Da’i kondang yg mengelu-elukan gembong Ihkwani

IMAM AL-ALBANI DALAM KENANGAN TURATSI (Arsip 26 Desember 2006)
Abdurrahman Tamimi berkata (ketika menceramahi para peserta muktamar di Markaz Al-Albani yang dihadiri kurang lebih 1000 penuntut ilmu dan sejumlah ulama dari negeri-negeri Islam) :
“ Penghalang terbesar (dakwah salafyyah-pen) yang muncul adalah dari kaum hizbiyyin (mereka yang fanatik pada kelompoknya) baik dari kalangan “Quthbiyyin” (mereka yang mengikuti pemahaman Sayyid Qutb atau “Sururiyyin” (mereka yang mengikuti pemahaman Muhamad Surur) maupun “Takfiriyyin” (mereka yang dengan mudah mengkafirkan tanpa petunjuk ulama), demikian juga dari kalangan orang-orang sekuler, thoriqot suffiyah dan aliran-aliran bid’ah lainnya.” (Adz-Dzakhiirah hal 14/10/th 2004).
Siapakah sosok-sosok kaum hizbiyyin yang diperingatkannya? Siapakah yang belum pernah mendengar nama Abu Ihsan Al-Medani? Da’i kondang yang tersohor itu. Berikut bukti sepak terjangnya dalam menggiring umat untuk menyanjung dan meninggikan para gembong besar Ikhwanul Muslimin dan Turatsiyyin:

Al-Imam Al-Albani rahimahullah telah berpulang. Berbagai buku tentang riwayat hidup beliau ditulis. Bak binatang buas yang sekian lama tidak menemukan mangsa, maka secepat kilat mereka terkam biografi tersebut dan terjemahkan. Walhamdulillah, ternyata anak-anak ingusan itu sudah sangat hapal dengan tipu-muslihai bapak ingusan yang sudah kuno dan nyaris ketinggalan jaman. Bukankah ini bagian dari talbis untuk mengelabui ummat dari kehizbiyyahan mereka? Upaya mendapatkan legalitas atas keSalafiyyahannya agar lebih leluasa untuk menghancurkan barisan Salafiyyin dari dalam?!
Sebagian orang mungkin bertanya:”Mana mungkin hizbiyyin mau menerjemahkan biografi Syaikh Al-Albani?” Ya akhi, apa yang tidak mungkin bagi mereka? Masih ingat bukan bagaimana mereka menjadi kutu loncat dari murid Syarif Hazza’sang mubtadi’ utusan Ihya’ut Turats Al-Kuwaity, secepat kilat berpindah ke Syaikh Ali dan dibalik punggung beliau merekapun masih nekad untuk berkomplot bersama hizbi lainnya? Segala cara mereka lakukan demi terpuaskan hawa nafsu hizbiyahnya!

Lagi-lagi upaya untuk menutupi noda-noda hizbi di sekujur tubuhnya (karena panik dan tergesa-gesa) ternyata memakai lagi pakaian anaknya yang masih ingusan, tentu saja robek dan terkuak lagi noda-noda hizbiyyah itu ya Abdurrahman! Engkau masih ingat dengan kijang yang mengenakan purdah?

Setelah membaca biografi Syaikh Al-Albani, pembaca malah mendapatkan kesan dan pujian yang “harum semerbak” terhadap gembong-gembong Ikhwanul Muslimin (katanya penghalang terbesar?) semacam Hasan Al-Banna, Muhammad Al-Ghazali, Yusuf Qardhawi dan Abdurrahman Abdul Khaliq! Semestinya bagi seorang Salafy untuk memiliki rasa cemburu ketika penyeru kesesatan justru disanjung dan dipuji bagaikan pahlawan (kesiangan). Mana hasil daurah selama 3 tahun yang katanya:”banyak manusia telah mendapatkan manfaat dari mereka?” Apakah ini sekedar ucapan basa-basi wahai Abdurrahman?

