Julukan Wahabi & Politik Keranjang Sampah

PKS Bak Seorang Pesilat yang Tengah “Uplek” Menebas Bayangannya Sendiri (update 30/11/’07)
Bumi Pertiwi-FAKTAkan yang Haq walaupun FAhit aKibaTnyA. Aneh nian, karena merasa terfitnah dengan selebaran yang mengatasnamakan DPP PKS maka di bulan suci Ramadhan kemarin, PKS melalui dua pucuk pimpinannya (Presiden dan Ketua Dewan Syari’ah) sampai mempublikasikan klarifikasi yang isinya tidak lebih juga fitnahan keji terhadap dakwatut Tauhid yang diserukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah.
Mempertegas sikap dan manhajnya yang anti “Wahabi”, sebuah julukan “copas (copy paste)” yang keji dan dusta hasil membebek, menjiplak igauan musuh-musuh dakwah dari kalangan kuffar, Ahlul Bid’ah dan Rafidhah. Sebuah parpol yang beranggotakan kaum “intelek” penegak syari’at (katanya) ternyata hanyalah sekumpulan “muqallid”. Betapa tidak? PKS tidak dapat menunjukkan bukti apapun kepada masyarakat siapa pelaku sebenarnya pembuat dan penyebar selebaran “fitnah” yang mengatasnamakan DPP PKS, akan tetapi PKS telah dengan PASTI mengidentifikasi kambinghitamnya, “Tidak seperti kelompok yang disebut Wahabi…”.
Demikianlah, Wahabi yang dituding PKS sebagai “biang kerok” di balik fitnah dan permusuhan ini!
http://img145.imageshack.us/img145/8109/pukisantiwahabixw3.jpg

pukisantiwahabixw3

Tetapi demikianlah, ada hikmah besar dari “Risalah Fitnah di Bulan Penuh Barakah” yang ditandai oleh Ir.Tifatul Sembiring selaku Presiden PKS dan Doktor Surahman Hidayat yang menjabat sebagai Ketua Dewan Syariah Pusat PKS. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyingkap tirai “bergincu” yang selama ini digunakan partai ini untuk “bertabarruj” di depan umat dan masyarakat. Pada akhirnya, di tingkat “grass root” “tarbiyah” terpaksa bermunculan para “mufassirin” yang sibuk menepis ucapan dua pembesarnya, “Oh tidak, maksudnya…”, “Jangan salah sangka…”, “Yang beliau maksudkan adalah Wahabi yang suka mengkafir-kafirkan…” dst
Siapa orangnya yang tanpa rasa malu berkilah dari bukti dan fakta terang benderang tuduhan copy-paste “Wahabi” seperti pernyataan di atas?
Inilah selubung makar di balik julukan Wahabi
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=337
Merekalah yang sebenarnya menjadi musuh-musuh dakwah Tauhid
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=335
Para hizbiyyun telah memanipulasi sejarah, perjuangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dikesankan sebagai pemberontakan terhadap Khilafah Utsmani yang sah
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=334
Kita mengingkari orang yang berkata dan menyangka bahwa para da’i yang mengajak manusia kembali kepada Allah adalah orang-orang Wahhabi. Kita tahu bahwa mereka memiliki maksud yang sangat jijik dan kotor yaitu ingin memisahkan para ulama dengan masyarakatnya. Inilah aqidah dan manhaj kita!
http://darussalaf.org/index.php?name=News&file=article&sid=254

Iya Wahabi, sebuah tuduhan usang, kuno dan ketinggalan jaman para intelek yang sama sekali tidak ilmiyah hasil membebek dari para pendahulu mereka! Bagaimana bisa disebut ilmiyah sementara nama beliau bukanlah “Wahhab” sehingga pantas mereka juluki sebagai “Wahhabi, Wahhabiyah”? Kalaulah “sedikit” ilmiyah tuduhan tersebut, tentu mereka akan menjulukinya sebagai “Muhammadi, Muhammadiyah”, pengikut Muhammad yang justru akan semakin mengharumkan nama beliau sebagai pengikut Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Akan tetapi sejak awal musuh-musuh dakwah tersebut memang ingin memberikan kesan yang jelek, jahat dan negatif kepada dakwah Tauhid yang diserukan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, maka mengikuti aqidah Nasrani “dosa waris” (meminjam istilah AS, tetangga sebelah), dengan tujuan yang jelek dan jahat merekapun menjuluki dakwah (tauhid) beliau dengan “Wahabi”…
http://img107.imageshack.us/img107/6065/surkatirsyadhinawahabi1in1.jpg
http://img137.imageshack.us/img137/9673/surkatiirsuadhinawahabimw8.jpg
dengan mencomot nama bapak beliau, Abdul Wahhab Rahimahullah. Yang sebenarnya julukan inipun salah, semestinya “Abdul Wahhabiyah” dan bukan “Wahhabiyah”.
Subhanallah, kehinaan musuh-musuh dakwah itu disempurnakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Wahhabi, Wahhabiyah (asal kata dari Al-Wahhab) adalah salah satu Asma Allah dari sekian nama-nama Asmaul Husna, Dzat yang telah menciptakan Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Dan sekarang lihatlah wahai saudara-saudaraku sekalian yang semoga dirahmati Allah, PKS yang berteriak-teriak memperjuangkan syariat Islam justru membebek orang-orang kuffar, ahlul bid’ah dan rafidhah ikut-ikutan beristihza’, memperolok-olokkan Al-Wahhab, salah satu nama yang mulia dari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, Asmaul Husna!!
Maka, syariat Islam mana yang diperjuangkan PKS sementara Al-Wahhab, Dzat Yang Maha Mulia, yang menurunkan Islam itu sendiri telah diperolok-olokkannya? Bagaimana mungkin Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi) akan memberikan barakahNya kepada Partai ini jika Dzat Maha Pemberi itu sendiri telah dijadikan bahan permainan dan olok-olokan?
Dengan jelas tanpa ragu PKS telah memproklamirkan diri sebagai partai politik Anti Dakwah Tauhid (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah)!!
Kalau sebelumnya banyak dari kalangan PKS yang merasa “mantap” dengan pengakuan mereka sebagai Ahlus Sunnah, maka dengan keluarnya Risalah Fitnah tersebut tersingkaplah tirai “bergincu” (baca:politik buah bibir) yang selama ini menjadi pemulas bibir (buah mulut) para da’inya untuk mengkamuflasekan hakekat dakwahnya yang sebenarnya memusuhi dakwah ini. Sekarang –alhamdulillah- Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperjelas posisi mereka dalam memusuhi dakwah Tauhid.
Si kabut telah sirna
Jurang menganga tampak jelas di depan mata

Demokrasi & Demonstrasi, Jalani…Jannati (Jalananku…Surgaku)
Logika yang tidak logis. Katanya sih partai yang  memperjuangkan syariat Islam, FAKTAnya?
Assalamu ‘alaikum untuk semua tokoh agama!
http://img407.imageshack.us/img407/3368/qaradhawisalamuntuksmuaci9.jpg
Itukah ajaran Nabimu yang sedang engkau perjuangkan?

Artinya: dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nasrani dengan ucapan salam, maka bila kalian berpapasan dengan salah seorang dari mereka dalam satu jalan, maka paksalah mereka ke tempat yang sempit” (HSR. Muslim, 4/1707)
Mereka pula yang justru menjadi pengekor dan pengawal democrazy barat yang setia..
http://img225.imageshack.us/img225/4352/qaradhawicentengdemocrasj6.jpg
Syari’at Islamkah ini?
Katanya sih membela syariat Islam dan menjunjung tinggi harkat dan martabat muslimah, FAKTAnya?
Para akhwat dan ummahat lengkap beserta anak-anak balitanya yang malah direndahkan kehormatannya, di bawah terik panas matahari dan guyuran hujan digiring keluar rumah oleh para lelaki pentolan PKS berunjuk gigi di jalan-jalan untuk mengamalkan demonstcrazy barat yang hina. Telah shahih berita bahwa salah seorang da’i “Salafy” di Malang, Abdullah Hadrami (AS telah mempublikasikan bagaimana majelis taklim “salafy”nya telah disusupi lelaki bercadar) ternyata tidak lebih dari penguasa “Radio Dakwah Islamiyah (baca:Ikhwaniyah)” yang gencar memasyarakatkan nyanyian Arab dari grup-grup “nasyid” para hizbi dan Ikhwani, bahkan menjadi salah satu provokator alias tukang “kompor” demonstcrazy, berorasi bersama kader-kader KAMMI (underbow PKS) menentang kehadiran parlemen dari “Israel”!
Tidak adakah manusia yang risih dan aneh dengan pengakuannya sementara radio dakwahnya sepenuh hati mempromosikan para artis hizbi tarik suara yang ternyata tidak ada satupun “penyanyi Salafy” yang dipromosikannya?! Ngakunya sih muridnya Syaikh Utsaimin rahimahullah. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Benarkah artis tarik suara dan nasyidnya merupakan ciri dari dakwah Ahlussunnah?
http://darussalaf.org/index.php?name=News&file=article&sid=979
Kalau telah habis rasa malumu,
Dimana lagi dapat kutemukan kehormatanmu?
Kapan mereka membela dan menjaga kesucian serta kehormatan martabat kaum wanita Islam?
Artinya: dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tengah jalan bukanlah bagi wanita” (isnadnya Hasan, ditakhrij Ibnu Hibban dalam Shahihnya, 7/447, di dalam sanadnya ada Muslim Az-Zanji, dia adalah orang yang shaduq)

