الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ:
Para pengikut Al-Halaby Al-Mubtadi’ telah menyebarkan potongan rekaman suara Asy-Syaikh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad hafizhahullah yang mereka beri judul sendiri: “Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad Menolak Tabdi’ Asy-Syaikh Rabi’ terhadap Asy-Syaikh Ali Al-Halaby.”
Berikut ini transkrip potongan rekaman suara tersebut dan setelahnya saya akan jelaskan kepada Anda wahai saudaraku yang mulia bahwasanya tujuan mereka adalah bersembunyi di belakang nama-nama masayikh, bukan kebenaran, sebagaimana hal itu merupakan kebiasaan para pengekor hawa nafsu dengan berbagai macam kepentingan mereka, jika mereka tidak mendapatkan perkataan ulama sunni yang sesuai dengan hawa nafsu mereka.
Potongan rekaman suara tersebut dimulai dengan perkataan Asy-Syaikh Al-Abbad berikut:
Asy-Syaikh: Dia tidak boleh ditinggalkan dan tidak boleh dihajr, tetapi diambil ilmunya.
Penanya: Apakah Asy-Syaikh Ali termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaah?
Asy-Syaikh: Termasuk Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Penanya: Alhamdulillah, semoga Allah memberkahi dan menjaga Anda wahai syaikh kami, berarti tidak boleh menoleh kepada fatwa-fatwa (yang mentahdzirnya) ini?
Asy-Syaikh: Selama-lamanya.
Penanya: Jadi tidak boleh menoleh kepadanya?
Ada suara lain yang menuntun penanya: Dan para penuntut ilmu yang mengambil…
Penanya mengulangi setelah dituntun: Dan para penuntut ilmu yang mengambil pendapat Asy-Syaikh Ali…
Penuntun: Di Iraq…
Penanya mengulangi setelah dituntun: …di Iraq juga ditabdi’ oleh Asy-Syaikh Rabi’.
Asy-Syaikh: (kalimat yang tidak jelas) …saya katakan kepadamu bahwa Asy-Syaikh Ali termasuk Ahlus Sunnah dan boleh diambil ilmunya.
–selesai–
Saya memiliki beberapa catatan terhadap potongan rekaman suara ini dan terhadap ucapan sebagian Halabiyun yang insya Allah akan membuat senang seorang Sunni dan akan menambah kesedihan pembela bid’ah dan orang yang di dalam hatinya ada penyakit.
Pertama: Biasanya pada potongan rekaman suara semacam ini perkataan yang muncul pertama kali adalah dari pihak penanya, baru kemudian jawaban dari Asy-Syaikh. Tetapi yang aneh pada keadaan yang kita jumpai ini justru dimulai dengan perkataan Asy-Syaikh, bukan perkataan pihak penanya. Ini termasuk hal-hal yang menunjukkan bahwa di sana ada ucapan yang dikatakan oleh penanya yang dia tidak ingin diketahui oleh semua orang. Maka tentunya kita tidak mengetahui apa yang telah dikatakan oleh penanya kepada Asy-Syaikh Al-Abbad. Apakah dia menyampaikan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban tertentu sesuai keinginannya?! Atau apakah dia menggambarkan bahwa Asy-Syaikh Rabi’ sebagai orang yang zhalim dan jahat karena telah membagi-bagi vonis secara membabi buta ke kanan dan ke kiri (tahdzir berantai ala MLM menurut istilah yang dituduhkan kepada Salafiyun –pent) tanpa rasa takut kepada Allah, serta mengancam siapa saja yang menyelisihi beliau?! Bukan mustahil apa yang dikatakan oleh penanya kurang lebih seperti yang saya duga, terlebih lagi dia telah berdusta menuduh Asy-Syaikh Rabi’ dengan mengatakan: “Dan para penuntut ilmu yang mengambil pendapat Asy-Syaikh Ali di Iraq juga ditabdi’ oleh Asy-Syaikh Rabi.”
Apakah ada seseorang yang pernah mendengar TABDI’ SECARA JAMAAH semacam ini dari Asy-Syaikh Rabi’ terhadap para penuntut ilmu di Iraq?!
KENAPA SI PENANYA MENUDUH ASY-SYAIKH RABI’ SECARA DUSTA, BAHKAN KENAPA DIA BERDUSTA KEPADA PIHAK YANG DIA TANYA LALU MENUKILKAN KEPADANYA PERKARA YANG TIDAK ADA HAKEKATNYA SAMA SEKALI?!
Jawabannya secara ringkas: Untuk menggambarkan Asy-Syaikh sebagai orang yang zhalim sebagaimana telah saya sampaikan tadi, sehingga dia bisa mendapatkan ucapan yang kuat dari Asy-Syaikh Al-Abbad untuk bisa menjatuhkan Asy-Syaikh Rabi’.
Semoga Allah membinasakan para penebar fitnah yang menuduh Masayikh secara dusta dan menyandarkan kepada mereka apa-apa yang tidak pernah mereka katakan.
Kedua: Sebagian mereka ada yang mengatakan dalam rangka ingin memojokkan Ahlus Sunnah: “Ayo, sekalian samakan Asy-Syaikh Al-Abbad dengan Al-Halaby!”
Orang yang dungu ini tidak tahu bahwa cara-cara semacam ini tidak akan menipu kecuali terhadap orang-orang dungu semacam dia.
Jadi tidak ada celaan terhadap Asy-Syaikh Al-Abbad dalam penilaian yang beliau tetapkan, karena beliau menilai berdasarkan apa yang beliau ketahui dari keadaan Al-Halaby dahulu dan beliau tidak mengetahui apa yang diketahui oleh Masayikh lain yang mentabdi’nya, terkhusus Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah. Bahkan seandainya Asy-Syaikh Al-Abbad mengetahui vonis Asy-Syaikh Rabi’ maka beliau mengetahui tanpa berdasarkan dalil, dan bukan mustahil si penanya sebagaimana yang nampak dari cara dia mengutarakan ucapan dan dengan sengaja berdusta menuduh Asy-Syaikh Rabi’ dan menggambarkan bahwa Asy-Syaikh Rabi’ benar-benar telah memvonis secara zhalim dan tanpa bukti terhadap Al-Halaby dan bahwasanya Al-Halaby telah dizhalimi, sehingga kuatlah penilaian Asy-Syaikh Al-Abbad hafizhahullah terhadap Al-Halaby sebagai orang yang berada di atas As-Sunnah yang itu memang keadaan Al-Halaby dahulu yang diketahui oleh beliau hafizhahullah.
Dan saya menantang salah seorang dari Halabiyun untuk membuktikan bahwa Asy-Syaikh Al-Abbad telah menelaah bukti-bukti yang ditunjukkan oleh Masayikh yang mentabdi’ Al-Halaby. Bahkan yang saya yakini bahwa seandainya beliau benar-benar mengetahui bukti-bukti tersebut tanpa pengarahan atau pengkaburan, niscaya beliau akan memvonis Al-Halaby seperti vonis Asy-Syaikh Rabi’. Yang menguatkan hal ini adalah bahwasanya Asy-Syaikh Al-Abbad telah menghukumi sebagian isi dari Risalah Amman sebagai kesesatan, lalu bagaimana jika beliau mengetahui bahwa Al-Halaby pasang badan untuk membela kesesatan ini?! (akan datang insya Allah upaya membongkar kejahatan pembelaan Al-Halaby terhadap Risalah Amman –pent)
Di samping itu berdasarkan kaedah-kaedah ilmiah di dalam jarh wa ta’dil, perkataan Asy-Syaikh Al-Abbad yang telah tersebar tersebut tidak bisa diterima. Karena jarh mufassar wajib diterima jika dibangun di atas sebab-sebab yang dengan semacamnya menyebabkan seseorang dijarh, dan tidak perlu menoleh kepada ta’dil dari pihak yang menta’dil kecuali pada satu keadaan, yaitu jika pihak yang menta’dil mengatakan: “Saya telah mengetahui bukti-bukti pihak yang menjarh, namun si fulan benar-benar telah bertaubat.” Lalu dia menyebutkan bukti-bukti tentang taubat si fulan tersebut. (Lihat: Fathul Mughiits 2/189-190)
Asy-Syaikh Al-Abbad sendiri beliau tidak membantah sedikitpun –baik dari dekat maupun dari jauh– sebab-sebab yang dijadikan alasan oleh para ulama untuk menjarh Al-Halaby, beliau hanya menta’dil tanpa disertai dalil karena hanya berdasarkan apa yang beliau ketahui dari keadaan Al-Halaby di masa lalu. Jadi beliau tidak tercela dan ketika itu tidak pantas untuk dikatakan: “Sekalian saja samakan Asy-Syaikh Al-Abbad dengan Al-Halaby!”
Mana orang yang katanya membela As-Sunnah namun dengan hal-hal yang diada-adakan ini dengan tujuan menimbulkan kekacauan agar mengkaburkan kebenaran?! Tetapi tidak mungkin mereka akan berhasil, karena kebenaran pasti akan ditolong dan pasti akan ditolong. Sedangkan kebathilan –demi Rabb Ka’bah– pasti akan hancur dan terhina.
Ketiga: Yang menjadi ukuran adalah hakekat dan bukan nama. Termasuk bukti terbesar yang menunjukkan penyimpangan mereka adalah mereka bisanya hanya berlindung dengan perkataan Asy-Syaikh Al-Abbad hafizhahullah dan menjadikannya pondasi untuk membangun istana, karena perkataan beliau sesuai dengan hawa nafsu mereka, bukan karena perkataan beliau berdasarkan hujjah dan bukti.
Demi Allah, seandainya vonis tabdi’ tersebut muncul dari seseorang yang ilmunya lebih sedikit dari Asy-Syaikh Rabi’ –semoga Allah senantiasa memberikan taufik kepada beliau– namun dibangun di atas hujjah dan bukti, niscaya tidak ada pilihan lain bagi seorang Sunni yang benar-benar mencari alhaq selain menerimanya.
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
CATATAN: Karena seorang yang menta’dil tidak mengetahui keadaan pihak yang dijarh dengan jarh terperinci, agar di antara mereka (Halabiyun) tidak muncul pengacau yang melemparkan makar jahat dengan mengatakan: “Sesungguhnya perkataan kalian bahwa Asy-Syaikh Al-Abbad tidak mengetahui keadaan si fulan, ini serupa dengan ucapan Hizbiyun yang menyatakan bahwa para ulama tidak mengetahui fakta yang sesungguhnya.”
Maka saya katakan kepada pengacau tersebut jika memang dia pencari alhaq bahwa ungkapan “permasalahannya tidak jelas bagi beliau” ini berbeda dengan ungkapan “beliau tidak memahami fakta sebenarnya.”
http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=27674
Baca artikel terkait:
- Merontokkan Syubhat Hizbiyyun-Mumayyi’un
- Membekuk Hizbi yang Bersembunyi di belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.2)
- Membekuk Hizbi yang Bersembunyi di belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.1)