Asy-Syaikh Zaid bin Muhammad Al-Madkhaly Hafizhahullah
Pengantar
Ini adalah hadiah untuk kesekian kalinya bagi barisan para Penggembos Manhaj, yang mencibir dan merendahkan para du’at Ahlussunnah sebagai selalu mengadakan daurah-daurah yang isinya hanya tahdziran/bantahan saja, “bisanya mendoktrin umat hanya sikap terhadap ahli bid’ah saja, sikap terhadap ahli bid’ah saja, nggak pernah belajar yang lainnya” yang sesungguhnya, mereka inilah para penjegal-penjegal dakwah.
Yang getol sekali memberikan gambaran-gambaan buruk lagi jahat terhadap Ahlussunnah yang memang bersemangat untuk menegakkan salah satu pokok dari dien ini, AT TAHDZIR terhadap penyimpangan dan orang-orang yang menyimpang.
Mereka ini ya ikhwah, yang demi melancarkan misinya dalam melemahkan dan membungkam Ahlussunnah dengan memberikan gambaran-gambaran yang jelek lagi buruk takkan segan-segan membumbuinya dengan kedustaan dan kedustaan. Allahul musta’an.
http://tukpencarialhaq.com/2013/10/07/sofyan-ruray-mengakui-kedustaan-kafilah-al-ustadz-dzulqarnain/
http://tukpencarialhaq.com/2013/10/03/membongkar-2-kejahatan-besar-jafar-salih/
http://tukpencarialhaq.com/2012/10/26/hanan-bahanan-overload-bag-2/
http://tukpencarialhaq.com/2012/10/07/hanan-bahanan-overload-bag-1/
http://tukpencarialhaq.com/2012/02/08/menjawab-tuduhan-keji-dan-dusta-al-ustadz-dzulqarnain-al-makassari/
Maka kita katakan kepada mereka ini sebagaimana yang dikatakan oleh Asy Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah:
Kelima: orang-orang yang menyelisihi kebenaran itu mereka mencela dan menjatuhkan Ahlus Sunnah Salafiyyun, maka bagaimana mungkin kita akan diam saja?!
Bukankah yang sepantasnya bagimu – wahai orang yang mulia – adalah mengarahkan tuntutan ini kepada mereka orang-orang yang suka mencela Ahlus Sunnah dan mensifati mereka sebagai orang-orang yang berlebihan dan suka mengritik dengan keras dan tidak menyisakan seorang pun kecuali mereka bantah, mereka juga menuduh Salafiyyun tidak menganggap seorang pun di atas manhaj Salaf selain mereka sendiri.
Tidakkah kamu tahu sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا
“Tolonglah saudaramu, baik ketika dia zhalim atau ketika dia yang terzhalimi!” (HR. Al-Bukhary –pent)
Maksudnya: jika dia yang zhalim maka dengan mencegah kezhalimannya, dan jika dia terzhalimi maka tolonglah.
Maka apakah ini merupakan upaya menolong orang-orang zhalim ataukah membela orang yang zhalim?!
Apakah ini upaya mencegah orang-orang yang zhalim ataukah membantu terhadap orang-orang yang terzhalimi?
Kami tidak menyangka ini akan kamu lakukan.
Demi Allah, seandainya syubhat ini muncul dari selain dirimu, kami tidak akan menolehnya. Maka kita memohon kepada Allah agar memperbaiki kita dan menunjukkan kita kepada kebenaran. (http://tukpencarialhaq.com/2013/10/13/benarkah-para-ulama-kibar-tidak-pernah-membicarakan-bantahan-di-majelis-majelis-mereka-bag-3/ )
Itulah sebenarnya hakekat dari melecehkan ilmu, merusak kehormatan Ahlussunnah dan ulamanya atas nama pengagungan ilmu dan ulama, upaya yang sangat kotor untuk membungkam dan menyumpal mulut-mulut Ahlussunnah dengan batu besar agar diam, takut, minder, malu dari mentahdzir umat terhadap penyimpangan dan para penyimpang!!!
Sehingga…. tidaklah heran jika kita dapati pada orang semacam ini sikap membatu, membisu, menulikan telinga, membutakan mata manakala orang-orang dekat dan akrab yang beredar di sekitarnya melakukan pergaulan bebas dengan para hizbiyyun bahkan dedengkotnya, membela, mempromosikan, mengelu-elukan dan mengidolakan tokoh-tokoh besar mereka dari kalangan Hizbiyun penyesat umat.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Maka terimalah bingkisan ini wahai penggembos manhaj lagi penjegal dakwah!
Pertanyaan: Wahai Fadhilatus Syaikh, di sana ada ucapan yang menyatakan bahwasanya bantahan-bantahan diantara ulama akan menyibukkan dari menuntut ilmu, maka apakah ucapan ini benar?
Jawab: Pendapat ini termasuk dari syubhat-syubhat yang bathil dan termasuk talbis (melemparkan kerancuan) terhadap manusia. Dan aku tidak menyangka ucapan seperti ini disebarkan oleh orang yang sedikit saja memiliki ilmu. Karena kitab-kitab bantahan telah ada, tersebar, dicetak dan dibaca sejak zaman dahulu hingga zaman ini.
Siapa yang membaca bantahan Al-Imam Ahmad rahimahullah terhadap Jahmiyah dan Zanadiqah, bantahan Al-Imam Ibnu Taimiyah dan Al-Imam Ibnul Qayyim maka dia akan menjumpai mayoritas kitab-kitab mereka padanya terdapat bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyimpang dari kalangan Yahudi dan Nashara dan terhadap ahli bid’ah dari kalangan Jahmiyah, Mu’tazilah, Asy’ariyyah, Maturidiyah dan Kulabiyah, padanya terdapat bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang meyakini bahwa Allah menyatu dengan makhluk, dan padanya terdapat bantahan-bantahan terhadap orang-orang tashawuf dan hal-hal lain yang tidak mungkin disebutkan pada kesempatan ini.
Jadi, kitab-kitab bantahan merupakan bentuk jihad fi sabilillah, bahkan Ibnul Qoyyim rahimahullah menganggap bantahan-bantahan terhadap ahli bid’ah dan para pengekor hawa nafsu lebih utama dibandingkan jihad di medan pertempuran. Yang demikian itu karena jihad di medan pertempuran banyak didapatkan manusia yang mampu dan siap untuk melakukannya, yaitu seorang pemberani, baik ulama maupun selain ulama. Tetapi jihad dengan ilmu, perkataan, hujjah dan dalil di dalam menghadapi ahlul bidah, orang-orang sesat dan para pengikut hawa nafsu, tidak ada yang siap dan tidak ada yang mampu untuk melakukannya kecuali para ulama rabbani. Maka tampaklah keutamaan mereka atas para mujahid di medan pertempuran, walaupun masing-masing memiliki kebaikan.
Jadi, ucapan ini jika muncul dari orang yang jahil maka wajib untuk diajari, namun jika muncul dari seseorang yang mengaku memiliki ilmu maka bisa jadi dia adalah orang yang bodoh tapi merasa berilmu, atau bisa jadi dia adalah orang yang suka melemparkan kerancuan yang wajib untuk diwaspadai dan ditahdzir. Wallaahu a’lam.
Sumber:
Al-Aqdu Al-Munadhdhad Al-Jadiid, 1/156.