Pada pokoknya, wanita harus berada di rumah, mengatur urusan rumah tangga dan keluar kecuali hanya untuk suatu keperluan. Kalaupun dia bekerja, maka dia harus bekerja di dalam lingkup yang memang dimubahkan oleh syari’at yang hanif, yaitu urusan-urusan yang memang khusus bagi wanita, tidak terfitnah dan aman dari fitnah. Bahkan amalan mulia yang tertinggi (yakni jihad) yang jelas-jelas untuk meninggikan kalimat Allah tidaklah diwajibkan kepada para wanita, kecuali jihadnya adalah berhaji.

Artinya: dari A’isyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku minta ijin pada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk berjihad, beliau menjawab: “Jihad kalian (para wanita) adalah dengan haji.”” (HSR. Bukhari, 6/75)

Lalu bagaimana dugaanmu wahai para muslimah, andaikata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyaksikan diri-diri kalian, membawa serta anak-anak kalian berdemonstrasi (bahasa lipstiknya: pawai simpatik) di jalan-jalan, membentangkan spanduk dengan ikat kepala (bertuliskan Laa ilaha illalah) berteriak-teriak sampaipun para petugas keamanan memblokir jalan tersebut? Apa yang akan beliau katakan jika menyaksikan perbuatan para wanita semacam ini? Sadarlah wahai Ukhti muslimah, bukanlah syari’at Islam dan kehormatan para wanita muslimah yang sedang mereka perjuangkan. Cukuplah sudah untuk menyadari bahwa diri-diri kalian telah direndahkan dan dieksploitasi kehormatan kalian demi syahwat kekuasaan politikus-politikus itu. Marilah kita memohon rahmat dan keselamatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Baiti Jannati (rumahku surgaku) atau…”Jalani” Jannati (jalananku surgaku)?!
Ingatlah selalu wahai saudaraku, artinya: “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS. An Nur: 63)
Artinya: “Barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka dia telah mendapat keberuntungan yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 71)

Kejamnya Politik Keranjang Sampah
Syahwat politiknya memang kejam. Pernyataannya: “Itu upaya politis pencerdasan bangsa” demikianlah dalih PKS dalam upayanya memecah belah umat Islam agar syahwat politiknya untuk menjadikan masjid (tempat ibadah umat Islam) sebagai salah satu tempat perebutan suara dalam ajang demokrasi barat yang diperjuangkannya (kapan memperjuangkan syariat Islamnya?).
http://img225.imageshack.us/img225/731/pukismasjidupecahbelahumj5.jpg
Ya Subhanallah, Baitullah yang merupakan tempat mulia dan suci untuk beribadah kepada Allah hendak mereka cemar dan nistakan dengan menjadikannya sebagai salah satu tempat untuk berkampanye, berdemokrasi, “bertasyabbuh”, meniru cara-cara orang kafir dalam mempraktekkan kedaulatan rakyat yang mereka junjung tinggi?

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk mereka”.

Itulah demokrasi yang mereka perjuangkan, kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat! Suara rakyat suara Tuhan, suara terbanyak menjadi penentu nasib umat! Jadi…raup suara rakyat, kuasai parlemen niscaya engkau akan bisa tegakkan syari’at (Ikhwanul Muslimin). Tetapi sebaiknya hentikan semua omong kosong ini, tidak ada yang mereka tegakkan kecuali pemikiran-pemikiran menyimpang tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin.
Kader “tarbiyah” berjilbab besar, apa yang mereka perjuangkan setelah berhasil duduk sebagai Wakil Rakyat? Berganti penampilan lebih “modis” (karena tuntutan keadaan) dengan jilbab berenda yang lebih ciut, sempit dan tentu saja lebih hemat kain! Pas sudah jika duduk-duduk bersama para lelaki asing lainnya. Hijab dan tabir? Hanya  menjadi “syarat” (bukan syari’at) ketika liqa’ saja. Para “murabi”nya masih bisa bertatap muka dengan para pendukungnya.
Cahyadi Takariyawan, nama beken pembesar PKS yang tak asing lagi juga lebih mengakui kebenaran “Bahagiakan dengan Satu Istri” daripada tunduk “sami’na wa atha’na” dengan syari’at “ta’adud az-zawjat” (poligami) yang tak seorangpun dari kaum mukminin mengingkari kebenarannya. Maka syari’at Islam yang mana yang sedang mereka perjuangkan jika mereka-mereka ini yang justru pertama kali menumbangkan dan menghancurkan syari’at Islam itu sendiri (bahkan sebelum kekuasaan itu mereka genggam)?
Dan masjid, Baitullah hendak dijadikan PKS sebagai salah satu sarana dari tempat-tempat kampanye memecahbelah umat?!
Sedikit saja kita jeli dengan politik pecah belah umat yang mereka lontarkan ini, niscaya kita akan merasakan betapa kejam dan kejinya PKS dengan upaya mereka untuk memecahbelah umat dengan upaya mereka untuk menjadikan tempat ibadah (masjid) sebagai ajang perebutan suara dan kekuasaan!!
Betapa anehnya bahwa si Insinyur dan si Doktor-pun masih bisa berkilah bahwa: “Karenanya PKS tidak akan pernah mengeluarkan doktrin untuk mengambil alih apalagi menguasai Masjid,…” (Risalah Fitnah Untuk Wahabi).
Padahal dengan jelas Muhammadiyah memperingatkan:
http://img103.imageshack.us/img103/9180/mdwarningparpoldz3.jpg
“tidak boleh digunakan untuk kegiatan-kegiatan partai politik mana pun”
Tidak perlu analisa seorang Doktor lulusan Madinah untuk memahami, kepada siapa peringatan ini ditujukan. Apakah PKS lupa bahwa “Wahabi” yang dijadikannya sebagai kambing hitam tidak memiliki “partai politik”? Tidakkah lebih intelek dan bijaksana jika mereka menyelesaikan dulu permasalahan “syahwat politik” di atas sebelum membuka front baru dengan fitnah “Wahabi”? Apa hubungan antara fitnah “Wahabi” yang mereka lontarkan dengan peringatan PP. Muhammadiyah? Bukankah “Wahabi” tidak terlibat dalam  “…kegiatan-kegiatan partai politik mana pun” ?
Apa artinya ajang kampanye di tempat-tempat ibadah yang saat ini getol mereka perjuangkan?! Bukankah dengan merebut hati dan simpati para jama’ah sehingga mereka (na’udzubillah) menjadi anggota/simpatisan parpol anda sudah jauh lebih dari cukup dibandingkan dengan mengambil alih apalagi menguasai Masjid, sebuah benda mati yang tidak dapat memilih dan membela partai mereka?! Ataukah gaya bahasa yang sedang mereka pertontonkan tidak lebih dari gaya bahasa “bergincu” para “Mujahid” politik?
Itulah PKS (Partai iKhwanul muSlimin) yang beraksi bak seorang pesilat yang tengah “uplek” menebas bayangannya sendiri.
Cukuplah bukti kehinaan demokrasi adalah meletakkan kedudukan SATU orang ‘alim dibawah derajat DUA orang jahil, bahkan kafir!

Artinya: “Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya. Dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas..” (QS.Fathir:19-21)

Artinya: “Adakah orang yang mengetahui, bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran” (QS.Ar-Ra’d:19)

Demokrasi mereka telah meletakkan kedudukan SATU orang ‘alim di bawah DUA orang wanita!
Betapa tidak? Bukankah SATU orang kalah suara dengan DUA orang wahai PKS?

Firman Allah, artinya: “Dan anak-anak lelaki tidaklah seperti anak-anak perempuan.” (QS. Ali Imran:36)
Kesaksian seorang lelaki sebanding dengan kesaksian dua orang wanita.
Artinya: “Jika tak ada dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa, maka seorang lagi mengingatkan yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 282)
Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri yang telah membedakannya dan demokrasi memaksakan persamaan “suara” antara lelaki dan wanita?

Bahkan demokrasi telah “menghalalkan” seorang wanita menjadi panglima tertinggi pasukan angkatan bersenjata dengan jutaan personilnya, wanita yang memimpin negara sedemikian luasnya dan mengatur ratusan juta rakyatnya. Inilah demokrasi kalian wahai PKS! Kalaulah syari’at Islam yang kalian perjuangkan, tentulah kalian mengimani kebenaran Rasul kalian yang telah menyatakan: “Tidak akan selamat suatu kaum yang urusannya dipimpin oleh wanita” . Beliaupun telah memperingatkan, artinya: “Tidak aku tinggalkan setelahku suatu fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita”. Tetapi demikianlah jika senandung “jihad” hanya digunakan sebagai kamuflase untuk melampiaskan hawa nafsu politisnya. Padahal..

Artinya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS.Al-Ahzab:36)

Bukankah keIslaman seseorang atau kekafiran orang tersebut (yang telah dengan tegas dibedakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) tidaklah teranggap di alam demokrasi (lipstiknya: jihad politik) yang anda perjuangkan dan teriak-teriakkan?

Firman Allah, artinya: “Maka apakah orang yang beriman, seperti orang yang fasik (kafir)?” (QS. As-Sajdah:18)
Artinya: “Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu” (QS. Al-Jatsiyah:21)

Di alam demokrasi itulah mereka bebas (sebebas-bebasnya) memilih para wakilnya untuk memperturutkan hawa nafsunya dengan menggadaikan prinsip-prinsip agamanya sendiri.
Artinya: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir sebagai walinya selain orang-orang mukmin. Barangsiapa yang mengerjakan demikian maka tidaklah dari Allah sedikitpun, kecuali kalau kamu takut dari mereka.” (QS. Ali Imran: 28)
Artinya: “Hanya saja wali-wali kalian adalah Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat serta mereka ruku’. Barangsiapa yang berpaling dari Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman maka sesungguhnya hizbullah pasti akan menang.” (QS.Al Maidah: 55-56)

Itulah satu uraian sederhana untuk membongkar kebatilan pernyataan Qaradhawi, pembesar anda: “Ini sangat membanggakan dan sebagai bukti bahwa Islam dan demokrasi bukan dua hal yang harus dipertentangkan, ” ujar Syeikh yang disampaikan oleh Ketua MPRRI Hidayat Nur Wahid usai mengadakan pertemuan tertutup.”
Tidak syak lagi kebatilan dari pernyataan di atas! Islam bukanlah demokrasi dan demokrasi bukanlah ajaran Islam.
Artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS. Al An’am:116)
Artinya: “Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Al A’raf:187)
Artinya: “Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik” (QS. Al A’raf: 102)
Suara rakyat tentu saja bukan suara Tuhan, kebenaran bukanlah demokrasi suara terbanyak yang mereka perjuangkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika mengisahkan umat-umat terdahulu, betapa sedikitnya yang berada di atas kebenaran:
Artinya: “Dan tidaklah ada yang beriman bersamanya, kecuali sedikit” (QS.Huud:40)
Sekali lagi, ukurannya bukanlah banyaknya suara demokrasi yang bisa mereka raup, akan tetapi hanyalah kebenaran dan yang sesuai dengan kebenaran. Apabila yang mayoritas itu berada di atas kebenaran, maka itu adalah yang baik, akan tetapi sunnatullah Jalla wa ‘Alla telah menentukan bahwa mayoritas manusia itu berada di atas kebatilan.
Artinya: “Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya” (QS. Yusuf: 103)
Artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS. Al An’am:116)
Juga Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, artinya:
“Islam pada mulanya dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana permulaannya” (HSR. Muslim no.146)

Saudaraku rahimakumullah, janganlah kita termasuk mayoritas orang-orang yang membenci kebenaran. Artinya: “Sesungguhnya Kami telah membawa kebenaran kepadamu, tetapi kebanyakan diantara kamu benci pada kebenaran itu” (QS. Az-Zukhruf:78)
Maka apa yang dianggap sebagai suatu kebenaran –walaupun sedikit pengikutnya atau bahkan tidak ada pengikutnya seorangpun, selama itu adalah kebenaran- wajib untuk dijadikan pegangan, karena itulah jalan menuju keselamatan. Adapun kebatilan, tidak akan pernah dikuatkan oleh banyaknya pengikut, inilah timbangan yang wajib untuk selalu dijadikan pegangan oleh setiap muslim.
Jadi, tasyabbuh Demonstrasi ala kuffar& Demokrasi Kekuasaan Yunani-lah yang PKS perjuangkan (sebanyak apapun jumlah pengikutnya), hanya saja “lipstik” jihad politik untuk Menegakkan Syariat Islam tentu saja akan lebih mudah dalam mengecoh masyarakat. Walaupun pada prakteknya di level “grassroot”  semboyan penegakan syariat Islam tidak selantang itu mereka teriakkan (karena besarnya konsekuensi Islamofobia), mereka lebih memilih slogan “anti korupsi” karena orang-orang kafir, musyrik, tidak beragama sekalipun tentu lebih “sepakat” dengan “lipstik” ini.
Katanya sih “boikot produk orang kafir” tetapi menggunakan cara yang sedemikian unik, mengimpor dan larut dalam sampah Demos Kratos produk kafir dari negeri Yunani penyembah berhala dan berhali! Aneh tetapi FAKTA Fahit yang Nyata.
Seperti inikah cara menjunjung tinggi dan memperjuangkan kemuliaan syariat Islam dengan democrazy yang hendak mereka teriakkan di masjid-masjid? Allahul Musta’an.
Demikianlah, Allah melengkapi kehinaan PKS dengan ucapan seorang WANITA yang membantah politisasi masjid dengan berucap: “Apalagi, tempat ibadah. Ruang publik itu juga memiliki fungsi sangat strategis sebagai penyatu umat. Jangan ini kemudian dirusak oleh kepentingan politik praktis”. Siapa yang lebih sehat nurani dan pikirannya?
Itulah “demokrasi” yang sedang diperjuangkan PKS, singsingkan lengan, bulatkan semangat, buka suara, teriakkan slogan-slogan bergincu di jalan-jalan, tidak perlu merasa malu walaupun seorang wanita telah menyingkap aurat dan aib politik keranjang sampah!
Semoga Allah menggagalkan makar mereka dalam menghinakan kemuliaan masjid dan melindungi segenap kaum muslimin dari upaya mereka yang akan menjadikan masjid sebagai tempat untuk memecahbelah umat Islam. Amin.

Siapa yang mengkafirkan para ulama dan Wali Songo?
“Tidak seperti kelompok yang disebut Wahabi…Karena melakukan tabdi’ (membid’ahkan) dan takfir (mengkafirkan) para ulama apalagi para Wali songo yang sangat berjasa itu bukanlah manhaj PKS yang menganut Ahlussunnah Wal Jamaah…”
Sebentar dulu bapak Insinyur  dan pak Doktor, bisakah anda sertakan bukti ilmiyah barang sepenggal dua penggal bahwa “Wahabi” telah membid’ahkan dan mengkafirkan para ulama? Bukankah kewajiban penuduh adalah membawakan bukti agar terbedakan antara bukti penyimpangan dengan fitnah tidak ilmiyah yang gencar anda sebarkan?
“Wahabi” pula yang mengkafirkan Wali Songo?! Rasanya sangat pantas jika gelar Insinyur dan Doktor yang anda cantumkan di depan nama anda berdua merasa malu karena kedua nama di belakangnya telah melemparkan tuduhan tanpa menyertakan selembar benangpun untuk menjaga aurat kehormatannya.
Tidaklah perlu terlalu jauh bagi “Wahabi” untuk mentabdi’ dan mentakfir Wali Songo, sebuah cerita legenda yang berkembang di masyarakat. Anda menyatakan bahwa PKS bermanhaj Ahlussunnah Wal Jamaah (kalau anda jujur) maka seharusnya anda tahu bahwa Ahlussunnah-lah yang paling berhati-hati dalam menerapkan prinsip tabdi’ dan takfir. Tetapi tampaknya anda telah memberikan garis pemisah yang sangat jelas dan gamblang bahwa “Wahabi” bukanlah Ahlussunnah dan Ahlussunnah berbeda dengan “Wahabi”? Sangat disayangkan bahwa garis pemisah yang anda gunakan (lagi-lagi) bak fatamorgana di tengah padang pasir, tidak mengenyangkan yang lapar dan tidak pula menghapus dahaga orang-orang yang kehausan. Sekali lagi, tuduhan tanpa disertai bukti kenyataan hanyalah fitnah tak berperasaan. Inikah hizb keadilan yang anda dengungkan?
Tetapi kalau yang anda berdua dan PKS inginkan adalah agar umat Islam mempercayai kisah perjuangan dan “keluarbiasaan” Sunan Kalijaga (baca: Jaga Kali) yang disuruh Sunan Bonang untuk duduk “bertapa” sambil memegang tongkat yang ditancapkan di pinggir kali sampai tubuhnya lumutan (karena terlalu lamanya bertapa di pinggir kali) dan kisah-kisah “kesaktian” lainnya, maka ada sehelai dua helai pertanyaan untuk pembesar partai intelek di atas:
“Kaidah ilmiyah Ahlussunnah Wal Jamaah yang mana yang mengharuskan kaum muslimin mempercayai kesahihan cerita di atas? Apakah anda (pak Insinyur dan pak Doktor) mampu menunjukkan sanad dan matan dari kisah tersebut? Apakah anda juga mampu menghadirkan bukti ketsiqahan para perawinya? Tentu prinsip sederhana uji “kebenaran suatu berita” seperti di atas tidak asing lagi bagi pembesar lainnya, sang Doktor yang lulus dari Universitas Madinah dengan bimbingan Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah. Kalau dari mukadimah uji kebenaran suatu berita saja belum bisa dilalui, maka dari sisi mana PKS sudah berkesimpulan bahwa Wali Songo telah ditabdi’ dan ditakfir oleh “Wahabi”? Pikiran politik anda telah mengembara (memvonis “Wahabi”) terlalu jauh ke padang pasir tak bertepian. Demikianlah kalau kepala digunakan untuk berjalan dan kaki difungsikan untuk berfikir. Allahumma…
Jika mereka tetap memaksa juga untuk mempercayai Kisah Sunan Bonang dan Sunan Jaga Kali tanpa melewati uji kebenaran berita sebagaimana prinsip-prinsip Ahlussunnah (sebagaimana yang dianut oleh PKS, katanya) maka kita katakan dengan tegas: Islam melarang mempercayai (apalagi memuliakan) kisah tak bersanad tersebut. Dengan itu mereka telah memaksa kaum muslimin agar mempercayai Wali Songo (yang banyak berjasa bagi penyebaran Islam, katanya) telah mengamalkan ritual bertapa dari agama kafir Hindu dan Budha! Sunan Bonang telah memerintahkan agar Sunan Kalijaga mengamalkan ajaran kafir tersebut! Konsekuensinya, Sunan Kalijaga tidak pernah menyentuh air wudhu, apalagi menegakkan shalat! Tubuh yang sampai lumutan adalah legenda yang tak terelakkan dari penyelenggaraan ritual kafir, bertapa.

Sungguh kalau kita mempercayainya, maka tidak bisa tidak, kita telah menuduh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga  dengan tuduhan yang teramat hina, mengamalkan ajaran kafir. Sejak kecil lingkungan kita “terdidik” dengan kisah-kisah penghinaan semacam ini, Sinkretisme antara Islam dengan ajaran kafir yang dituduhkan (justru) kepada tokoh-tokoh legenda yang dinyatakan sebagai penyebar ajaran Islam di tanah Jawa. Inna lillah…
Jangan karena orang mempertanyakan kebenaran kisah-kisah Wali Songo dan menolak meyakini bahwa Wali Songo telah mengamalkan ajaran kafir dari Hindu dan Budha maka dituduhlah mereka sebagai “tukang” tabdi’ dan takfir para ulama dan Wali Songo! Fikrah ini sama kacaunya dengan kaki yang difungsikan untuk berfikir.
Beginikah cara PKS membela kehormatan para ulama dan Wali Songo? Siapa pula yang mentabdi’ dan mentakfir mereka?  Ikhwanul Muslimin atau…IM? Tentu saja “Wahabi” tidak seperti kelompok yang menamakan dirinya dengan bangga sebagai “Ikhwanul Muslimin” atau IM atau PKS atau Justice Partai…
Kalau PKS tidak dapat membuktikan bahwa “Wahabi”lah yang suka mentabdi’ dan mentakfir, lalu siapakah sebenarnya yang memiliki fikrah, hobi dan kegemaran dalam mengkafirkan umat Islam? Ternyata tokoh Partai iKhwanul muSlimin itu sendiri..
http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2007/01/14/bahayanya-pemikiran-takfir-sayyid-qutub/

Dengan bukti fakta di atas, terpaksa harus kita ulang lagi bahwa PKS bak seorang pesilat yang tengah “uplek” menebas bayangan (takfir)nya sendiri. Partai iKhwanul Muslimin pembawa virus takfiri akan tetapi “Wahabi” yang ditudingi. Apa mau dikata jika ini kenyataan fahitnya.

“Karenanya PKS tidak pernah mengeluarkan surat edaran yang berisi hujatan maupun pengharaman terhadap peringatan Maulid, Tahlilan, Barzanji yang dilaksanakan oleh umat Islam di Indonesia penganut Ahlul Sunnah Wal Jamah…Maka tidak aneh bila kader PKS seperti DR Nur Mahmudi Ismail yang juga Walikota Depok, menyelenggarakan peringatan Maulid dengan penceramah K.H Zainuddin MZ dan Habieb Rizieq Shihab”
Sekali lagi bukan syari’at Islam dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang dibela dan diperjuangkannya,tetapi bid’ah Maulid, Barzanji dan Tahlilan-lah yang sebenarnya diperjuangkan oleh PKS.
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=470
http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=332

Kalau tidak, bagaimana PKS dapat mengharapkan agar para pilot (baca:penerbang) jidor dan bedug, ahli Maulid, ahli Tahlilan (bukan tahlil) dan ahli Barzanji akan mencoblos partai dan melubangi gambar wajah-wajah mereka? Maklumlah, “Wahabi” Muhammadiyah telah mengetahui kedok syahwat politiknya yang menggebu-gebu. Jadi siapa lagi yang akan dirangkulnya? Para penerbang jidor dan para doktor kenduri. Kalau ketahuan lagi? “Lipstik” lain urusan nanti…yang penting “Anti Korupsi” (dan bukan “Anti Bid’ah”).

Asal tahu saja, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah pernah berkata,”Diberikan rukshah kepada para wanita untuk menabuh rebana dalam acara pernikahan dan acara-acara yang menggebirakan. Sedangkan kaum lelaki pada masa beliau, maka tak seorangpun diantara mereka yang menabuh rebana. Karena menabuh rebana dan nyanyian merupakan sebagian dari perbuatan para wanita. Maka orang-orang salaf menamakan lelaki yang melakukannya (menabuh rebana) sebagai orang banci, dan mereka menamakan orang laki-laki yang menyanyi sebagai orang yang sangat banci.” (Majmu’atur Rasa’ilil Munirriyah).

Tetapi di alam pemilu demokrasi yang di”jihati” oleh politikus PKS tidaklah terlalu mementingkan status para banci. Bukankah yang terpenting bagaimana mereka bisa “mencuri hati” para banci? Akankah para banci/bencong/wadam/waria dapat “jatuh hati”? Allahu a’lam. Tidak ada kawan abadi dalam politik, yang ada hanyalah kepentingan abadi (baca:duniawi) semata.

Bukankah sampai sekarang (setiap tahun) kalian masih terus mengirimkan kader-kader Ikhwani untuk “menghisap kemakmuran” hasil barakah dakwah tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di Universitas-universitas di Kerajaan Saudi yang kalian fitnah dan hinakan?! Betapa bulatnya kehinaan ini wahai Ikhwani dengan FAKTA bahwa di salah satu lembaga pendidikan gratis dan bersubsidi untuk para mahasiswanya yang dibentuk dan didanai oleh “Wahabi” (LIPIA Jakarta) ternyata orang-orang anti “Wahabi”, pembenci dan pengobar fitnah dakwah tauhid itulah yang termasuk paling banyak mengemis fulus dan menikmati barakah fgratis segenap fasilitasnya! Walaupun kemudian tanpa rasa malu sedikitpun (dalam keadaan tangannya memegang kitab-kitab gratis dan perutnya disuapi oleh “Wahabi”) masih pula begitu percaya diri berteriak-teriak dengan tuduhan keji dan jahat hasil membebek tuduhan orang-orang kafir dan ahlul bid’ah.
Kalau engkau tidak punya rasa malu
Berbuatlah sesuka hatimu

Terakhir, inilah pujian seorang ulama besar pada masanya yang khusus kita persembahkan untuk membungkam teriakan fitnah PKS, Ikhwanul Muslimin, Quburiyyun, Rafidhah dan orang-orang kafir yang membenci “Wahabi” (istilah ciptaan mereka sendiri).
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati Imam Muhammad bin Ismail Ash Shan’ani rahimahullah yang telah menyatakan pujiannya terhadap Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam bentuk syair (sekaligus menghinakan para tukang fitnah anti “Wahabi”, musuh-musuh dakwah tauhid beliau):
Telah mereka bakar dengan sengaja
Kumpulan bukti-bukti yang mereka dapatkan
Di dalamnya banyak terdapat bukti-bukti yang terlalu tinggi untuk dihitung
Melampaui batas yang dilarang dan kedustaan yang terang-terangan
Tinggalkanlah jika engkau ingin mengikuti petunjuk
Ucapan-ucapan yang tidak pantas untuk disandarkan kepada seorang yang berilmu
yang tidak bernilai sepeserpun dibanding dengan uang tunai
Orang-orang bodoh tersebut menjadikannya sebagai dzikir yang memberikan mudharat
Mereka memandang lenyapnya bukti-bukti tersebut lebih suci daripada pujian
Sungguh sangat membahagiakanku
apa yang datang kepadaku dari jalan beliau
(Qaulul Baligh…, Syaikh Hamud At-Tuwaijiri rahimahullah, hal.91)

Kita lihat saja nasib akhir dari pesilat yang tengah “uplek” menebas bayangan (dakwah)nya sendiri. Mudah saja, lihat bayangannya, kalau bayangan tersebut telah tergeletak atau diam terpaku berarti “si pesilat” telah kehabisan bensin, pingsan atau duduk termangu-mangu karena kelelahan menebas bayangan (dakwahnya) sendiri.

Sekadar nasehat, Buruk muka jangan kaca yang dipecah.*Allahu a’lam (Abdul Hadi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *