Hanan Bahanan Overload Bag.3

bismillahirrohmanirrohim

(Cukup) Sekali Lagi Tentang Fatwa Karma “Islami”

Dalam Sangkar Pembelaan Facebooker Hanan Bahanan

(Wajibnya Membantah Kebatilannya)

gbr0

Sebenarnyalah, bagi orang-orang yang jujur, berakal dan mengharapkan kebaikan, telah lebih dari cukup bukti-bukti dan referensi yang ditampilkan dalam tulisan-tulisan yang terkait hukum karma:

http://tukpencarialhaq.com/2012/05/16/karma-islami-dan-tatanama-iblis/

http://tukpencarialhaq.com/2012/03/02/ustadz-dzulqarnain-dan-aqidah-batil-hukum-karm/

http://tukpencarialhaq.com/2012/04/25/website-resmi-budhdha-tolak-keras-klaim-sepihak-hukum-karma-islami/

Sehingga berkesimpulan kokoh tak tergoncangkan bahwa ISLAM, AL QUR’AN DAN AS-SUNNAH AN NABAWIYAH  TIDAK BISA DIKAITKAN (DARI CELAH SESEMPIT APAPUN, DARI ARAH MANAPUN, DENGAN  TRIK APAPUN) DENGAN HUKUM KARMA, LA MIN QARIB WALA MIN BA’ID, TIDAK DARI DEKAT DAN TIDAK PULA DARI JAUH.

Hanya saja, kenyataan sangat memprihatinkan yang harus kita saksikan dan dengarkan (dengan munculnya makalah yang menggugat keras ADANYA HUKUM KARMA DI DALAM ISLAM DENGAN DALIL AYAT DAN HADITS YANG DICOMOTNYA, seindah apapun dia -menipu dan membodohi kaum muslimin- dengan membungkus makna karma agar nampak Islami, sadar ataupun tidak) menimbulkan reaksi tak sehat, kalap, jauh dari sikap ilmiyah dan cenderung frustasi semisal ucapan KENAPA USTADZ DZULQARNAIN TIDAK DIKAFIRKAN SEKALIAN?!

Subhanallah! Apakah mereka ini telah sedemikian parah pemahamannya sehingga sampai mengira bahwa tujuan membantah pernyataan batil bahwa ada ayat dan hadits yang membenarkan adanya hukum karma adalah agar para pembaca BISA MENGKAFIRKAN AL USTADZ DZULQARNAIN?! Wallahul musta’an.

Apakah mereka separah ini pula dalam memahami bahwa mengembalikan definisi karma ke dalam kamus bahasa Indonesia, ke dalam pengertian agama Hindu, Budha dan Jain (selaku pemilik sah aqidah tersebut) dan definisi karma yang telah dijelaskan dan diuraikan kebatilannya oleh para ulama adalah untuk membuktikan bahwa Al Ustadz Dzulqarnain benar-benar sepenuhnya meyakini Karma sebagaimana yang diyakini orang-orang kafir tersebut agar pembaca dapat mengkafirkan beliau?! Wal’iyadzubillah.

(Kami ulang lagi) inilah pemaparan dari seorang Profesor di Jami’ah Madinah yang beliau ini adalah mantan Hindu terkait aqidah Karma. Apakah beliau juga menjadikan dalil ayat dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menjustifikasi keabsahan karma ada di dalam Islam ya ustadz?

http://www.4shared.com/mp3/hQMULS03/AQIDAH_HINDU.html

Justru pemaparan bukti-bukti di atas adalah sebagai pembanding ilmiyah untuk membuktikan bahwa pengertian karma yang beliau ucapkan adalah salah dan tentu saja untuk membuktikan bahwa pendalilan ayat dan hadits yang beliau bawakan adalah batil dan menyesatkan. Karma tidak ada kaitannya dengan dienul Islam, apalagi jika karma (yang mengingkari taqdir Allah Ta’ala dan ampunanNya) dikaitkan pula dengan kaidah mulia Al Jazaa’ min Jinsil ‘Amal. Maka bagaimana mungkin kebatilan semacam ini diberi pembenaran dengan ayat dan hadits yang beliau bawakan?

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (٣٠)

“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah banyak yang maafkan.” (QS.As Syuura: 30)

Dari ayat di atas, adalah hal yang sangat memprihatinkan jika  masih ada yang berani mengaitkan /melazimkan karma  dengan prinsip mulia Al jazaa’ min jinsil ‘amal.

Saya heran dan sungguh sangat heran dengan sikap menakjubkan dari orang-orang yang dipanggil ustadz tersebut (dan para pengekor fanatiknya) dimana mereka sama sekali tidak tersinggung dan marah ketika Islam, Al Qur’anul Karim dan Hadits-hadits Nabi dijadikan dalih pembenaran adanya hukum karma!! Merekapun tidak marah manakala ayat dan hadits direndahkan untuk menjustifikasi karma najis ada di dalam Islam!! Mereka juga tidak marah ketika dienul Islam, Al Qur’an, bahasa Arab dilecehkan dan dihinakan orang-orang kafir penyembah berhala karena ulah segelintir orang Islam pengembat hukum karma itu!! Tetapi justru mereka marah dengan kemarahan yang membara, tersinggung dan mengarahkan senjata serbunya (berupa fitnah, bualan dan kebohongan), melaporkannya kepada Asy Syaikh Rabi’ hafizhahullah terhadap orang-orang yang membantah, mengungkap kebatilan dan kesesatan fatwa hukum karma ada di dalam Islam, menyingkap dan menelanjangi kebatilan pendalilan ayat dan hadits yang dicomotnya dengan selera hawa nafsunya sendiri!! Alasannya apa?? BAWALAH PERKATAAN SAUDARAMU KEPADA MAKNA YANG BENAR, JAGALAH PERSATUAN!! Adakah makna yang benar bisa muncul dari kesesatan, kebatilan dan kekufuran aqidah milik para penyembah berhala ya ustadz?! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Apakah perintah Rasulullah shallallahu alaihi was salam untuk mengingkari kemungkaran TIDAK BOLEH DITERAPKAN KEPADA SESAMA AHLUS SUNNAH KARENA ITU AKAN MENGHANCURKAN PERSATUAN?! Jawablah dengan jujur dan ilmiah kalau kalian adalah orang-orang yang benar!! Ada bantahan Asy-Syaikh Abdullah Al-Bukhary hafizhahullah terhadap syubhat semacam ini.

Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersikap keras terhadap Umar radhiyallahu ‘anhu ketika beliau membawa lembaran-lembaran Taurat?! Bukankah beliau bersikap keras terhadap Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu yang membunuh orang yang telah mengucapkan syahadat?! Bukankah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersikap keras terhadap Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu yang terlalu lama mengimami manusia dalam shalat? Bukankah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut bahwa Abus Sanabil telah berdusta ketika dia berfatwa bahwa wanita yang melahirkan yang ditinggal mati oleh suaminya, iddahnya selama 4 bulan 10 hari seperti wanita lain yang ditinggal mati suaminya?! Dan masih banyak sikap keras beliau dalam mengingkari kesalahan shahabat radhiyallahu ‘anhum ajma’in yang ini tidak tersamar bagi siapa saja yang mempelajari hadits-hadits beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kemudian, apakah makna perintah Asy-Syaikh Rabi’ untuk menjaga persatuan adalah mendiamkan kemungkaran?! Bukankah beliau baru-baru ini membantah Ar-Ruhaily dan seorang yang sok berilmu dan tertipu yang menuduh para ulama sebagai orang-orang Murji’ah? Dan ingatlah wahai para ikhwah bahwa salah satu teman hizbi dari si facebooker pendusta besar Hanan Bahanan (yang dia bebaskan mengumbar syubhat-syubhat jahat dan menyesatkan di tembok ratapan facebooknya) adalah orang yang telah menyebarluaskan fitnah keji bahwa Asy Syaikh Rabi’ hafizhahullah telah ditahdzir Ulama karena beliau terkena paham Irja’!! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Kalau dipahami seperti itu lalu bagaimana pendapat kalian tentang bantahan Asy-Syaikh Rabi’ terhadap Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid? Apakah itu maknanya ketika itu beliau langsung memvonis Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid sebagai hizbi (bukan Sunny lagi)? Juga bantahan Asy-Syaikh Hamud bin Abdillah At-Tuwaijiry terhadap Faqihul Ashr Asy-Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam masalah ma’iyyah yang mana beliau telah rujuk dan mengumumkan rujuknya tersebut di dalam muqadimmah bantahan Asy-Syaikh At-Tuwaijiry terhadap beliau, yang ini merupakan bukti ketawadhuan dan keikhlasan beliau yang seharusnya kita semuanya meneladaninya (dan bukannya bersikap arogan bak preman, cari alamatnya, ancam labrak sana dan labrak sini). Juga baru saja di tulisan sebelum ini tentang penegasan tahdzir Asy-Syaikh Muhammad bin Hady terhadap Al-Hajury yang dungu.

Kalau dipahami seperti kaidah mereka ini (orang yang dibantah masih Ahlussunnah, jaga persatuan) niscaya siapapun yang mengaku Ahlussunnah bisa saja berbicara seenaknya tanpa boleh ada yang mengingkari sehingga kehancuranlah yang akan terjadi karena kebenaran akan dianggap kebatilan dan sebaliknya kebatilan akan dianggap sebagai kebenaran. Laa haula wa laa quwwata illa billah.

Siapakah sebenarnya yang lebih pantas disebut pemecah belah?! Orang yang berbicara dalam masalah agama secara ngawur dan menuduh orang lain secara zhalim dan dusta tanpa bukti ataukah orang yang membantah kesalahannya dalam rangka menjaga perintah Allah dan Rasul-Nya?!

Kemudian secara khusus kepada Hanan Bahanan, kami kembalikan kaidah buatanmu sendiri yang mengingkari bantahan terhadap orang yang masih sunny dan belum mubtadi’: Apakah Al-Ustadz Luqman Ba’abduh itu sudah hizbi/mubtadi’ dan bukan seorang Sunny lagi sehingga kamu secara ngawur, dusta dan kotor menjatuhkan kehormatan beliau?! Apakah Al-Ustadz Muhammad Afifuddin juga telah engkau cap sebagai hizbi/mubtadi’ sehingga kamu vonis pula sebagai menyuarakan pembelaan dan pembenaran perbuatan setan?!! Laa haula wa laa quwwata illa billah.

gbr1

Gambar 1. Screenshot vonis gelap mata sang facebooker pendusta HB terhadap Al-Ustad Muhammad Afifuddin setelah beliau menyampaikan fatwa tahdzir Asy-Syaikh Rabi’ terhadap Rodja dan adanya orang-orang (bukan dari kalangan Sururiyyun) yang tidak puas dengan fatwa Asy-Syaikh Rabi’ tersebut. Siapa saja mereka? Tanya saja kepada sang facebooker ini. Semoga dia memiliki keberanian untuk menyebutkannya.

gmbr.2 JS koment

Gambar 2. Screenshot “testimoni” Gatot (gagal total) mencari PEMBENARAN memang beda tipis dengan kata mencari KEBENARAN tetapi terpisah jurang hawa nafsu menganga dengan makna memcari PEMBENARAN. Hizbiyyun Mumayyi’un-pun urung gembira.

Ya ikhwah, bagaimanapun mereka ini mengelabui umat dengan berbagai trik pemaknaan yang menipu, Karma tetaplah istilah sesat, batil dan keyakinan kufur milik para penyembah berhala. Jangan kita mengambil, memakai dan mengaku-aku dengan sesuatu yang bukan milik kita. Adalah syubhat yang menyesatkan jika seseorang (yang dipanggil sebagai ustadz, hadahullah) berani menyatakan dan menyebarluaskan bahwasanya Karma memiliki makna yang benar!! Sekali lagi, adakah makna yang benar bisa muncul dari kesesatan, kebatilan dan kekufuran ya ustadz?! Allahu yahdik.

gbr2

Gambar 3. Screenshot  opsi nasihatonline TIDAK ADA YANG BENAR ALIAS SALAH SEMUANYA

Harus saya ingatkan lagi kepada saudara facebooker Pendusta Besar Hanan Bahanan dan siapapun yang mencoba untuk membela fatwa batil hukum karma ada di dalam Islam, ada dalilnya dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar bisa berfikir jernih dan ilmiyah bahwa kita tidak membahas hukum Karma menurut ustadz fulan atau kyai allan yang tentu saja memiliki batasan keilmuan yang tidak mungkin sama pun memiliki pengetahuan yang berbeda terkait pertanyaannya (KARMA). Mungkinkah syari’at Islam yang datangnya dari Dzat Yang Maha Suci lagi Maha Mulia memberikan dua hukum dalam satu permasalahan (AQIDAH KARMAPHALA) yang keduanya saling bertentangan, bertolak belakang, hukum batil dan hukum benar yang tentu saja tidak mungkin untuk dikompromikan?!! Maka mengembalikan makna Karma menurut pemahamannya masing-masing manusia untuk kemudian diatasnamakan Islam tidak lebih dari seruan untuk memahami Islam sesuai timbangan hawa nafsunya sendiri-sendiri. Persoalannya bukanlah HUKUM KARMA DALAM PANDANGAN AL-USTADZ/KYAI FULAN tetapi HUKUM KARMA DALAM PANDANGAN ISLAM.”

Maka untuk membantah ucapan yang batil dan menyesatkan (semisal Karma ada di dalam Islam), tidak ada kaidah bahwa: orang yang mengucapkan tersebut harus meyakini (sebagaimana keyakinan Karma yang dipahami seutuhnya oleh orang-orang kafir penyembah berhala) apa yang dia ucapkan. Cukuplah kita menghukumi secara zhahir bahwa apa yang dia nyatakan adalah batil dan menyesatkan.

Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

مَنْ أَظْهَرَ لَنَا خَيْرًا أَحْبَبْنَاهُ وَوَالَيْنَاهُ عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ سَرِيرَتُهُ بِخِلَافِ ذَلِكَ وَمَنْ أَظْهَرَ لَنَا شَرًّا أَبْغَضْنَاهُ عَلَيْهِ وَإِنْ زَعَمَ أَنَّ سَرِيرَتَهُ صَالِحَةٌ.

“Barangsiapa yang menampakkan kepada kami kebaikan maka kami akan mencintainya dan akan membelanya, meskipun batinnya menyelisihi lahirnya. Dan barangsiapa yang menampakkan keburukan kepada kami maka kami akan marah kepadanya meskipun dia mengaku bahwa batinnya baik.”

Jadi merupakan hal yang mengada-ada jika Hanan Bahanan sampai melemparkan bualan dusta dan fitnah (hanya untuk membela perkataan batil dan sesat):

gbr3

Gambar 4. Screenshot Tour de Bualan dari si pendusta besar di tembok ratapan facebooknya. Darimana si pendusta besar ini tahu? Apakah membantah ucapan yang batil, mendustakan tuduhan dusta dan fitnah tujuannya untuk menjatuhkan seseorang? Alangkah rendahnya tujuan ini. Apakah dia telah membelah dada AG dan melongok isi hatinya? Haadza buhtaanun ‘azhiim.

Apakah menjawab tuduhan-tuduhan fitnah dan kedustaan orang yang bergelar ustadz adalah dalam rangka menjatuhkan nama baiknya? Masya Allah, ada tulisan khusus berupa bantahan ulama terhadap syubhat murahan seperti ini.

http://tukpencarialhaq.com/2012/02/08/menjawab-tuduhan-keji-dan-dusta-al-ustadz-dzulqarnain-al-makassari/

http://tukpencarialhaq.com/2012/02/28/al-ustadz-dzulqarnain-dan-gembong-hizbi-irsyad/

http://tukpencarialhaq.com/2012/10/26/hanan-bahanan-overload-bag-2/

Ataukah ciri Salafy yang baik dan sopan salah satunya adalah HARUS DIAM MEMBISU karena yang melemparkan tuduhan dusta dan fitnah kepada dirinya adalah orang yang dipanggil sebagai ustadz atau Syaikh sekali pun?! Ini syari’at dari mana? Allahul musta’an.

Dengan kaidahmu ya facebooker pendusta, apakah kalau tidak ditahdzir oleh Syaikh Rabi’ berarti memang benar ada ayat dan hadits hukum karma di dalam Islam?!

Memang kalau lisan sudah dibiasakan untuk dusta dan fitnah (wal’iyadzubillah), takkan berat baginya untuk menghambur-hamburkan fitnah dan kedustaan yang berikutnya.

هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١)

“Yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah”(QS.Al Qalam:11)

Jadi, kita hanya menghukumi lahiriyah yang terucap dan memang manhaj Salaf mengajarkan untuk membantah ucapan yang batil dan menyesatkan, siapapun yang mengucapkannya. Dan ini adalah perkara-perkara yang besar dan penting yang ditempuh Salafush Shalih dalam rangka menjaga agama mereka yang benar dan melindunginya dari perubahan-perubahan bid’ah dan dari kesalahan-kesalahan.

Inilah nukilan dan faidah ilmiyah dari Asy Syaikh Rabi’ hafizhahullah dari pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah:

Syaikhul Islam rahimahullah berkata di dalam kitab beliau Dar’ut Ta’arudh baina Aqli wan Naqli juz 1 halaman 254:

فطريقة السلف والأئمة أنهم يراعون المعاني الصحيحة المعلومة بالشرع والعقل. ويرُاعون أيضاً الألفاظ الشرعية، فيعبرون بها ما وجدوا إلى ذلك سبيلا. ومن تكلم بما فيه معنى باطل يخالف الكتاب والسنة ردوا عليه. ومن تكلم بلفظ مبتدع يحتمل حقا وباطلا نسبوه إلى البدعة أيضا، وقالوا: إنما قابل بدعة ببدعة وردَّ باطلا بباطل.

“Metode yang ditempuh Salaf dan para imam bahwasanya mereka selalu menjaga makna-makna yang shahih yang diketahui berdasarkan syari’at dan akal. Dan mereka juga menjaga lafazh-lafazh syar’i tersebut semampunya. Dan siapa saja yang berbicara yang mengandung makna yang batil yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah maka mereka membantahnya[1]. Dan barangsiapa yang berbicara dengan lafazh bid’ah yang mengandung kemungkinan yang haq dan batil maka mereka juga menganggapnya sebagai bid’ah[2] dan mereka menyatakan: orang yang seperti ini hakekatnya dia menghadapi bid’ah dengan bid’ah dan membantah kebatilan dengan kebatilan yang lain”-selesai nukilan-

gbr5i_resize

Gambar 5. Screenshot nukilan ucapan Syaikhul Islam rahimahullah:…Dan siapa saja yang berbicara yang mengandung makna yang batil yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah maka mereka membantahnya

Saya (Asy Syaikh Rabi’ hafizhahullah -pent) katakan:

Di dalam masalah ini terdapat penjelasan perkara-perkara yang besar dan penting yang ditempuh Salafush Shalih dalam rangka menjaga agama mereka yang benar dan melindunginya dari perubahan-perubahan bid’ah dan dari kesalahan-kesalahan, diantara penjelasan tersebut adalah:

1.       Kerasnya sikap kehati-hatian mereka dari berbagai macam bid’ah dan upaya mereka menjaga lafazh-lafazh dan makna-makna yang benar yang diketahui berdasarkan syari’at dan akal. Jadi mereka sebisa mungkin tidak mengungkapkan kecuali dengan lafazh-lafazh syar’iy dan tidak memutlakkannya kecuali atas makna-makna syar’iy yang benar yang tetap berdasarkan syari’at Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

2.       Mereka adalah penjaga dan pelindung agama ini, maka barangsiapa berbicara dengan sebuah ucapan yang mengandung makna yang batil yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah maka mereka membantahnya[3]. Dan barangsiapa yang berbicara dengan lafazh bid’ah yang mengandung makna yang benar dan batil maka mereka juga menganggapnya sebagai bid’ah walaupun dia ini membantah ahlul batil[4]. Dan mereka menyatakan: “Orang seperti ini hakekatnya dia membantah kebid’ahan dengan kebid’ahan yang lain dan membantah kebatilan dengan kebatilan yang lain walaupun orang yang membantah ini termasuk orang yang memiliki kedudukan tinggi dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah” dan mereka tidak mengatakan: “Tidak akan mungkin untuk mengatakan bahwa ucapannya yang mujmal (global) itu akan dibawa kepada makna yang rinci karena kita mengetahui dia ini masih Ahlussunnah…[5]

gbr6

Gambar 6. Screenshot penegasan Asy Syaikh Rabi’ hafizhahullah …Orang seperti ini hakekatnya dia membantah kebid’ahan dengan kebid’ahan yang lain dan membantah kebatilan dengan kebatilan yang lain walaupun orang yang membantah ini termasuk orang yang memiliki kedudukan tinggi dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah

Sumber: http://www.rabee.net/show_book.aspx?pid=3&bid=80&gid

Catatan kaki (-penulis):

 [1] Maka bagaimana jika yang dibicarakannya mengandung makna kufur kemudian Al Kitab dan As Sunnah malah dijadikan sebagai dalih pembenarannya?

[2] Maka bagaimana jika yang diucapkannya bukanlah sekedar lafazh-lafazh bid’ah, tetapi lafazh/istilah murni keyakinan kufur penyembah berhala?

[3] Lalu bagaimana jika yang dibicarakannya mengandung makna kufur yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah kemudian Al Kitab dan As Sunnah malah dijadikan sebagai dalih pembenarannya? Layakkah kita membelanya, memujinya, menyebarkan tazkiyah para ulama untuk memalingkan umat dari ucapannya yang batil dan mencarikan udzur (baca:dalih) pembenaran hanya karena orang ini termasuk orang yang memiliki kedudukan tinggi dari kalangan Ahlussunnah?!

[4] Lalu bagaimana jika yang diucapkannya bukanlah lafazh-lafazh bid’ah tetapi lafazh/istilah murni yang menjadi keyakinan kufur milik penyembah berhala? Layakkah kita membelanya, memujinya, menyebarkan tazkiyah para ulama untuk memalingkan umat dari ucapannya yang batil dan mencarikan udzur (baca: dalih) pembenaran hanya karena orang ini termasuk orang yang memiliki kedudukan tinggi dari kalangan Ahlussunnah?! Wallahu a’lam.

[5] Maksudnya -wallahu a’lam-: Jika orang yang berbicara tersebut adalah seorang ahlus sunnah, maka kita berbaik sangka bahwa dia mungkin tidak memaksudkan seperti itu, hanya saja karena dia menggunakan lafazh yang bathil maka tetap harus dibantah karena itu merupakan kesalahan, walaupun dia tidak meyakininya. Jadi tidak tepat kalau ucapan batil orang itu dibela-bela dengan kalimat-kalimat seperti: “Maksud beliau itu tidak seperti itu, kita harus berbaik sangka, mungkin beliau salah ucap saja, jangan berlebihan menilai ucapan seseorang, kita tahu kok keilmuan beliau, beliau nggak mungkin meyakini seperti itu.”

Kita telah berbaik sangka dengan tidak memastikan bahwa dia meyakini (Karma seutuhnya sebagaimana keyakinan orang-orang kafir) nya karena dia masih ahlus sunnah. Urusan keyakinannya adalah satu hal lain tetapi ucapan yang salah dan batil tetap harus dikatakan salah dan batil. Wallahu a’lam.

 http://goo.gl/P5INU

Baca artikel terkait:

Para Penulis Aloloom Adalah Pendusta

Hanan Bahanan Overload Bag.2

Hanan Bahanan Overload Bag.1

10 thoughts on “Hanan Bahanan Overload Bag.3

  1. Berikut adalah nukilan fawaid dari kitab An-Nubadz karya Syaikh Hamd bin Ibrahim –hafizhahullah ta’ala-.

    Pada halaman 89 beliau menyebutkan bahwa Ibnu ‘Abdil Bar –rahimahullah- berkata:

    “Seorang ‘alim itu tidak akan terlepas dari kekeliruan. Barangsiapa sedikit kekeliruannya dan banyak benarnya maka dia itulah seorang ‘alim. Barangsiapa banyak kekeliruannya dan sedikit benarnya maka dia itulah seorang jahil (bodoh)”.

    Pada halaman 217 beliau menyebutkan bahwa Al-Ajurry –rahimahullah- berkata:

    “Jika dia berfatwa dalam suatu masalah lalu dia menyadari bahwa fatwanya keliru maka dia tidak enggan untuk rujuk dari kekeliruan itu. Dan jika dia berkata dengan suatu ucapan kemudian dibantah oleh orang yang lebih berilmu darinya atau setara dengannya atau dibawah derajat keilmuannya, lalu dia menyadari bahwa perkaranya seperti perkataan orang yang membantahnya maka dia rujuk dari ucapannya dan memuji orang yang menegurnya dan bersyukur kepadanya”.

    Pada halaman 218 beliau menyebutkan bahwa Abul ‘Abbas Al-Mubarrid –rahimahullah- berkata:

    “Sesungguhnya orang yang keliru kemudian dia rujuk dari kekeliruannya maka tidak terhitung sebagai orang yang salah, karena dia telah keluar dari kesalahannya dengan rujuknya itu. Hanya saja kesalahan yang nyata adalah yang bersikukuh dalam kesalahannya dan dia tidak rujuk dari kesalahannya, maka yang seperti ini dianggap sebagai pendusta yang terlaknat”.

    sumber:
    http://thalibmakbar.wordpress.com/2010/05/09/mulianya-taubat-dari-kesalahan/

  2. bismillah ana tidak pernah mendengar atau melihat seorang ustadz yang tidak ilmiah dan tidak punya malu sperti hannan. kalau gembel yaa.. memang itu ciri khas mereka (gak berilmu dan gak malu)

  3. Saudaraku, memaparkan kesalahan seseorang yang telah tersebar luas haruslah dengan membawakan bukti, ini adalah tuntutan dan tuntunan syari’at. Jika pemaparan bukti dicap sebagai bentuk pengintelan, memata-matai, suka mencari-cari kesalahan maka berapa banyak para penuntut ilmu dan ulamanya baik yang terdahulu maupun sekarang yang menjadi tertuduh demikian? Memang aneh menyikapi helah orang-orang yang enggan untuk rujuk kepada Al-Haq, jika anda menuduhnya tanpa membawakan bukti/data maka mereka akan berteriak bahwa itu adalah tuduhan kosong, fitnah dan ngawur dari perusak dakwah tetapi jika anda membawakan bukti lengkap penyimpangan mereka, andapun takkan luput dari cibiran telah mengintelinya atau bahkan membobol e-mailnya! Dan yang lebih mengenaskan adalah lelucon yang tidak bisa membuat tertawa para pembacanya, sampai berteriak (di tengah-tengah kehangatan para suporternya dari kalangan hizbiyyun sururiyyun, setelah membabat para da’i Ahlussunnah dengan ucapan-ucapan kotor dan ngawur-tentu) dengan berlindung di balik nama Syekh Robi’ agar berhati-hati dari penyusup yang memecah-belah barisan Ahlussunnah!! Igauan kegalauan setelah gagal membuktikan berbagai tuduhan-tuduhan dusta, dzalim dan fitnah busuk di tengah umat demi menggalang dukungan para pendukungnya dari kalangan hizbiyyun. Bukankah taktik semacam ini yang kerap dilancarkan oleh para penyusup untuk memecahbelah umat?
    Kitab Al-Quthbiyah, bantahan-bantahan para ulama Salaf, bantahan Asy-Syekh Robi’ terhadap Sayyid Quthb, Abul Fitan Al-Ma’ribi, bantahan Asy-Syekh Muhammad terhadap Al-Hajuri dan pengikutnya, dan lainnya serta bantahan asatidzah terhadap orang-orang yang menyimpang tak luput dari penukilan-penukilan bukti ucapan, tulisan dari penyimpangan mereka. Apakah ini merupakan bentuk pengintelan? Masya Allah. Hanya saja, ucapan-ucapan demikian ini tidak keluar kecuali dari orang yang enggan rujuk kepada Al-Haq, hanya mencari-cari pembenaran dan watak angkuhan untuk mengakui pada umat akan bukti-bukti kesalahan yang telah dia perbuat, padahal dia sendiri pada hakekatnya telah mengakui bahwa itu adalah kesalahan sebagaimana ucapan “Abdul Ghafur ini suka mencari-cari kesalahan para ikhwah kami, yaitu saya, ustadz Ja’far, fulan dan alan”. Menjadi semakin “rumit rujuknya” karena orang yang membantah ternyata bukan orang sekelas ustadz, bahkan orang yang telah ditahdzirnya yang ternyata kemudian kita ketahui hanya berlandaskan data/info palsu. Apakah ini bukti pengintelannya/metode mencari-cari kesalahan Abdul Ghafur dilakukan secara amatiran? Allahu a’lam.
    Faktanya rekaman telah disebarluaskan di internet bahkan oleh situs-situs yang berafiliasi kepada hizbiyyun sururiyyun sebagaimana bukti yang telah ditampilkan. Rekaman daurah Bali (yang juga berisi fatwa karma ada dalilnya dari ayat dan hadits) malah sengaja dibagikan gratis di Denpasar. Bukankah acara daurah terbuka, untuk umum serta gratis dan penyebaran filenya YANG DISENGAJA adalah agar kita semua mendengarkannya? Buruk muka jangan kaca yang dibelah. Apakah pengakuan ruju’ kepada kebenaran, mengakui berbagai kebohongan dan fitnah yang terlanjur keluar dari lisan telah dihiasi oleh syaithon sebagai akan menghancurkan reputasinya? Tidak, bahkan itu adalah jalan kemuliaan, tiada orang yang akan menghina dan mentertawakan orang yang secara terbuka menyatakan ruju’ kepada Al Haq karena pada dasarnya tidak ada diantara kita yang terluput dari kesalahan. Benar sekali, letakkan kesombongan dan gelar-gelar yang membuat lupa daratan dibawah kaki-kaki kita. Ruju’ kepada kebenaran adalah kemuliaan dan terus-menerus berkubang di atas kesalahan dan kesombongan tiada yang dia dapat kecuali kehinaan dan kehinaan.
    Kalau saja nasehat Syekh Robi’ bukan hanya slogan yang diteriakkan, bukankah Umar bin Khathab radiyallahu’anhu telah menjadi sosok yang beliau teladankan kepada kita semua? Mudah rujuk dan berhenti di depan Kitabullah?
    Adalah kebatilan yang sangat sangat nyata jika ada orang yang sampai berani keterlaluan berkata (sambil tersenyum) bahwa antara mencari kebenaran dan mencari pembenaran beda-beda tipis!!
    Apakah beda-beda tipis antara ikhtiar untuk mencari jalan kebenaran, upaya menggapai keridhaan Allah Jalla wa ‘Ala dengan mencari pembenaran hawa nafsu? Takutlah engkau kepada Allah atas kelancanganmu, peremehanmu terhadap syari’at dan senyumanmu dengan kisah hawa nafsu yang tidak merasa cukup dalam melangkah mencari kebenaran bahkan terus melangkahkan kaki untuk mencari pembenaran. Jawablah dengan jujur berlandaskan ilmu: Apakah mencari pembenaran dibenarkan oleh syariat Islam?
    Mencari kebenaran adalah disyariatkan bahkan wajib! Bagaimana mungkin dikatakan beda-beda tipis dengan bisikan hawa nafsu dalam mencari pembenaran?
    Wahai Ahlussunnah, layakkah kebatilan yang demikian ini dijadikan sebagai bahan senyuman atau tertawaan? Lebih pantas bagi kita untuk menangisi musibah besar ini (camkan: karma bukan musibah dan musibah bukanlah karma, tidak pernah ada karma di dalam Islam atau juga tidak selayaknya seorang muslim berkata bahwa karma mungkin saja ada).
    Ingat, dia menuliskan statusnya semacam ini bukan disembunyikan di dalam saku celananya sehingga harus mengikuti jalan setan (na’udzubillah) dengan mencopet atau merampasnya agar tahu isinya, tetapi kemungkaran semacam ini SENGAJA DITULIS DAN DISEBARLUASKAN melalui facebooknya AGAR BISA DIBACA. Ini adalah data publik yang dia sebarkan sendiri. Apakah pemaparan bukti kebatilan semacam ini adalah bentuk pengintelan wahai Hanan Bahanan? Kasihani dirimu, jangan kamu terus memamerkan kedunguanmu di depan umat. Sadarlah…sadarlah..bertaubatlah dari berbagai kerusakan yang engkau tebarkan tanpa malu. Jangan engkau terus nekat melangkah untuk meraih kehinaan yang berikutnya.
    Jawaban-jawaban Syekh Robi’ semakin menguatkan kenyataan bahwa para ulama Ahlussunnah memiliki manhaj yang sama, wajibnya membantah kesalahan yang telah menyebar di tengah masyarakat sebagaimana telah dinukil pada pendahuluan Hanan Bahanan Overload bagian 1
    Asy-Syekh Bin Baz rahimahullah berkata:
    “Jika seseorang menampakkan kesalahannya atau kebatilannya maka kaidah menurut para ulama adalah siapa saja yang menampakkan hal tersebut (maka dia) tidak memiliki kehormatan lagi. Dan manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah berkaitan dengan orang yang menampakkan kebid’ahan dan kesalahan yang telah menyebar di tengah-tengah manusia yaitu dengan membantahnya dan memasyhurkan dan juga menyebarkan bantahan tersebut sebagaimana kesalahan itu telah menyebar di tengah-tengah manusia karena orang yang fasiq itu tidak memiliki kehormatan dan kemudian dinasehati.
    Asy-Syekh Abdullah Al Bukhari hafizhahullah
    Keadaan kedua, kesalahan yang nampak, menyebar, meluas, di sinilah wajib bagi siapa saja yang mengetahui keadaannya untuk membantah kebatilan tersebut dan membantah orang yang mengucapkannya karena Allah telah memerintahkan kita untuk menyatakan kebenaran dan memerintahkan kita untuk tidak menyembunyikan kebenaran.
    Jika permasalahannya demikian, tinggal masalah menasehati antara engkau dengan dia, ini adalah masalah yang utama.
    Menurut kami, sebuah kesalahan wajib untuk dijelaskan dan menurut kami menasehati termasuk perkara yang afdhal kita lakukan.
    Jadi menurut kami ada amalan yang utama dan ada amalan yang wajib, tentunya kita tidak akan mendahulukan amalan yang utama untuk menggugurkan amalan yang wajib.
    Dan sebagian orang menggunakan amalan yang utama ini untuk menggugurkan kewajiban dalam membantah kebatilan padahal kesalahannya telah menyebar, ini adalah pemahaman yang salah.”
    Asy-Syekh Jamal bin Furaihan hafizhahullah:
    “Siapa saja yang kesalahannya telah menyebar di ufuk maka membantah orang tersebut wajib sebelum menyampaikan nasehat kepadanya, kemudian dinasehati jika memungkinkan sebagaimana tidak mengharuskan untuk rihlah menempuh jarak yang panjang untuk menasehatinya.”
    Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan hidayah-Nya kepada kita semuanya, amin..

  4. AL-USTADZ HANAN BAHANAN BENAR,
    ABDUL GHAFUR TELAH DILAPORKAN KEPADA ASY-SYAIKH ROBI’ BIN HADY AL-MADKHALY
    Dengan nama Allah saya tantang situs ini untuk memuat bukti kebenaran apa yang telah disampaikan oleh Al-Ustadz Hanan Bahanan bahwa Abdul Ghofur memang benar-benar telah dilaporkan oleh Al-Ustadz Dzulqarnain kepada Asy-Syaikh Robi’ sebagaimana nukilan di bawah ini:

    الأستاذ ذو القرنين: فالشاهد يا شيخ ربما بتر الكلام وكذا وهذا الكلام جاء من رجل يفسد بيننا هو الذي يتتبع أشرطتي.
    Al-Ustadz Dzulqarnain: Ada syahid ya Syaikh, sering ucapan itu dipotong-potong seperti ini seperti ini dan ucapan ini datang dari seseorang yang merusak hubungan diantara kami, dialah yang suka mencari-cari kaset-kasetku.
    الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: من هو؟
    Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Siapa dia?
    الأستاذ ذو القرنين….:عبد الغفور هذا يتتبع أخطاء إخواننا أنا وأستاذ جعفر وفلان وعلان وهذا الذي يفسد بيننا
    Al-Ustadz Dzulqarnain: …. Abdul Ghafur ini suka mencari-cari kesalahan para ikhwah kami, yaitu saya, ustadz Ja’far, fulan dan alan. Dia inilah yang merusak hubungan diantara kami.
    الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: اسمع بارك الله فيك هذا الذي له الأخطاء تنتشر يسكت عنها يجوز السكوت عنها؟!
    Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Dengarkanlah -baarakallahu fiik- orang yang dia memiliki kesalahan-kesalahan yang masih terus menyebar, bolehkah mendiamkan kesalahan-kesalahannya?!
    الأستاذ ذو القرنين: نعم يا شيخ؟
    Al-Ustadz Dzulqarnain: Na’am, ya Syaikh?
    الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: إذا كان له أخطاء تنتشر في الأشرطة يجب السكوت عنها؟
    Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Jika dia memiliki kesalahan-kesalahan yang tersebar, apakah wajib untuk mendiamkannya?
    الأستاذ ذو القرنين: لا بأس شيخي نحن نوافق في….
    Al-Ustadz Dzulqarnain: Tidak masalah Syaikh, kami sepakat dalam masalah ini ….
    الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: انتشرت الأشرطة…
    Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Kaset-kaset telah tersebar…
    الأستاذ ذو القرنين: بس ينقل أشياء ما هي بسبب….من الأخطاء….
    Al-Ustadz Dzulqarnain: Dia menukil banyak hal yang bukan merupakan sebab dari kesalahan-kesalahan….
    الشيخ ربيع بن هادي عمير المدخلي: ….إذا فيه أخطاء بارك الله فيك ينصح المخطئ و…. في الشريط، ….المؤمن لين سهل المؤمن لين سهل وعمر كان وقافا عند كتاب الله وقافا عند كتاب الله…. بسرعة وكونوا وقافين عند كتاب الله…. منهج السلف الصالح بارك الله فيكم… الحاكم ألف كتابا المدخل…. الذي يخطئ يجب أن يتراجع بسهولة…. اتركوا أسباب الخلاف فيما بينكم وتآخوا فيما بينكم وإذا نشأ الخلاف…. بارك الله فيكم.
    Asy-Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkhaly: Jika ada kesalahan-kesalahan –baarakallahu fiik- maka yang salah dinasehati yaitu kesalahan yang ada di kaset… seorang mukmin itu gampang dan mudah, seorang mukmin gampang dan mudah. Umar (sebagai contoh) beliau adalah seorang yang selalu berhenti di hadapan Kitabullah, selalu berhenti di hadapan Kitabullah. Cepat (bertaubat), dan jadilah kalian orang-orang yang selalu berhenti di hadapan Kitabullah. Manhaj salafush shalih –baarakallahu fiikum- Al-Hakim menulis sebuah kitab yaitu Al-Madkhal … pihak yang salah wajib untuk rujuk dengan mudah. Tinggalkan sebab-sebab perselisihan diantara kalian dan salinglah bersaudara diantara kalian, dan jika terjadi perselisihan… baarakallahu fiikum.

    Comments:
    Tantangan anda sudah kami penuhi dan ada beberapa catatan yang Insya Allah akan kami buat terkait isi yang antum kirim.

  5. sang ” USTADZ ” hanan , sayang , sikap yang kental dari sekian bantahannya adalah : ” Merangkul ahlul ahwa’ wal hizbiyiin , sembari Memusuhi Du’at ahlussunnah salafiyiin “.

    Yang dikedepankan adalah : ” Membangkang terhadap nasehat ahlussunnah , berusaha Menikam Ahlussunnah dan bersembunyi di teriakan teriakn sururiyuun ” wal ‘iyadzu billah, sesungguhnya USAHANYA adalah usaha FAsyilah, dan justru sekian bantahan justru membongkar hakekat jati diri nya dan membahayakan bagi dirinya sendiro.

    semoga allah menunjuki kita semua.

  6. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata di dalam Tuhfatul Mujib (35): “Para mubtadi’ jika Ahlus Sunnah mengkritik mereka maka mereka menjadi kebingungan. Kalau mereka membantah maka hakekatnya mereka membela aib-aib mereka yang telah terbongkar dan manusia semakin tahu bahwa aib-aib itu memang ada pada mereka, sampai hizbiyyun mengetahui demikian. Tetapi kalau mereka diam maka manusia mengetahui bahwa mereka tidak punya hujjah dan hanya membawa kebatilan. Jadi kalian wahai Ahlus Sunnah selalu berada di atas kebaikan, sampai bantahan-bantahan hizbiyyun itu pun teranggap sebagai bentuk pertolongan dan pemuliaan terhadap sunnah Rasulullah shallallahu alaihi was salam.”
    Asy-Syaikh Ahmad Bazmul hafizhahullah mengomentari: “Perhatikanlah perkataan Al-Allamah Muqbil Al-Wadi’iy, pasti engkau jumpai bahwa orang-orang yang menyelisihi Al-Haq ketika membantah Ahlus Sunnah, mereka berusaha lari dari menjawab penyimpangan yang dijelaskan dan dibantah oleh Salafiyyun. Dan mereka berusaha menghindarinya dengan menyebutkan perkara-perkara lain yang tidak ada kaitannya serta membesar-besarkannya. Mereka menjadikan sesuatu yang ukurannya hanya sebesar biji-bijian sebagai sesuatu yang sebesar kubah. Jadi mereka memperbesar-besar perkara yang sepele namun meremehkan perkara-perkara yang besar…”

    sumber:
    http://bayenahsalaf.com/vb/showthread.php?t=12077

  7. Hanan tidak bisa membuktikan tuduhannya kepada al Akh Abdul Ghafur, bahkan seakan tanpa dosa mencoba memaksakan sesuatu itu menjadi bukti, tapi tetap saja Hanan tidak bisa menunjukkan bukti, mana tanggung jawab ilmiah anda. Tuduhan membobol email jelas tidak terbukti, tuduhan intelijen dengan artikel tentang bani Hasan hanyalah tuduhan yang sangat-sangat dipaksakan dan akal-akalan pak Hanan saja.
    Beginilah kalo orang biasa berdusta toh pada akhirnya jatuh juga..
    Alhamdulillah kini salafiyyin sudah tahu dengan siapa engkau berdiri, dengan siapa engkau berteman, siapa para pembelamu, dan bagaimana manhajmu kini…
    Nasehat ana kepada mu.. ittaqillaha ya ustadz..
    Buang jauh-jauh dan letakkan dibawah kakimu hasad, iri, dengki, rasa ingin diwongke (hubburiyasah), semua itu adalah penyakit yang sedang bercokol pada diri anda..
    Belajar lagi tentang adab.. dan manhaj yang lurus..
    Inilah nasehat terbuka ana untukmu, yah nasehat terbuka, setelah engkau campakkan semua nasehat, maka aku berharap dan memohon kepada Allah agar engkau diberi hidayah untuk kembali ruju’ di atas al haq dan tinggalkan hawa nafsu yang hina itu.

  8. Bismillah,tuk para pengelola Blog “Untuk Para Pencari Al Haq” dan “Blog Fakta” ana pribadi ucapkan Jazakumullahu Khairon wa Barakallahu Fiykum. dan ana harap antum semua istiqomah dalam menerangkan kebenaran dan menjelaskan subhat – subhat dengan bukti2 walaupun subhat itu datang dari Ustadz ahlussunnah sendiri. wallahi tanpa antum setelah takdir Allah ‘Azza Wajalla, kami tidak akan tahu mana yang benar dan mana yang salah diantara para ulama dan para ustadz kita. Semoga antum sekalian tetap Istiqomah walau ada beberapa Ustadz Ahlussunnah yang ana hormati mencela kalian, dan mungkin ustadz yang mencela blm tahu jelas permaslahannya, dan belum pernah membaca blog ini, dan mungkin hanya dapat informasi dari orang yang membenci blog ini. Allahu A’lam

  9. Bismillah Coba Fahami Ya Hanan Antum Sudah kadung bergelar Ustadz,ingatlah di akhirat antum tdk akan bisa menghindar dari semua pertanyaan yang terkait untuk apa umurmu kamu habiskan dan terkait ilmu yang kamu miliki apa kamu amalkan,ingatlah ya Hanan Kedustaanmu,kearoganan,pelecehan dan Pitnah yang Kamu lakukan Terhadap beberapa Asatidzah dan Ikhwah yang Kami Sayangi Pasti akan ada Hisab (Perhitungannya) di Sisi Allah.Sadarlah ya Hanan Jadikanlah tulisan seperti ini sebagai bahan Muhasabah dan Nasehat yang bisa menghantarkan antum untuk Bertaubat dengan Taubatan Nasuha belindunglah kepada Allah dari Sifat Iri,dengki,Hasad dan Semua tipu daya Syaithan yang tidak akan pernah berhenti untuk menyesatkan Bani Adam dari jalan Allah yang Haq,janganlah Antum merasa bangga dengan banyaknya Fans Turotsy yg numpang Coment di kendaraan Facebookmu itu dan perlu antum Fahami Fans2mu itu Bersorak gembira karena antum sudah Menjatuhkan Nama Baik dan Kehormatan Ustadzuna Al Fadhil Luqman Ba’abduh dan Al Ustadz Muhammad Afifuddin (Semoga Allah Menjaga Keduanya) yang selama ini Allah Bimbing untuk Membantah setiap Kemungkaran yang akan memalingkan umat dari jalan Shiratal Mustaqim,Bertaubatlah ya Hanan dan kamu Fahami tulisan semacam ini adalah sebagai bentuk kasih sayang kita terhadap sesama kaum Muslimin,Kami Mencintai dan merindukan agar berada di jalan Alhaq begitupun apa yang kami Cintai dan kami rindukan tersebut kami harapkan semua kaum muslimin mendapatkannya,Merenunglah wahai orang2 yang Berakal

  10. bismillah, coba tarajju ya hanan, duduk dan dibicarakan secara baik baik, keliatan yang dikedepankan emosi,hasad dan masalah pribadi…bertaqwallah kepada ALLAH. demi ALLAH tidak ada faedahnya kecuali keburukan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *