Membekuk Hizbi yang Bersembunyi di belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.1)

MENYINGKAP KEBATILAN PENGEKOR HAWA NAFSU YANG BERLINDUNG DI BELAKANG ASY-SYAIKH AL-ABBAD حفظه الله (bagian ke-1)

new1a

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومَنْ سار على نهجه إلى يوم الدين؛

 أما بعد:

Sesungguhnya Asy-Syaikh Abdul Muhsin حفظه الله termasuk ulama Salafiyyun yang dikenal. Beliau memiliki jasa yang besar dalam menyebarkan As-Sunnah, menjelaskan ilmu, membantah berbagai kebatilan para pengekor hawa nafsu. Para ulama kibar telah bersaksi tentang keutamaan ilmu dan kedudukan beliau. Kita memohon kepada Allah U agar menjaga beliau untuk kebaikan umat sebagai pengajar dan pendidik, menambahkan keutamaan-Nya bagi beliau serta menutup untuk beliau dengan kebaikan.

Asy-Syaikh Al-Abbad حفظه الله memiliki sikap yang dikenal dalam masalah perselisihan dengan Abul Hasan Al-Ma’riby dan para pengikutnya, yang mana beliau menolak untuk membicarakannya secara mendalam, menganggapnya sebagai fitnah di antara orang-orang yang menyandarkan diri kepada Ahlus Sunnah, menasehati kaum muslimin agar menyibukkan diri dengan ilmu, mengajar dan berdakwah, serta menasehati mereka agar meninggalkan pembicaraan terhadap si fulan dan fulan.

Asy-Syaikh Al-Abbad حفظه الله telah menulis risalah “Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah” yang di dalamnya dipaparkan alasan sikap beliau terhadap perselisihan di atas.

Scan Majalah Sururi Turatsi

Gambar 1. Scan Majalah Sururi Turatsi “remnya blong”, bagi-bagi gratis karya Syaikh Rabi’, ulama yang telah mentahdzir Syaikh mereka (Abdurrahman Abdul Khaliq Al Mubtadi’ dan Syarif Hazza ad Dajjal) dicomot demi membungkam salafiyyin agar tidak lagi menyingkap dan menerangkan kepada ummat atas berbagai bukti kesesatan dan kejahatan hizbiyyah mereka.(ed.)

Pada hari ini Asy-Syaikh Al-Abbad حفظه الله memperbarui sikapnya. Hanya saja kali ini berkaitan dengan perselisihan terhadap Ali Al-Halaby dan teman-temannya serta siapa saja yang sependapat dengannya dan membelanya. Beliau mengulangi penegasan terhadap sikap ini dalam risalahnya yang ringkas “Marratan Ukhra, Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah”.

Nampak pimpinan Ihya Turats seperti Khalid Sultaan

Gambar 2. Nampak pimpinan Ihya Turats seperti Khalid Sultaan al-‘Isaa, ‘Aadil as-Sar’aawi, Saalim an-Naashi dan lainnya berfoto bersama dengan para pejabat parpol ICM (parpol Ikhwaanul-Muslimin di Kuwait) lengkap dengan SENYUMAN “Rifqan Ahlul Ahwa’ Ya Turatsi Khabits Firanda” (ed.)

Sikap Asy-Syaikh Al-Abbad حفظه الله ini dimanfaatkan oleh sebagian para pengikut hawa nafsu dengan berbagai jenis mereka untuk mencela para ulama As-Salafiyyun yang melaksanakan kewajiban nasehat dan memperingatkan bahaya para ahli bid’ah dan para pengikut serta pembela mereka. Mereka meletakkan perkataan Asy-Syaikh Al-Abbad ini untuk membungkam Ahlus Sunnah dalam menjelaskan kritikan terhadap para pengikut hawa nafsu dan memperingatkan bahaya penyimpangan-penyimpangan mereka. Sampai mereka menjadikan orang yang bodoh dan tertipu dengannya menyangka bahwa Asy-Syaikh Al-Abbad حفظه الله berdiri di barisan para pengikut hawa nafsu melawan para ulama Ahlus Sunnah yang kokoh ilmunya yang senantiasa memperingatkan bahaya para pengikut hawa nafsu itu.

Screenshot tulisan Hizbi Turatsi Irsyadi

Gambar 3. Screenshot tulisan Hizbi Turatsi Irsyadi  yang membawa jargon “Wa Marratan Ukhra, Rifqan Ahlas Sunnah…” dengan berlindung di belakang punggung Syaikh Al Abbad untuk menipu umat. (ed.)

Jadi para mubtadi’ dan kaki tangannya berlindung di belakang Asy-Syaikh Al-Abbad dan mengangkat nama Asy-Syaikh Al-Abbad dan risalahnya sebagai jargon untuk menyebarkan berbagai penyimpangan mereka dan meneriakkannya di wajah setiap orang yang menyampaikan nasehat dan memiliki semangat membela agamanya.

Nampak pimpinan Ihya Turats seperti Khalid Sultaan al-Isaa

Gambar 4. Nampak pimpinan Ihya Turats seperti Khalid Sultaan al-‘Isaa, ‘Aadil as-Sar’aawi, Saalim an-Naashi dan lainnya duduk bersama dengan para pejabat parpol ICM (parpol Ikhwaanul Muslimin di Kuwait) merealisasikan  “Wa Marratan Ukhra, Rifqan Ahlul Ahwa’ Ya Turatsi Khabits Firanda” lengkap dengan rangkaian bunga bunga Merah Indah Merekah di atas Mejah Hizbiyyah Akh Firandah (ed.)

Agar tersingkap wajah mereka yang bersembunyi di belakang Asy-Syaikh Al-Abbad hafizahullah, maka kita memiliki beberapa catatan berikut:

Pertama: Asy-Syaikh Ahmad An-Najmy rahimahullah telah membantah risalah Asy-Syaikh Al-Abbad حفظه الله, menasehati beliau, serta menjelaskan hal-hal yang perlu ditinjau ulang dalam risalah tersebut dengan metode ilmiyah, adab yang tinggi serta memuliakan dan menghormati kedudukan Asy-Syaikh Al-Abbad. Bantahan ini termaktub dalam kitabnya “Al-Fatawa Al-Jaliyyah ‘Anil Manahij Ad-Da’awiyyah”, cetakan kedua hal. 1/220-235.

Maka seorang salafy yang berusaha mencari kebenaran, hendaknya membaca bantahan ini, memperhatikan dalil-dalilnya, lalu hujjah dan dalil menjadi timbangan untuk mengetahui mana yang benar dari keduanya. Dan ini yang tidak dilakukan oleh orang-orang yang menyimpang yang menyandarkan dirinya kepada salafiyyah. Bahkan mereka bersegera menyebarkan risalah Asy-Syaikh Al-Abbad dan mereka lalai bahwa dengan mereka menyebarkannya seperti ini berarti mereka telah membantu para mubtadi’ yang lain untuk menguasai mereka dan menolak hukum yang mereka tetapkan, apalagi terhadap hukum yang dinyatakan oleh para Salafiyyun pengikut kebenaran tentang para mubtadi’ itu dan selain mereka.

Kedua: Asy-Syaikh Rabi’ حفظه الله telah berusaha menjelaskan kepada Asy-Syaikh Al-Abbad tentang berbagai penyimpangan manhaj orang-orang yang menyelisihi itu yang tidak mungkin untuk mendiamkannya. Namun Asy-Syaikh Al-Abbad tidak menerima dan beliau mengabarkan kepada Asy-Syaikh Rabi’ bahwa beliau belum membaca, yaitu belum membaca tulisan dalam berbagai perselisihan terkini.[1] Hal itu sebagaimana disebutkan oleh Asy-Syaikh Rabi’ ketika bermajelis bersama beberapa orang Palestina dari pihak Ali Al-Halaby.

Nampak FAHD AL-KHANNAH DARI JAMIYYAH IHYAA AT-TURAATS bersama SYI I RAFIDLI

Gambar 5. Nampak FAHD AL-KHANNAH DARI JAM’IYYAH IHYAA’ AT-TURAATS bersama SYI’I RAFIDLI ‘ADNAAN SAYYID ‘ABDUS-SAMAD! Pertemuan ini diadakan oleh DR. NAASIR AS-SAANI’ DARI IKHWAANUL MUSLIMIN. “Wa Marratan Ukhra, Senyuman Rifqan Ahlul Ahwa’ Ya Turatsi Khabits Kadzdzab Dajjal Firanda”[2](ed.)

Ini maksudnya bahwasanya Asy-Syaikh Al-Abbad tidak menelaah rincian berbagai penyimpangan siapa yang beliau anggap sebagai Ahlus Sunnah, dan juga tidak menelaah bantahan para ulama terhadap mereka yang disertai dalil-dalil dan bukti-bukti. Padahal kita semua telah mempelajari kaedah ilmiyah yang menyatakan “Orang yang mengetahui merupakan hujjah bagi orang yang tidak mengetahui.”

Scan copyan terjemah Tafsir

Gambar 7. Scan copyan terjemah Tafsir,  M.Yusuf Harun, Farid Okbah, Yazid Jawaz, Mubarok Bamu’allim, Abu Ihsan sedang “Wa Marratan Ukhra, Rifqan dengan Presiden Ikhwanul Muslimin Ya Kadzdzab Firanda” (ed.)

Jadi seandainya ada dua orang shahabat berbeda pendapat dalam sebuah permasalahan, maka kita mendahulukan perkataan pihak yang mengetahui. Karena jika kita menerima pihak yang satunya, maka ini berarti kita menolak dalil yang kita diperintahkan untuk mengambilnya. Lalu bagaimana dengan seseorang yang kedudukannya di bawah shahabat?!

Oleh karena inilah Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiry حفظه الله ketika beliau ditanya tentang kitab “Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah” beliau menjawab:

“Saya katakan: “Barangsiapa yang mengetahui -ini adalah kaedah wahai anakku, Muhammad- merupakan hujjah atas orang yang tidak mengetahui.” Sehingga siapa yang menjelaskan penyimpangan Abul Hasan berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang benar yang jelas seperti matahari di tengah hari, jelas dalam membantah ucapan dan perbuatannya -ini kaedah- barangsiapa membantah Abul Hasan atau orang lain berdasarkan dalil dan dia menegakkan dalil atas kritikannya, maka wajib untuk menerimanya. Kalau tidak, maka kita menjadi pengikut hawa nafsu.[3] Sedangkan ulama yang tidak mengetahui apa yang diketahui oleh pihak yang mengkritik, hal ini tidak merugikan dia. Tetapi kita tidak boleh mengikuti ulama tersebut. Dan saya berbicara secara umum bahwa kita tidak boleh mengikuti seorang ulama yang tidak mengetahui keadaan pihak yang dikritik. Hal ini contohnya banyak sekali. Contoh dari orang-orang terdahulu adalah ketika Asy-Syafi’iy ? menilai Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya sebagai seorang yang tsiqah dan beliau mentazkiyahnya. Tetapi para ulama sebelum Asy-Syafi’iy dan setelah beliau mengkritik orang tersebut dan menilainya tidak tsiqah, tidak seperti pernyataan Asy-Syafi’iy. Jadi penilaian tsiqah dari Asy-Syafi’iy untuk Ibrahim bin Abi Yahya ini tidak ada gunanya untuk dia, dan para ulama muhaqqiq juga tidak merugikan Asy-Syafi’iy.”

Scan Quthbiyyun Abdul Hakim Abdat

Gambar 8. Scan Quthbiyyun Abdul Hakim Abdat yang lebih moncer di kalangan Sururi berjuluk sebagai “Pakar Hadits Indonesia”[4] sedang memamerkan “Wa Marratan Ukhra, Rifqan Ahlul Ahwa’ Ya Khabits Kadzdzab Firanda) –ed.-

Scan diperbesar lagi agar mata Sururi Turatsi

Gambar 9. Scan diperbesar lagi agar mata Sururi Turatsi yang memiliki ganggungan rabun ayam bisa melihat lebih jelas guru/ustadz Sayyid Quthubnya Abdul Hakim Abdat, “Wa Marratan Ukhra, Rifqan Quthbiyyun Ya Turatsi Khabits Firanda” (ed.)

Saya katakan: Telah diketahui bahwa kritikan yang rinci didahulukan atas rekomendasi yang tidak jelas. Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah berkata dalam catatan kaki kitab beliau yang berjudul Difaa’un ‘Anil Haditisin Nabawy hal. 21: “Saya katakan: Oleh karena itulah tidak sepantasnya seseorang tertipu dengan pendapat Ibnu Sayyidin Naas dalam muqadimmah kitabnya yang berjudul Uyunul Atsar dalam menilai Al-Waqidy sebagai orang yang tsiqah. Karena sesungguhnya dia telah menyelisihi pendapat para imam ahli tahqiq baik yang terdahulu maupun yang belakangan dan karena bertentangan dengan kaedah ilmu musthalah yang menyatakan “wajibnya mendahulukan kritikan yang rinci atas rekomendasi”, dan adakah celaan yang lebih kuat dari pernyataan bahwa seseorang telah memalsukan hadits (seperti Al-Waqidy ini, -pent). Apalagi Al-Imam Asy-Syafi’iy menuduhnya telah melakukan perbuatan tersebut yang mana Al-Buthy telah mengklaim bahwa dia mengikuti pendapat beliau. Demikian juga Abu Dawud dan Abu Hatim. Sedangkan Ahmad (bin Hanbal) berkata tentang dia: “Pendusta.”

Scan dokumen nama para dai Daurah Irsyadi-Ali Hasan cs tahun 2006

Gambar 11. Scan dokumen nama para dai Daurah Irsyadi-Ali Hasan cs tahun 2006 yang mengundang utusan resmi dua markaz Khariji penghasil bomber teroris Bom Bali pasca serangan bombing teroris khawarij di pulau Bali 2002!! Hebat dan berani bukan aksi “Wa Marratan Ukhra, Rifqan Kharijiyna Ya Turatsi Firanda” unjuk gigi hizbi Abdurrahman Tamimi Al Kadzdzab dkk?[5] (ed.)

Dan termasuk arsif Al-Halaby yang lama yang itu tercantum dalam syarah (penjelasan) dia terhadap kitab Al-Baa’its Al-Hatsis pada jenis yang ke-23 yaitu “Mengenal Siapa yang Diterima Riwayatnya dan Siapa yang Tidak Diterima serta Penjelasan Al-Jarh wat Ta’dil” pada kaset no. 39 ketika dia mengomentari ungkapan Ibnu Katsir: “Ibnu Shalah meriwayatkan dari Ahmad bin Shalih Al-Mishry bahwa dia berkata, “Seseorang tidak boleh ditinggalkan riwayatnya hingga semua ulama sepakat untuk meninggalkan haditsnya.” Al-Halaby menyatakan: “Perkataan ini hakekatnya tidak cermat, karena maknanya kita melihat sebagian pendusta ada yang menilai mereka sebagai orang yang tsiqah. Maka apakah kita juga akan mengatakan, “Orang ini tidak akan kita tinggalkan haditsnya karena semua orang tidak sepakat untuk meninggalkan haditsnya?! Kita katakan, “Tidak demikian,” karena sesungguhnya hanyalah yang menjadi hujjah dalam hal itu semua adalah bukti yang jelas dan kritikan yang rinci. Jadi jika sampai kepada kita sebuah kritikan yang rinci terhadap seorang rawi, sementara Zaid atau Amr dari para imam kita yang kibar (senior) menilainya sebagai orang yang tsiqah, maka sesungguhnya ketika itu kritikan yang rinci harus didahulukan atas rekomandasi yang tidak jelas. Bahkan kita katakan, “Harus didahulukan atas rekomendasi secara mutlak,” kenapa demikian? Karena seorang yang mengkritik dia memiliki tambahan ilmu dan bukti yang menambah penilaian terhadap sifat asal seorang rawi yaitu tsiqah.”

Scan daftar presensi Sejarah Pemikiran Islam Mahasiswa dan mahasiswi S-2 di sarang JIL

Gambar 12. Scan daftar presensi Sejarah Pemikiran Islam Mahasiswa dan mahasiswi S-2 di sarang JIL (menurut istilah teman mereka sendiri semacam Hartono Ahmad Jaiz), IAIN Sunan Ampel Mubarok & Salim Ghanimah IAIN (dua dosen S TAI Al Irsyad Ali Bin Abi Thalib Surabaya) demi merealisasikan “Wa Marratan Ukhra, Rifqan Nur Laila Ya Firanda Khabits” (ed.)

Saya katakan: Maka kenapa pada hari ini Al-Halaby dan para pengikutnya mengambil rekomendasi yang tidak jelas dan menolak kritikan yang rinci?![6]

Scan copyan majalah Adz Dzakhirah pendiri Al Irsyad

Gambar 13. Scan copyan majalah Adz Dzakhirah pendiri Al Irsyad (Ahmad As Surkati As Sudani) ketika merealisasikan “Wa Marratan Ukhra, Rifqan Khurafiyna, Syi’iyna, Kharijiyna, Wahabi…Musyaddid Ya Turatsi Khabits Dajjal Kadzdzab Firanda”[7] (ed.)

(Bersambung insya Allah)

Ditulis oleh Al-Akh Raid Alu Thahir dan file PDF-nya selengkapnya bisa didownload di

http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=27719

[1] Firanda menulis dalam rangka membeberkan “aib” Syaikh Abdullah Bukhari: Keempat : Beliau juga berkata : Syaikh Abdul Muhsin Al-Abaad kok bisa menghukumi bahwa perseteruan yang terjadi antara syaikh Robii’ dan Abul Hasan Al-Ma’ribi hanyalah karena hawa nafsu. Bagaimana beliau bisa menghukumi demikian. Saya (yaitu beliau sang syaikh) pernah datang ke Syaikh Abdul Muhsin dan saya tanyakan kepada beliau : “Apakah anda sudah baca tulisannya syaikh Robii’?”, maka Syaikh Abdul Muhsin berkata :”Saya tidak baca”. Saya juga bertanya, “Apakah anda sudah membaca tulisan Abul Hasan Al-Ma’ribi?”, maka syaikh Abdul Muhsin berkata, “Tidak”.
Lantas bagaimana bisa Syaikh Abdul Muhsin menghukumi bahwasanya syaikh Robii’ dan Abul Hasan hanya mengikuti hawa nafsu??? (Demikian perakataan beliau sang syaikh). Nampak jelas posisi Firanda terhadap Abul Hasan.(ed.)

[2] Tapi jangan salah wahai Ahlussunnah yang semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan hizbiyyah dan makar hizbiyyun. Bukanlah persoalan krusial kebobrokan dan kejahatan manhaj Ihya’ut Turats (seperti 3 gelintir contoh di atas) yang menjadi permasalahan inti Turatsi Khabits Firanda akan tetapi FULUS DANA IHYA’-lah yang menjadi INCARAN INTI LEGALITAS MASALAH Firanda dalam berseri seri tulisannya. Maka apakah kita akan menutup mata dan melemparkan bukti-bukti kebobrokan dan kejahatan Ihya’ hanya karena Ihya’ direkomendasi oleh Syaikh Al Abbad sebagaimana yang didengung dengungkan oleh Firanda dan konco-konconya? Lalu dimana kecemburuan Firanda, Abdullah Taslim dan para doktor SETAN BISU itu yang begitu angkuhnya menyuruh menyebarkan file rekaman kepada situs hizbi SALAFIKIRPET untuk bersepakat menjadi SETAN BISU (tidak mentahdzirnya!) dalam keadaan mereka telah tahu sebagian besarnya dari bukti-bukti kebobrokan Ihya’ut Turats yang ditunjukkan dihadapan mereka oleh Syaikh Abdullah Bukhari dan bahkan si SETAN BISU ABDULLAH TASLIM mengaku telah mengetahui bukti kebobrokan Ihya’ yang lebih parah dari apa yang telah ditunjukkan oleh Syaikh Abdullah Bukhari ?

Abdullah Taslim berkata: “e..  selanjutnya berbicara tentang masalah ihya’ ut turots  BELIAU MEMBAWAKAN BUKTI-BUKTI YANG BUKTI-BUKTI TERSEBUT ADALAH BUKTI-BUKTI YANG KAMI SUDAH KAMI KETAHUI SEBAGIAN BESARNYA DAN YANG KAMI DENGAR DARI BEBERAPA MASYAYIKH LAINNYA MUNGKIN LEBIH PARAH DARI PADA ITU. …kita dengar pembicaraan kemudian ustadz Firanda memang waktu itu banyak berbicara karena diantara kami bertiga mungkin yang berpendapat tentang.. mungkin ya.. yang lebih mengutamakan mengambil adalah beliau karena kami bertiga lebih mengutamakan tidak mengambil MESKIPUN KITA SAMA-SAMA SEPAKAT UNTUK TIDAK MENTAHDZIR…”

Maka saya tanyakan kepada pembaca rahimakumullah, apakah sikap mereka ini merupakan cermin kecintaan mereka terhadap umat dan dakwah ataukah merupakan bukti nyata keangkuhan, pengelabuan dan pengkhianatan kejinya kepada ummat? Kalau memang benar mereka ini bermanhaj Salafi, lalu dimana mereka letakkan loyalitas kecemburuan dan pembelaan mereka terhadap dakwah dan Ahlussunnah dalam keadaan mereka sudah tahu kejahatan dan kebobrokan manhaj Ihya’ut Turats yang parah sehingga mereka lebih memilih diam bersepakat menjadi SETAN BISU?? Inikah wujud kasih sayang mereka sementara di saat yang sama begitu getol memamerkan jasa baik HARTA Ihya’ut Turats?? Duhai betapa jungkir baliknya timbangan manhaj al wala dan al bara’. Sungguh ummat sangat membutuhkan para penasehat yang bisa membentengi kaum muslimin dari marabahaya dan tipudaya para penyesat daripada para pengkhianat yang akalnya hanya diisi oleh kelicikan pranata berfikir BEDA PENDAPAT SOAL PENDAPATAN dari Ihya’ walaupun tahu betapa Ihya’ bermanhaj SESAT dengan berlindung di balik punggung Syaikh Al Abbad!

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.(ed.)

Masalah Inti Firanda BEDA PENDAPAT SOAL PENDAPATAN

Gambar 6. Masalah Inti Firanda, BEDA PENDAPAT SOAL PENDAPATAN”

[3] Lihat salah satu contoh bantahan jelas, rinci lagi ilmiyyah terhadap kesesatan Abul Hasan yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad bin Hadi حفظه الله yang berjudul “Al Qunbula”:

http://www.4shared.com/document/uZefkWP9/Qunbula_Sy_Muhammad_b_Hadi_ban.html

Apakah kita akan melemparkan bukti-bukti kejahatan manhaj dan bantahan para ulama Ahlussunnah yang membungkam makar Abul Hasan hadahullah hanya karena para pengekornya mengacungkan kepada Salafiyyin Ahlussunnah bahwa Syaikh Al-Abbad masih memujinya sebagai Ahlussunnah?! La haula wala quwwata illa billah. Sungguh balatentara Iblis akan terus berupaya dengan segala cara agar kejahatan para penyesat umat terus tersebar walaupun harus menghiasinya dengan berbagai kelicikan dan tipu muslihat. Wal iyadzubillah. Akan tetapi telah menjadi sunnatullah bahwa akan tetap ada di kalangan ummat ini yang terus menampakkan Al Haq sebagai bentuk penjagaan Allah terhadap agamanya. Walhamdulillah (ed.)

[4]

Bersama PAKAR HADITS INDONESIA

Gambar 10. Bersama PAKAR HADITS INDONESIA

[5] Pada daftar da’i halaman kedua ini nampak nama para pembesar Hizbi semacam Khalid Syamhudi, Nurul Mukhlisin, Nur Ihsan, Muhammad Wujud, Heri Purnama Pekanbaru dll.

[6]Bisa jadi mereka berhilah dengan  bukti beberapa ulama yang mengisi acara di Ihya’ut Turats:

Nama-nama Syaikh seperti Syaikh Ubailan dan Ubaikan

Gambar 13. Nama-nama Syaikh seperti Syaikh Ubailan dan Ubaikan serta nampak TAKFIRI ABU ISHAQ AL HUWAINI hadahullah bersama-sama mengisi dalam salah satu acara Ihya’ut Turats.

Salah satu acara Ihya ut Turats yang mengeluarkan jurus pamungkasnya

Gambar 14. Salah satu acara Ihya’ut Turats yang mengeluarkan jurus pamungkasnya, Big Bos Mubtadi’ Abdurrahman Abdul Khaliq bersama para doktor lainnya.

 Yang menarik adalah ditampilkannya fatwa Syaikh Abdullah al Ubailan (lihat nama beliau di gambar no.13) terkait Ihya’ut Turats oleh Hizbi Irsyadi Pratama untuk mendukung Ihya’ut Turats yang mana beliau menyebutkan bahwa persoalan Ihya’ adalah “masalah ijtihâdîyah yang diperselisihkan para ulama, namun demikian beliau menegaskan:

“Bahkan yang mengarahkanku untuk memberikan ceramah dan pelajaran (di kegiatan) yang diadakan oleh jum’iyah di Kuwait ini adalah Samâhatu asy-Syaikh ‘Abdul ‘Azîz bin Bâz ketika beliau menjabat sebagai penanggung jawab urusan dakwah di Kerajaan, dan saya saat itu adalah mudîr (direktur) Markaz ad-Da’wah (Islamic Center) di Ha`il. Saya telah pergi (memberikan ceramah) berulang kali dan saya tidak melihat melainkan hanya kebaikan.”

Screenshot  Saya tidak melihat melainkan hanya kebaikan

Gambar 14. Screenshot  “Saya tidak melihat melainkan hanya kebaikan”

Bahkan beliau menegaskan sekali lagi: “Sampai detik ini, saya belum pernah tahu bahwa Jum’iyah Ihyâ at-Turôts mengadopsi atau menyeru kepada selain dakwah salafiyah di dalam cetakan (buku-bukunya) atau publikasi-publikasinya”

Screenshot  Syaikh Abdullah Ubailan sampai detik ini belum pernah tahu

Gambar 15. Screenshot  Syaikh Abdullah Ubailan sampai detik ini belum pernah tahu

Lalu bandingkanlah pernyataan jujur beliau di atas dengan ucapan si Kibir Abdullah Taslim yang tanpa ragu menegaskan : BELIAU MEMBAWAKAN BUKTI-BUKTI YANG BUKTI-BUKTI TERSEBUT ADALAH BUKTI-BUKTI YANG KAMI SUDAH KAMI KETAHUI SEBAGIAN BESARNYA DAN YANG KAMI DENGAR DARI BEBERAPA MASYAYIKH LAINNYA MUNGKIN LEBIH PARAH DARI PADA ITU. …kita dengar pembicaraan kemudian ustadz Firanda memang waktu itu banyak berbicara karena diantara kami bertiga mungkin yang berpendapat tentang.. mungkin ya.. yang lebih mengutamakan mengambil adalah beliau karena kami bertiga lebih mengutamakan tidak mengambil MESKIPUN KITA SAMA-SAMA SEPAKAT UNTUK TIDAK MENTAHDZIR

Demi Allah wahai saudaraku, tidaklah sama rekomendasi Syaikh Abdullah Ubailan di atas terhadap Ihya’ut Turats (dalam keadaan beliau mengaku:dan saya tidak melihat melainkan hanya kebaikan..” dan ucapan beliau:  “Sampai detik ini, saya belum pernah tahu bahwa Jum’iyah Ihyâ at-Turôts mengadopsi atau menyeru kepada selain dakwah salafiyah di dalam cetakan (buku-bukunya) atau publikasi-publikasinya”) dengan komplotan para doktor dan master Sururi yang berlindung secara licik dan batil di belakang punggung para ulama Ahlussunnah dalam keadaan mereka tahu benar parah dan bobroknya manhaj Ihya’ut Turats!!

Ini adalah bukti yang sangat jelas lagi gamblang bahwa Abdullah Taslim dan kawan-kawannya tidak lebih dari SETAN BISU penjahat dakwah yang menipu dan mengkhianati ummat. Mereka tahu betapa parahnya bukti-bukti kebobrokan manhaj Ihya’ut Turats tetapi mereka lebih memilih menjadi setan bisu untuk mengelabui dan menyembunyikan kesesatannya dari pandangan umat. Tidaklah layak –walaupun mereka bergelar DOKTOR DAN MASTER UNIVERSITAS ISLAM MADINAH yang mentereng di belakang namanya- mereka disebut sebagai penasehat umat karena sejatinya mereka tak lebih dari penipu besar dan hizbi penyesat umat.  Allahul musta’an.

[7] “ORANG-ORANG YANG MEMILIKI KEYAKINAN KHURAFAT, MESKIPUN MEREKA MEMILIKI PENYIMPANGAN DALAM BEBERAPA SEGI, MEREKA ITU MASIH BAGIAN DARI KITA, KELOMPOK SYI’AH, MESKIPUN MEREKA BERLEBIH-LEBIHAN, MEREKA MASIH GOLONGAN KITA, KELOMPOK KHAWARIJ, MESKIPUN MEREKA EKSTRIM, MEREKA MASIH GOLONGAN KITA, WAHABI MESKIPUN MEREKA KERAS namun masih termasuk golongan kita, dan SUNNI MESKIPUN MEREKA HANYA MENGAKU-NGAKU, namun masih tetap golongan kita. Masing-masing itu kaum muslimin, orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mencari ridha Allah meskipun DIA TERJATUH DALAM KESALAHAN-KESALAHAN IJTIHADI, (mereka) masih masuk dalam saringan, masih masuk dalam pagar agama Islam………” (Majalah AdzDzakhirah, juz 1, Muharram 1342H –1924M, hal.5.)

Maka sesuai dengan kaidah Emas Ihya’ Khilafiyah Ijtihadiyah yang dibangun oleh CALDOK (bukan Calon kodok tetapi Calon Doktor) Firanda, Master Abdullah Taslim, Doktor Arifin Baderi, Doktor Nur Ihsan dan Doktor Ali Musri naka tidak selayaknya bagi Ahlussunnah untuk mentahdzir dan menghajr apalagi mentabdi’ para penganut Khurafat! Penganut Syi’ah! Penganut Khawarij! Kalian harus Rifqan wahai Ahlussunnah karena ini adalah masalah khilafiyah Ijtihadiyah!

Di atas semua permasalah itu, tidak boleh bagi kalian untuk meletakkan al-wala’ wal bara’ padanya!! Kalian harus saling hormat-menghormati!! Firanda-pun berkata mengenai permasalahan khilafiyyah ijtihadiyyah seperti ini: ”Perpecahan tersebut tidak terjadi kalau saja kita bersikap benar dalam menghadapi perbedaan pendapat yang ada di kalangan Ahlus Sunnah…Selanjutnya kita balik pernyataan kalian. Keadaan kalian yang melakukan tahdzir dan hajr tanpa mengikuti aturan yang benar itulah yang menimbulkan perpecahan di kalangan Salafiyyun” (Lerai Pertikaian…, hal.246-247). Maka apakah Firanda masih mampu berdiri dengan ”Kaidah Emas”nya ini dalam menghadapi  ’ijtihadnya” As-Salafy As-Sudani?! Bal ’Syaikhus Salafy’ penikmat dan penghalal lotre kafir harbi kompeni penjajah Belanda?! Allahul musta’an, Allahul musta’an.

Lalu dimana letak bukti-bukti terang benderang KEBOBROKAN MANHAJ KALIAN INI sehingga dirimu wahai CALDOK Firanda menyusun pranata kelicikan berpikir Calon Doktor Universitas Islam Madinah bahwa persoalan tahdzir dan hajr itu karena persoalan inti BEDA PENDAPAT SOAL PENDAPATAN??!!

Engkau bisa saja menipu dan mengelabui dengan dua wajah kalian di depan Syaikh Al Abbad wahai hizbi Khabits akan tetapi Ahlussunnah Indonesia memiliki bukti dan hujjah nyata yang telah menembus angkasa akan kebobrokan manhajmu dan kesesatan manhaj kawan-kawan organisasimu untuk membungkam dan membongkar kelicikan dan akal bulusmu!! Allahu yahdik.

Sungguh tidaklah berlebihan jika Syaikh Abdullah Al Bukhari telah menggelari orang jahat lagi keji semacam ini sebagai Khabits Kadzdzab dan Dajjal!! Kenapa? Karena sekian tahun hizbiyyin Sururiyyin Turatsiyyin berkubang dalam kehinaan dengan bukti-bukti kejahatan hizbiyyah mereka selama ini yang segudang sampai kemudian datang komplotan In telek semacam Firanda dkk. yang MEMAHKOTAI DAN MEMULIAKAN BERBAGAI BUKTI KEJAHATAN HIZBIYYAH MEREKA SEBAGAI BENTUK KHILAFIYAH IJTIHADIYAH yang kita harus tetap saling berkasih sayang!! La haula wala quwwata illa billah.

Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah? Na’am!! Tetapi Salafussh Shalih tidak mendidik kita untuk Rifqan dengan Ahlul Ahwa’ wal Bida’ wahai CALDOK!! Walhamdulillah. (ed.)

Donlot versi PDF di sini

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *