Di Balik Pelecehan Terhadap Ulama

DI BALIK PELECEHAN TERHADAP PARA ULAMA (Arsip 12 Desember 2007)
Mungkin kita akan tertegun, mengapa pelecehan terhadap orang-orang yang Allah  muliakan ini sampai terjadi?
Ketahuilah bahwa di balik pelecehan ulama ada misi yang terselubung sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Hafidhahullah :”Yang demikian itu dalam rangka untuk memisahkan umat dari ulamanya. Sehingga (bila berhasil –Naudzubillah-pen) akan mudah bagi mereka (ahlul bid’ah) untuk menyusupkan berbagai kerancuan pemikiran dan kesesatan yang dapat menyesatkan umat dan memecah-belah kekuatan mereka. Itulah misi yang mereka inginkan, maka hendaknya kita waspada” (Asy-Syari’ah no.12/1425, hal.17)

“…Karena itu, lihatlah mereka, saat tengah menganggap telah memberesi generasi muda. Mereka memulainya dengan untuk menghabisi ulama. Ini manhaj Ikhwanul Muslimin. Mereka telah menerobos ke berbagai negara. Dan langkah awal yang mereka lakukan ialah dengan menjatuhkan wibawa ulama. Pada saat yang bersamaan, mereka membela Sayyid Quthb, (Hasan) Albanna, (Abul A’la) Al-Maududi (Wahai Surkatiyyin dan Abdullah Hadrami As-Sururi! Wahai Sururiyyin-Turotsiyyin –Abu Umar Basyier cs- yang berdiri di belakang Majalah El-Fata edisi “Puyer Dzikir” yang mempropagandakan buku-buku Aidh!! Kepada orang inilah jiwa Aidh-mu dipersembahkan!! Kemana lagi kalian akan berkelit dan bersembunyi? Adakah tempat lain di kolong langit ini yang dapat membuat kalian merasa tenang, bebas dan leluasa dalam menyebarkan Hizbiyyah dan kesesatan?-peny) dan ahli bid’ah lainnya. Mereka menjatuhkan ulama yang berhaluan manhaj Salaf dan menuduhnya sebagai para pegawai negeri, mata-mata, ulama penguasa….dan berbagai tuduhan lainnya! Apa yang mereka inginkan?!
Tujuan mereka, ialah untuk meruntuhkan manhaj Salaf, (kemudian) membangun beragam kebatilan dan kesesatan di atas reruntuhannya.” (Jalin Kasih Sayang versi Hizby, hal.20).
Adapun “bonus” bagi Yazid Jawaz, Mubarak Bamu’allim, Abu Ihsan[1] dan Muhammad Yusuf Harun yang mengumumkan kepada umat bahwa mereka telah berkoalisi dengan “Presiden” Ikhwanul Muslimin, serta Markaz Abdurrahman At-Tamimi (Masjid Al-Irsyad Surabaya) yang memberi kehormatan kepada “Gubernur” Ikhwany untuk menceramahi dan mendakwahi kaum Muslimin, maka lihatlah kenyataan di atas! Bonus kasih-sayang dari koalasi kalian sendiri! Bukankah kalian sedang menggarap umat bersama rekan-rekan Ikhwanul Muslimin kalian?[2] Lihat pula  pertanyaan no.7 kepada Syaikh Rabi’ (lagi-lagi dari transkrip yang kalian sebarkan sendiri) ketika ditanyakan hukum bergaul dengan ahli bid’ah:” Bagaimana ia bergaul bersama mereka? APAKAH SALAFIYYUN MAU DUDUK BERSANDING DENGAN AHLI BID’AH? Kalau ada seorang Salafi yang teguh, yang mampu menyampaikan dakwah di kalangan ahli bid’ah, juga di partai-partai dengan hujjah dan petunjuk yang mampu mempengaruhi (dan) bukan dipengaruhi, maka ini menjadi kewajibannya untuk bercampur-baur dengan mereka guna mendakwahi mereka. BUKAN BERTUJUAN CARI MAKAN, MINUM, BERSATU DENGAN MENJUAL PRINSIP, TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN DUNIAWI, TIDAK MENGAKUI KEBATILAN MEREKA” (IBID, HAL.26)
Kita katakan: “Wahai Syaikh kami, “QUARTET SURURY-IKHWANY”  ini tidak hanya duduk bersanding, bahkan secara terbuka mengumumkan kepada umat koalisi Hizbiyyah-Ikhwaniyyah mereka ke seluruh pelosok tanah air! Di toko-toko buku terkemuka atas nama “Al-Atsary”!! bertopeng As-Salafy!! 
Dan bukannya mereka ini mendakwahi Ikhwaniyyin wahai Syaikh kami, bahkan “Gubernur” Ikhwanul Muslimin-lah yang mereka beri kesempatan mendakwahi umat Islam! Di Markaz yang pernah dipakai Daurah Masyayikh Yordan!! Pimpinan Ikatan Da’i Ikhwanul Muslimin Jawa Timur bahkan diundangnya serta!! Ketua Dewan Syari’ah Ikhwanul Muslimin Jawa Timur digandengnya pula!! Dan dedengkot IM lainnya tidak kalah serunya untuk menjadi penggembira di markaz dakwahnya!! Dedengkot Ikhwani berkhutbah Jum’at mendakwahi komunitas “Salafy”nya!! Justru setelah berkali-kali Masyayikh Yordan didatangkan untuk menasehatinya!!
Ataukah mereka akan berkelit dengan mengatakan bahwa cara ini adalah upaya untuk mendakwahi Ikhwanul Muslimin? Kalian hendak menipu kaum Muslimin wahai Ustadz?! Apakah kalian menganggap bahwa kaum Muslimin tidak bisa membedakan antara mendakwahi mereka dengan bekerjasama bersama mereka? Bekerjasama dalam Berkarya (menerjemahkan dan mengoreksi Tafsir Ibnu Katsir) dan Berdakwah Hizbiyyah-Ikhwaniyyah dan hasil karya tersebut disuguhkan bersama kepada umat?!
Tidakkah kalian merasa bangga dan terharu betapa anak didik kalian dengan senang akan berucap: ”Alhamdulillah- Ustadz Yazid, Ustadz Mubarak, Ustadz Abu Ihsan sekarang telah menunjukkan kepada kita –Salafiyyin- suatu teladan yang sangat mulia yaitu mereka telah menjalin kasih sayang dan menghindari perpecahan dengan dedengkot Ikhwanul Muslimin!”
Tidakkah kalian tersentuh pula bagaimana murid-murid kalian berucap dengan riang:”Alhamdulillah- Masjid Al-Irsyad Surabaya, Masjid yang pernah ditempati untuk Daurah Masyayikh Yordan, Markaznya Al-Ustadz Al-Fadhil Abdurrahman At-Tamimi “As-Salafi”, yang dipuji oleh Syaikh Salim di Amerika sebagai Markas Salafy ternyata…  telah memberikan suri tauladan kepada kita semua bagaimana menerapkan rifqan dan mawaddah diantara kaum Muslimin dengan menggandeng mesra “Gubernur” Ikhwanul Muslimin!!” Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Demikianlah, terbongkarnya kedok Hizbiyyah mereka justru dari selembar kertas bertuliskan “Daftar Khatib Shalat Jum’ah tahun 2004 Masjid Al-Irsyad Surabaya“ dan bonus gratis” setiap pembelian Majalah As-Sunnah At-Turotsy yang mereka sebarkan sendiri ! Upaya yang semula mereka arahkan untuk membungkam Salafiyyin (agar berhenti dari menerangkan bukti-bukti penyelewengan mereka dari Manhaj Salaf) dan mempermainkan akal-akal orang awam, ternyata –semata-mata dengan izin dan kemurahan dari Allah – berbalik menyingkap dan membongkar topeng Hizbiyyahnya. Allahu Akbar!  
Sekarang, pembaca sekalian akan melihat bagaimana Agus “Kemelut Manhaj” Bashari dan Al-Irsyad Al-Islamiyyah “dihantam” oleh Majalahnya Aunur Rafiq (Al-Furqan) yang nota bene adalah orang Al-Irsyad sendiri (menarik bukan?), padahal kajian rutinnya di Masjid Perak Surabaya dipromosikan oleh situs  Surkatiyyin (Salaf-i). Inilah “balas budinya”…
 Setelah membahas :AHLU BID’AH BUKAN ULAMA, di bawah sub judul: MENCELA ULAMA ADALAH TANDA-TANDA AHLI BID’AH, tertulis :
“Dan ulama Salaf yang terdahulu dan pengikut-pengikut mereka sesudahnya –ahlu khobar dan atsar dan ahli fiqh dan nadhor- tidak boleh disebut melainkan dengan kebaikan, dan BARANGSIAPA YANG MENYEBUT MEREKA DENGAN KEJELEKAN MAKA TIDAKLAH DIA DI ATAS JALAN YANG LURUS”(Al-Aqidah Thohawiyah, hal.492 dalam Al-Furqan, ed.6/Th.III, hal.33)
Dan yang terakhir, tidaklah perlu bagi Salafiyyin untuk mengajari kelompok Hizbiyyin  bagaimana cara bertindak terhadap “buku Brutal” semacam ini karena koalisi mereka sendiri dari faksi Ihya’ut Turots sudah pernah mengajarkannya. Di bawah judul “MENYIKAPI BUKU-BUKU MENYESATKAN (Hukum Jual-Beli dan Menghancurkan Buku-Buku tersebut)”, ada beberapa nukilan dan lihatlah cara bersikap terhadap buku yang men-shahihkan- ajaran “perenungan secara mendalam” (baca:akal-akalan) dengan melemparkan hadits-hadits shahih ke belakang punggungnya serta menakwilkan sekehendak hawa nafsunya (naudzubillah), bahkan menghantam para ulama pewaris para Nabi dengan tuduhan-tuduhan keji dan brutal:
“Di dalam riwayat Ibnu Masyisy, ada seseorang bertanya kepada Imam Ahmad:’Bolehkah aku menulis ra’yu (pendapat)?’, maka Beliau menjawab:’Apa yang akan kalian perbuat dengan ra’yu? Wajib atas kalian belajar sunnah dan tetapilah hadits-hadits yang telah dikenal (keshahihannya)’” (As-Sunnah, ed.12/Th.IV/1421-2000, hal.48)
“Dan setiap buku yang berisi hal-hal yang menyelisihi Sunnah, tidaklah diizinkan bahkan diizinkan untuk membakar dan menghancurkannya. Tidak ada yang lebih berbahaya bagi umat ini daripada buku-buku sesat itu” (ibid, hal.47-48).
Wahai Hizbiyyin-Surkatiyyin! Apa lagi yang kalian tunggu?!
Sangat mungkin dedengkot Adz-Dzakhirah semacam Abdurrahman At-Tamimi tidak menerima dikaitkan dengan Al-Irsyad dan “Buku Kejam Made in” PP Al-Irsyad yang banyak menukil fatwa-fatwa Ahmad Surkati. Ada 2 sisi untuk membatalkan kilahnya :
1.Dia jelas seorang Hizbiyyin-Surkatiyyin, terbukti dari pembelaannya yang “heroik” di Yordania dan penamaan majalahnya yang meneruskan misi dan perjuangan majalah Ahmad Surkati, Neo- Adz-Dzakhiirah!!
2.Hubungan eratnya dengan Chalid Bawazir sebagai “Gubernur” Al-Irsyad Jawa Timur, Ma’hadnya yang berada di dalam kompleks Al-Irsyad Surabaya adalah bukti lain betapa mereka  masih ‘satu komunitas’. Dan lihatlah betapa Ma’had Al-Irsyad merasa bangga ketika Abdurrahman At-Tamimi dan Chalid Bawazir mendapatkan undangan untuk datang menghadiri Muktamar Masyayikh Salafiyyin ke-2 (lihat situs  Surkatiyyin-nya, Salaf-i) yang akhirnya tewas dan menjelma menjadi Salafindo.com.
Abdurrahman At-Tamimi juga memiliki kedudukan yang cukup disegani oleh PP Al-Irsyad sebagaimana kedudukan Mubarak Bamu’allim, Farid Okbah dan Yusuf Ba’isa!! Inilah buktinya betapa keempat orang itu adalah “Quartet” milik PP Al-Irsyad: Quartet di atas melakukan safari ke berbagai daerah di Indonesia dalam acara Daurah Majelis Dakwah PP.Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang diketuai oleh Farid Okbah (dia adalah seorang Takfiri kaki tangan Ba’asyir NII). Pesertanya adalah para da’i Al-Irsyad (plus). Penyelenggaranya adalah PC. Al-Irsyad Pamekasan Madura, 23-26 Maret 2001; PC. Al-Irsyad Lombok, 26-29 April 2001; PC.Al-Irsyad Sorong, Papua,  11-14 Mei 2001; PW..Al-Irsyad Banda Aceh, 25-28 Mei 2001; PC. Al-Irsyad Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 20-23 Juli 2001.
(alirsyad-alislamy.or.idmajelis-dakwahpelatihan-da’i.htm)
Sekilas informasi tentang Farid Okbah dan Yusuf Ba’isa.
9.4.1 FARID AHMAD OKBAH
Adalah Ketua Majelis Dakwah PP. Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang membuka cabang Al-Irsyad di Kuwait. Subhanallah- kesaksian saudara kita yang tinggal di Kuwait (lihat lampiran), ternyata Jum’iyyah Ihya’ut Turots Kuwait melalui Al-Irsyad cabang Kuwait  memberikan bantuan dana kepada Yayasan As-Sunnah Cirebon dan Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Saksi kita (Abu Muhammad Abdurrahman) tahu persis aliran dananya karena beliau sendiri yang mengirimkannya ke Indonesia! Abdurrahman At-Tamimi tidak mampu lagi berkelit dari kenyataan Hizbiyyah ini! Seratus kali-pun dia menantang laknat Mubahalah kepada Salafiyyin, tetap tidak akan mampu mengecoh kaum Muslimin dari fakta dan saksi yang kita hadirkan. Alhamdulillah.
Penuh Misteri. Sosok Ketua Majelis Dakwah PP. Al-Irsyad –rekan dakwah Abdurrahman Tamimi- ini adalah salah satu link Ba’asyir dengan Al-Irsyad. Mobilitasnya benar-benar tinggi, cosmopolitan! Hidup dari mana-mana dan ada dimana-mana. Satu saat menjalankan tugasnya sebagai Ketua Majelis Dakwah Al-Irsyad, saat lainnya bergaul dengan orang-orang Sururi, di Daurah Masyayikh-pun dia hadir bahkan menjadi salah satu orang pentingnya, di kesempatan berikutnya ada di kampung Ikhwani dan begitu ada kesempatan, diapun bergaul mesra dengan komunitas Khariji-NII. Profil nyata seorang da’i Gaul Lintas Manhaj. Berikut ini kami sisipkan beberapa “literatur” agar pembaca dapat menguak sedikit informasi tentang “orang terpenting kedua” di Al-Irsyad setelah ketua umumnya, Farouk Badjabir. Silakan merujuk kepada sumber dimaksud, semoga bermanfaat.
Siapakah Farid itu ?
1. File www31.brinkster.comcintadesaBAB20III.htm, Farid Achmad Okbah pernah menulis artikel Analisis Pergerakan Islam Pasca Kekhilafahan Ustmaniyah, dipublikasikan www.almarhamah.com. Situs almarhamah.com sudah mati, sehingga tidak diketahui isinya.
2. File www31.brinkster.com
cintadesaBAB20I.htm, www31.brinkster.comcintadesaBAB20II.htm, www31.brinkster.comcintadesaBAB20IV.htm, makalah mahasiswa Sospol UGM seputar Majelis Mujahidin, Hasan Al Banna, dkk.
3. File anulib.anu.edu.ausasinewsearchdetailed.phpsn147in4049an76173.htm, Farid Okbah pernah menulis artikel berjudul Umat wajib angkat senjata : wawancara. Sayangnya tidak ada kopinya di internet
3. File www.aldakwah.orgmodules.phpnameNews&filearticlesid539.htm, Farid : “Tetapi kita perlu menempuh semua aspek integral baik aqidah, ibadah, akhlak, ekonomi, politik dan bahkan militer.”
4. File www.kampustembalang.com
kampusprint.phpsid93.htm, Farid Ahmad Okbah (Al-Irsyad, LPPI, Jakarta) diundang Majalah Ar-Risalah http://ar-risalah.or.id bedah buku Bukan …, tapi perang terhadap Islam.
5.File ar-risalah.or.id
print.phpsid26.htm, Farid Ahmad Okbah (Jakarta) dan Ustadz Imtihan asy-Syafii adalah bedah buku dgn penyelenggara Majalah Ar Risalah.
Catatan:Majalah Ar-Risalah dipimpin oleh Sururi Abu Umar Basyier. Da’i lainnya di majalah ini adalah Abu Umar Abdillah yang bersama-sama orang Sururi-Turotsy Jamilurrahman bergabung dengan Irfan Awwas (awas bahaya NII-nya!) berdakwah di masjid Nurul Hujjaj (sarang NII) Jogyakarta (akan datang buktinya).
6. File www.infoalirsyad.comedisi53index-12.html, kemesraan Farid Ahmad Okbah dengan sesama Hizbul Irsyad, Ir. Farouk Zein Badjabir, Ketua Majelis Da’wah – Ustadz Farid Achmad Okbah, Nizar Jabal – Mudir Ma’had Al Irsyad Al Islamiyyah Tengaran dan Ketua PC Metro Makassar – Kholid Basalamah.
7. File www.stmikelrahma.ac.idcontentview7049.htm, Farid pengagum Yusuf al-Qardhawy
8. File aldakwah.mweb.co.id009info2002index.phpidn20.html, Farid Okbah bersama eks-Presiden Ikhwanul Muslimin Indonesia, DR. Didi Hafidhudhin adalah penerima beasiswa L-DATA Al-Ikhwani.
9. File www.infopalestina.com
diskusi2view.aspmsgID2961.htm, situs infopalestina ini milik hizbiyyun, haraki, nampak Farid menampilkan artikel berbau Hasan al Banna, Salman Audah, Rasyid Ridla dkk.
10. File aldakwah.mweb.co.id
009info2002index.phpidn26.htm, Divisi Perpustakaan Lembaga Dakwah dan Taklim Jakarta bersama Masjid Al-Furqon, Kramat Raya Jakarta menampilkan Musthafa Aini Lc, Abu Qotadah, Farid Okbah dalam Bedah buku Perpustakaan L-Data.
Kesimpulan :
a. Farid adalah Nakhoda Dakwah PP. Al-Irsyad Al-Islamiyyah
b. Farid dekat sekali dengan berbagai kelompok Hizbiyyun
c. Artikel Farid sangat berbau Ikhwani.
Adapun Yusuf Utsman Ba’isa yang menjadi rekan seperjuangan Abdurrahman Tamimi, sudah sama kita kenal sebagai salah satu agen besar Ihya’ut Turots, Hizbiy yang ditanam oleh Mubtadi’ Abdurrahman Abdul Khaliq untuk mengobrak-abrik dakwah Salafiyyah di Indonesia, gembong Sururi yang sangat jahat. Bersama-sama Syarif Hazza’[3] kaki tangan Ihya’ut Turots Al-Kuwaity memerangi Syaikh Rabi’ dan Masyayikh Madinah serta Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’iy Rahimahullah.
9.4.2 KEJAHATANNYA TERHADAP SALAFIYYIN DAN DAKWAH SALAFIYYAH DI INDONESIA
a.YUSUF UTSMAN BA’ISA. Sempat rujuk dari ucapan sesatnya:”Dakwah Islamiyyah dapat dilancarkan dengan mengambil kebaikan Ikhwanul Muslimin dalam perkara tandzim (organisasi), Jama’ah tabligh dalam perkara hikmah dakwah dan Salaf dalam perkara Aqidah” ternyata dalam ceramahnya di pesantren Al-Irsyad Tengaran dia mengibarkan tinggi-tinggi pemikiran (sesat) Al-Inshaf Sururiyyin. Ia membela tokoh-tokoh Sururiyyin seperti Salman Al-Audah, ‘Aidh Al-Qarni, Safar Al-Hawali dan lain-lainnya seraya menganjurkan para pemuda untuk membaca dan mengambil manfaat dari buku-buku dan kaset-kaset mereka. Pemikiran para tokoh inilah yang sesungguhnya diikuti (dan ditularkan!-pen) oleh Yusuf dengan Inshaf (adil)nya itu, padahal hal ini sesungguhnya suatu kedzaliman terhadap sejarah pemahaman salafush shalih….lima hari kemudian datanglah pembawa fitnah dari Kuwait yang bernama Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq. Yusufpun mengumpulkan para ustadz Salafiyyin di Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran untuk mendengarkan ceramah pembawa fitnah tersebut. Dalam ceramahnya ia menafi-kan keberadaan gerakan dan pemahaman Sururiyyah di kalangan Salafiyyin dan ia menganggap bahwa pihak yang menggembar-gemborkan tentang bahaya fitnah Sururiyyah (telah) menyebarkan isu yang tidak ada kenyataannya. Ia membela pemikiran takfir (pengkafiran kaum Muslimin) Muhammad Surur, membela dan menyanjung DR. Yusuf Al-Qaradhawi (tokoh IM yang berpemikiran Mu’tazilah). Ia juga menyerang dan memfitnah da’I Salafiyyun dengan perkataannya:”Mereka tidak mengkafirkan pemerintah Aljazair yang siang malam menyatakan kekafirannya, TETAPI MEREKA JUSTRU MENGKAFIRKAN DR.YUSUF QARADHAWI YANG MENGHABISKAN HIDUPNYA UNTUK BERJIHAD DI JALAN ALLAH“(Membantah Tuduhan, hal.64-68, 1417H). Ustadz Muhammad Umar As-Sewed hadir sebagai saksi dalam ceramah kotor dan keji tersebut.
Yusuf ini pula yang menyatakan bahwa ilmu ushul fiqh Syaikh Muqbil bin Hadi Rahimahullah di Yaman berbeda dengan ushul fiqh para ulama. Ia memberi contoh, memakai alas kaki ketika memasuki masjid sehingga masjid menjadi kotor. Sungguh memakai alas kaki masuk ke masjid adalah sunnah yang disepakati keberadaannya oleh para ulama dan tidak ada yang mencela perbuatan Syaikh Muqbil ini, apalagi menganggap ushul beliau berbeda dengan ulama. Mencerca Syaikh Muqbil Rahimahullah di dalam amal beliau dengan sunnah adalah sikap Ahlul Bid’ah yang memang suka mencerca Ahlul Hadits. Na’udzubillah.
Dan Yusuf inilah yang telah menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan menyebarkan selebaran Abdurrazzaq Asy-Syaiji (murid gembong Ihya’, Abdurrahman Abdul Khaliq) yang berisi cacimaki dan cercaan terhadap Syaikh Rabi’ Bin Hadi Al-Madkhali Hafidhahullah!! Demikianlah sekelumit kejahatan seorang tokoh Al-Irsyad sekaligus patner Abdurrahman At-Tamimi Al-Kadzab dalam bersafari membina para da’I Al-Irsyad bersama Takfiri Farid Okbah!!
Adapun proposal pembangunan stasiun Radionya di Cirebon dari berita terakhir tinggal menunggu realisasi dana dari Ihya’ut Turots Kuwait. Proposal ini diajukannya ketika dia mendapatkan undangan dari Ihya’ut Turots yang bekerjasama dengan Al-Irsyad cabang Kuwait untuk mengisi acara Daurah Syaikh Al-Albani ke-1. Abu Muhammad Abdurrahman menjelaskan keterkaitan antara Ihya’ut Turots Kuwait, Al-Irsyad cabang Kuwait, Yayasan As-Sunnah dan Al-Irsyad Al-Islamiyyah sebagai berikut :
“…akan kami terangkan kepada antum wahai ikhwah yang belajar di Yayasan As-Sunnah Cirebon khususnya akan salah satu sumber dana Yayasan As-Sunnah ketika pengadaan hewan qurban tahun 1425 H. Kami terangkan sebagai berikut;
a. Dana yang diperoleh Yayasan As-Sunnah Cirebon dalam pengadaan hewan qurban tahun 1425 H diantaranya bersumber dari Majelis Ta’lim Al-Irsyad cabang Kuwait. Sumber dana Majelis Ta’lim Al-Irsyad berasal dari warga Indonesia yang ikut ta’lim kepada Abu Umair Faruq, sumber lainya dalam pengadaan hewan qurban ini hanya pengurus dan Abu Umair sendirilah yang mengetahuinya. 
Majelis Ta’lim Al-Irsyad juga mengirimkan bantuan pengadaan hewan qurban pada tahun yang sama kepada Al-Irsyad Al-Islamiyah. Semua dana untuk keduanya kami sendirilah yang membawanya ke Indonesia. 
b. Yayasan As-Sunnah dan Al-Irsyad harus mengirimkan laporan sebanyak 2 (dua) rangkap. Yakni, untuk Majelis Ta’lim Al-Irsyad Kuwait dan Jum’iyah Ihya’ At-Turots (dalam bahasa Indonesia dan Arab). Hal ini membuktikan bahwa Ihya’ At-Turots juga ikut andil dalam pengadaan hewan qurban pada tahun tersebut. Kami mengetahui dengan yakin karena kami sendiri yang mengirim maupun mengefaxkan surat ke kedua yayasan ini “ (persaksian Abu Muhammad Abdurrahman, Jahra-Kuwait, 13 Jumadil Awwal 1426/ 20 Juni 2005).
Allahu Akbar.
Tidak diragukan lagi bahwa Abu Muhammad Abdurrahman tahu persis interaksi komunitas Hizbiyyah yang ada di Kuwait, 2 tahun bergabung bersama mereka, berinteraksi dan belajar langsung dengan dedengkot-dedengkot Ihya’ut Turots semacam Abdullah Sabt merupakan pengalaman tersendiri baginya sebelum pada akhirnya lebih memilih hidayah Allah untuk berpegang teguh dengan manhaj salaf dan –alhamdulillah- sekarang belajar dan menimba ilmu dari salah satu Murid Syaikh Rabi’ Hafidhahullah yang tinggal di Kuwait.
Dengan bukti baru ini, maka tahulah kita mengapa Abdurrahman At-Tamimi Al-Kadzab membela dan menbenarkan dinar Hizbiyyah Al-Kuwaitiyyah yang “ditadah” oleh Ma’had Bukhari. Kenapa demikian? Karena Al-Irsyad sendiri juga menjadi penadahnya! Allahul Musta’an.
b. SYARIF BIN MUHAMMAD FU’AD HAZZA
Orang ini semula adalah petugas organisasi Ihya’ut Turots Kuwait di Yordania yang kemudia dipindahtugaskan ke Indonesia, tepatnya di Pesantren Al-Irsyad Tengaran yang menjadi salah satu penadah dinar mereka. Pernyataan bahwa Syaikh Muqbil rahimahullah memiliki ushul yang berbeda ternyata bukan hanya dari ucapan Yusuf, tetapi juga ucapan Syarif. Bahkan Syarif memberitakan bahwa anak Syaikh Al-Albani memperjualbelikan kitab bapaknya (ini menunjukkan celaan Syarif terhadap keluarga Ahlul Hadits).
Syarif pula yang menyatakan bahwa Syaikh Al-Albani membuat bid’ah dalam majelisnya, yaitu menyediakan  talam dan gunting kemudian mengedarkannya kepada yang hadir untuk menggunting jenggotnya yang lebih dari satu genggam. Murid-murid Al-Albani kurang menunjukkan iltizam (berpegang) yaitu para istri mereka membuka mukanya. Al-Albani telah salah dalam fatwanya tentang cara berdiri dari sujud dengan menekankan kedua telapak tangannya dalam bentuk genggaman ke lantai dan beberapa omongan yang menunjukkan ketidak sukaannya kepada Al-Albani dan murid-muridnya. Setelah itu dia memuji-muji Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq! Na’udzubillah.
Datang pula berita bahwa dia telah membuat halaqah di pesantren Al-Irsyad Tengaran untuk membantah buku Al-Quthbiyyah Hiyal Fitnah Fa’rifuha[4] karya Abu Ibrahim bin Sulthan Al-Adnani. Buku ini sebenarnya berisi data-data penyimpangan tokoh-tokoh Sururiyyin dari manhaj Ahlussunnah dan bantaha terhadap penyimpangan tersebut. Ketika Syaikh Rabi’ bin hadi Al-Madkhali Hafidhahullah membagi-bagikan buku ini untuk para thalabul ilmi di madinah dan empat lainnya, Syarif justru membuat forum di pesantren Al-Irsyad untuk membantah buku ini.
Itulah sekilas profil dari dua orang yang memiliki kedudukan istimewa di sisi pemegang lisensi karya ilmiyah Masyayikh Yordan di Indonesia, Abdurrahman At-Tamimi Al-Kadzab. Seorang (Yusuf Baisa) adalah saudara dekatnya di dalam Al-Irsyad dengan bukti safari keliling nusantara mereka untuk mencetak kader-kader Al-Irsyad bersama Takfiri Farid Okbah dan tangan kanannya sendiri Mubarak Bamu’alim. Seorang lagi (Syarif Hazza’, Dajjal dari Mesir boneka Ihya’) adalah salafnya (baca:pendahulunya) dalam bergaya Haddadiy dengan sumpah Mubahalahnya yang tiada laku dia jual kepada salafiyyin. Allahul Musta’an.
Segala puji bagi Allah yang telah menyingkap makar dan kedustaan mereka. Dan di atas landasan tipu daya dan kedustaan inilah Abdurrahman At-Tamimi dengan gagah berani dan lantang berkata:
“DAN SESUNGGUHNYA KAMI MENANTANG UNTUK BERMUBAHALAH DENGAN PENDUSTA INI, ATAU DUA PENDUSTA ATAU TIGA!! YAITU AGAR ALLAH YANG MEMILIKI KEPERKASAAN DAN KEKUASAAN, MELAKNAT MEREKA JIKA MEREKA DUSTA, ATAU MELAKNAT KAMI JIKA MEREKA BENARMEREKA TELAH MENGATAKAN TENTANG KAMI DAN TENTANG MA’HAD KAMI BAHWASANYA KAMI MEMPUNYAI HUBUNGAN DENGAN YAYASAN AL SOFWAH DI JAKARTA DAN AT TUROTS, DAN BAHWASANYA KAMI MEMPERMAINKAN PARA MASAYIKH DI YORDANIA…” (Surabaya, Ma’had Ali Al Irsyad, 27 Ramadhan 1424).  Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.
 Kita sangat berharap bahwa Abdurrahman At-Tamimi masih memiliki “sisa-sisa” rasa malu untuk tidak mengingkari kenyataan ini yang membuktikan bahwa dirinya adalah orang Al-Irsyad!! Bagaimana Al-Irsyad mau menaruh kepercayaan untuk mendidik para da’inya menjalankan visi, misi dan program organisasinya kalau pematerinya adalah orang luar yang tidak seide dan semanhaj dengan mereka?! Apakah dia juga mengingkari bahwa si penerjemah “Buku Brutal” tersebut adalah rekan seperjuangannya?! Dan jangan engkau coba-coba untuk berkelit Ya Abdurrahman Pendusta! Abdul hakim Abdat, Aunur Rafiq, Abu Haidar dan Yazid Jawaz adalah ustadz-ustad yang engkau rekomendasikan keHizbiyyahannya untuk dinikmati umat! Situsmu, Salafindo.comviewsoal.phpID23.htm adalah bukti nyatanya!! 
Demikianlah, atas nama buku Himpunan Tiga Risalah Mu’tazilah, PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Jalan Kramat Raya No.25 Jakarta 10450 telah menyemburkan racunnya terhadap para ulama kaum Muslimin, pewaris para Nabi, wali-wali Allah, racun Mu’tazilah yang diterjemahkan oleh serdadu bayaran Al-Muntada Al-Sofwa, yang menjadi dosen tamu di Ma’had As-Sunnah Surabaya bersama Hizbiyyin- Surkatiyyin lainnya seperti Mubarak Bamu’allim, Salim Ghanim dan Aunur Rafiq, yang akhir-akhir ini gencar menenteng transkrip ceramah Syaikh Rabi’ Al-Madkhali Hafidhahullah dan karyanya Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Hafidhahullah!! Allahul Musta’an.
Sangat jelas pesan yang mereka (para Hizbiyyun) inginkan dan tujuan batil yang mereka harapkan dari pembacaan karya tulis kedua Masyayikh Salafiyyin tersebut, yaitu diamnya (dan lemah lembutnya) Salafiyyin dari kemungkaran Hizbiyyah, koalisi dan konspirasi Sururiyyah-Ikhwaniyyah yang telah dibongkar dan dijelaskan kedok kesesatannya kepada umat! Umat ditalbis dan digiring ke arah pemahaman bahwa Salafiyyin terbagi menjadi 2, yang Lunak adalah mereka yang mau memakan harta muassasah Hizbiyyah yang telah dijelaskan kesesatannya oleh puluhan Masyayikh Salafiyyin!! Adapun Salafiyyin yang Keras (menurut tuduhan mereka) adalah yang tidak mau menerima dinar Hizbiyyah!! Hendaklah keduanya saling toleran dan kasih-sayang!! Bukankah pembagian ini adalah kejahatan Hizbiyyah di siang bolong?! Mereka talbis pula bahwa perselisihan diantara Ahlus Sunnah haruslah diiringi sikap rifqan dan mawaddah sebagaimana yang dinasehatkan kedua syaikh di atas. Sepintas adalah kaidah yang benar. Hanya saja tujuan mereka jauh lebih besar bahkan melampaui batasan-batasan yang ditulis para Masyayikh. Apa yang telah dipraktekkan oleh cumlaude LIPIA ini setelah membacakan karya Syaikh Rabi’ kesana kemari? Mendemonstrasikan “Kemelut Manhaj’!!”
Tanggal 30 Januari 2005 sekitar pukul  09.00, Agus Bashari (di Pandaan) mengundang anak didiknya untuk menghadiri walimah adiknya, siapa yang dimintanya berkhutbah di walimah tersebut? Seorang dedengkot Jama’ah Tabligh di Malang yang juga kawan dekatnya!! Inilah realisasi dari pelajaran Rifqan dan Mawaddah Hizbiyyah yang dia tenteng ke sana kemari!! Kalau benar pengakuannya sebagai da’i Salafy (dan bukan “salahfee”!), apakah ada seorang ustadz Salafy yang tega mengumpankan anak didiknya untuk didakwahi oleh seorang Tablighiyyin-Komporiyyin? Kuburi?! Sufi!? Naudzubillah!! Dan salah seorang diantara yang hadir rupanya mencium ketidakberesan ini sehingga dia berkata:”Terbukti khan?” (maksudnya orang-orang Sururi berupaya menghancurkan kaidah al-wala’ dan al-bara’ dengan pergaulan bebas mereka), namun yang lainnya segera menimpali:”Jangan tergesa-gesa (mengambil kesimpulan-pen), kalau pengin tahu alasannya tanyakan langsung (tabayyun) ke Ustadz Agus (Hasan Bashari-pen)!! Ya tentu saja anak buahnya akan “dimakan bulat-bulat” oleh talbisnya! Kaidah “batil” tatsabbut Sururiyyin tanpa disadari (pengikutnya) telah “sukses” ditanamkan oleh serdadu bayaran ini! Allahul Musta’an, sampai-sampai kemungkaran koalisi Hizbiyyah didemonstrasikan di depan mata para pengikutnya, anak didiknyapun masih tetap membela kebatilan sepenuh hatinya. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
9.4.3 MENUNTUT TANGGUNGJAWAB AGUS HASAN BASHARI, Lc., M.Ag.
Saudaraku kaum Muslimin, kita akan tuntut orang ini (Agus Hasan Bashori), kita akan mintai pula pertanggungjawaban Yazid Jawaz, Aunur Rafiq, Abdul Hakim Abdat, Agus Hasan Bashari[5], Mubarak Bamuallim, Abu Ihsan (yang berkoalisi dengan gembong-gembong Ikhwanul Muslimin, akan datang buktinya)  dari 3 sisi untuk mempertanggungjawabkan kepada umat (sebelum dia dimintai pertanggungjawaban oleh Allah ) karena pengakuannya sebagai da’i Salafiyyin dan karena talbisnya kepada umat dengan menggunakan transkrip ceramah Syaikh Rabi’ yang dia tenteng kesana kemari.
Pertama : Persekutuannya dengan dedengkot Jama’ah Tabligh Engkau wahai Agus Hasan telah mentalbis umat dengan menggunakan transkrip ceramah Syaikh Rabi’ untuk membuktikan bahwa dirimu adalah Salafy. Sekarang kami hadapkan dirimu dengan tulisan Syaikh Rabi’ sendiri terhadap berbagai kesesatan Jama’ah Tabligh ketika beliau membungkam penyimpangan Tuan Besar kalian, Abdurrahman Abdul Khaliq. Beliau berkata :
 ‘’Kami menanyakan kepadanya, apakah Jama’ah Tabligh tegak di atas apa yang telah dibawa oleh Rasulullah  dan para Shahabatnya dan sesuai dengan apa yang Rasulullah  batasi sebagai firqah yang selamat diantara firqah-firqah yang binasa ?…
Apakah Jama’ah Tabligh dengan thariqat Ad-Diyobandi-nya mengajarkan di madrasah (halaqah) mereka Tauhid dengan manhaj Salafush Shalih seperti kitab As-Sunnah oleh Al-Lalikai, Al-Ibanah oleh Ibnu Baththah, Aqidah Wasithiyyah, Al-Hamawiyyah, ataupun At-Tadmuriyah ?
Apakah mereka mencintai buku-buku tersebut dan para penulisnya, menasehatkan manusia untuk mempelajarinya ? Ataukah sebaliknya, mereka justru memerangi buku-buku tersebut dan penulisnya, membuangnya serta menuduh para penulisnya dengan tuduhan kesesatan, kemudian menetapkan buku-buku bid’ah seperti An-Nisfiyyah, Al-Muyasirah, buku-buku Ar-Razi dan buku-buku aqidah lainnya seperti Maturidiyah, Asy’ariyah dan Jahmiyah ?
Apakah dalam masalah Tauhid ibadah mereka menetapkan kitab Tauhid dan Syarah-syarahnya ? Kitab Tawassul dan wasilah, bantahan kepada Al-Bakri, Ighatsatul Lahfan dan yang semisal ?
Atakah mereka justru memerangi buku-buku tersebut dan para penulisnya, kemudian mengajarkan buku-buku ilmu kalam, mantiq, filsafat dan buku-buku tasawwuf yang syirik ?
Apakah mereka mencintai ahli hadits, para muwahhidin (yang bertauhid) karena mereka bertauhid, memerangi syirik dan menolak sikap ta’thil (penolakan sifat bagi Allah) ?
Apakah mereka mencintai Ahlus Sunnah yang berpegang dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul  atau membencinya ?
Terakhir, disamping bencana-bencana di atas, mereka juga berbai’at kepada empat thariqah sufi yaitu :An-Naqsyabandiyah, As-Sahrurdiyah, Al-Jistiyah dan Al-Qadiriyah. Padahal di dalam thariqah-thariqah tersebut terdapat aqidah al-hulul (seluruh makhluk merupakan penjelmaan Allah) dan wihdatul wujud (keyakinan bersatunya Allah dengan hamba) dan juga keyakinan bahwa para wali (yang sudah mati) dapat berpengaruh pada alam ini. Pegangan mereka adalah kitab Tablighi Nishab (manhaj Tabligh) yang penuh dengan aqidah sesat dan hadits-hadits palsu. Bersamaan dengan ini semua mereka berpaham Murji’ah. Semua perkara di atas telah melebihi mutawatir (Jama’ah Wahidah, hal.56, untuk lebih jelasnya lihat Al-Qaulul Baligh oleh Syaikh Hamud At-Tuwaijiry)
Apakah kelompok seperti ini yang engkau ajak berdakwah bersama –wahai Agus Hasan- dapat dikatakan Ahlus Sunnah ?
Kedua : Perselingkuhannya dengan dedengkot-dedengkot Ikhwanul Muslimin[6] bersama Al-Sofwa Al-Muntada As-Sururi dan L-DATA Al-Ikhwani
Engkau wahai Agus Hasan (termasuk juga Yazid Jawaz, Mubarak Bamuallim, Aunur Rafiq yang berkoloni-ria dengan gembong-gembong Ikhwani) telah mentalbis umat dengan menggunakan transkrip ceramah Syaikh Rabi’. Sekarang kami hadapkan dirimu dengan tulisan Syaikh Rabi’ sendiri terhadap berbagai kesesatan Ikhwanul Muslimin. Beliau berkata :
‘’Adapun Ikhwanul Muslimin, mereka sama halnya dengan Jama’ah Tabligh dalam seluruh bencana-bencana di atas ditambah lagi dengan masuknya Rafidhah, Khawarij, bahkan Nashara dalam jama’ah mereka. Juga ucapan mereka tentang berbilangnya agama dan persaudaraan antar agama.
Doktor At-Turabi –penentu kebijakan mereka- telah mengajak dalam salah satu muktamar yang diadakan di Sudan kepada persatuan agama (lihat Shahifah As-Sudan Al-Hadits, no.1202, tanggal 29 April 1993).
Hasan Makky, salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin yang paling menonjol juga mengajak untuk menegakkan partai Ibrahimy yang merupakan partai gabungan antara Yahudi, Nashrani dan Muslimin (Lihat Majalah Al-Multaqa, no.4)
Berkata pula Al-Qaradhawi tentang bolehnya berbilangnya agama dan bahwasanya kehidupan ini memungkinkan untuk lebih dari satu agama. Setelah dia mengaburkan perselisihan antar firqah-firqah termasuk di dalamnya Rafidhah dengan kaidah mereka yang sesat « Kita tolong menolong dalam hal yang kita sepakati dan saling toleransi pada apa yang kita perselisihkan ». Inilah sikap tengah. Sependapat dengannya dalam hal ini adalah Muhammad Al-Ghazali, At-Turabi[7] dan Huwaidi. Mereka menamakan pandangan ini dengan Ruh Islam. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (lihat Majalah Al-Mujtama’, no.1118 tanggal 21 Rabi’ul Akhir 1415H).
Ketiga : Virus Tabayyun Sururiyyin yang dia tularkan kepada anak didiknya
Sebagaimana Abdullah Hadrami Al-Sururi dengan virus tabayyun khas Sururi yang dia propagandakan di CD “taubatnya”:” :”..Karena kalau kita mau jujur, ternyata semuanya sama, ajarannya, kitabnya sama, gurunya sama, semuanya sama. Perpecahan tidak ada, yang ada hanyalah mungkin kesalahpahaman, kesalahpahaman. Mungkin itu terburu-buru menghukumi sebelum tabayyun dan yang lainnya.” Demikian pula “virus tabayyun” yang ditanamkan di benak-benak anak asuh saudara semanhajnya, H.Agus Hasan Bashari.
Kita sekalian telah mengetahui kisahnya ketika mendatangkan dan memberikan kehormatan kepada dedengkot Jama’ah Tabligh di kota Malang dalam acara pernikahan adiknya di Pandaan Malang. Sekarang akan kita hadapkan kepada para pengekor tatsabut Sururiyyin suatu kejahatan besar yang telah dilakukan oleh Khomeini –laknatullah ‘alaihi- yang menulis:
”Mereka (para Shahabat Nabi) yang tiada lain kecuali dunia yang mereka cari dan haus kekuasaan yang menjadi incaran mereka dan bukanlah Islam dan Qur’an, dimana mereka menjadikan Al-Qur’an semata-mata sebagai alat untuk mewujudkan niat-niat mereka yang buruk dan dengan mudah membuat mereka membuang ayat-ayat itu dari Al-Qur’an dan juga membuat mereka mengubah-ubahnya dan mensirnakannya dari pandangan manusia untuk selama-lamanya, sehingga kehinaan terhadap Al-Qur’an dan kaum Muslimin dapat berkelanjutan sampai Hari Kiamat. Tuduhan (perubahan kitab Taurat dan Injil) yang mereka (kaum Muslimin) tuduhkan kepada Yahudi dan Nasrani, sesungguhnya telah menjadi satu ketetapan atas mereka (kaum Muslimin) sendiri” (Kasyful Asrar, Al-Khomeini, hal.114 dalam Fatwa dan Pendirian Ulama Sunni Terhadap Aqidah Syi’ah, M.O Baabdullah, diterbitkan oleh Yayasan Perguruan Al-Irsyad & Perhimpunan Al-Isyad Al-Islamiyyah Surabaya, hal.43-44)
Sungguh tulisan Khomeini di atas adalah salah satu bukti kesesatan dan kekafirannya yang nyata!! (Dan akan kita buktikan dalam uraian selanjutnya bagaimana Ahmad Surkati  “welcome” terhadap Syi’ah-Insya Allah). Maka kita tanyakan kepada “para penganut tabayyun Hizby-Sururi” setelah mereka membaca pernyataan kekafiran Khomeini di atas: ”Apakah kalian akan bertanya juga kepada Khomeini alasannya berkata demikian? Apakah Salafiyyin-Ahlus Sunnah tergesa-gesa mengambil kesimpulan dari ucapan Khomeini Al-Mal’un?! Kalau demikian keadaannya, maka silakan masuk ke dalam kuburnya dan tanyakan langsung (tabayyun ala Hizby) kepada Khomeini Laknatullah agar terjawab pertanyaan kalian itu!!” Allahu yahdiikum.
Dan lihat pula bantahan Syaikh Rabi’ Hafidhahullah terhadap kesesatan Sayyid Quthb dan betapa berbahayanya dia karena virus pengkafiran yang disebarluaskannya sehingga menjadi rujukan fatwa pemikiran-pemikiran Khawarij para teroris pengacau umat ! Bukankah Syaikh menulis kesesatannya ketika Sayyid Quthb sudah mati? Kalian hendak mengatakan bahwa Syaikh Rabi’ tergesa-gesa karena tidak tabayyun dulu kepada mayat Sayyid Quthb –wahai Abdullah Hadrami-? Engkau hendak menipu dan membinasakan para pemuda dengan prinsip tabayyun Sururi yang sebenarnya sudah kuno dan sudah ditinggalkan oleh Sururi seniormu ?! Mereka sudah mentalbis umat dengan trik syubhat yang lebih licik dan engkau masih menggunakan syubhat usang wahai Ustadz Pramuka?! Tunjukkanlah hujjahmu bahwa para ulama Ahlus Sunnah harus tabayyun dulu kepada para penyesat ahlul batil, penipu umat, ahlul bid’ah ataupun Hizbiyyin, sebelum membantah kesesatan-kesesatan ucapan dan tulisannya agar engkau tidak dikatakan sebagai pendusta yang pandir!! Ketika Salafiyyin menunjukkan bukti-bukti ilmiyyah tentang Hizbiyyahnya kelompok Hizbiyyun (dari sumber Hizbiyyun itu sendiri!! Allahu Akbar!) ini maka (karena tidak mampu membantah secara ilmiyyah) mereka mengacung-acungkan kalimat tabayyun kepada Salafiyyin!
Kita tanyakan kepada mereka : Wahai serdadu bayaran Al-Muntada Al-Sofwa ! Al-Haramain ! Ihya’ut Turots dan para pembela mereka ! Sekian tahun kalian mampu menegakkan punggung dan berjalan karena dinar Hizbiyyah mereka ! Pernahkah kalian tabayyun terhadap ‘kejahatan’ dinar itu bagi Salafiyyin ? Ataukah kalian memanipulasi kejahatan itu sebagai suatu kemanfaatan dan kemaslahatan dakwah? Ataukah kalian langsung menelannya ? Mana keadilan yang kalian gembar-gemborkan sendiri ? Kalian menutup mata dari fatwa para ulama yang tidak sejalan dengan  nafsu dinar Hizbiyyah kalian ! Kalian menutup mata tiada peduli siapa pemilik dinar Hizbiyyah celaka itu! Karena kalau kalian berani –sedikit saja- membuka mata maka kalian langsung berhadapan dengan kenyataan betapa fatwa para Masyayikh Salafiyyin telah menghinadinakan kehizbiyyahan tuan besar dinar Hizbiyyah kalian!! Fatwa yang menyingkap penyesatan dan pecahbelah umat yang bergaya “sinterklas”!!
Politik Stick and Carrot!!
Sodorkan wortel (baca:Dinar Hizbiyyah), setelah mendekat…gebug dengan tongkat (baca:terpecahbelahlah kalian!)   
 “Kalau setiap orang yang berbuat jahat mau berkata jujur, tentulah penjara-penjara di muka bumi ini akan penuh sesak penghuninya!!” Bukankah para penegak hukum tidak perlu bersusah payah menjalankan pekerjaannya? Para penjahat dengan berbagai aliran dan spesialisasi kejahatannya berduyun-duyun mendatangi mereka dan mengakui perbuatannya! Bagaimana mungkin?!
Jelas-jelas di depan mata seseorang telah mencuri, masihkah kita bertanya: “Apakah anda mencuri?”
Jangan salahkan kalau dia menjawab: ”Tidak, saya sedang mencari nafkah untuk anak istri saya!”
Atau ”Enak saja menuduh! Saya cuma mengambil hak orang miskin dari sebagian hartanya!”  
Betapa kebinasaan telah datang begitu cepatnya. Permainan kotor ini tidak lain kecuali makar yang diarahkan untuk menghancurkan nama baik Syaikh Rabi’ Hafidhahullah, strategi penghancuran kredibilitas Masyayikh Salafiyyin!! Sungguh yang mereka inginkan sebenarnya adalah rifqan Ahlus Sunnah dengan ahlul bid’ah!! Penghancuran secara total dan sistematis terhadap prinsip-prinsip Al-Wala’ dan Al-Bara’ di dalam Islam , suatu penghancuran yang menyeluruh dan terencana dengan kedok membacakan karya Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad dan ceramah Syaikh Rabi’ bin Hadi!! Rencana busuk yang tidak mungkin Allah  biarkan begitu saja tanpa ada yang menjelaskan dan membongkar kekejiannya. Inilah realisasi Hizbiyyun untuk Rifqan dan Mawaddah terhadap kesesatan dan para penyerunya!!
Mereka inginkan agar Ahlus Sunnah bersikap rifqan dan mawaddah terhadap koalisi Hizbiyyah-Ikhwaniyyah yang mereka demonstrasikan tiada malu di depan umat! Ahlus Sunnah harus mawaddah dengan kolaborasi antara Yazid Jawaz-Mubarak Bamu’allim-Abu Ihsan Al-Atsary dengan ‘’Presiden’’ Ikhwani Indonesia (ketika itu) serta Muhammad Yusuf Harun MA, seorang Ikhwani tulen, Direktur L-DATA sekaligus penerjemah Top Al-Muntada Al-Sofwah! Salafiyyin mereka tuntut harus rifqan terhadap kedustaan Abdurrahman At-Tamimi di depan para ulamanya! Ya Subhanallah!! Ini adalah jual beli yang curang! Mereka tuntut agar Salafiyyin bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang sementara Hizbiyyin menetapkan bagi diri-diri mereka untuk bebas berkeliaran mengumbar nafsu Hizbiyyahnya, mengombang-ambingkan umat dengan tipu daya dan kedustaannya, memakan harta muassasah Hizbiyyah dengan seenaknya, padahal harta tersebut nyata-nyata digunakan untuk memecah belah dakwah Salafiyyah di Indonesia?!! Dan tanpa rasa malu –sedikitpun- mereka katakan untuk membantu kaum Muslimin !
Ingatlah bagaimana Abdurrahman At-Tamimi membela kaki tangan Ihya’ut Turots :”Adapun pondok Imam Bukhari, benar yang anda katakan (menerima dinar Hizbiyyah dari Ihya’-pen), tapi perlu anda ketahui bantuan itu tanpa ada tekanan atau persyaratan apapun”. Dan nyata-nyata At-Tamimi ini membolehkan menerima dana dari organisasi Hizbiyyah sesat itu, simak ucapan selanjutnya: ”Lagipula dana tersebut adalah milik orang Muslimin tanpa meminta-minta di perempatan jalan raya sebagaimana yang pernah mencoreng wajah dakwah Salafiyah di Indonesia” (terlampir). Maka dengan cara ini mereka menggunakan satu anak timbangan untuk menimbang dagangannya sendiri dan anak timbangan lainnya untuk menimbang dagangan orang lain! Apakah ini yang disebut adil?
Kalau Hizbiyyin merasa bebas memakan dinar Hizbiyyah, mengumbar dusta dan menyebarkannya ke seluruh dunia serta berkolaborasi dengan elemen Hizbiyyah lainnya, mengapa Ahlus Sunnah tidak boleh menerangkan kepada umat bahwa itu semua adalah suatu kebatilan dan kemungkaran atas nama agama? Kalau mereka merasa bebas mencoreng-moreng dakwah Salaf dengan semua sepak terjang Hizbiyyahnya, mengapa Salafiyyin tidak boleh menerangkan kepada umat bahwa dakwah Salaf  berlepas diri dari itu semua? Salafiyyin berlepas diri dari kesesatan Abubakar Ba’asyir dan jaringan Khawarij N11nya, sementara Hizbiyyin ini melalui salah satu anggota koalisinya yang menjadi penerjemah TOP Al-Muntada Al-Sofwa, Muhammad Yusuf Harun MA dengan L-DATA-nya selain merekomendasikan kaset-kaset seluruh da’i Al-Sofwa seperti Yazid, Abdul Hakim, Agus Bashari, Zaenal Abidin dan kawan-kawannya juga merekomendasikan kaset DR. Rasyid Daud (Staf ahli no.1 LP2SI Alharamain-nya Dr. Hidayat Nur Wahid), kaset Dr.Ahzami Sami’un (sda, staf ahli no.3),serta kaset Abubakar Ba’asyir yang berjudul “Urgensi Syari’at Islam”! (aldakwah.orgiklandaftarkaset.htm). Lihatlah betapa kaum Muslimin digiring untuk mengikuti model syari’at ala Jama’atul Jihadnya N11!! Wallahi ini adalah suatu penyesatan secara terang-terangan dan mengerikan!!   Dan jaringan Hizbiyyun ini menuntut agar Salafiyyin bersikap rifqan dan mawaddah terhadap berbagai kejahatan seperti di atas?!! Mungkinkah Ahlus Sunnah diam membisu dari serangan sporadis kejahatan Hizbiyyah batalion kemungkaran?!
(Bab IX,, Bundel Badai Fitnah)


[1] Di Medan, di depan Salafiyyin orang ini sudah mengakui kesalahan At-Turots (Abu Nida’ cs), bahkan berjanji akan meninggalkan mereka jika mereka tidak bisa dinasehati. Kemudian dia datang ke Degolan (ketika itu) dan juga menyatakan kekeliruan manhaj Abu Nida’ Cs. Namun di saat mengadakan Muhadharah justru berbalik “berubah akal’ memberi rekomendasi kepada Abu Nida’ cs.,dengan menyatakan bahwa mereka adalah du’at Salafiyyin, walaupun mereka punya kesalahan maka tidak sepantasnya ditahdzir. Sementara itu, Abu Nida’ cs. Tidak pernah mengakui kesalahan manhajnya dan tidak pernah mau meminta maaf kepada kaum Muslimin!! Sebaliknya, justru dia “berhasil dinasehati dan dipelihara fulusnya Ihya’ At-Turots” oleh Abu Nida’ cs. Satu contoh nyata pahlawan kesiangan yang terkena “money politik” Hizbiyyah yang dibela-legalkan oleh Ma’had Al-Irsyad pimpinan Abdurrahman Tamimi pemegang Surat Kuasa 4 Masyayikh Yordan!“Abu Ihsan al Atsary Al Maidani (baca http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2007/06/29/abu-ihsan-ustadz-parlente-dari-medan/), rekan Abdul Hakim (Kaitan Abdul Hakim Abdat dengan orang-orang majelis At Turots Al Islami, yakni mengajar bersama Abu Ihsan Al Atsary Al Maidani – penerjemah Al Sofwa juga – , Arif Syarifuddin, Kholid Syamhudi, yang berhubungan dengan Ihya ut Turots) turut menyumbangkan sumbangsih besar sebagai pembawa pesan Quthbiyyun di Indonesia. Dia menerjemahkan kitab as Sirajul Wahhaj fi Bayanil Minhaj, karya Abul Hasan Musthafa bin Ismail as Sulaimani al Mishri, yang diberi judul 269 Prinsip Kaidah Manhaj Salaf, buku ini dikritik habis oleh syaikh Rabi’ Bin Hadi, bahkan Abul Hasan ditahdzir karena pemikiran Quthbiyyunnya oleh puluhan ulama termasuk syaikh Rabi’ bin Hadi, buku ini diterbitkan oleh pustaka at Tibyan. Penerbit yang sama juga menerbitkan karya Quthbiyyun berjudul ath Thoghut, karya Abdul Mun’im Musthafa Halimah, diterjemahkan dlm bahasa Indonesia oleh Abu Fudhail , isinya merujuk pada ucapan Sayyid Quthb, Muhammad Quthb, Fi Dhilalil Qur’an, Thariqud Da’wah fi Dzilalil Qur’an. Penerbit at Tibyan juga menerbitkan hasil terjemah Abu Umar Basyir Al Medani yang sering mengisi di At Turots Jogjakarta. Maka semakin jelas siapa Abdul Hakim dan konco-konconya, Abu Ihsan Al Atsary, dan penerbit At Tibyan serta penerjemah-penerjamah didalamnya. (www.salafy.or.id/print.php?idartikel=663)

[2]  Syaikh Ahmad An-Najmi menyatakan:”..Adapun  perbuatan orang-orang Hizby itu tidak diragukan lagi sebagai suatu perkara yang batil dan sesat. Kita berdo’a kepada Allah agar memberikan hidayah-Nya kepada kita dan mereka. Sebagian Salaf pernah berkata:
”Barangsiapa yang menyembunyikan aqidahnya dari kami,  tidak akan tersamarkan rekan-rekannya dari kami”
Yaitu dia tidak bisa menyembunyikan orang yang menjadi kawannya. Kalau dia datang dan pergi bersama orang-orang Hizby berarti dia orang Hizby yang sepertinya. Karena itu berkatalah seorang penyair:
Seseorang dikenali dari orang lain bila keduanya berjalan bersama
seperti disamakannya sandal dengan sandal bila keduanya serupa
Sesuatu dikiaskan dengan yang lainnya bila keduanya serupa
Dan hati dengan yang lainnya menjadi tampak bila berjumpa
Kita  memohon kepada Allah agar memberikan taufik-Nya kepada seluruh kaum Muslimin.”(Menyingkap Kejahatan Aliran Sesat, hal. 114-115)
Beliau juga menyatakan: “Begitu pula dengan Ahlul Bid’ah yang menampakkan dirinya dihadapan manusia sebagai seorang Ahlus Sunnah, maka Allah pasti akan menyingkap kejelekan  yang disimpannya walaupun sangat tersembunyi. Sehingga pasti akan keluar darinya suatu perkara yang akan menunjukkan bahwa  dia seorang Ahli Bid’ah, wal ‘iyadzubillah.” (ibid, hal. 75).

[3] Orang Ihya’ ini menulis sebuah buku berjudul KasyfuzZur wal Buhtan yang berisi tikaman-tikaman jahat terhadap Syaikh Rabi dan da’i-da’i Salafiyyin. Bagi “orang yang melihatnya akan mengetahui bahwa pengarangnya memiliki kedengkian yang tertanam atas dakwah Salafiyyah dan para da’inya. Dan kitab tersebut telah dibacakan kepada Syaikh kita (Syaikh Muqbil Rahimahullah) maka beliau mentahdzirnya dan juga pengarangnya setelah beliau dengar dari kesesatan–kesesatan yang ada didalamnya”(www.salafy.or.id/print?php.id_artikel=662)

[4] Dan kelompok Sururiyyin lokal yang disponsori Syarif Hazza’ dan Yusuf Utsman Ba’isa telah menghina dan melecehkan  kitab tersebut dengan merubah judulnya menjadi “Al-Quthbiyyah HUWAL Fitnah Fa’rifuha” untuk memberikan pemahaman sesat kepada umat bahwa buku berharga tersebut tidak lebih dari buku penyebar fitnah!! Alhamdulillah makar mereka terbongkar dan ternyata tuduhan keji ini tidak lebih dari sikap mengekor pada Sururiyyin di Saudi Arabia yang juga merasa heboh karena kedok kesesatannya dibongkar habis oleh para Masyayikh Salafiyyin kita (perhatikanlah wahai saudaraku, merekalah yang dulu habis-habisan membantah dan menolak fitnah Sururiyyah!! Adapun sekarang? Karena tidak bisa lagi terus “bermain sandiwara kebohongan“ ini maka merekapun sekarang juga “berbicara” tentang fitnah Sururiyyah!! Lebih jelasnya, silakan baca tema :”Kalau Sururi Mendefinisikan Sururi, Apa Yang Akan terjadi?” Kanibalisme!) Berikut penjelasan Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi Hafidhahullah ketika beliau ditanya:”Apakah pendapat anda tentang orang yang mengatakan “Sesungguhnya kitab Al-Quthbiyyah adalah kitab penyebar fitnah, tidak boleh disebarkan di kalangan pemuda”? Jawab: Kitab Al-Quthbiyyah terdapat di dalamnya peringatan terhadap kesalahan-kesalahan yang ada, sedangkan memberikan peringatan terhadap kesalahan adalah wajib. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hambaNya yang berilmu untuk memberikan peringatan kepada hambaNya yang tidak punya ilmu. Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan tentang Nabi Musa ‘Alaihis Salam ketika diberi peringatan oleh orang lain:
“Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata:Wahai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, maka keluarlah engkau (dari kota ini), sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberikan nasehat kepadamu”(QS. Al-Qashash: 20).
Orang yang Allah sebutkan dalam ayat di atas bergegas-gegas mendatangi Musa dan memberikan nasehat kepadanya untuk keluar meninggalkan kota tersebut dan penduduknya yang berusaha membunuhnya. Apakah  orang yang memebrikan nasehat kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam telah melakukan kebaikan atau melakukan kejahatan dan kejelekan?!! Tidak diragukan bahwa dia telah melakukan  kebaikan, karena Allah berkehendak untuk menjadikan Musa ‘Alaihis Salam sebagai Nabi yang mulia termasuk daru Ulul Azmi dan agar Allah memberikan petunjuk melalui Beliau kepada umat di kemudian hari.
Apakah orang yang datang kepada Musa memberikan nasehat kepadanya, melakukan perbuatan baik dan terpuji, disebut sebagai pembawa fitnah? Begitu pula dengan orang yang memberikan peringatan kepada kaum Muslimin pada masa kita sekarang ini dan juga memberikan peringatan kepada para penuntut ilmu dari orang-orang yang menginginkan kejahatan dan kejelekan pada mereka, serta ingin membawa mereka kepada pemberontakan terhadap pemerintah Muslim padahal Allah Ta’ala mengharamkannya, maka orang-orang yang memebrikan peringatan tersebut hanyalah sekedar memberikan nasehat bagi saudaranya sesama Muslim.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa kitab Al-Quthbiyyah bukan sebuah kitab yang membawa dan menimbulkan fitnah. Sedangkan orang yang mengatakan bahwa kitab ini (Al-Quthbiyyah) adalah “Kitab Fitnah” maka perkataannya adalah batil dan salah dan dia sendiri adalah penyeru dan penyebar fitnah yang menginginkan agar  kebatilan yang ada didiamkan sehingga menjadi besar dan orang-orang yang berkeinginan melakukan pemberontakan bisa melancarkannya. Pada akhirnya terjadilah pertumpahan darah, pembunuhan merajalela, kehormatan tidak dihiraukan lagi, jalan-jalan dipenuhi dengan perampok dan terwujudlah keinginan untuk memberontak kepada pemerintah…”(Menyingkap Kejahatan Aliran-Aliran Sesat, Hikmah Ahlus Sunnah, hal. 55-56)

[5] Orang ini pula yang menerjemahkan hasil karya Salman Al-Audah berjudul “Shifatul Ghuraba’, Al-Firqatun Najiyah Wath Thaifah Al-Manshurah” yang bertuliskan :”Waqaf: min Jam’iyyah Ihya’ At-Turots Al-Islamy Lajnah Janub Syarq Asia lil Muslimin fi Indunisia” yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar dengan judul Indonesia “Firqatun Najiyah”. Buku ini memiliki “keanehan-keanehan” karena membagi “lingkaran keselamatan di dunia dan akhirat” menjadi 3 bagian, yang satu lebih khusus diantara yang lain, yaitu:Firqatun Najiyah (golongan yang selamat), Thaifah Al-Manshurah (kelompok yang mendapat kemenangan) dan Al-Ghuraba’ (kelompok yang terasing). Jadi Firqatun Najiyah berbeda dengan Thaifah Al-Manshurah, demikian pula Al-Ghuraba tidaklah sama dengan keduanya. Suatu pembedaan yang Rasul pun tidak pernah menerangkan pembagiannya!!
Salman berkata:“Adapun wawasan yang terluas adalah wawasan ber
Islam yang akan menjadi jaminan masuk surga….Setelah itu adalah wawasan Firqoh najiyah sebagai wawasan kedua yang selamat dari bid’ah dan khurafat. Ini lebih khusus dari yang pertama dan mempunyai keutamaan yang tidak dimiliki oleh umat Islam secara umum…Sedangkan yang ketiga adalah wawasan Thaifah Manshurah yang merupakan inti dari Firqah Najiyah…Thaifah ini adalah kedudukan yang paling tinggi yang hanya diduduki oleh para mukmin sejati…”(Pengertian Firqah Najiyah, hal.12-13, Salman Al-Audah, Penerjemah Agus Hasan Bashari, Pustaka Al-Kautsar, cetk.1- Oktober 1992). Semoga Agus Hasan Bashari belumlah lupa dengan “karya terjemahannya’ yang “nyleneh” ini!! Apakah dia bisa berlepas tangan begitu saja sementara dia terus mendakwakan diri sebagai penyeru dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah?!

[6] Acapkali Ikhwanul Muslimin menuduh bahwa Salafiyyin suka menjelek-jelekkan, menghina dan menyesat-nyesatkan kelompoknya karena Salafiyyin membongkar kesesatan serta penyimpangan aqidah tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin serta kejahatan keji mereka (kudeta, pembunuhan-pembunuhan yang dilakukan kelompok sempalan ini) yang selama ini terus mereka tutup-tutupi dari pandangan umat dan sebaliknya berusaha sekuat tenaga menampilkan kesan bahwa Ikhwanul Muslimin berjuang untuk membela kaum Muslimin dan menegakkan Syari’at Islam.
Kelompok inipun tak segan-segan melakukan tindakan fisik untuk mewujudkan permusuhannya terhadap dakwah Tauhid dan para da’inya, sebagaimana telah terjadi di beberapa tempat. Diantaranya adalah yang terjadi di Yaman berupa penembakan brutal dan sporadis terhadap sejumlah Ahlus Sunnah di sebuah masjid, yang menyebabkan sebagian mereka (Ahlus Sunnah-peny) terbunuh. Bahkan salah satu tokoh IM di negeri Yaman mengancam Ahlus Sunnah dengan pernyataannya:”Jika seandainya kami memiliki kekuatan, niscaya kami akan memerangi Wahhabiyyin sebelum kami memerangi kaum Komunis”. Hal ini sebagaimana dikisahkan Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’I Rahimahullah dalam beberapa kali ceramah beliau.
Lebih dari itu semua, apa yang telah terjadi di Afghanistan dengan terbunuhnya seorang mujahid Ahlus Sunnah, yaitu Asy-Syaikh Jamilurrahman Rahimahullah. Pembunuhnya adalah salah seorang dari kelompok IM yang dikenal dengan nama Abu ‘Abdillah Ar-Rumi. Dia datang ke Afghanistan membawa kebencian yang sangat besar terhadap Ahlus Sunnah dan menjulukinya dengan Wahhabiyyah (= julukan yang dilemparkan oleh Surkati dan Al-Irsyadnya-peny). Pembunuhan sadis ini terjadi pada hari Jum’at 20 Shafar 1412H/ 30 Agustus 1991M sebelum Syaikh Jamilurrahman berangkat menuju shalat Jum’ah. Pembunuh kejam itu mendatangi beliau sebagai tamu yang hendak memeluknya. Tanpa disangka ternyata orang ini melepaskan tembakan ke arah Syaikh dan tepat mengenai wajah dan kepala beliau!
Demikianlah, orang-orang Ikhwanul Muslimin menuduh Salafiyyin suka menjelek-jelekkan kelompok mereka (karena berbagai kesesatannya  dibongkar sebagai wujud nyata cemburunya kita kepada Dien ini) dan “sebaliknya” mereka sendiri justru berasal dari gerakan yang menghalalkan darah kaum Muslimin ( tembak, bom, bunuh), ya- tangan, pedang dan senjata api  Ikhwanul Muslimin telah berlepotan darah kaum Muslimin!!.

[7] Orang inilah yang berkata penuh kesombongan ketika mempromosikan Syirkul Akbar, thawaf di kuburan, dengan ucapannya: