إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله، وحده لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
ألا وإن أصدق الكلام كلام الله، وخير الهدي هدي محمد، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.
Amma ba’du:
Ini merupakan kelanjutan dari makalah yang lalu, dan sebelum masuk ke tema, saya menyampaikan syukur kepada semua ikhwah di forum ini dan di forum-forum lain atas dukungannya dengan komentar-komentar dan berbagai nukilan mereka yang bermanfaat, semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan.
Kembali kepada tema, diantara jawaban terhadap syubhat mereka adalah:
Kelima: orang-orang yang menyelisihi kebenaran itu mereka mencela dan menjatuhkan Ahlus Sunnah Salafiyyun, maka bagaimana mungkin kita akan diam saja?!
Bukankah yang sepantasnya bagimu – wahai orang yang mulia – adalah mengarahkan tuntutan ini kepada mereka orang-orang yang suka mencela Ahlus Sunnah dan mensifati mereka sebagai orang-orang yang berlebihan dan suka mengkritik dengan keras dan tidak menyisakan seorang pun kecuali mereka bantah, mereka juga menuduh Salafiyyun tidak menganggap seorang pun di atas manhaj Salaf selain mereka sendiri.
Tidakkah kamu tahu sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam:
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا
“Tolonglah saudaramu, baik ketika dia zhalim atau ketika dia yang terzhalimi!” (HR. Al-Bukhary –pent)
Maksudnya: jika dia yang zhalim maka dengan mencegah kezhalimannya, dan jika dia terzhalimi maka tolonglah.
Maka apakah ini merupakan upaya menolong orang-orang zhalim ataukah membela orang yang zhalim?!
Apakah ini upaya mencegah orang-orang yang zhalim ataukah membantu terhadap orang-orang yang terzhalimi?
Kami tidak menyangka ini akan kamu lakukan.
Demi Allah, seandainya syubhat ini muncul dari selain dirimu, kami tidak akan menolehnya. Maka kita memohon kepada Allah agar memperbaiki kita dan menunjukkan kita kepada kebenaran.
Keenam: orang-orang yang menyimpang itu membuat kaedah-kaedah yang menyelisihi manhaj salaf, maka apakah boleh bagi orang yang mengetahui kaedah-kaedah menyimpang ini untuk diam ataukah yang dia lakukan adalah dengan menjelaskan yang benar kepada manusia dan memperingatkan manusia dari kaedah-kaedah tersebut?!
Jika kamu mengatakan: “Nasehatilah dan bimbinglah dia tanpa memasyhurkannya atau jangan membantah dengan terang-terangan!”
Jawabannya: perlu kamu ketahui, bahwa siapa saja yang menyelisihi kebenaran secara terang-terangan, maka tidak wajib bagi pihak yang membantah untuk menasehatinya terlebih dahulu, bahkan boleh baginya untuk membantah kebathilan dan menampakkan yang benar (perhatikan syubhat senada yang dilontarkan oleh Ja’far Salih dan Sofyan Ruray seputar permasalahan ini-pen).
Yahya bin Ya’mar berkata:
كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِي الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِيُّ، فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيُّ حَاجَّيْنِ -أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ- فَقُلْنَا: لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مَنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلَاءِ فِي الْقَدَرِ، فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ دَاخِلًا الْمَسْجِدَ، فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِي أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالْآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ، فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِي سَيَكِلُ الْكَلَامَ إِلَيَّ فَقُلْتُ: أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ، وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ، وَأَنَّهُمْ يَزْعُمُونَ أَنْ لَا قَدَرَ وَأَنَّ الْأَمْرَ أُنُفٌ.
“Orang yang pertama kali mengingkari takdir di Bashrah adalah Ma’bad Al-Juhany, maka saya dan Humaid bin Abdurrahman Al-Himyary pergi menunaikan haji atau umrah dan kami katakan, ‘Mudah-mudahan kami bertemu dengan salah seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam agar kami bisa bertanya kepadanya tentang keyakinan manusia dalam masalah takdir.’ Maka kami ditakdirkan oleh Allah untuk bertemu dengan Abdullah bin Umar ketika dia masuk Masjid Al-Haram, maka saya dan shahabatku mendekati beliau, salah seorang dari kami di sebelah kanan dan yang lainnya di sebelah kiri, lalu saya menyangka shahabatku itu akan memintaku untuk mewakili berbicara, maka saya katakan, ‘Wahai Abu Abdirrahman, telah muncul di tengah-tengah kami orang-orang yang mereka semangat membaca Al-Qur’an namun mereka meremehkan menuntut ilmu dan mereka meyakini bahwa tidak ada takdir serta bahwasanya perkara di dunia ini baru diketahui oleh Allah setelah terjadi.”
Maka Ibnu Umar menjawab:
«فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّي بَرِيءٌ مِنْهُمْ وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّي، وَالَّذِي يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ: لَوْ أَنَّ لِأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا، فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ»
“Jika engkau menjumpai mereka maka kabarkanlah kepada mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka pun berlepas diri dariku, dan demi Yang dengan-Nya Abdullah bin Umar bersumpah, seandainya salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung Uhud lalu dia menginfakkannya, Allah tidak akan menerimanya hingga dia beriman terhadap takdir.”
Jadi, apakah Ibnu Umar menasehati mereka terlebih dahulu sebelum membantah mereka?! Ataukah beliau langsung membantah mereka, bahkan berlepas diri dari mereka?!
Tidakkah boleh bagi kita untuk melakukan apa yang telah dilakukan Salafus Shalih?!
Ini bantahan pertama.
Yang kedua: siapa yang mengatakan bahwa orang yang salah tidak dinasehati dan tidak diminta untuk bertaubat?!
Dia telah dinasehati tetapi terus-menerus dalam kebathilannya dan menyerang dan lancang terhadap saudara-saudaranya.
Maka apa pendapatmu tentang orang yang terus-menerus dalam kebathilannya dan tidak mau bertaubat?!
Kita tidak butuh pendapatmu karena kita memiliki manhaj Salaf yang masyhur dan telah diketahui, yaitu: siapa saja yang terus-menerus dalam kebathilannya maka dia divonis sesat dan diboikot.
Maka kenapa kamu menggunakan kaedah-kaedah ini yang kamu gunakan untuk melindungi orang-orang yang menyelisihi kebenaran dan kamu dudukkan Salafiyyun justru sebagai orang-orang yang menyelisihi kebenaran, mencela mereka dan memprovokasi agar masyarakat membenci mereka?! Dan juga mengatakan: “Jangan dengarkan ucapan mereka dan jangan menoleh kepada ucapan mereka!” Dan berbagai makar yang lainnya.
Apakah ini bisa diterima oleh akal sehat sebagai balasan bagi orang-orang yang jujur yaitu saudara-saudaramu Salafiyyun yang suka menasehati, yaitu dengan menyikapi mereka sebagai orang-orang yang menyelisihi kebenaran dan justru mereka yang masuk ke sangkar tuduhan buruk?!
Saya tidak mengetahui selain dengan mengatakan: ketahuilah – wahai orang mulia -, sesungguhnya kami tidak akan peduli terhadap apa yang akan menimpa kami dan sikap apa yang akan kami jumpai di jalan Allah dan pada perkara-perkara yang akan membuat ridha Rabb kami, walaupun manusia seluruhnya marah kepada kami selama Allah ridha kepada kami maka kami tidak peduli selama-lamanya. Sebaliknya jika manusia ridha semuanya namun Allah murka kepada kami, maka celakalah kami dan kebinasaan apa kiranya yang akan menimpa kami?!
Maka ketahuilah – biidznillah – kami akan sabar, dan saya memohon kepada Allah agar mengokohkan diriku dan para masyayikh serta saudara-saudaraku Salafiyyun di atas kebenaran hingga kami berjumpa dengan-Nya.
Ketujuh: para ulama dahulu ketika membantah orang yang menyimpang, mereka menjumpai orang-orang yang menolong mereka dan mendukung mereka setelah keutamaan dari Allah Ta’ala, dan dahulu para penuntut ilmu memuliakan para ulama mereka dan menerima perkataan mereka.
Mereka tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh orang-orang di masa ini berupa kekacauan, keributan, teriakan dan tangisan serta fanatisme untuk menolak kebenaran dan menyombongkan diri untuk menerimanya?!
Dahulu pihak yang dibantah padam dan sirna syubhatnya serta tidak ada nilainya, karena tidak ada yang menolongnya atau sedikit yang menolongnya. Berbeda dengan orang-orang yang dibantah di masa ini, mereka membangkitkan dunia dan tidak membuatnya tenang dan mereka mendapati para pembela yang tidak hanya berasal dari orang-orang awam dan rendahan saja.
Bahkan sangat disayangkan – di masa ini dan dalam keadaan keterasingan yang kita rasakan – orang-orang yang menyimpang mendapati para penolong dan para pendukung yang bukan berasal dari pengikut mereka, bahkan dari orang-orang yang bersama kita di atas manhaj Salaf dan kita menganggapnya sebagai para pembela manhaj ini. Duhai betapa berat dan parahnya keterasingan bagi orang-orang yang membela kebenaran. Hanya kepada Allah saja kita memohon pertolongan.
Saudaramu yang mencintaimu
Ahmad bin Umar Bazmul
21 Dzulqa’dah 1433 H
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=132745