BUKTI NYATA HUBUNGAN MESRA SYIAH RAFIDHAH KHOMEINIYAH IRAN DENGAN DEDENGKOT IKHWANUL MUSLIMIN AS SUFI¹, TAKFIRI SAYYID QUTHB
Lihatlah wahai saudaraku sekalian –rahimakumullah– gambar prangko Iran berikut ini:
Gambar 1. Prangko bukti Pemuliaan Iran terhadap dedengkot Ikhwanul Muslimin As-Sufi, Takfiri Sayyid Quthb.
⭐️Deskripsi:
🇮🇷🔥Prangko seri peringatan 18 tahun Kesyahidan² (baca: kematian) Sayyid Qutb yang bertahun 1363 H (28-05-1984).
🇮🇷🔥Setiap prangko berukuran 4,1 inci, lebar 2.8 cm dan panjang 8,2 cm dan lebar ukuran blok cap 5,6 cm.
🇮🇷🔥Perangko terbuat dari kertas minyak.
🇮🇷🔥Dalam Stamps, nampak gambar Sayyid Qutb di balik jeruji besi di tengah cap yang dicetak.
☝🏿⛔️Republik Islam Iran dan harga prangko memperingati kesyahidan Sayyid Qutb, tertulis 10 RIS singkatan Latin (10 Rial) dalam bahasa Latin di atas cap prangko yang dicetak.
🇮🇷🔥IR. IRAN adalah singkatan Latin dari Republik Islam Iran ( REPUBLIK ISLAM IRAN).
🇮🇷🔥Harga prangko 10 riyal dalam bahasa Persia dengan cap tahun 1363 Hijriah 1984 M.
🇮🇷🔥Prangko bertuliskan: Memorial Sayyid Qutb ( ON THE MEMORY OF THE SEYYED GHOTB’S MARTYRDOM) dalam bahasa Latin yang terletak di bagian bawah cap prangko yang dicetak.
🇮🇷🔥Warna yang digunakan, bagian dalam berwarna oranye, coklat dan hitam.
Apakah mungkin dedengkot besar firqah Ikhwanul Muslimin as-Sufi akan sampai dimuliakan sedemikian rupa, diabadikan namanya dan gambar wajahnya, Sayyid Quthb berikut gelar Syahid yang disematkan kepadanya sebagai prangko resmi yang dicetak dan digunakan negara Rafidhah(!!!!) jika Sayyid Quthb dan Ikhwanul Muslimin as-Sufinya memiliki manhaj yang bertentangan dengan mereka????
Bahkan ini adalah bukti yang paling nyata dari pengakuan Rafidhah Iran atas hubungan mesra istimewa, kemuliaan dan jasa kebaikan Takfiri Sayyid Quthb (dedengkot besar Ikhwanul Muslimin As-Sufi) di sisi Rafidhah!!
⭐️Apakah Jasa Besar Takfiri Sayyid Quthb Bagi Syiah Rafidhah Iran yang dengannya dia ditahbiskan dengan gelar Asy-Syahid?
Sebagaimana Syiah Rafidhah dalam sejarah panjangnya penuh berlumuran darah kaum muslimin karena padanya ditegakkan agama caci maki dan laknat kepada para Shahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam serta pengkafiran terhadap mereka radhiyallahu ‘anhum, demikian pula yang dilakukan oleh Takfiri Sayyid Quthb al-Ikhwani.
Jasa terbesar Sayyid Quthb yang dengannya dia menjadi mulia terhormat dan diberi gelar Asy-Syahid oleh Rafidhah Iran adalah celaannya terhadap Amirul Mukminin Utsman bin Affan Dzunnurain radhiyallahu ‘anhu, Khalifah yang menikahi dua Putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, celaannya terhadap shahabat Muawiyah bin Abi Sufyan, pengkafiran Sayyid Quthb terhadap kaum muslimin serta teror pemikiran sesatnya terhadap aqidah kaum muslimin.
Nukilan:
1⃣ Anggapan Sayyid Quthb Bahwa Umat Islam Telah Lenyap
Saudarakau kaum muslimin, sesungguhnya Sayyid Quthb tidak menganggap keberadaan kita sebagai kaum Muslimin. Dia menganggap umat Islam telah lenyap dengan lenyapnya kekhilafahan!
Lihatlah dia berkata dalam bukunya Hadlirul Islam wa Mustaqbaluh (Islam kini dan Esok) :
”Kami mengajak untuk mengembalikan kehidupan Islami dalam masyarakat yang Islami dengan hukum aqidah Islam dan pandangan yang Islami, sebagaimana dihukumi pula oleh syariat Islam dan aturan yang Islami. Kita telah mengetahui bahwa kehidupan Islam seperti ini telah berhenti sejak lama di seluruh permukaan bumi. Dan keberadaan Islam pun telah berhenti … .”
Tenang sebentar! Jangan tergesa-gesa menafsirkan dengan tafsiran pembelaan, karena Sayyid akan berkata lebih jelas lagi, yaitu :
” … kami menampakkan kenyataan yang terakhir ini walaupun akan menyebabkan munculnya benturan keras dan keputus asaan dari orang-orang yang masih tetap menginginkan untuk menjadi Muslimin.”
Lihat dia menyebut kaum Muslimin dengan ungkapan : ”Orang-orang yang ingin menjadi Muslimin”!
Ucapan yang hampir sama ia ucapkan pula dalam bukunya Al Adalah Al Ijtima’iyah, setelah dia membawakan ayat-ayat tentang hakimiyah :
”Ketika kita memperhatikan seluruh permukaan hari ini, di bawah cahaya ketetapan Ilahi terhadap pemahaman dien ini, kita tidak mendapatkan keberadaaan dien ini … sesungguhnya keberadaan dien ini telah lenyap sejak kelompok terakhir dari kaum Muslimin melepaskan pengesaan Allah dalam Hakimiyah dalam kehidupan manusia. Yang demikian adalah ketika mereka meninggalkan berhukum dengan syari’at Allah semata dalam segala aspek kehidupan. Kita harus mengakui kenyataan pahit ini dan harus menampakkanya. Janganlah kita khawatir munculnya “putus harapan” dalam hati-hati kebanyakan orang-orang yang suka untuk menjadi Muslimin. Mereka seharusnya meyakini bagaimana mereka dapat menjadi muslimin. Sesungguhnya musuh-musuh dien ini telah menjalankan usaha sejak beberapa abad dan masih tetap melaksanakan usaha-usaha maksimal yang menipu dan jahat untuk merampas kehendak kebanyakan orang yang ingin menjadi Muslimin?” (Al Adalah Al Ijtima’iyah hal. 183-184)
Di sini terlihat pemikiran-pemikiran Sayyid yang berbahaya di antaranya anggapan beliau bahwa :
📌Kehidupan Islam telah tiada
📌Bahkan wujud Islam telah berhenti
📌Anggapan bahwa kaum muslimin adalah orang-orang kafir jahiliyah yang menginginkan Islam
📌Inti Islam yang hakiki adalah tauhid hakimiyah
📌Dia mengharuskan dan menegaskan untuk mengumumkan pengkafiran umat Islam
Adakah pengkafiran yang lebih jelas daripada pengkafiran Sayyid Quthb ini?! Mana yang dinamakan pengkafiran kalau ucapan seperti ini tidak dinamakan pengkafiran? Perhatikanlah wahai orang-orang yang memiliki pandangan!
2⃣ Umat Islam Telah Murtad & Adzab Bagi Mereka Lebih Keras Daripada Orang Kafir Lainnya
Sayyid Quthb berkata :
”Telah bergeser jaman, kembali seperti keadaan pada hari datangnya dien ini kepada manusia (yaitu masa jahiliyah). Telah murtad manusia menuju peribadatan kepada hamba-hamba dan menuju kerusakan agama-agama. Mereka telah berpaling dari Laa Ilaaha Illallah, walaupun sekelompok dari mereka masih tetap mengumandangkan di menara-menara adzan Laa Ilaaha Illallah tanpa memahami maksudnya, tanpa mengerti apa konsekwensinya, padahal dia mengulang-ulangnya. Juga tanpa menolak pensyariatan hakimiyah yang diaku oleh para hamba untuk diri-diri mereka. Hal ini sama dengan penuhanan (uluhiyah). Sama saja, apakah diaku oleh pribadi-pribadi atau kelompok pensyariatan ataupun oleh masyarakat…” (fi Zhilalil Qur’an 2/1057)
Bahkan lebih kejam lagi dia berkata :
”… yaitu kemanusiaan seluruhnya, termasuk di dalamnya mereka yang mengulang-ulang di menara-menara adzan di timur atau di barat bumi ini kalimat Laa Ilaaha Illallah tanpa maksud dan tanpa kenyataan. Mereka paling berat dosanya dan paling keras adzabnya karena mereka telah murtad kepada peribadatan para hamba setelah jelas baginya petunjuk dan karena mereka sebelumnya berada dalam dien Allah”. (Fi Zhilalil Qur’an 2/1057)
Lihatlah betapa beraninya Sayyid mengkafirkan kaum Muslimin dan menganggap mereka orang-orang murtad yang paling keras adzabnya. Padahal mereka masih mengumandangkan adzan dan masih shalat. Lantas apa anggapan dia tentang peribadatan mereka di masjid-masjid?
3⃣ Masjid Menurut Sayyid Quthb Adalah Tempat Peribadatan Jahiliyyah
Bertolak dari pengkafiran dia terhadap masyarakat Islam, maka Sayyid menganggap masjid-masjid mereka sebagai tempat-tempat peribadatan jahiliyah. Dia berkata ketika menafsirkan ucapan Allah dalam surat Yunus 87 :
وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى وَأَخِيهِ أَنْ تَبَوَّآ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوتًا وَاجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ قِبْلَةً وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (٨٧)
“Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya : ’Ambillah olehmu berdua beberapa rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu tempat sembahyang dan dirikanlah olehmu sembahyang serta gembirakanlah orang-orang yang beriman.’ ” (Surat Yunus 87)
Dia berkata :
” … inilah pengalaman yang Allah tunjukkan kepada kelompok Mukmin agar menjadi teladan. Bukan khusus bagi Bani Israil. Tapi ini adalah pengalaman iman yang murni. Kadang-kadang orang-orang beriman mendapati diri-diri mereka terusir pada suatu hari dari masyarakat jahiliyah, ketika fitnah telah merata, thoghut telah bertambah sombong dan manusia telah rusak, serta lingkungan telah membusuk. Demikian pula keadaan di jaman Fir’aun pada masa ini. Di sini Allah mengarahkan kita pada beberapa perkara :
Memisahkan diri dari masyarakat jahiliyah, busuknya, rusaknya, dan kejelekannya sebisa mungkin. Dan mengumpulkan ‘kelompok mukmin’ yang baik dan bersih dirinya untuk mensucikan, membersihkan, dan melatih serta menyusun mereka hingga datang janji Allah untuk mereka.
Menghindari tempat-tempat peribadatan jahiliyah dan menjadikan rumah-rumah ‘kelompok Muslim’ sebagai masjid yang di sana mereka dapat merasakan keterpisahan mereka dari masyarakat jahiliyah. Kemudian di sana mereka melangsungkan peribadatan kepada Rabb mereka dengan cara yang benar. Dan melanjutkan dengan ibadah tersebut menuju semacam keteraturan (tandhim) dalam lingkungan suasana ibadah yang suci.” (Fi Zhilalil Qur’an 3/1816)
Apa yang akan terjadi kalau dakwah Sayyid seperti ini dibiarkan? Jelas penafsiran yang bathil ini akan mengakibatkan ditinggalkannya masjid-masjid dan munculnya Neo Khawarij dengan gaya baru yang memisahkan diri dari masyarakat Islam dan mengkafirkan mereka. Kemudian siapa yang dimaksud ‘kelompok Mukmin’, ‘kelompok Muslim’ dalam masyarakat jahiliyah ini? Tentu pembaca dapat menebak dengan melihat aqidah dan pemikiran Sayyid yang telah dijelaskan. Ya tentunya yang dia maksud adalah dirinya dan orang-orang yang mengikuti pemikirannya.
4⃣ Jalan Keluar Menurut Sayyid Quthb
Islam telah lenyap, Muslimin telah murtad, masyarakat Muslimin telah kembali menjadi jahiliyah. Masjid-masjid telah menjadi tempat-tempat peribadatan jahiliyah … . Lalu apa yang harus kita perbuat? Dan bagaimana jalan keluar bagi yang ingin menjadi ‘kelompok muslim’? Dengarlah apa kata Sayyid Quthb berkenaan dengan pertanyaan ini : “Sesungguhnya tidak ada keselamatan bagi ‘kelompok Muslim’ di seluruh dunia dari adzab yang Allah sebutkan :
… أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ …
” … atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain…” (Al An’am 65)
Kecuali jika mereka memisahkan keyakinan, perasaan dan juga prinsip hidup mereka dari masyarakat jahiliyah dan memisahkan diri dari kaumnya. Hingga Allah mengijinkan bagi mereka untuk mendirikan negara Islam yang mereka berpegang padanya. Kalau tidak, maka hendaknya mereka merasakan seluruh perasaannya bahwa mereka sendirilah umat Islam dan merasakan bahwa apa dan siapa yang disekelilingnya yang tidak masuk kepada apa yang mereka masuki adalah jahiliyah dan masyarakat jahiliyah … .” (Fi Zhilalil Qur’an 2/1125)
Inilah jalan keluar menurut Sayyid, yaitu dengan menjadi khawarij, mengkafirkan dan memisahkan diri dari umat Islam! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Tidakkah Sayyid melihat dakwah Ahlus Sunnah dan para ulama’nya di jazirah Arab, Yaman, India atau yang lainnya? Tidakkah dia melihat perjuangan dakwah mereka dalam memurnikan ajaran Islam? Bahkan apakah Sayyid tidak melihat di sampingnya seorang ulama’ yang berjuang membela tauhid dan sunnah, yaitu Syaikh Muhibbudin Al Khatib rahimahullah?!
5⃣ PemikiranTakfir Sayyid Quthb Diakui Tokoh-Tokoh Ikhwan (IM) Sendiri
Sesungguhnya pemikiran takfir Sayyid Quthb tidak mungkin dipungkiri lagi. Bahkan telah diakui pula oleh beberapa tokoh Ikhwanul Muslimin sendiri. Berikut ini kita dengar beberapa ucapan mereka :
Berkata Yusuf Al Qaradlawi dalam bukunya Awliyat Al Harakah Al Islamiyah : “Dalam fase ini muncul buku-buku ‘Asy Syahid’ Sayyid Quthb yang merupakan fase terakhir dari pemikirannya yang mengkafirkan masyarakat (Islam) dan menunda dakwah sampai kepada keteraturan Islam dengan pembaharuan fiqh dan perkembangannya. Menghidupkan ijtihad serta mengajak untuk memisahkan diri secara perasaan dari masyarakat, memutus hubungan dengan orang lain, mengumumkan jihad fisik melawan seluruh manusia … ” (Awliyat hal. 110)
Berkata Farid Abdul Khaliq, salah seorang tokoh besar IM dalam kitabnya Ikhwanul Muslimin fi Mizanil Haq hal. 115: “Kita mengetahui dari apa yang telah lewat bahwa munculnya pemikiran takfir di kalangan Ikhwan bermula dari penjara Qanathir di akhir tahun lima puluhan dan awal enam puluhan. Mereka terpengaruh oleh Sayyid Quthb dan pemikiran-pemikirannya. Mereka mengambil pemahaman darinya bahwa masyarakat ini dalam keadaan jahiliyah dan bahwasanya dia telah mengkafirkan pemerintah yang merasa asing dengan apa yang diturunkan Allah. Juga mengkafirkan rakyatnya karena mereka ridla dengan hal itu”.
Berkata Ali Gharishah, salah seorang tokoh besar IM, sebagai berikut : “Dalam kejadian ini, terpecah satu kelompok dari kelompok Islam yang besar ketika keberadaan mereka di penjara-penjara … bersamaan dengan itu kelompok tersebut bertameng dengan pengkafiran kelompok Islam yang besar. Mereka masih tetap dalam pendapatnya tentang pengkafiran pemerintah, penolong-penolongnya serta masyarakat seluruhnya. Kemudian kelompok tersebut berpecah kembali menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing mengkafirkan yang lain … .” (Al Ittijahat Al Fikriyah Al Mu’ashirah hal. 279)
Ucapan-ucapan mereka ini menunjukkan bahwa pemikiran takfir Sayyid Quthb telah dikenal oleh kawan dan lawannya. Hanya saja ketika bantahan itu dari ‘kawan’ satu harakah, selalu diiringi dengan basa-basi atau penyamaran agar tidak terlihat seakan-akan permasalahan ini adalah permasalahan besar. Seperti Al Qaradlawi setelah ucapannya di atas, dia berkata : ” … Dan buku-buku beliau tersebut memiliki keutamaan-keutamaan dan pengaruh-pengaruh positif yang besar di samping pengaruh-pengaruh negatif.” (Awliyat hal. 110)
Atau seperti ucapan Ali Gharishah yang tidak menyebutkan siapa atau buku apa atau jama’ah apa, dia hanya mengatakan ‘kelompok kecil’ dan ‘kelompok besar’.
6⃣ Sikap Sayyid Quthb Terhadap Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu
Ikhwani fiddin a’azzakumullah, sesungguhnya pemikiran takfir Sayyid Quthb bukan permasalahn sepele. Sikap pengkafiran seluruh manusia karena dosa-dosa sungguh sangat berbahaya. Tidakkah kita mendengar bagaimana Ali bin Abi Thalib menyikapi Khawarij, kemudian memerangi mereka? Tidakkah kita mendengar ucapan beberapa shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka sejelek-jelek makhluk? Pemikiran Sayyid yang berbahaya ini juga mengakibatkan celaan dan tuduhan kepada para shahabat Nabi seperti (celaan dan tuduhan, ed.) para pendahulunya dari kalangan Khawarij dan Syi’ah, khususnya terhadap ‘Utsman bin ‘Affan dan Mu’awiyah³ radliallahu ‘anhuma.
Sayyid Quthb tidak mengakui keberadaan khilafah ‘Utsman radliallahu ‘anhu, padahal masa kekhilafahannya paling panjang. Dia berkata :
“Kami condong kepada anggapan bahwa khilafah Ali radliallahu ‘anhu adalah kelanjutan dari khilafah dua syaikh sebelumnya (Abu Bakar dan ‘Umar bin Khaththab). Adapun masa ‘Utsman merupakan celah antara keduanya.” (Al Adalah hal. 206).
Mengapa? Hal ini setelah Sayyid mengatakan pada halaman sebelumnya tentang ‘Utsman sebagai berikut :
“Sesungguhnya diantara kejelekan yang muncul adalah bahwa ‘Utsman mencapai khilafah dalam keadaan tua, telah lemah semangat Islamnya dan lemah keinginannya untuk tetap tegar menghadapi tipu daya Marwan dan tipu daya Bani Umayyah di dalamnya.” (Al Adalah (dalam terbitan Pustaka Salman) hal. 270)
Bahkan dengan terang-terangan dia meragukan ruh Islam yang ada pada ‘Utsman, yaitu setelah Sayyid menyebutkan cerita-cerita tentang ‘Utsman yang membagi-bagikan harta pada keluarga dan kerabatnya (korupsi). Juga setelah menceritakan bahwa ‘Utsman mengangkat gubernur-gubernurnya dari keluarganya sendiri, seperti Mu’awiyah dan Al Hakam radliallahu ‘anhuma dan selainnya.
Kemudian dia berkata :
” … Dan bahwasanya para shahabat mengetahui penyelewengan dalam ruh Islam ini. Khalifah dengan ketuaan dan kepikunannnya tidak dapat memegang urusannya dari Marwan. Sesungguhnya sangat susah meragukan ruh Islam di dalam hati ‘Utsman. Tetapi juga sangat sulit memaafkan kesalahan-kesalahannya yang merupakan kesalahan fatal mengenai wilayah dan khilafahnya. Sedangkan dia seorang seorang tua renta yang dikelilingi oleh jajaran orang-orang jelek dari Bani Umayyah … .” (Al Adalah hal. 187, cet. kelima dan secara makna pada cet. ke-12 hal. 159, dan dalam terjemahan Pustaka Salman hal. 272)
Sebaliknya Sayyid Quthb justru memuji dan membela para pemberontak yang membunuh ‘Utsman. Dia berkata :
” … akhirnya, terjadilah pemberontakan atas’Utsman. Tercampur padanya kebenaran dan kebatilan, kebaikan dan kejelekan.Tetapi bagi yang memandang ini dengan ‘kaca mata Islam’ dan merasakan urusan ini dengan ‘ruh Islam’, pasti dia akan menetapkan bahwa pemberontakan tersebut secara keumuman lebih dekat kepada ‘ruh Islam’ dan arahannya daripada sikap ‘Utsman atau lebih tepatnya sikap Marwan dan orang-orang yang di belakangnya dari Bani Umayyah.” (Al Adalah hal.189 cet. ke-5 dan hal. 161, 162 cet. ke-12 dengan beberapa perubahan tetapi intinya sama, hanya pada cetakan terakhir ini dia menyebut bahwa hal itu karena pengaruh tipu daya Ibnu Saba’ dan dalam terjemahannya hal. 275)
Seharusnya dia mengucapkan :
“Barangsiapa memandang dengan kacamata saya dan merasakan dengan ruh saya … .” Karena kesimpulan dan pandangan seperti itu sama sekali bukan dari Islam. Adapun pandangan Sayyid adalah pandangan Syi’ah, Khawarij dan Ahli Bid’ah!
📝http://tukpencarialhaq.com/2007/01/14/bahayanya-pemikiran-takfir-sayyid-qutub/
7⃣ Aqidah Sayyid Quthb
Asy-Syaikh Rabi‘ hafizhahullah berkata: “Demikianlah Sayyid Quthub mengarahkan cercaan yang zalim dan tuduhan yang penuh dosa kepada para shahabat tanpa hujjah, bukti, petunjuk dan ilmu serta tanpa sumber terpercaya kecuali sekedar khayalannya yang tumbuh dari aqidah sosialisnya yang ghuluw dan kecuali dari racun-racun yang diminumnya sampai puas dari sumber-sumber Rafidhah dan pengajaran-pengajaran orang-orang sosialis.” (Adhwa’u Islamiyyah ‘ala Aqidah Sayyid Quthb wa Fikrihi pasal ke-2 Mauqif Sayyid min ‘Utsman wa mu‘zhamis shahabah).
Dan tentunya akan lebih adil kalau kita juga melihat bagaimana aqidah Sayyid dan pemikirannya, agar menjadi jelas bagi kita siapa sebenarnya dia dan apa bandingannya dengan para shahabat mulia yang dicercanya?
1. Aqidah wihdatul wujud dan hululiyyah Dalam kitab tafsirnya Fi Zhilalil Qur`an (6/4003-4004) tentang tafsir surat Al-Ikhlas, ia berkata: “Sesungguhnya alam ini adalah kesatuan wujud. Tidak ada di sana hakikat kecuali hakikat-Nya. Dan tidak ada di sana wujud yang hakiki kecuali wujud-Nya. Maka seluruh wujud yang lain hanyalah bersandar wujudnya kepada Wujud yang hakiki itu.” Ucapannya ini, jelas sekali menunjukkan pemahaman wihdatul wujud.
Demikian pula ucapannya: “Islam menginginkan agar manusia menempuh jalan menuju hakikat ini. Manusia itu merasakan penderitaan dalam menjalani kenyataan hidup, namun bersamaan dengan itu mereka mestinya merasakan bahwasanya tidak ada hakikat kecuali Allah dan tidak ada wujud kecuali wujud-Nya.” ⁴
Selengkapnya:
📝http://salafy.or.id/blog/2012/09/05/sayyid-qutb-pencela-shahabat/
Beberapa poin contoh dari sekian banyak bukti penyimpangan dan kesesatan Sayyid Quthb tersebut sudah lebih dari cukup sebagai “hujjah” bagi Syiah Rafidhah Iran untuk memuliakan dan menyanjung si Takfiri Ikhwani Sayyid Quthb ini dengan gelar resmi yang membubung tinggi… MARTYRDOM-ASY-SYAHID!! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Sehingga tidak ada alasan apapun bagi Ikhwanul Muslimin untuk menyembunyikan dan menutup-nutupi sejarah panjang hubungan kekerabatan erat manhaj teror mereka dengan manhaj teror Syiah Rafidhah Iran setelah Rafidhah sendiri berterangmuka membanggakan dan memuliakan Sayyid Quthb dengan penerbitan prangko yang bergambar dirinya lengkap dengan gelar resmi yang membubung tinggi… MARTYRDOM-ASY-SYAHID!! Sekali lagi Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
📝http://tukpencarialhaq.com/2016/07/08/al-ikhwanul-muslimun-im-induk-isis/
Masih berani (tanpa malu!!) menuding Wahabi sebagai kambing hitam terorisme Rafidhah dan Ikhwanul Muslimin?!
Maka bangunlah wahai orang-orang yang tertidur dan sadarlah wahai orang-orang yang tertipu karena sesungguhnya gerakan terorisme tidak lepas dari peran Ikhwanul Muslimin As-Sufi dan induk semangnya, Syiah Rafidhah Iran!!!
⭐️Catatan kaki
(1) Pada artikel-artikel yang lalu telah kita ungkap bukti pemuliaan Rafidhah Iran terhadap dedengkot pendiri firqah Ihwanul Muslimin as-Sufi, Hasan Al-Banna dan kesamaannya dengan Rafidhah:
Gambar 2. Peta satelit Hasan Banna Avenue di Teheran, Iran.
Manhaj Sayyid Quthb & Ikhwanul Muslimin TIDAK BERBEDA Dengan Manhaj Kaum RAFIDHAH
(2) http://asysyariah.com/jangan-gampang-memvonis-mati-syahid/
(3)Selengkapnya baca: http://asysyariah.com/muawiyah/
(4) Bandingkan aqidah Wihdatul Wujud Takfiri Sayyid Quthb al-Ikhwani as-Sufi ini dengan pernyataan pembelaan terhadap Aqidah Siti Jenar [yang divonis mati oleh Wali Songo (Muslim Nusantara)
Jadi hakekatnya aku, engkau, dia adalah…. Allah. Hakekatnya aku Allah, hakekatnya engkau Allah, hakekatnya dia adalah….Allah.
Syaikh Siti Jenar, namanya Abdul Jalil, puteranya Pangeran Darusela dari Caruban Cirebon, bukan orang Sidoarjo, orang Cirebon itu. Syaikh Siti Jenar orang mana? Cirebon namanya Abdul Jalil. Beliau ngaji pada Syaikh Dzatul Kahfi yang kuburannya di Gunungjati itu. Rupanya ngajinya feqih terus, haram, halal, wajib, sunnah, makruh, bosen. Akhirnya budhal (berangkat) ke Palembang mendapatkan guru namanya Abdullah al Habsyi atau al Haddad, lupa saya. Setelah itu pergi haji. Pulang dari haji Syaikh Abdul Jalil ngomong, “Anallah…Aku Allah… Aku Allah “, ditangkep, diadili oleh pengadilan, Ketua pengadilannya, Ketua Majelis hakimnya Syaikh Ja’far Shadiq bin Utsman al Hamadani alias Sunan Kudus.
Gambar 3. Tokoh Islam Nusantara (Siti Jenar) vs Muslim Nusantara (Walisongo). “Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo. Pertentangan praktik sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo.” –selesai penukilan–
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Syekh_Siti_Jenar
Vonisnya, keputusannya bahwa Siti Jenar harus dipancung! Harus dibunuh! Karena mengatakan ANALLAH.
Padahal KALAU WAKTU ITU ADA SAYA, SAYA BELAIN PAK! SAYA BELAIN!
Ketika Siti Jenar ngomong AKU ADALAH ALLAH… BENER! NGGAK NGGAK SALAH! ANALLAH… AKU ALLAH! Apa artinya? Yang sebenar-benarnya aku itu…. Allah. Adapun aku Jenar, aku Abdul Jalil nggak ono iki (tidak ada ini), paling-paling pitungpuluh (70) tahun. Tapi yang sebenar-benarnya aku selama-lamanya adalah…. Allah.
Kalau waktu itu ada saya, SAYA MENJADI ADVOKAT SAYA, SAYA MENJADI PEMBELANYA APA PENGACARANYA, SAYANG SAYA BELUM LAHIR WAKTU ITU.
Kalau saya ada, “Benar, Siti Jenar ngomong Aku itu Allah benar! Artinya satu-satunya aku adalah… Allah. Aku Ahmad, aku Khalid, aku Hasan… pinjeman. Kulo panjenengan yen ditakoni (saya, anda kalau ditanya), “Iki montore sopo yo, mobile sopo yo kok apik iki (ini montornya siapa, mobilnya siapa ya kok bagus begini)? Mobilku, ojo banter-banter (jangan keras-keras)ngomong -ku, sopo weruh engko bengi gak iso ngomong (siapa tahu nanti malam tidak bisa bicara) -ku. …..”-selesai penukilan–
Bantahan selengkapnya:
http://tukpencarialhaq.com/2016/02/26/the-fundamental-of-goblok-made-by-said-aqil-siradj-dalam-sorotan-10-aqidah-batil-sufi-islam-nusantara-vs-aqidah-tauhid-muslim-nusantara/
🔆👣🔆👣🔆👣🔆👣🔆
⚔️🛡Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata
📇 Klik ➡️JOIN⬅️ Channel Telegram:
🌎 http://tukpencarialhaq.com || http://tukpencarialhaq.wordpress.com