PROVOKASI MENUMPAS WAHABI DARI BUMI ACEH, GERAKAN MENGUBUR dan MEMANIPULASI SEJARAH SERTA MELECEHKAN KEHORMATAN PARA “WAHABI” PAHLAWAN PERANG SABIL MELAWAN PENJAJAH KAFIR BELANDA bag.3 (MENOLAK LUPA!! Janji (Kosong) Soekarno & Perjuangan Gigih Pemimpin Aceh (Yang Wahabi))

bismillahirrohmanirrohim

PROVOKASI MENUMPAS WAHABI DI BUMI ACEH, GERAKAN MENGUBUR & MEMANIPULASI SEJARAH SERTA MELECEHKAN KEHORMATAN PARA “WAHABI” PAHLAWAN PERANG SABIL MELAWAN PENJAJAH KAFIR BELANDA (3)

KARENA ALLAH, KEMUDIAN SEJARAH:: BUKTI-BUKTI “WAHABI” ACEH TURUT MENGUMANDANGKAN PERANG SABIL & MEMPERJUANGKAN PENEGAKAN SYARIAT ISLAM DI SERAMBI MEKAH

MENOLAK LUPA!! JANJI (KOSONG) SOEKARNO & PERJUANGAN GIGIH PEMIMPIN ACEH (YANG WAHABI)

 

Sejarah dibalik diberlakukannya undang-undang bernuansa syariat di bumi Serambi Mekah…

Sejarah dibalik kampanye dan provokasi untuk memvonis sesat, menumpas dan mengusir Wahabi di Seuramoe Mekah…

🍓Tahukah anda bahwa teriakan-teriakan provokasi serta tuntutan demonstratif di saat kaum muslimin Aceh telah menikmati diberlakukannya undang-undang syariat Islam ternyata tak luput dari jasa pemimpin Aceh pada masanya yang notabene adalah seorang “Wahabi”?

Simak paparan sejarah ini…

Nukilan:
Pidato Presiden Sukarno di Amuntai yang menyatakan tidak menyukai lahirnya Negara Islam dari Republik Indonesia sangat mengecewakan rakyat Aceh yang ingin melaksanakan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat dan negara. Harapan rakyat ini dibuyarkan oleh pidato Presiden Sukarno tersebut.
Padahal pada waktu kunjungannya ke Aceh yang pertama pada tahun 1947, beliau telah memberi harapan bagi perjuangan umat Islam Indonesia umumnya dan umat Islam Aceh khususnya. Dalam kunjungannya itu telah terjadi dialog antara beliau dan Tgk. Muhd. Daud Beureueh yang bagian terakhirnya berbunyi sebagai berikut:

📌Presiden: “Saya minta bantuan Kakak(1) agar rakyat Aceh turut mengambil bagian dalam perjuangan bersenjata yang sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah kita proklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.”

📎Daud Beureueh: “Sdr. Presiden! Kami rakyat Aceh dengan segala senang hati dapat memenuhi permintaan Presiden asal saja perang yang akan kami kobarkan itu berupa perang sabil atau perang “fisabilillah”, perang untuk menegakkan agama Allah sehingga kalau ada diantara kami yang terbunuh dalam perang itu maka berarti mati syahid.”

Gambar 1. Bahkan massa yang diprovokasi untuk menghujat, mengusir dan memusuhi Wahabi Aceh ternyata melewati nama tokoh Wahabi Aceh (yang mengumandangkan perang Sabil, jihad fi sabilillah serta memperjuangkan diberlakukannya syariat Islam di bumi Aceh) yang diabadikan sebagai nama jalan yang mereka lalui. Allahul musta’an. Bukankah ini adalah sebaik-baik bukti atas jasa-jasa perjuangan Wahabi Aceh yang sekarang dinikmati hasil perjuangannya oleh para provokator penghujat?

📌Presiden: “Kakak! Memang yang saya maksudkan adalah perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang terkenal seperti Tgk. Tjhik di Tiro dan lain-lain yaitu perang yang tidak kenal mundur, perang yang bersemboyan “merdeka atau syahid.”

📎Daud Beureueh: “Kalau begitu kedua pendapat kita telah bertemu Sdr. Presiden. Dengan demikian bolehlah saya mohon kepada Sdr. Presiden, bahwa apabila perang telah usai nanti, kepada rakyat Aceh diberikan kebebasan untuk menjalankan Syariat Islam di dalam daerahnya.”

Gambar 2. Habis Manis Sepah Dibuang, setelah terwujud hasil perjuangan yang dirintis oleh “Wahabi” Aceh dalam memperjuangkan penegakan syariat Islam, sekarang saatnya untuk diburu, diusir dan ditumpas dengan label sebagai gagasan Yahudi untuk merusak aqidah Islam(!!)

📌Presiden: “Mengenai hal itu Kakak tak usah khawatir. Sebab 90% rakyat Indonesia beragama Islam.”

📎Daud Beureueh: “Maafkan saya Sdr. Presiden, kalau saya terpaksa mengatakan, bahwa hal itu tidak menjadi jaminan bagi kami. Kami menginginkan suatu kata ketentuan dari Sdr. Presiden.”

📌Presiden: “Kalau demikian baiklah, saya setujui permintaan Kakak itu.”

📎Daud Beureueh: “Alhamdulillah. Atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan terima kasih banyak atas kebaikan hati Sdr. Presiden. Kami mohon, (sambil menyodorkan secarik kertas kepada Presiden) sudi kiranya Sdr. Presiden menulis sedikit di atas kertas ini.”

Gambar 3. Dialog bersama Presiden. “Wahabi” Daud Beureueh atas nama rakyat Aceh memperjuangkan tegaknya syariat Islam di serambi Mekah, inikah perjuangan yang mereka tuding sebagai gagasan Yahudi untuk merusak aqidah Islam? Sekarang bandingkan perjuangan “Wahabi” Aceh dengan sumbangsih para provokator penghujat bagi bumi Naggroe Aceh Darussalam.

📌💦Mendengar ucapan Tgk. Muhd. Daud Beureueh itu langsung Presiden Sukarno menangis terisak-isak. Air matanya yang mengalir di pipinya telah membasahi bajunya.

Dalam keadaan terisak-isak Presiden Sukarno berkata, “Kakak! Kalau begitu tidak ada gunanya aku menjadi Presiden. Apa gunanya menjadi Presiden kalau tidak dipercaya.”

📎Langsung saja Tgk. Muhd. Daud Beureueh menjawab: “Bukan kami tidak percaya, Sdr. Presiden. Akan tetapi hanya sekedar menjadi tanda yang akan kami perlihatkan kepada rakyat Aceh yang akan kami ajak untuk berperang.”

📌Lantas Presiden Sukarno sambil menyeka air matanya berkata, “Wallah, Billah, kepada daerah Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan Syariat Islam.
Dan Wallah, saya akan pergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar nanti dapat melaksanakan Syariat Islam di dalam daerahnya. Nah, apakah Kakak masih ragu-ragu juga?”

📎Dijawab oleh Tgk. Muhd. Daud Beureueh: “Saya tidak ragu lagi Sdr. Presiden. Sekali lagi atas nama rakyat Aceh saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan hati Sdr. Presiden.”

Menurut keterangan Tgk. Muhd. Daud Beureueh oleh karena iba hatinya melihat Presiden menangis terisak-isak, beliau tidak sampai hati lagi meminta jaminan hitam di atas putih atas janji-janji Presiden Sukarno itu. (2)
(Teungku Muhammad Daud Beureueh, Peranannya dalam Pergolakan di Aceh, M. Nur El Ibrahimy, PT Gunung Agung, Jakarta 1982, hal. 64-65, Cetakan kedua (cetakan pertama berjudul KISAH KEMBALINYA TGK. MOHD. DAUD BEUREUEH KE PANGKUAN REPUBLIK INDONESIA, diterbitkan oleh Pengarang), PT Inti Idayu Press, Jakarta.

Catatan kaki
(1) Dalam percakapan Presiden Sukarno memanggil “Kakak” kepada Tgk. Muhd. Daud Beureueh
(2) Wawancara dengan Tgk. Muhd. Daud Beureueh

Bersambung—-

Baca artikel terkait:

🔆👣🔆👣🔆👣🔆👣🔆
⚔️🛡Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata
📇 Klik ➡️JOIN⬅️ Channel Telegram:
🌎 http://tukpencarialhaq.com || http://tukpencarialhaq.wordpress.com

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *