Persaksian Abdurrahman Sarijan Mengenai Ihya’ At-Turats & Al-Irsyad
Nama Lengkap: Abu Muhammad Abdur Rahman bin Sarijan
TTL: Cirebon, 01 Oktober 1978
Domisili: Jahra – Kuwait.
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji hanya bagi Allah semata. Shalawat dan salam kepada nabi akhir zaman, keluarganya, para shahabatnya serta ummatnya yang komitmen dengan sunnah-sunnahnya.
Selanjutnya,
Dalam risalah ini kami ingin menerangkan apa yang kami ketahui tentang Ihya’ At-Turats Kuwait, Yayasan As-Sunnah Cirebon, dan Majelis Ta’lim Al-Irsyad Al-Islamiyah cabang Kuwait.
1. Jum’iyah Ihya’ At-Turats Kuwait
Sesungguhnya telah banyak Masyayaikh yang menerangkan kepada ummat akan bahaya Ihya’ At-Turats dan Asatidz di Indonesia telah menterjemahkan fatwa-fatwa ulama tersebut, namun karena hawa nafsu dan syubhat -sebagian orang- tidak dapat menerima penjelasan ini. Dalam risalah ini kami tidak akan membahas tentang fatwa ulama kepada Jum’iyah ini, tetapi kami akan menyampaikan sepak terjang Ihya’ At-Turats bagi warga Indonesia yang tinggal di Kuwait – insya Allah -.
Selama + 2 tahun kami belajar dengan da’i utusan Ihya’ At Turats Indonesia di Kuwait, Abu ‘Umair Faruq namanya. Kami biasa menghadiri ta’lim bulanan, maupun pekanan. Selama itu kami mendengar ta’lim baik yang disampaikan oleh Abu ‘Umair sendiri maupun oleh masyayaikh dari Ihya’ At-Turats. Diantara nama-nama syaikh dari Ihya’ At Turats adalah; Abdullah Sabt[1], Khalid Sulthan – dan yang terakhir ketika kami hadir adalah Muhammad Hamud An-Najdi[2] -. Selain itu Ihya’ At Turats – bekerjasama dengan Majelis Ta’lim Al Irsyad cabang Kuwait – mengundang Yusuf Utsman Ba’Isa ke Kuwait dalam Daurah Syaikh Al-Albani I selama sepekan. Ketika diadakan Daurah inilah Yusuf Utsman Ba’Isa membawa proposal pengadaan Stasiun Radio di Cirebon, kami lihat sendiri proposal tersebut[3]
Di Ihya’ At-Turats Kuwait – Lajnah Junuub Syarq Asia – terdapat 2 orang Indonesia; Abu Umair Faruq dan Abu Maryam Abdul Ma’bud. Orang yang kedua ini kami tidak mengetahui apa manhajnya. Kami merasa heran kepada beliau ketika beliau mengatakan kepada kami dan Abu Zaenab Anang: “Jika antum ingin menasehati mereka – yakni Jama’ah Tabligh – maka antum katakan kepada mereka, “Saya ingin mempelajari jama’ah antum “. Maknanya – wallahu a’lam -, jika kita ingin memperbaiki jama’ah dholal[4] maka kita mesti masuk kedalam jama’ah tersebut – waliyadzubillah -. Perkataan beliau ini belum pernah kami dengar dan baca baik dari masyayaikh maupun asatidz dalam kitab maupun ceramah. Perkataannya ini beliau ulang sebanyak dua kali, pertama ketika kami bersama Abu Zaenab berkunjung ke rumah beliau dan kedua ketika di masjid beliau – Abu Maryam memiliki pekerjaan rangkap, sebagia pegawai Ihya’ At Turats dan pegawai Dept. Awqaf (muadzin) -.Perkataan serupa juga beliau ulang kepada Abu Zaenab sebanyak dua kali.
Perlu diketahui, bahwa para anggota Jama’ah Tabligh warga Indonesia belajar kepada Abu Maryam ini. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Abu Zaenab kepada kami.
Sesungguhnya kami sudah mengetahui tentang fitnah Ihya’ At Turats + 8 tahun yang silam. Namun pada waktu kami di Indonesia, kami tidak memiliki bukti-bukti otentik. Baru ketika kami di Kuwait, kami memiliki bukti-bukti yang kami inginkan. Namun, beberapa bulan setelah kami memiliki bukti-bukti yang kami inginkan kamipun belum juga percaya dengan fitnah ini, apalagi ketika kami mendengar langsung perkataan Syaikh Salim bin Ied Al Hilaliy – dalam Daurah Ilmiyah II yang di adakan oleh Ihya’ At Turats cabang Jahra selama sepekan, mulai tanggal 4-9-2004-, pada awal daurah Syaikh hafizhahullah mengatakan Jum’iyatuna kepada Ihya’ At-Turats Al-Islamiy.
Kami tidak berhenti sampai disitu, kami terus mencari bukti tentang Jum’iyah ini dan Alhamdulillah kami menemukan satu bukti lagi, yakni Ihya’ At-Turats telah mengundang tokoh Ihwanul Muslimin Kuwait dalam Daurah Ummul Mu’minin ‘Aisyah r.a yang diadakan oleh Ihya’ At-Turats cabang Andalus, tokoh yang diundang itu adalah DR. Muhammad Thabthaba’i[5]. Hal ini sebagaimana termaktub dalam majalah Al Furqan – Syaikh Muqbil rahimahullah menyebutnya dengan majalah Al Furqah (pemecah belah) – edisi:325/ 22 Dzul Qa’dah 1325H/ 3 Januari 2005, hal:40-41.Selain itu, kami juga bertanya kepada Syaikh Khalid Ad-Dufairi (murid Syaikh Rabi’ hafizhahullah) dan Syaikh Salim Al-’Ajmiy (murid Syaikh Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah) tentang Jum’iyah ini. Kesimpulan jawaban mereka adalah sebagaimana fatwa-fatwa kibarul ulama,yakni kami tidak boleh belajar dengan Jum’iyah ini.
2. Yayasan As-Sunnah Cirebon
Yayasan As-Sunnah Cirebon adalah yayasan dimana kami pertama kali belajar Ad-dien sesuai dengan manhaj salaf. Kami belajar dengan asatidznya, misal: Abu Abdur Rahman Fariq bin Qasim Anuz, Abu Nu’man Muhammad Thoharah dll. Ketika kami masih di Indonesia, kami pernah ditanya oleh seseorang tentang sumber dana Yayasan As Sunnah ketika membangun Masjid, spontan kami jawab tidak tahu, karena memang kami tidak tahu masalah tersebut. Namun berikut akan kami terangkan kepada antum wahai ikhwah yang belajar di Yayasan As Sunnah Cirebon (khususnya) akan salah satu sumber dana Yayasan As Sunnah ketika pengadaan hewan qurban tahun 1425 H. Kami terangkan sebagai berikut;
a. Dana yang diperoleh Yayasan As Sunnah Cirebon dalam pengadaan hewan qurban tahun 1425 H diantaranya bersumber dari Majelis Ta’lim Al Irsyad cabang Kuwait. Sumber dana Majelis Ta’lim Al Irsyad berasal dari warga Indonesia yang ikut ta’lim kepada Abu Umair Faruq, sumber lainya dalam pengadaan hewan qurban ini hanya pengurus dan Abu Umair sendirilah yang mengetahuinya.
Majelis Ta’lim Al Irsyad juga mengirimkan bantuan pengadaan hewan qurban pada tahun yang sama kepada Al Irsyad Al-Islamiyah. Semua dana untuk keduanya kami sendirilah yang membawanya ke Indonesia.
b. Yayasan As Sunnah dan Al Irsyad harus mengirimkan laporan sebanyak 2 (dua) rangkap. Yakni, untuk Majelis Ta’lim Al Irsyad Kuwait dan Jum’iyah Ihya’ At Turats (dalam bahasa Indonesia dan Arab). Hal ini membuktikan bahwa Ihya’ At Turats juga ikut andil dalam pengadaan hewan qurban pada tahun tersebut. Kami mengetahui dengan yakin karena kami sendiri yang mengirim maupun mengefaxkan surat ke kedua yayasan ini.
3. Majelis Ta’lim Al-Irsyad Al-Islamiyah Cab. Kuwait
Kami mendengar bahwa majelis ta’lim ini sudah ada sebelum kami datang ke Kuwait. Majelis ini baru diresmikan + 1-2 tahun yang lalu oleh utusan Pimpinan Pusat Al Irsyad, yakni Farid Ahmad Oqbah dan seorang lagi, kami lupa namanya.
Majelis Ta’lim Al Irsyad cabang Kuwait pada saat itu diketuai oleh Abu Abdur Rahman Mujahid Yudi (perawat). Peserta majelis ta’lim umumnya para perawat, sebagian dari pekerja di Perusahaan Honda, dan pekerja di Perusahaan furniture (mebeler). Salah satu program majelis ta’lim ini adalah memberikan bantuan dana, misal kepada Yayasan As Sunnah Cirebon dan Al Irsyad sebagaimana kami kemukakan di atas. Majelis ta’lim ini juga sering mengeluarkan bulletin, penggandaan kaset-kaset Ustadz Yazid Jawas serta Ustadz Abdul Hakim Abdat. Majalah As Sunnah, Fatawa dll juga masuk ke Kuwait, baik melalui Ihya’ At-Turats maupun warga Indonesia yang pulang cuti.
Wallahi ya Ikhwah, demikian apa yang kami ketahui dengan yakin tentang Ihya’ At Turats Kuwait, Yayasan As Sunnah Cirebon, dan Majelis Ta’lim Al Irsyad cabang Kuwait. Kami yakin akan ada orang-orang yang akan membenci kami dengan adanya risalah ini, namun kami akan berkata: “Katakanlah yang benar walaupun itu menyakitkan”. Hal ini sudah kami alami ketika menulis risalah tentang nama-nama ulama yang memboikot untuk belajar dan menerima bantuan dari Ihya’ At Turats, hanya kepada-Nya lah kita meminta pertolongan. Allahul Musta’an.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakatuh
Jahra-Kuwait, 13 Jumadil Awwal 1426/ 20 Juni 2005.
Akhukum fillah,
Abu Muhammad Abdur Rahman
(Semoga Allah mengampuninya, keluarganya, serta kaum muslimin)
Cat:
Sekarang penulis sedang belajar kepada Syaikh Abu Abdillah Khalid Azh-Zhufairi hafizhahullah.
(Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kami untuk dapat mengambil ilmu darinya)
Footnote:
[1] Lihat fatwa Syaikh Muqbil rahimahullah dan kaset dengan judul “Risalah Ila Abdullah As-Sabt” oleh Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullah tentang orang ini.
[2] Beliau adalah ketua Jum’iyah Ihya’ At-Turats cabang Shabah An-Nashir – Kuwait, serta salah seorang murid Abdur Rahman Abdul Khaliq (Kalimat terakhir dinukil dari perkataan da’I Ihya’ At-Turats, Abu Umair Faruq). Kami pernah berhadapan langsung dengan beliau beberapa kali.
[3] Menurut Arif bin Andi (adik ipar Abu Umair Faruq), proposal ini akan direalisasikan. Hal ini kami dengar langsung dari Arif, ketika itu beliau bekerja membantu Abu Umair di Ihya’ At-Turats Lajnah Junuub Syarq Asia.
[4] Jama’ah Tabligh termasuk ke dalam 73 firqah. Lihat fatwa terakhir Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah.
[5] Insya Allah akan kami sertakan copy-an majalah edisi tersebut