Pembesar itu telah pergi ke Markaz Al-Albani di Jordania, berceramah di depan sekian banyak penuntut ilmu dan sejumlah ulama dari berbagai negara, melemparkan tuduhan-tuduhan keji terhadap Salafiyyin Indonesia.
Subhanallah, ternyata Allah balik tudingan tersebut sehingga mengenai dirinya sendiri dan kelompoknya. “Oo itu fitnah!” Tunggu dulu wahai tuan!
Mungkin nanti mereka akan berkilah lagi:”Kami kan cuma menerjemahkan, ini kan amanat ilmiah![1]” Tentu anak-anak ingusan itu akan menjawab:”Benar, ada amanat ilmiah untuk memberikan faedah-faedah tambahan yang luarbiasa manfaatnya agar umat pembaca tidak terkecoh mengelu-elukan dan menyanjung para pembesar hizbi yang telah berbuat makar terhadap agama ini! Jangan berlindung dibalik kata amanat ilmiah ya hizbi! Bahkan di sana ada tanggung jawab ilmiah! Dan jangan lempar batu sembunyi tangan! Itu kebiasaan orang-orang yang tidak punya tanggung jawab!”
Tentu kalian berucap:”Omong kosong, mana buktinya?”
Bersiap-siaplah wahai hizbiyyun-ikhwaniyyun-turatsiyyun!

Jangan katakan bahwa kalian tidak mengenal saudaramu sendiri Abu Ihsan Al-Atsary Al-Maidani! Kesuksesannya “mencuri” biografi Syaikh Al-Albani adalah prestasi tersendiri baginya. Mencampuradukkan antara manisnya madu dengan racun hizbiyyah yang membinasakan!
Dia kemas bukunya:”Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam Kenangan”.
Sesaat pembaca merasakan manisnya teladan sunnah Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pada diri beliau rahimahullah. Sesaat berikutnya keadaan mengerikan telah terjadi, mati dan binasa dalam lumpur hizbiyyah sesat dengan mengelu-elukan gembong-gembongnya! Na’udzubillah minal hizbiyyah.

Setiap pembacanya akan menjadi saksi atas perselingkuhan hizbiyyah di siang bolong ini. Buku itu diterbitkan oleh At-Tibyan! Lihat juga buku terbitannya “Syarah Nawaqidul Islam” milik Sulaiman Nashir Al-Ulwan seorang gembong sururi lapis kedua setelah Salman! Begitu Salman dijebloskan ke penjara dengan rekomendasi Syaikh bin Bazz, maka dia menggantikan posisinya sebagai dedengkot sururiyyin!!

Abu Ihsan Al-Atsary Al-Maidani, rekan Abdul Hakim ini turut menyumbangkan sumbangsih besar sebagai pembawa pesan Quthbiyyun di Indonesia. Dia menerjemahkan kitab as Sirajul Wahhaj fi Bayanil Minhaj, karya Abul Hasan Musthafa bin Ismail as Sulaimani al Mishri, yang diberi judul 269 Prinsip Kaidah Manhaj Salaf, Abul Hasan yang kini ditahdzir karena pemikiran Quthbiyyunnya, buku ini diterbitkan oleh pustaka at Tibyan. Penerbit yang sama juga menerbitkan karya Quthbiyyun berjudul ath Thoghut, karya Abdul Mun’im Musthafa Halimah, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Abu Fudhail , isinya merujuk pada ucapan Sayyid Quthb, Muhamamd Quthb, Fi Dhilalil Qur’an, Thariqud Da’wah fi Dzilalil Qur’an.
Wahai Abdurrahman Tamimi,
Benarkah yang anda katakan di Markaz Al-Albani bahwa musuh dan penghalang terbesar dakwah Salafiyyah adalah hizbiyyin dan yang terdepan adalah Ikhwanul Muslimin yang menyimpang?
Mari kita buktikan dengan isi buku saudaramu itu!
a. Ketika mengomentari Fiqhus Sirah yang ditakhrij oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah :
“dapat kita lihat kerjasama ilmiah antara beliau dan Muhammad Al-Ghazali telah memberikan contoh yang baik kepada para penulis lainnya. Muhammad Al-Ghazali menunjukkan keinginannya agar Syaikh Al-Albani mentakhrij hadits-hadits dalam buku tersebut. Ini merupakan akhlak yang sangat terpuji dan tawadhu’ yang sangat tinggi nilainya”(hal.53).

Maka biarlah Syaikh Rabi’ Al-Madkhali hafidhahullah yang membungkam “pujian setinggi langit” ini!
“Setiap muslim tentu menyayangkan karangan-karangan Al-Ghazali yang dilihat dan dibacanya. Karena karangan itu menyerupai granat yang dilemparkan kepada setiap orang yang berenang di kolam sunnah nabawi yang suci atau di sekitar aqidah yang benar dan berdasarkan beratus-ratus keterangan yang akurat dari kitab Allah dan Rasul-Nya yang ditopang oleh ijma’ shahabat dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka, lalu dijadikan pegangan oleh umat dari generasi ke generasi hingga saat ini”.

Setelah beliau memaparkan beberapa contoh serangan Al-Ghazali terhadap sunnah Nabawy dan orang-orang yang berpegangan padanya, beliau mengatakan:”Beradabkah anda terhadap Allah dan Rasul-Nya jika anda selalu berucap tentang sunnah Nabawi :”Ini hadits yang tertolak. Fulan menolak hadits yang itu. Ini pengkabaran yang bodoh. Tak seorangpun dari para imam yang empat melainkan pernah menolak hadits shahih!”

Syaikh Rabi’ berkata lagi:”Apakah dalam ucapan-ucapan ini terkandung ajakan untuk mengikuti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan menghormati sunnah Beliau? Ataukah ini merupakan peperangan terhadap sunnah dengan pura-pura melindungi para imam, padahal para imam sendiri berlepas diri dari permusuhan terhadap sunnah ini? (Kasyifu mauqifi Al-Ghazali min As-Sunnah, karya Syaikh Rabi’ Al-Madkhali, Maktabah Ibnul Qayyim, Madinah). Baca pula bantahan terhadap kesesatan Ghazali hasil karya Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Ibrahim ‘Aalu Syaikh, Wakil Kementrian Urusan ke-Islaman Kerajaan Saudi Arabia berjudul “Al-Mi’yar li ‘ilmil Ghazali fi Kitabihi As-Sunnah An-Nabawiyah”.

Wahai Abu Ihsan sang pejuang “dakwah bijaksana dan bijaksini serta lemah lembut”, Mana akhlak yang sangat terpuji itu? Dimana sikap tawadhu’ yang sangat tinggi nilainya? Demi Allah, kalian berdua adalah penyesat dan pendusta! Lalu mana bukti kebenaran ucapanmu di Markaz Al-Albani wahai Abdurrahman Al-Kadzab?

b. ”Beliau juga mengunjungi negara Qatar dan bertemu dengan para Masyayikh dan ulama diantaranya adalah Dr.Yusuf Qardhawi, Syaikh Muhammad Al-Ghazali….”(hal.64)
Siapa yang mengulama’kan Al-Ghazali dan Yusuf Qardhawi ya Abu Ihsan dan Abdurrahman? Jangan membuta babi pura-pura tidak tahu atas kejahatan mereka! Benarlah bahwa “burung merak tidak akan berkumpul dan membuat sarang dengan segerombolan burung bangkai”. Tidak akan ada pujian kecuali dari jenisnya sendiri!

Lalu mana bukti manfaat ucapanmu:”mereka telah menyampaikan ceramah-ceramah, pelajaran-pelajaran, pertemuan-pertemuan yang bermanfaat sekali bagi para penuntut ilmu”? Sementara kalian tidak mampu membedakan antara Kibarul Ulama dengan Kibarul Ikhwani, tidak bisa mengenali mana burung merak dan mana burung bangkai!!

c. ”Beliau bertemu dengan Abdurrahman Abdul Khalik, seorang da’i terkenal dan penulis buku-buku ilmiah bermutu…”(hal.50)

Terkenal apanya ya Abdurrahman? Terkenal karena prestasinya memecahbelah Salafiyyin di seluruh dunia?! Abdurrahman Abdul Khaliq-Jum’iyyah Ihya’utturats- nya terkenal dengan dinarnya yang membikin mabuk kepayang dan kecanduan bagi orang-orang yang berjiwa kerdil?! Syaikh Muqbil rahimahullah berkata :”Demi Allah, saya membenci dia karena Allah, sebab dia telah membuat tipu daya kepada ummat dan memecahbelah persatuan ahlussunnah. Kaset-kaset dan bukunya tidak perlu didengar dan dibaca!”(Tanya Jawab dengan Syaikh, hal.102).

Apakah kalian akan berkomentar: “Dinarnya beliau Abdurrahman memang bukan untuk didengar dan dibaca, tetapi untuk dinikmati!”

“Penulis buku ilmiah bermutu” ya Abu Ihsan? Ini adalah talbisul Iblis! Lebih 20 ulama yang telah mentahdzir dia dari umat karena kesesatan-kesesatannya! Maka ini adalah pelecehan terhadap masyayikh tersebut! Penganjur “demokrasi” adalah ilmiah ya Abdurrahman? Bukan “ilmiah” tetapi “inilah” dinarnya.
Maka sekarang kita bandingkan “penulis buku ilmiah bermutu kalian” ini dengan jawaban Syaikh Muqbil rahimahullah: “..Abdurrahman Abdul Khaliq menulis kitab yang berjudul Al-Wala’ wal Bara’, sebuah kitab yang jelek yang tidak patut ditulis oleh seorang sunni salafy. Dalam kitabnya ia menyerang penuntut ilmu, menuduh mereka khawarij, bodoh dan menyimpang. Padahal justru merekalah yang berada di pihak yang benar”(Ibid, hal.92).
Selanjutnya:” Abdurrahman Abdul Khaliq dan Abdul Wahhab Ad-Dailami telah menulis buku khayalan dan saya heran, mereka menulis buku khayalan untuk diperdagangkan kepada publik”(Ibid, hal.104).

“Saudara kita Rabi’ bin Hadi telah membantah semua pemikiran sesatnya –semoga Allah membalasnya dengan kebaikan-, seandainya pemuda Kuwait membaca tulisannya niscaya mereka akan berlepas diri dari Abdurrahman Abdul Khaliq dan yayasan Ihya’ut Turats”(Ibid, hal.78-79).

Tidak adakah manfaat yang tersisa dari upaya kalian mendatangkan Masyayikh Markaz Al-Albani ya Abdurrahman? Wallahu al-musta’an.

d. ”Beliau juga bertemu ahli fiqih terkemuka Dr. Yusuf Qardhawi “(hal.50).
Maka inilah deretan keahlian ahli fiqih terkemuka kalian itu, Lihat!
Aqidahnya bersumber pada paham Asy’ariyyah!
Pembesar di Hizbul Ikhwan!
Seorang aqlani, menolak hadits-hadits shahih dengan alasan tidak masuk akal dan sebagainya”! Mengajak umat Islam untuk berkasih sayang dengan Yahudi dan Nashara! Sering berpartisipasi dalam berbagai muktamar Tauhidul Adyan (penyatuan agama-agama) kecuali di Sudan berhalangan karena alasan pribadi!
Mempropagandakan positifnya keberagaman agama!
Mengadopsi pemikiran-pemikiran yang berasal dari orang kafir dan berusaha memolesnya dengan wajah Islami seperti demokrasi dan pemilu!
Berusaha mensalafkan sufi dan mensufikan salaf serta mencampuradukkan keduanya! Mengeluarkan fatwa dan makalah yang kontroversial karena bekal ilmu haditsnya sedikit dan buruk!
Menyatakan bolehnya menggunakan produk yang tercampur daging, minyak dan lemak babi bila sudah diproses secara kimiawi!
Mencela dan merendahkan ulama Islam serta memuji ahli bid’ah dan ahlul ahwa’!
(Syaikh Ahmad Al-“Udaini Al-Yamani, Raf’ul Litsaam ‘an Mukhalafatil Qaradhawi li Syari’atil Islam, Daarul Atsar, Yaman, cetk.1,1421H/2000M).

Maka bagaimana bisa seorang ahli fikih terkemuka kalian ini menjadi penghalang terbesar dakwah hizbiyyah sementara seruannya adalah seruan hizbiyyah?! Justru dialah yang memuluskan dakwah hizbiyyah!!

Lagi-lagi ya Abdurrahman, engkau hantam saudaramu sendiri di markaz Al-Albani tersebab pujian dan sanjungannya kepada gembong-gembong Ikhwani! Anak-anak ingusan lagi bodoh itu jadi teringat sebuah pepatah:”menggunting dalam lipatan, membilas kawan seiring dengan air comberan (selokan, red)!”Betapa baunya.
e. ”Hasan Al-Banna pernah mengirim surat kepada beliau yang berisi dorongan dan sugesti agar beliau terus berjalan di atas manhaj ilmiah yang selamat tersebut”(hal.50).
Apa-apaan ini wahai Abu Ihsan dan Abdurrahman? Pemuka nomor wahid Hizbul Ikhwan mendorong Syaikh Al-Albani? Adakah artinya? Kenapa justru tidak engkau jelaskan faedah luarbiasa pada diri orang ini agar ummat tidak tertipu? Dan jangan membuta babi lagi pura-pura tidak tahu bahwa:
Tersebab dialah maka kaum muslimin di Mesir bersimbah darah.
Pembunuhan-pembunuhan oleh Tandzim Khash-nya yang dilakukan terhadap aparat pemerintah dan rakyat jelata!
Perancangan demonstrasi, kerusuhan dan pengeboman, penggulingan kekuasaan serta berbagai kekacauan yang dia sebarkan!
Hasan Al-Banna dan Sayyid Quthb-lah yang menjadi konseptor sekaligus motor gerakan takfir terhadap pemerintahan dan terorisme modern yang di atas namakan Islam!! Na’udzubillah.

Jangan coba-coba dustai umat! Mana yang lebih penting antara informasi di atas atau sekedar berita sugesti Hasan Al-Banna terhadap Syaikh Al-Albani, sementara dia sendiri tidak mengamalkan apa yang dia ucapkan?! Butuhkah para masyayikh salafiyyin tazkiyah, pujian dan dukungan dari ahlul bid’ah wal ahwa’ ya Abu Ihsan? Betapa jauhnya kalian dari jalan yang lurus itu!!

Maka cukuplah lima contoh di atas sebagai bukti yang terang benderang betapa loyalitas, pujian dan kekaguman mereka telah diletakkan kepada dedengkot dan gembong-gembong hizbiyyin Ikhwanul Muflisin! Lagi-lagi dan lagi-lagi Abdurrahman Tamimi di Markaz Al-Albani telah menghujamkan lidahnya kepada saudara dan kelompoknya sendiri dengan pernyataannya bahwa penghalang terbesar adalah hizbiyyin dari Ikhwanul Muslimin yang menyimpang! Demikianlah akibat kalau senjata menjadi “makanan” tuan!
Ingin dianggap orang membentang jalan yang lurus
Siapa sangka ujungnya adalah maut!
Engkau seru dakwah Salafi dengan cara memuliakan gembong Ikhwani?!
Jika kita perhatikan isi ceramah Abdurrahman Tamimi, untuk menunjukkan kebenaran apa yang dia yakini maka dia rendahkan dan hinakan salafiyyin dengan julukan misalnya “mereka anak-anak yang masih ingusan lagi bodoh” dan ini sama sekali bukanlah hujjah! Bahwa kebenaran ada di pihaknya. Sungguh aneh, suatu alasan yang tidak pernah dikemukakan oleh seorangpun dari para penuntut ilmu, yang masih ingusan sekalipun! Menolak kebenaran hanya karena yang berbicara memiliki umur yang lebih muda?! Dan merasa bahwa kebenaran berada di pihaknya hanya karena dia lebih tua? Di sana ada firman Allah:”Mereka berkata:”Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?”(Asy-Syu’ara 111).

Maka cukuplah hinaan itu kita kembalikan kepada dirinya sendiri yang tentu saja lebih berhak menyandangnya!
Tidakkah dia menyadari, bahwa ucapannya itu mirip dengan kilahnya orang-orang munafik?
Allah berfirman:
”Apabila dikatakan kepada mereka:”Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain beriman”, maka mereka menjawab:”Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu.”(Al-Baqarah:12).
Firman Allah:”Allah akan (membalas) olok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka”(Al-Baqarah:15).

Dan bukankah lebih mulia orang bodoh yang menyadari kebodohannya sehingga dia dapat berhati-hati (darinya) daripada “orang pandai” yang tidak mau menyadari kebodohannya sampai-sampai dia “dilipat-lipat” hanya oleh anak ingusan lagi bodoh ya Abdurrahman?!
Jawaban atas hinaan itu tidaklah perlu kita repot-repot memikirkannya, sebab Abu Ihsan (di bukunya itu) akan memberikan “bogem mentah” terhadap Abdurrrahman yang telah menghantamnya di Markaz Al-Albani (karena kekaguman Abu Ihsan terhadap gembong Ikhwan) sehingga apa yang ditulis dan diucapkan oleh Abdurrahman :”..permusuhan diantara mereka sendiri sangat sengit” menjadi kenyataan pahit dan sangat pahit bahwa hal itu justru terjadi pada Abdurrahman Tamimi sendiri (Al-Irsyad) dan kelompoknya (hizbiyyun-ikhwaniyyun-turatsiyyun) .
Inilah “tendangan balik”  Abu Ihsan terhadapnya:
“Seorang penuntut ilmu pemula kadangkala dapat menemukan kesalahan dan kekeliruan ulama besar, karena tidak ada seorangpun yang terlepas dari kesalahan dan kekeliruan. Dan kita tidak boleh diam dari menjelaskan kebenaran. Kadangkala ada anak kecil yang menegur kesalahanmu, sementara engkau adalah orang dewasa. Dari dulu sampai sekarang para penuntut ilmu dan para peneliti terus memberikan koreksi atas kitab-kitab ulama terdahulu. Bukanlah masalah, bila ilmu dan pemahaman mereka jauh di bawah para ulama tersebut. Sungguh tepat pernyataan Ustadz Ali Ath-Thanthawi ketika memberikan kata pengantar koreksiannya atas kitab Shaidul Khathir (1/7):”Aku mengoreksi kitab ini dengan menjelaskan kebenaran yang kuketahui. Meski sebenarnya aku tidak pantas menjadi murid dari murid beliau. Betapa jauh kedudukanku bila dibandingkan dengan Ibnul Jauzi? Akan tetapi merupakan kewajiban apabila seorang anak mengetahui kebenaran dalam sebuah masalah ia berhak mengoreksi seorang Syaikhul Islam sekalipun”(hal.186).

Bukankah ini menjadi bukti? Betapa permusuhan diantara mereka (hizbiyyin) sendiri sangatlah sengit dan seru (apalagi jika pembagian “dinar hizbiyyahnya” tidak merata). Dan cukuplah bagi kita untuk menjadi penonton yang baik saja. (Abu Dzulqarnain Abdul Ghafur Al-Malanji, Bukti ke-17 dari artikel “17,5 bukti Kedustaan Abdurrahman At-Tamimi” dengan beberapa perubahan)


[1] Atas nama amanah ilmiah inilah Agus Hasan Bashari Lc.,MAg. menerjemahkan buku Himpunan Tiga Risalah hasil karya murid-murid Surkati, Majelis Ifta’ dan Tarjih Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang menginjak-injak kehormatan para ulama pewaris para nabi! Nampaknya Abu Salma sang pendekar Seribu Helah belum menemukan “helah yang tepat” bagi bukti kejahatan keji Al-Irsyad ini.