatakan: “Siapa saja yang mengkritik Abul Hasan Al-Ma’riby maka dia pasti akan menyesal di dunia dan akherat.
11. Menyalahkan siapa saja yang menganggap bahwa Al-Ikhwan Al-Muslimun, Jama’ah Tabligh dan Khawarij sebagai kelompok sesat.
12. Mentahdzir siapa saja yang membagikan fatwa Asy-Syaikh Rabi’ dan Asy-Syaikh Ahmad An-Najmy.
13. Melakukan pencurian karya tulis dengan mengklaim bahwa dia sebagai penulisnya.
14. Mengadakan kedustaan atas nama Asy-Syaikh Ibnu Baz, Asy-Syaikh Al-Utsaimin dan Asy-Syaikh Al-Albany bahwa mereka berfatwa membolehkan bom bunuh diri.
15. Dia mengatakan: “Kita menetapkan mata bagi Allah, namun kita tidak menetapkan jumlahnya.”
16. Dia mengakui bahwa kebanyakan orang-orang dekatnya bukan Salafiyun, tetapi Ikhwany dan Tablighy.
17. Dia tidak beradab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam dengan mengatakan: “Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam pada safar-safar dan berbagai peperangan, beliau tidak bisa meninggalkan wanita. Beliau memperbanyak istri dan banyak bersenang-senang dengan para istrinya…”
18. Dia mengatakan: “Asy-Syaikh Al-Utsaimin tidak banyak membaca dan tidak memiliki perpustakaan yang besar.”
19. Dia berdusta atas nama Asy-Syaikh Al-Albany bahwa beliau menetapkan bahwa Allah hanya memiliki satu mata.
20. Mencela salaf dengan menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang dungu, tidak bisa memahami dan tidak bisa mengerti.
21. Membolehkan bom bunuh diri, mengkafirkan rakyat Palestina dan para pelaku dosa besar.
22. Mencela Asy-Syaikh Ahmad An-Najmy dengan menyatakan: “Dia Mubtadi’ dan bukan orang yang mengikuti As-Sunnah.”
23. Membela Abu Ishaq Al-Huwainy.
24. Mencela Shahih Muslim sebagai kitab yang berisi kontradiksi.
25. Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah mengatakan tentang Masyhur: “Dia adalah seorang Ikhwany dan sampai sekarang tetap Ikhwany.”
http://bayenahsalaf.com/vb/archive/index.php/t-1494.html
Link lainnya:
http://www.youtube.com/watch?v=176Abg8jCLQ
http://elmanhaj.jeeran.com/roudoudantiothers.htm
Adapun Salim Al Hilaly silakan merujuk pada makalah di situs ini terkait buktinya sebagai Maling, Plagiator dan Koruptor, telah berlalu beberapa pengulangannya. Walhamdulillah.
Dengan demikian, tidak ada alasan syar’i bagi Ahlussunnah untuk tertipu walaupun mereka, Hizbiyyun melemparkan syubhat dengan berlindung di belakang pujian beberapa ulama Ahlussunnah hafizhahumullah terhadap mereka karena yang mentazkiyah pada hakekatnya adalah amal perbuatannya sendiri.
Sebagai penutup, menjadi sebuah penyadaran bagi kita in sya Allah bahwa diantara makar hizbiyyun ataupun mumayyi’un adalah berlindung di belakang para ulama Ahlussunnah untuk mengelabui kaum muslimin dan menipu orang-orang yang jahil sehingga terkadang mereka mendatangkan para ulama Ahlussunnah sebagai kamuflase untuk mengelabui kejahatannya.
Lihatlah bahwa salah satu penyimpang yang telah ditahdzir oleh masyaikh Ahlussunnah itu tatkala menceritakan program kubu mumayyi’un untuk berkonspirasi manhaj dengan Halabiyun yang dua, tiga dedengkotnya di atas telah kita paparkan sebagian kejahatan dan kesesatannya (dan itu cukup bagi orang-orang yang tertipu selama ini untuk tidak tergiur oleh program Ishlah manhaj yang dicanangkan kaum Mumayyi’un) dan sungguh sangat keterlaluan bagaimana mereka menggunting dalam lipatan, menikam Ahlussunnah (dengan baju Ahlussunnah) tatkala segenap Salafiyun di seluruh dunia dengan dipimpin dan dibimbing oleh para Masyaikh Ahlussunnah, Asy Syaikh Rabi’, Asy Syaikh Ubaid, Asy Syaikh Muhammad Bazmul, Asy Syaikh Muhammad bin Hadi, Asy Asyaikh Abdullah Al Bukhari, Asy Syaikh Ahmad Bazmul dan para masyaikh lainnya hafizhahumullah berperang hebat sekian tahun ini melawan dan membendung kesesatan dan tipudaya Al Halaby, Halabiyun dan antek-anteknya justru di negeri ini, kaum Mumayyi’un menjadikan diri-diri mereka sebagai rujukan dakwah tersendiri dengan mengusung jargon ishlah manhaj dengan para musuh-musuh dakwah Ahlussunnah!!!!
Wallahi ini adalah bukti pengkhianatan besar terhadap Salafiyun dan dakwahnya!!!
… وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا … (٢٦)
“…dan seorang saksi dari keluarga wanita itu memberikan kesaksiannya… “ (QS. Yusuf 26)
Gambar 2. Screenshot Konspirasi Rawalumbu, pengkhianatan besar terhadap Salafiyun dan dakwahnya. Konspirasi manhaj persatuan dengan sekte Halabiyun yang dicanangkan jaringan penggembos dakwah, tikaman dan pengkhianatan dari dalam tubuh Ahlussunnah tatkala Ahlussunnah berperang dengan Halabiyun
Dan sungguh makar Hizbiyun Halabiyun yang berlindung di balik pujian beberapa ulama Ahlussunnah begitu serupa dengan makar para penggembos dakwwah tersebut untuk membentengi dan melindungi kejahatan manhaj mereka tersebut yakni dengan berupaya mendatangkan para ulama Ahlussunnah untuk membela dan melindungi mereka.
Akan tetapi sungguh kebenaran itu tidak akan tersembunyi sebagaimana kebatilan harus diungkapkan agar yang tertipu menjadi sadar dengan makar pengkhianatan mereka di balik-balik punggung Ahlussunnah dan para ulamanya yang sedang berperang melawan Halabiyun.
Sungguh kita tidak takut memaparkan bukti kejahatannya tokoh-tokoh inti Syiar Tauhid, semisal Ayub Abu Ayub yang menjadi tokoh sentral daurah nasional yang mendatangkan Asy Syaikh Ustman As Salimi, Asy Syaikh Al Muhaddits Abdul Hadi Al Umairi, Asy Syaikh Ahmad Syamlan!!
Gambar 3. Screenshot Konspirasi Rawalumbu, pengkhianatan besar terhadap Salafiyun dan dakwahnya. Salah satu tokoh kunci daurah Syaikh Ustman-Syaikh Abdul Hadi adalah tokoh ishlah manhaj dengan sekte Halabiyun, pengakuan teman mereka sendiri.
Kejahatan manhaj mereka yang bersekongkol-berkonspirasi dengan sekte Halabiyun tidaklah berubah menjadi Al Haq hanya karena mereka bisa mendatangkan para ulama sebagaimana makar Halabiyun yang berlindung di balik pujian para ulama seperti yang telah kita ungkap di awal tulisan ini. Allahu a’lam.
Semoga kita semua terhindar dari tipu daya mereka dan mengumpulkan kita semua di jannahNya, amin.