Mendudukkan Syubhat “Khilafiyah Ijtihadiyah” (Bag.2): Dibalik Topeng Syubhat Ja’far Salih

Bismillahirrohmanirrohim. o

Dibalik Topeng Syubhat “Ja’far Salih”

(Yang Berlindung dengan Kalam Asy Syaikh Al Wushaby)

topeng

updated 09 Jumadil Akhir 1434 H/ 19 April 2013 M

Tulisan terjemah dibawah ini, yang dimuat dan dipublikasikan oleh situs wahyain.com bukanlah secara khusus membantah dan menyingkap syubhat Jafar Salih Hadahullah, tetapi tulisan di bawah ini adalah bukti bahwa akan selalu ada orang-orang yang semodel dengan Jafar Salih –baik di negeri ini maupun di negeri lainnya- hadahullah yang dengan berbagai cara akan mengambil potongan kalam para ulama untuk dibawa dan diseret kepada pemahaman yang sesuai dengan hawa nafsunya dengan berkedok sebagai persoalan ijtihadiyah dalam rangka membungkam dan menghadang sikap tegas Ahlussunnah demi melindungi orang-orang yang sesat lagi menyimpang. Allahul musta’an.

Kita tidak mengetahui secara jelas, siapakah yang lebih dahulu melemparkan syubhat dengan bertamengkan potongan kalam Asy Syaikh Al Wushaby hafizhahullah, apakah Jafar Salih (yang mempostingnya tertanggal 24 Desember 2012) ataukah “Jafar Salih” luar negeri. Yang jelas, jawaban yang diposting oleh wahyain.com terhadap syubhat tersebut dipublikasikan pada tanggal 4 January 2013 atau sekitar 10 hari setelah Jafar Salih melemparkannya ke tengah-tengah umat.

syubhat jafar salih

Gambar 1. Screenshot Jafar Salih berlindung dibalik potongan kalam Asy Syaikh Wushaby dan meninggalkan tahdziran tegas beliau terhadap Yahya Al Hajury hadahullah yang dia bela.

Dan lihatlah bukti di atas wahai saudaraku sekalian yang semoga Allah Ta’ala merahmatimu, bagaimana komentar dedengkots Turatsi di dinding ratapan JS yang langsung menyambut dan mendukung penuh pernyataannya. Jika anda belum mengetahui peran penting teman hangat Jafar Salih yang satu ini, tidak ada ruginya bagi anda untuk langsung menuju ke TKP mengenai peran pentingnya dalam bahtera dakwah Sururiyah Turatsiyah di Indonesia…

http://tukpencarialhaq.com/2008/01/02/lbia-lembaga-satelit-yayasan-majelis-at-turots-al-islami/

Sangat aneh sebenarnya bahwa orang ini tanpa malu memakai kalam Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushaby hafizhahullah yang beliau ini di tempat yang sama secara tegas mentahdzir dan menjarh gurunya, Yahya Al Hajury hadahullah dalam keadaan Jafar Salih ini tidak menerima cercaan terhadap Al Hajury dan bahkan membelanya!

jafar salih bela mubtadi haddady

Gambar 2. Screenshot Jafar Salih terang-terangan membela orang-orang yang menyimpang, Mubtadi’ Haddady Al Hajury dan Doktor Ibrahim  Ar Ruhaily

Maka bagaimana mungkin Ahlussunnah akan menapaki jejak langkah Jafar Salih dalam membela orang yang sesat lagi dungu semisal Yahya Al Hajury dalam keadaan di depan mata segenap kaum muslimin telah ditampilkan bukti nyata  tuduhan bengis Al Hajury, kezhalimannya yang luar biasa dalam merobek kemuliaan dan kehormatan generasi terbaik umat ini, para shahabat ridwanullah ‘alaihim ajma’in.

Bukti Tikaman Al Hajury Terhadap Shahabat Nabi

Gambar 3. Screenshot bukti tikaman keji Yahya Al Hajuri terhadap kemuliaan Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Demikianlah maksud dari Jafar Salih dalam mengibarkan tinggi-tinggi bahwa jarh adalah perkara ijtihadiyah, yakni untuk membela orang-orang yang menyimpang. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Lihat lagi bantahan terhadap Ar Ruhaily pada link terkait:

http://tukpencarialhaq.com/2012/07/05/tahdzir-asy-syaikh-muhammad-bin-hadi-al-madkhali-atas-ibrahim-ar-ruhaili/

http://tukpencarialhaq.com/2012/03/12/bantahan-asy-syaikh-ubaid-al-jabiri-thp-ibrahim-ar-ruhail/

bantahan syaikh rabi atas ibrahim arruhaili

Gambar 4. Scan cover kitab terbaru Asy Syaikh Rabi’ dalam menyingkap penyimpangan-penyimpangan Ibrahim Ar Ruhaily (pengajar di masjid Nabawi sebagaimana promosi Abdullah Taslim Al Hizbi ketika menghina para Masyayikh yang didatangkan dalam daurah Nasional di Bantul yang tidak mengajar di Masjid Nabawi)

Link pdf kitab di atas (11.4MB): http://goo.gl/5k8Lj

Maka pantas saja jika jika penyelenggara daurah Masyayikh Yaman, Majelis Al Barokah Semarang tidak perlu merasa malu untuk terus istiqamah memamerkan mauqifnya terhadap Doktor Ibrahim Ar Ruhaily yang menyimpang, walaupun masyaikh Ahlussunnah telah secara tegas bersikap terhadapnya.

beda tapi serupa 0

Gambar 5. Majelis Al-Barokah Semarang tetap kukuh melink pada orang yang telah diperingatkan penyimpangannya oleh masyayikh Ahlussunnah, Ibrahim Ar Ruhaily hadahullah.

Asy Syaikh Muhammad bin Hadi hafizhahullah secara tegas menyatakan…

“Oleh karena pernyataan orang ini (Ibrahim ar-Ruhaily) dan yang semacamnya maka kita katakan:

هؤلاء أصحاب شٌبه لا يُجلس إليهم, ولا يجوز الجلوس إليهم, ولا الاستماع لهم, ولا التلقي عنهم؛ حتى يرجعوا عن مثل هذه وأمثالها من البواطيل

“MEREKA (IBRAHIM AR-RUHAILY DAN ORANG-ORANG YANG SETIPE DENGANNYA) adalah orang-orang yang telah dirasuki oleh syubhat-syubhat sehingga tidak boleh duduk (mengambil ilmu) kepada mereka. Tidak boleh duduk kepada mereka. Tidak boleh mendengarkan mereka. Dan tidak boleh menimba ilmu dari mereka. Hingga mereka rujuk (meninggalkan) syubhat seperti di atas dan  kebatilan-kebatilan yang serupa.”

Dan berikut ini jawaban tegas Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed hafizhahullah terkait fitnah Ibrahim Ar Ruhaily dan Ali Hasan Al Halaby (yang telah ditahdzir oleh masyayikh Ahlussunnah) dimana pembela dan penyokongnya berupaya berpaling menolak tahdziran tersebut  untuk melindungi mereka dengan berdalih bahwa vonis fulan hizbi atau bukan sebagai persoalan ijtihadiyah:

http://goo.gl/neyOh

Saatnya sekarang kita menyaksikan bagaimana wajah “Jafar Salih” yang di luar negeri sana disingkap dan dibongkar syubhat-syubhatnya ketika dirinya berlindung di balik kalam Asy Syaikh Al Wushaby hafizhahullah demi melampiaskan hawa nafsunya:

….Maka, sepantasnya bagi orang-orang yang berakal dari kalangan Ahlus Sunnah untuk berpegang teguh dengan kebenaran dan mengatakan ucapan yang benar kepada orang yang benar: “Engkau di atas al-haq.” Dan kepada pengekor kebathilan: “Engkau di atas kebathilan.” Agar padam fitnah pembawa kebathilan dan kita tidak menjadikan sikap diam kita sebagai sarana yang menyeret untuk terjatuhnya orang yang terjatuh pada fitnah mereka, tersebarnya fitnah itu dan sebagai bahan penguatnya. Jadi wahai seorang sunni, engkau berada di antara dua jalan; apakah engkau akan menolong al-haq dan orang-orang yang berada di atasnya, atau engkau akan menolong kebathilan karena ketidaktahuanmu atau dengan sengaja, dan yang paling manis dari kedua hal ini pahit rasanya.

Adapun perkataan Asy-Syaikh Al-Wushaby:

“فإذا اختلفنا: فلان حزبي أو ما هو حزبي، فلان ضعيف أو ثقة، الأمر الفلاني مستحب أو واجب , الأمر الفلاني ينتقض منه الوضوء أو ما ينتقض منه الوضوء مثلاً ,الخلاف يسعنا جميعاً، مع وجود الاحترام مع وجود التقدير , الحمد لله الذي وفقنا لإتباع المنهج السلفي نحن نتكلم أخواني في لله عن المنهج السلفي منهج رحمه منهج علم منهج تعليم منهج احترام وتقدير للمسلمين لعلماء الإسلام لعلماء التوحيد لعلماء السنة . أما من خالفني في مسألة انزل عليهم لازم وينزل علي ملازم ,يا الله , يا فرحة الكفار , يا فرحة الكفار أن يرو هذا بين المسلمين , يتمزقون ويتسابون ويتلاعنون ويتشاتمون ويهاجرون ويتقاطعون على مسائل هناك الاجتهاد فيها , علينا أن نكون أرفع من هذاالمستوى . ما نحمل دعوة محدودة في مسائل محصورة , نحمل الكتاب والسنة للأمة وللمسلمين ولغير المسلمين . لابد أن يوسع الداعي إلى الله والعالم باله وعقله وفكره ويتسع عقله للجميع مادام في حدود الكتاب والسنة، يتعامل بعدل، من كان في إطار أهل السنة لهم مكانتهم، من كان خارج عن أهل السنة وصار من الصوفية أو صار من الأشاعرة أو من الروافض لهم شيء يخصهم، ما ننزل الناس كلهم منزلة واحدة، سني يخالفك في مسألة فتنزله منزلة الروافض …..”

“Jika kita berbeda pendapat apakah fulan hizby atau bukan hizby, apakah fulan lemah atau tsiqah, apakah perkara A hukumnya mustahab atau wajib, apakah perkara B membatalkan wudhu atau atau tidak misalnya. Perbedaan ini boleh bagi kita semua dengan adanya sikap menghargai dan memuliakan. Alhamdulillah yang telah memberikan taufik kepada kita untuk mengkuti manhaj salaf. Wahai saudara-saudaraku karena Allah, kita berbicara tentang manhaj salaf, manhaj yang penuh rahmat, manhaj ilmu, manhaj mengajari, manhaj menghargai dan memuliakan kaum muslimin dan para ulama Islam, yaitu ulama tauhid dan sunnah. Adapun dengan mengatakan: ‘Siapa saja yang menyelisihiku maka aku akan mengeluarkan bantahan terhadap mereka dan silahkan dia mengeluarkan bantahan-bantahan kepadaku.’ Ya Allah, ini adalah perkara yang disenangi oleh orang-orang kafir, orang-orang kafir senang dengan melihat hal ini terjadi di antara kaum muslimin. Yaitu dengan mereka tercabik-cabik, saling mencela, saling melaknat, saling mencaci, saling memboikot, saling memutus hubungan hanya karena masalah-masalah yang di sana boleh berijtihad. Kita harus di atas tingkat keadaan yang seperti ini. Kita tidak memikul dakwah yang terbatas pada masalah-masalah yang terbatas pula. Kita memikul Al-Kitab dan As-Sunnah bagi umat ini, bagi kaum muslimin dan selain muslimin. Seorang dai dan seorang ulama harus meluaskan akal dan pikirannya serta akalnya bisa menerima semua pihak dengan syarat selama masih dalam batas-batas Al-Kitab dan As-Sunnah. Bermuamalah hendaklah dengan sikap adil. Siapa saja yang masih dalam lingkup Ahlus Sunnah maka mereka memiliki kemuliaan yang harus dijaga. Sedangkan yang keluar dari Ahlus Sunnah dan menjadi Shufiyah atau Asy’ariyah atau Rafidhah maka kita menyikapi mereka sesuai keadaan mereka. Kita tidak menempatkan semua manusia dalam satu tingkatan. Jadi tidak benar kalau ada seorang sunni yang menyelisihimu dalam sebuah masalah lalu engkau anggap dia sebagai Rafidhah…”

Saya katakan: Perkataan beliau ini tidak boleh dijadikan sebagai sarana untuk mencela dan menjatuhkan beliau, tidak pula untuk merendahkan kedudukan beliau dalam hal ilmu, sunnah dan bersihnya manhaj. Dan juga tidak boleh disamakan begitu saja dengan kaidah Al-Halaby yang busuk Janganlah kita menjadikan perselisihan kita di dalam menyikapi orang lain sebagai sebab perselisihan di antara kita sendiri. Yang mana kaidah ini bahannya diambil oleh Al-Halaby dari kaidah Al-Ikhwan Al-Muslimun Saling toleransi dan saling membantu. Dan telah nampak keburukan dan kerusakan kaidah ini pada penerapannya secara amaliyah dan faktanya berupa manhaj khalaf (lawan dari manhaj salaf -pent) yang bisa diterapkan untuk semua orang. Jadi, Al-Halaby telah menjadikan kaidah ini sebagai kendaraan untuk membela hizbiyyah dan para pengikutnya, dan dia telah membuatkan forum web buat mereka untuk tujuan ini.

bukan alasan untuk berpecah dan bermusuhan

Gambar 6. Screenshot syubhat ala Mubtadi’ Ali Al Halaby yang diadopsi dari prinsip Ikhwanul Muslimin ternyata dipropagandakan pula oleh Jafar Salih hadahullah

Jadi jelas beda antara dua orang ini wahai ikhwah. Asy-Syaikh Muhammad Al-Wushaby seorang ulama salafy dan mujahid yang memiliki senioritas dan keutamaan di dalam dakwah salafiyah. Jadi Asy-Syaikh dengan kalimat ini beliau tidak bermaksud membela hizbiyyah Abdurrahman Abdul Khaliq, Al-Ma’riby, Al-Halaby dan juga kebid’ahan Al-Hajury serta selain mereka dari orang-orang yang rusak dan suka melakukan kerusakan. Alangkah jauhnya beliau dari hal itu, dan ini merupakan perkara yang kita pastikan pada beliau.

bersikap lembutlah

Gambar 7. Screenshot pembelaan dai resmi Rodja, Doktor Ali Musri terhadap Ahlul Bid’ah Abu Ishaq Al Huwainy dan Abul Hasan Al Ma’riby

Jadi, perkara beliau di sini adalah seperti perkara semua para imam ahli hadits yang mendahului beliau yang terkadang engkau dapati mereka memiliki perkataan tentang para perawi hadits apakah berupa jarh atau ta’dil yang sepintas lalu menunjukkan bahwa mereka berbeda pendapat dalam menilai para perawi tersebut, sebagaimana hal ini tertulis di dalam kitab-kitab biografi dan jarh wa ta’dil. Tetapi ketika dikumpulkan semua perkataan mereka serta dilakukan penelitian mendalam tentang maksudnya, engkau akan menjumpai tidak seperti yang dimaukan dan dicari oleh Al-Halaby dan kelompoknya berupa sikap pembelaan terhadap bid’ah dan para pengusungnya.

ali musri rodja 0

Gambar 8. Sang Doktor adalah dai resmi Rodja

Jadi perbedaan pendapat yang terjadi di antara para ulama umat ini di dalam menilai orang-orang tertentu memiliki faktor dan sebab-sebab, diantaranya: terkadang keadaan seseorang diketahui jelas oleh salah seorang dari para ulama tersebut namun tidak diketahui oleh yang lainnya. Atau nampak bagi salah seorang ulama bahwa permusuhan yang menyebabkan celaan pada seseorang dikarenakan kepentingan-kepentingan pribadi, namun keadaan ini terkadang tidak diketahui oleh ulama lain. Juga terkadang seorang ulama mengetahui bahwa jarh yang ditujukan kepada pihak yang dijarh bukanlah celaan yang bisa dijadikan sebagai landasan hukum untuk mentabdi’ atau untuk meninggalkan riwayatnya. Bisa juga karena jarh ini tidak kokoh karena lemahnya pihak yang menukilnya. Dan faktor-faktor lain yang menjadi sebab perselisihan para ulama jarh wa ta’dil di dalam menilai keadaan para perawi hadits.

Jika demikian, maka ini tidak bisa diterapkan pada seseorang yang telah tetap jarh terhadapnya dengan sebab hal-hal yang menyelisihi dalil yang ada pada dirinya yang dipastikan dari dia dengan bukti rekaman atau tulisan dan dia telah dinasehati namun tidak mau bertaubat dan terus-menerus di atasnya, sebagaimana ini adalah keadaan Al-Ma’riby, Al-Halaby, Al-Hajury dan selain mereka.

Jadi terhadap mereka ini, orang yang mengetahui penyelisihan mereka dan itu terkenal, meluas dan tersebar di daerahnya dan dia ketahui dengan kedua matanya, bersikap diam terhadap mereka ini lebih membahayakan dibandingkan membicarakan mereka karena fitnah dan berbagai kebid’ahan mereka yang telah mencabik-cabik barisan salafy dan tidak ada yang dihasilkan darinya selain kelemahan dan kebingungan, wallahul musta’an.

Terakhir, kami sangat menginginkan para ikhwah anggota forum wahyain.com agar tidak menanggapi mereka lebih dari ini, karena al-haq sangat terang dan kebathilan akan menimbulkan kebimbangan. Para masayikh kita -semoga Allah menjaga mereka- seperti imam kita yang mulia Asy-Syaikh Rabi’ dan selain beliau telah menunaikan kewajiban mereka walillahil hamdu wal minnah. Orang yang cerdas akan memahami walaupun hanya dengan isyarat. Walhamdulillahi rabbil alamin.

Tulisan Abu Anas Basyir bin Silah yang diposting di:

http://wahyain.com/forums/showthread.php?t=3070

Baca! artikel terkait:

Mendudukka​n Syubhat “Khilafiyah Ijtihadiyah” (Bag.1)

3 thoughts on “Mendudukkan Syubhat “Khilafiyah Ijtihadiyah” (Bag.2): Dibalik Topeng Syubhat Ja’far Salih

  1. Bismillah
    Alhamdulillah..
    Alloh Subhanahu wa Ta’ala mudahkan bagi ikhwatifillah dan ahlussunnah salafiyyin khususnya yg ingin mendapat jawaban seputar syubhat “KHILAFIYAH IJTIHADIYAH” yg diusung oleh duat SGB alias SURURIYAH GAYA BARU belakangan ini dg menyimak penjelasan dari Al Ustadz Abu Ibrohim Muhammad Umar as Sewed pada Dauroh USHULUS-SUNNAH bbrp hari yg lalu di Kompleks Ma’had Dhiyaa us Sunnah, pada sesi terakhir (tanya jawab).
    Semoga bermanfaat.
    Baarokalloohufiekum

    akhuukum fillaah

    Comments:
    Aamien wa fiikum barokallah, Link jawaban beliau (Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed) telah ada/ di pasang di makalah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *