الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاةُ وَالسَّلامُ عَلَى خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وِصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ:
Telah dikatakan bahwa setiap kaum memiliki pewaris. Kalau Ahlus Sunnah di zaman ini mewarisi manhaj salaf mereka yang saleh, maka ahlul ahwa’ mereka mewarisi apa yang ditinggalkan oleh orang-orang yang mendahului mereka dalam kesesatan dengan berbagai macamnya, ini adalah perkara yang sudah pasti sehingga tidak butuh penjelasan yang banyak.
Salah seorang Masayikh kami yang mulia telah menceritakan kepada saya dan saudara saya Al-Khalify beberapa contoh kebusukan ahlul bathil dan kegetolan mereka memanfaatkan ucapan-ucapan yang kelihatannya menyerupai perkataan Ahlus Sunnah untuk menghantam Ahlus Sunnah.
Tetapi hal itu mustahil berhasil, karena Ahlus Sunnah adalah kelompok yang ditolong dan golongan yang selamat yang tidak mungkin bisa dihancurkan terus menerus. Memang terkadang ahlul bathil berkuasa yang mana hal itu untuk membersihkan barisan Ahlus Sunnah dan karena hikmah-hikmah lain yang Allah Al-Hakim Al-Aziz saja yang lebih mengetahuinya.
Asy-Syaikh menyebutkan bahwa ketika muncul berbagai bantahan dari Masyayikh terhadap Safar dan Salman Al-Audah, waktu itu Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah tidak mengetahui dengan jelas keadaan dua orang ini dan beliau memuji keduanya.
Asy-Syaikh berkata: “Ketika kami dahulu membantah Safar dan Salman, hizbiyun membantah kami dengan berdalih pujian Al-Imam Al-Albany rahimahullah. Maka kami katakan: ‘Keadaan mereka belum jelas bagi Asy-Syaikh (Al-Albany).’ Mereka menyanggah: ‘Asy-Syaikh Al-Albany tidak mengetahui permasalahannya dengan jelas, sedangkan engkau mengetahuinya dengan jelas?!’ Setelah hari-hari berlalu tiba-tiba Safar mencela Al-Imam Al-Albany rahimahullah, lalu beliau mengatakan perkataan beliau yang terkenal yang dengannya Allah menghancurkan orang-orang yang menyerang Ahlus Sunnah seperti singa yang ganas itu: ‘Telah jelas bagiku untuk menamakan mereka sebagai Khawarij Masa Kini.’ (ini perkataan yang halus atau keras wahai Halabiyun Rodjaiyun Turatsiyun Sururiyun? -pent.) Beliau juga mengatakan: ‘Nampak bahwa saudara-saudara kita di Madinah lebih mengetahui mereka (Salman dan Safar –pent) dibandingkan kami.’[1] PERKATAAN BELIAU INI DINUKIL OLEH AL-HALABY.”
Saya katakan (Hamud): Peristiwa semacam ini juga telah terjadi ketika Al-Imam Ibnu Baz memuji Jamaah Tabligh, sedangkan Asy-Syaikh Rabi’ dan Masayikh Salafiyun yang lainnya menjarh mereka. Tiba-tiba ada yang membantah Masayikh dengan fatwa Asy-Syaikh Ibnu Baz. Maka Masayikh menjelaskan: “Beliau (Asy-Syaikh Ibnu Baz –pent) belum mengetahui dengan jelas.” Maka hizbiyun membantah dengan mengatakan: “Kalian mencela Ibnu Baz dengan menuduh bahwa beliau tidak mengetahui permasalahannya dengan jelas, sementara kalian mengklaim bahwa kalian mengetahui permasalahannya dengan jelas.”
Sampai salah seorang hizbiyun di negara kami di Kuwait –seingat saya dia adalah Asy-Syayaji– menulis sebuah makalah yang mendengung-dengungkan perkataan Asy-Syaikh Rabi’ yang menyatakan bahwa keadaan Jamaah Tabligh tidak diketahui dengan jelas oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz, lalu dia pun menuduh Asy-Syaikh Rabi’ telah mencela Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah. Kemudian hari-hari berlalu hingga Al-Imam Ibnu Baz rahimahullah mengatakan perkataan beliau yang terkenal yang meremukkan kepala-kepala hizbiyun itu: “Jamaah Tabligh dan Al-Ikhwan Al-Muslimun termasuk kelompok-kelompok sesat.”
Subhaanallah, pada hari ini sikap semacam itu terulang kembali, hanya saja nama-namanya yang berbeda.
Al-Halaby dan siapa saja yang bersama baik yang di belakangnya maupun yang di bawahnya, mereka mengatakan tentang Masayikh Salafiyun yang menyatakan bahwa Asy-Syaikh Al-Abbad tidak mengetahui secara jelas keadaan “sebagian” ahli bid’ah dan beliau tidak membaca bantahan-bantahan terhadap mereka, bahwasanya Masayikh tersebut telah mencela Asy-Syaikh Al-Abbad.[2]
Bahkan sebagian mereka mengatakan bahwa Asy-Syaikh Rabi’ telah mencela Asy-Syaikh Al-Abbad sehingga mereka pun mencela Asy-Syaikh Rabi’ dengan terang-terangan seperti yang diinginkan oleh Halabiyun. Mereka juga mengatakan di makalah-makalah mereka: “Asy-Syaikh Al-Abbad tidak mengetahui dengan jelas permasalahannya, sementara si fulan di Aljazair dan si fulan di Moldova mengetahuinya. Engkau mengaku mengetahui dengan jelas sementara Al-Albany dan Ibnu Baz tidak mengetahuinya!!”
Perhatikanlah wahai saudaraku salafy, semoga engkau diberkahi:
v Yang menggunakan pemberian udzur yang dilakukan oleh Salafiyun kepada para ulama mereka dengan menyatakan bahwa para ulama tidak mengetahui keadaan si fulan atau fulan dengan jelas, untuk mencela Salafiyun dan menuduh mereka telah mencela para ulama, mereka selalu dari kalangan ahli bid’ah.
v Setiap kali Salafiyun memberi udzur kepada para ulama mereka, Allah selalu menolong mereka dan memberi taufik kepada ulama yang diberi udzur berupa perkataan yang benar terhadap ahli bid’ah yang suka berganti warna, padahal ulama tersebut sebelumnya tidak mengetahui dengan jelas keadaan ahli bid’ah tersebut.
Sekarang lihatlah keadaan Al-Halaby dan para pengekornya, di mana mereka berdiri dan jalan siapa yang mereka tempuh?! Dan lihatlah Salafiyun, sikap dan jalan mereka tidak berubah!!
Ini adalah sebagian yang bisa kita perhatikan dari kejadian-kejadian yang telah lalu ketika ahlul bathil menyerang Ahlus Sunnah seperti singa yang ganas dalam kurun waktu tertentu, kemudian hancurlah kekuatan mereka. Dan hari ini sikap itu terulang kembali dan kesudahannya belum datang membawa alasan.
فإنْ يَكُ صَدْرُ هَذا الْيَومِ وَلَّى فإِنَّ غَداً لِنَاظِرِهِ قَرِيْــبُ
Jika apa yang telah nampak pada hari ini telah berlalu
Maka sungguh besok akan dekat bagi orang melihatnya
http://www.bayenahsalaf.com/vb/showthread.php?t=7185
[1] Ra-id Alu Thahir berkata di dalam risalah MENYINGKAP KEBATILAN ORANG-ORANG YANG BERSEMBUNYI DI BELAKANG ASY-SYAIKH AL-ABBAD:
Asy-Syaikh Rabi’ berkata dalam kitabnya Abul Hasan Yudafi’u bil Bathil wal Udwan Anil Ikhwan wa Du’ati Hurriyyatil Adyan (Abul Hasan Membela Al-Ikhwanul Muslimun dan Para Penyeru Penyatuan Agama dengan Cara yang Bathil dan Penuh Permusuhan) hal 129-130: “Sampai ketika fitnah mereka semakin parah dan nampaklah hakekat mereka serta para ulama mengetahui keadaan mereka sebenarnya, maka Ibnu Baz menyifati mereka sebagai para dai kebatilan dan orang-orang yang suka mengail di air keruh. Lalu Hai’ah Kibaril Ulama sepakat menyatakan bahwa wajib atas mereka yaitu Safar dan Salman serta siapa saja yang bersama mereka dalam fitnah-fitnah itu untuk bertaubat kepada Allah, kalau tidak maka wajib melarang mereka dari mengajar dan menyampaikan ceramah dalam rangka menjaga manusia dari bahaya mereka. Namun mereka tidak mau kecuali menentang hingga mereka pun dijebloskan ke penjara berdasarkan pernyataan dari Hai’ah Kibaril Ulama ini dan Al-Allamah Al-Albany memvonis mereka sebagai khawarij masa kini dan menjadikan pengkafiran dengan sebab dosa sebagai agama. Maka setelah sikap-sikap dan vonis ini, saya dan para Salafiyyun selain saya menyatakan mereka sebagai mubtadi’ dengan tegas.”
Maka jika ketiga ulama tersebut pada awal mulanya tidak mengetahui keadaan mereka dan juga masih menganggap mereka sebagai salafy, membela mereka dan tidak menerima jarah terhadap mereka, tetapi tatkala nampak hakekat mereka dan para ulama mengetahui kesesatan mereka, para ulama tersebut pun dengan tegas menyampaikan kebenaran dan mentahdzir mereka.
Lalu bagaimana bisa seorang salafy yang melewati pengalaman yang besar seperti ini pada hari itu, namun pada hari ini dia bersikap tawaqquf (diam) dalam menjarah orang-orang yang telah disebutkan oleh para ulama dengan disertai dalil-dalil dan bukti-bukti yang diperkuat dari kitab-kitab dan kaset-kaset mereka serta berita-berita dari orang-orang yang terpercaya. Bukan karena perkara lain selain karena Asy-Syaikh Al-Abbad tidak menerima celaan terhadap mereka dan melarang dari berdalam-dalam seputar permasalahan seperti ini?!
Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiry hafizahullah berkata pada kelanjutan jawaban tentang risalah Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah: “Ambillah sebagai contoh dari contoh-contoh terkini; kami dan selain kami membantah Safar dan Salman serta yang lainnya dari orang-orang yang mendengungkan fiqhul waqi’, kami kritik ucapan mereka dan kami singkap aibnya serta kami jelaskan penyimpangan mereka berdasarkan dalil. Sedangkan Samahah Al-Walid Al-Imam Al-Atsary Al-Allamah Al-Faqih Al-Mujtahid Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah dan Samahah Al-Imam Al-Allamah Al-Faqih Al-Muhaqqiq Al-Mudaqqiq Al-Mujtahid Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah dan para masyayikh kita selain beliau di Hai’ah Kibaril Ulama sama sekali tidak berbicara. Namun sekitar 4 atau 5 tahun atau kurang lebih, muncullah pernyataan dari Hai’ah Kibaril Ulama yang mencela mereka dan menyatakan meminta pemerintah agar mencekal mereka karena para ulama memiliki bukti-bukti tentang kesalahan-kesalahan dan penyimpangan mereka. Juga ambillah contoh yang lain; Al-Imam Muhadditsul Ashr Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah dahulu beliau memuji Safar dan Salman serta mentazkiyah keduanya dan selainnya. Namun setelah kurang lebih 6 atau 7 tahun menjadi jelaslah bagi beliau apa yang dahulu tersembunyi. Maka setahun sebelum wafatnya, beliau berkata: “Nampak bahwa kami telah tergesa-gesa dan bahwa orang-orang Madinah mereka yang lebih mengetahui permasalahan. Engkau sudah paham? Semoga Allah memberkahimu. Sebarkan percakapan ini kepada para pemuda di Uni Emirat Arab dan sampaikan salam dari saya kepada mereka. Siapa yang menerima demikianlah seharusnya dan barangsiapa tidak menerima maka apa yang akan dia lakukan.” (pent)
[2] Ra-id Alu Thahir berkata di dalam risalah MENYINGKAP KEBATILAN ORANG-ORANG YANG BERSEMBUNYI DI BELAKANG ASY-SYAIKH AL-ABBAD:
Kedua: Asy-Syaikh Rabi’ hafizhahullah telah berusaha menjelaskan kepada Asy-Syaikh Al-Abbad tentang berbagai penyimpangan manhaj orang-orang yang menyelisihi itu yang tidak mungkin untuk mendiamkannya. Namun Asy-Syaikh Al-Abbad tidak menerima dan beliau mengabarkan kepada Asy-Syaikh Rabi’ bahwa beliau belum membaca, yaitu belum membaca tulisan dalam berbagai perselisihan terkini. Hal itu sebagaimana disebutkan oleh Asy-Syaikh Rabi’ ketika bermajelis bersama beberapa orang Palestina dari pihak Ali Al-Halaby.
Ini maksudnya bahwasanya Asy-Syaikh Al-Abbad tidak menelaah rincian berbagai penyimpangan siapa yang beliau anggap sebagai Ahlus Sunnah, dan juga tidak menelaah bantahan para ulama terhadap mereka yang disertai dalil-dalil dan bukti-bukti. Padahal kita semua telah mempelajari kaedah ilmiyah yang menyatakan “Orang yang mengetahui merupakan hujjah bagi orang yang tidak mengetahui.”
Jadi seandainya ada dua orang shahabat berbeda pendapat dalam sebuah permasalahan, maka kita mendahulukan perkataan pihak yang mengetahui. Karena jika kita menerima pihak yang satunya, maka ini berarti kita menolak dalil yang kita diperintahkan untuk mengambilnya. Lalu bagaimana dengan seseorang yang kedudukannya di bawah shahabat?!
Oleh karena inilah Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiry hafizhahullah ketika beliau ditanya tentang kitab “Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah” beliau menjawab:
“Saya katakan: “Barangsiapa yang mengetahui – ini adalah kaedah wahai anakku, Muhammad – merupakan hujjah atas orang yang tidak mengetahui.” Sehingga siapa yang menjelaskan penyimpangan Abul Hasan berdasarkan dalil-dalil dan bukti-bukti yang benar yang jelas seperti matahari di tengah hari, jelas dalam membantah ucapan dan perbuatannya – ini kaedah – barangsiapa membantah Abul Hasan atau orang lain berdasarkan dalil dan dia menegakkan dalil atas kritikannya, maka wajib untuk menerimanya. Kalau tidak, maka kita menjadi pengikut hawa nafsu. Sedangkan ulama yang tidak mengetahui apa yang diketahui oleh pihak yang mengkritik, hal ini tidak merugikan dia. Tetapi kita tidak boleh mengikuti ulama tersebut. Dan saya berbicara secara umum bahwa kita tidak boleh mengikuti seorang ulama yang tidak mengetahui keadaan pihak yang dikritik. Hal ini contohnya banyak sekali. Contoh dari orang-orang terdahulu adalah ketika Asy-Syafi’iy rahimahullah menilai Ibrahim bin Muhammad bin Abi Yahya sebagai seorang yang tsiqah dan beliau mentazkiyahnya. Tetapi para ulama sebelum Asy-Syafi’iy dan setelah beliau mengkritik orang tersebut dan menilainya tidak tsiqah, tidak seperti pernyataan Asy-Syafi’iy. Jadi penilaian tsiqah dari Asy-Syafi’iy untuk Ibrahim bin Abi Yahya ini tidak ada gunanya untuk dia, dan para ulama muhaqqiq juga tidak merugikan Asy-Syafi’iy.”
Saya katakan: Telah diketahui bahwa kritikan yang rinci didahulukan atas rekomendasi yang tidak jelas. Asy-Syaikh Al-Albany rahimahullah berkata dalam catatan kaki kitab beliau yang berjudul Difaa’un ‘Anil Haditisin Nabawy hal. 21: “Saya katakan: Oleh karena itulah tidak sepantasnya seseorang tertipu dengan pendapat Ibnu Sayyidin Naas dalam mukadimah kitabnya yang berjudul Uyunul Atsar dalam menilai Al-Waqidy sebagai orang yang tsiqah. Karena sesungguhnya dia telah menyelisihi pendapat para imam ahli tahqiq baik yang terdahulu maupun yang belakangan dan karena bertentangan dengan kaedah ilmu musthalah yang menyatakan “wajibnya mendahulukan kritikan yang rinci atas rekomendasi”, dan adakah celaan yang lebih kuat dari pernyataan bahwa seseorang telah memalsukan hadits (seperti Al-Waqidy ini, -pent). Apalagi Al-Imam Asy-Syafi’iy menuduhnya telah melakukan perbuatan tersebut yang mana Al-Buthy telah mengklaim bahwa dia mengikuti pendapat beliau. Demikian juga Abu Dawud dan Abu Hatim. Sedangkan Ahmad (bin Hanbal) berkata tentang dia: “Pendusta.”
Dan termasuk arsif Al-Halaby yang lama yang itu tercantum dalam syarah (penjelasan) dia terhadap kitab Al-Baa’its Al-Hatsis pada jenis yang ke-23 yaitu “Mengenal Siapa yang Diterima Riwayatnya dan Siapa yang Tidak Diterima serta Penjelasan Al-Jarh wat Ta’dil” pada kaset no. 39 ketika dia mengomentari ungkapan Ibnu Katsir: “Ibnu Shalah meriwayatkan dari Ahmad bin Shalih Al-Mishry bahwa dia berkata, “Seseorang tidak boleh ditinggalkan riwayatnya hingga semua ulama sepakat untuk meninggalkan haditsnya.” Al-Halaby menyatakan: “Perkataan ini hakekatnya tidak cermat, karena maknanya kita melihat sebagian pendusta ada yang menilai mereka sebagai orang yang tsiqah. Maka apakah kita juga akan mengatakan, “Orang ini tidak akan kita tinggalkan haditsnya karena semua orang tidak sepakat untuk meninggalkan haditsnya?! Kita katakan, “Tidak demikian,” karena sesungguhnya hanyalah yang menjadi hujjah dalam hal itu semua adalah bukti yang jelas dan kritikan yang rinci. Jadi jika sampai kepada kita sebuah kritikan yang rinci terhadap seorang rawi, sementara Zaid atau Amr dari para imam kita yang kibar (senior) menilainya sebagai orang yang tsiqah, maka sesungguhnya ketika itu kritikan yang rinci harus didahulukan atas rekomandasi yang tidak jelas. Bahkan kita katakan, “Harus didahulukan atas rekomendasi secara mutlak,” kenapa demikian? Karena seorang yang mengkritik dia memiliki tambahan ilmu dan bukti yang menambah penilaian terhadap sifat asal seorang rawi yaitu tsiqah.” (pent)
Baca artikel terkait:
- Membekuk Hizby yang Bersembunyi di Belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.5)
- Membekuk Hizby yang Bersembunyi di Belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.4)
- Membekuk Hizby yang Bersembunyi di Belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.3)
- Merontokkan Syubhat Hizbiyyun-Mumayyi’un
- Membekuk Hizbi yang Bersembunyi di belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.2)
- Membekuk Hizbi yang Bersembunyi di belakang Syaikh Al Abbad Hafizhahullah (Bag.1)
Bismillah…
Setiap kali ahlul bathil beringas terhadap ahlus sunnah, mereka selalu dihancurkan (oleh Alloh ta’ala melalui para ‘ulama)… aamiin…
Semoga Alloh ta’ala selalu mengokohkan para ‘ulama dan memanjangkan umur mereka dalam keberkahan demi menjaga agama ini dari ahlul bathil… aamiin…
Dan semoga senantiasa ada pada setiap generasi para “pembaharu” semisal asy syaikh Robi’ bin Hadi Al Madkholi hafidhohullohuta’ala… aamiin…
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون (الحجر:9
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an & As Sunnah (agama ini), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.(Al Hijr:9)
untuk pengelola situs ini, tetaplah semangat dan istiqomah.
Baarokalloohufiikum…
Subhanallaah.. Para Masyaikh tengah mendidik salafiyyin dengan kaidah2 salaf lengkap dg adab dlm menghadapi fitnah yang semakin luar biasa ini.. Semoga Allah makin menampakkan kebenaran melalui Para Penjaga agama ini.. Maasyaa allaah…