Syubuhat Irsyadiyyun dan Turatsiyyun…

SEKALI LAGI TENTANG AL-IRSYAD & IHYA’ AT-TURATS (UPDATE:20/02/’07)
(resume isi Badai Fitnah Ihya’ At-Turats dan syubuhat yang mengiringinya)

Sebuah resum badai fitah Ihya’ Turats dan syubhat yang mengiringinya, silahkan menyimak.. 

Bismillahirrahmanirrahim

I. AS-SURKATI, SEORANG TOKOH BESAR GERAKAN PAN ISLAMISME/WIHDATUL FIRQAH AL-AFGHANI AR-RAFIDHI YANG “TERANIAYA” DAN “TERDHALIMI”?
Kalau Allah  hendak ungkapkan mutiara kebenaran yang disembunyikan
Dia  kuakkan lewat lisan-lisan hizbi yang menghinakan
Kalau bukan sebab dijilat api
Tentu takkan dikenal wangi aroma gaharu
Kalau bukan sebab ceramah tuan (Abdurrahman) At-Tamimi yang disebarkan
Tentu takkan dikenal si Pembesar Hizbi Penipu Masyayikh Yordan & umat Islam
Kalau kemarin, Hizbiyyin-Ikhwaniyyin (Abduh ZA.) & Surkati-Surkatiyyin (Majalah Adz-Dzakhirah & alirsyad–alislamy.or.id) propagandakan bahwa…..
Jamaluddin Al-Afghani Al-Ibrani & Muhammad Abduh Al-Mishri sebagai pembaharu
Sekarang –alhamdulillah- kita mengenal keduanya …..
Sebagai missionaris !!

Pendahuluan

As-Surkati, seruan dakwahnya dan kepada siapa beliau berkiblat. Sebagai pembuka, inilah tujuan dakwah didirikannya Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang dicita-citakan oleh Al-’Allamah Asy-Syaikh Salafi As-Surkati As-Sudani:
Di bawah judul “Persatuan Islam”, ketika mengomentari perjanjian persekutuan antara “dua negara Islam” (istilah Ahmad Surkati As-Sudani) yaitu Iran dengan Afghanistan, Syaikh Ahmad Surkati As-Sudani dengan gaya bahasa “bombastis” mengungkapkan betapa ruhnya merasakan ruh pujaannya (Jamaluddin Ar-Rafidhi Al-Ibrani) yang tinggi lagi kekal sedang menari-nari :
“Kami tulis kertas ini serta merta ruh kami merasakan adanya ruh yang tinggi lagi kekal milik penggugah negeri-negeri timur –Assayyid Jamaluddin Al-Afghani- tengah menari-nari riang gembira begitu mendengar suksesnya perserikatan antara negara Iran dan Afghanistan. Semoga Allah menyucikan jalannya karena telah sekian lama dia mengangan-angankan terwujudnya persatuan ini dan diapun telah berusaha sekuat tenaga, akan tetapi apa daya kematian telah mendahuluinya hingga ia tidak sempat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, maka bekulah dadanya, terpenuhi dengan kesedihan terhadap kenyataan negeri-negeri timur yang sengsara”
(Lembaran “kuna” Majalah AdzDzakhirah, juz 7, 1342H/1924M, hal.319-320)
Demikianlah, orang Sudan yang telah dipaksa oleh ustadz Abdurrahman Tamimi untuk mengenakan baju dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah (ketika menceramahi para ulama pada Muktamar Masyayikh Salafiyyin ke-1 di Yordania) ternyata ruhnya lebih memilih menyaksikan ruh seorang Syi’ah Rafidhah Al-Irani, tokoh organisasi Yahudi Freemasonry, Sayyid Jamaluddin Al-Afghani yang sedang menari-nari riang gembira!! Dan orang ini pula yang pernah berkata :
“Sesungguhnya keNabian itu bisa diupayakan sebagaimana mengupayakan suatu pekerjaan/profesi!”
Tetapi, siapakah sebenarnya Jamaluddin Al-Afghani?
Inilah kami haturkan kepada pembaca sebuah surat yang ditulis oleh sosok “pembaharu, mujadid, reformer, penggugah negeri-negeri timur”(dalam tanda petik), ahli filsafat As-Sayyid Jamaluddin Al-Afghani Al-Masuny Al-Ibrani (yang dikagumi seruan Pan-Islamisme/Wihdatul Firqahnya oleh Al-Allamah Asy-Syaikh Ahmad Surkati As-Sudani  dengan Al-Irsyadnya dan Hasan Al-Banna dengan Ikhwanul Musliminnya) kepada para pimpinan organisasi rahasia Yahudi Freemasonry :
“SEORANG GURU ILMU-ILMU FILSAFAT DI MESIR YANG TERPELIHARA, JAMALUDDIN AL-KABILY (NAMA LAIN AL-AFGHANI-PENT) YANG BERUMUR 37 TAHUN, MENYAMPAIKAN:
BAHWA SESUNGGUHNYA SAYA BERHARAP TERHADAP SAUDARA-SAUDARA YANG PENUH KETULUSAN, SAHABAT KARIB YANG SETIA, TUAN-TUAN YANG DISUCIKAN, ANGGOTA FREEMASONRY YANG TERJAGA DARI CELA DAN KEKURANGAN, AGAR SUDI MENERIMA SAYA DENGAN BAIK DALAM PERKUMPULAN YANG DISUCIKAN INI SERTA MEMASUKKAN SAYA KE DALAM BARISAN ORANG-ORANG YANG MASUK LEBIH DULU DALAM PERKUMPULAN YANG MEMBANGGAKAN INI

Kamis, 22 Rabi’uts Tsani 1292H
(tanda tangan Jamaluddin Al-Afghani
)1)Maka lengkap sudah “tarian kesesatan” yang digandrungi oleh Syaikh Salafi Ahmad Surkati As-Sudani!!
Syaikh Ahmad Surkati (pendiri Al-Irsyad Al-Islamiyyah, berasal dari  Sudan) juga berkata (dan ini adalah bukti nyata terpengaruhnya dia dengan dakwah Pan-Islamisme yaitu mempersatukan berbagai pandangan (baca: Islam Warna-Warni) Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi “Al-Fremansory” Al-Ibrani! :
“ORANG-ORANG YANG MEMILIKI KEYAKINAN KHURAFAT, MESKIPUN MEREKA MEMILIKI PENYIMPANGAN DALAM BEBERAPA SEGI, MEREKA ITU MASIH KHURAFIYNA/SAUDARA KITA, KELOMPOK SYI’AH, MESKIPUN MEREKA BERLEBIH-LEBIHAN, MEREKA MASIH SYI’IYNA/SAUDARA KITA, KELOMPOK KHAWARIJ, MESKIPUN MEREKA EKSTRIM, MEREKA MASIH KHARIJIYNA/SAUDARA KITA, WAHABI MESKIPUN MEREKA KERAS namun masih termasuk Saudara Kita, dan SUNNI MESKIPUN MEREKA HANYA MENGAKU-NGAKU, namun masih tetap golongan kita. Masing-masing itu kaum muslimin, orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mencari ridha Allah meskipun dia terjatuh dalam kesalahan-kesalahan ijtihadi,2)) Dan… “INILAH, DADA KAMI MENERIMA DENGAN LAPANG DADA PENDAPAT YANG MENDUKUNG KAMI DENGAN PENDAPAT YANG LURUS DALAM TUJUAN INI.
DAN MAJALAH ADZDZAKHIRAH INI MENYAMBUT DENGAN LUAS (SANGAT TERBUKA), HALAMAN-HALAMANNYA TERBENTANG LUAS, PINTUNYA TERBUKA LEBAR BAGI SIAPA SAJA YANG INGIN BERGABUNG DENGAN KITA DALAM AMALAN YANG AGUNG INI, BAIK DENGAN JIWANYA MAUPUN HARTANYA(Majalah AdzDzakhirah, juz 1, Muharram 1342H, hal.5)
Itu adalah seruan Syaikh Salafy Irsyadi di buku karyanya yang ditulis dan disebarkannya sendiri. Bagaimana dengan kesaksian Irsyadiyyun mengenai tujuan dakwah PAN-Islamisme tokoh besarnya? Hussein Badjerei menjelaskan: “SEBAGAI PENGANUT PAN ISLAM, SURKATI TENTU SAJA BERUSAHA UNTUK MEYAKINKAN SEMAUN, BAHWA HANYA DENGAN ISLAM DAN PERSATUAN DUNIA ISLAM, negeri Indonesia ini bisa dimerdekakan, sedangkan Semaun berpendapat bahwa Komunismelah yang mampu menghadapi kolonialisme Belanda. Dua jam lebih perdebatan berlangsung, namun tetap saja tidak akan terdapat titik temu”(Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, hal.36-37). Betapa anehnya, Surkati justru berucap kepada gembong PKI Semaun: “Ana Uhibbu Haadzar Rajuula Katsiiraa”, ucapan keji yang justru keluar ketika Ahmad Surkati tidak mampu meyakinkan kepada Semaun PKI bahwa komunis adalah ajaran sesat-kafir buatan manusia! Kecintaannya kepada Semaun yang murtad menjadi seorang PKI “karena keyakinannya yang demikian kokoh dan jujur bahwa hanya dengan komunisme-lah tanah airnya dapat dimerdekakan”! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Hussein Badjerei melanjutkan: “Dengan latar belakang beberapa peristiwa itu, NAMPAK JELAS PERANAN SOERKATI DALAM MENGEMBANGKAN PAN-ISLAM  dan goodwill Soerkati mengajak debat terbuka Semaun, dengan harapan siapa tahu Semaun dapat ‘disadarkan’ dari kekeliruannya dan bersatu kembali dengan Cokroaminoto” ((Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, hal.38; juga H.Hussein Badjerei, dalam “Ahmad Soerkati (1), alirsyad.or.id, Nov 08, 04 | 10:48 am)

Maka Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi hafidhahullah berfatwa mengenai tokoh besar gerakan PAN-Islamisme/Wihdatul Firqah/Persatuan Berbagai Macam Firqah (penyambung dakwah Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi Al-Masuny Al-Ibrani) di Indonesia ini: “..Dia bukan alim salafi dan bukan pula da’i salafi!” (Tanya jawab dengan Syaikh An-Najmi pada hari Sabtu, tanggal 10 September 2005)

Sebagaimana pula fatwa Syaikh Ubaid hafidhahullah mengenai tokoh yang satu ini: “…Karena sesungguhnya dia bukan salafiyyah walaupun mengaku diatasnya!”(Tanya jawab dengan Syaikh Ubaid Al-Jabiri pada hari Ahad, tanggal 11 September 2005)Betapa As-Surkati ketakutan dituduh lawan-lawannya sebagai “Wahhabi”: “…Sampai-sampai gemetar jari-jemariku ini ketika menulis masalah ini karena khawatir manusia akan menuduhku Wahabi meskipun ada dalam diriku keimanan, kesungguhan dalam menyuarakan kebenaran serta kemampuan bahasa. Dan mereka akan menganggapku sebagai pembela (Wahabiyah) lalu memprovokator orang-orang awam dalam (memusuhi) diriku meskipun aku belum pernah berkumpul dengan seorangpun dari kelompok (Wahabiyah) selama hidupku. Akan tetapi yang menyatukan diriku dan mereka adalah Al-Qur’an yang menyatukan semua kaum muslimin” (Neo-Adzdzakhirah, Ed.13, Th.III, April 2005)Walaupun demikian, tuan Abdurrahman Tamimi (tanpa rasa takut sedikitpun kepada Allah) berupaya menipu daya peserta Muktamar Masyayikh Salafiyyin di Markas Al-Albani dengan ucapan (dustanya): “SYAIKH AHMAD SYURKATI TERPENGARUH DENGAN DAKWAH SYAIKHUL ISLAM MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB –RAHIMAHULLAH-….”
(Majalah Adz-Dzakhiirah Ed.10/th.II/2004/1425H, hal.13-14)
Allahumma….

Saudaraku rahimakumullah, artikel-artikel seputar Al-Irsyad yang kami publikasikan di website ini adalah sebuah bukti (mengenai sejarah Al-Irsyad itu sendiri di negeri ini) yang bersumber dari tulisan salah seorang tokoh besar Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Hussein Badjerei anak dari Abdullah Badjerei murid tersayang As-Surkati As-Sudani sang pendiri organisasi ini.
Kami harus tegaskan demikian untuk menepis tuduhan-tuduhan dusta dan khianat yang sangat mungkin dilontarkan oleh pembela fanatiknya bahwa “pemuda-pemuda ingusan yang bodoh lagi tidak berilmu, yang terbakar oleh semangat permusuhan dan fanatik buta terhadap ustadz-ustadznya dan kejahilan” sedang melancarkan fitnah dengan mendzalimi ulama “pembaharu” kebanggaan kami.
Tidak, sama sekali tidak, bahkan yang kami hadirkan adalah bukti ilmiah “fitnah dan kedhaliman” (kalau memang bahasa ini yang mereka gunakan!) terhadap As-Surkati yang dilancarkan oleh tokoh besar Al-Irsyad (Hussein Badjerei) itu sendiri! Silakan anda sekalian untuk mengkroscek langsung sumber literatur yang kami cantumkan. Literatur tersebut benar-benar literatur resmi yang diakui oleh Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah, bahkan sebagian isi buku tersebut dipublikasikan  melalui media resmi internet mereka sendiri! Betapa anehnya bahwa kamilah yang dituduh telah menganiaya dan mendzalimi As-Surkati-nya.
Beberapa upaya yang sangat mungkin mereka lakukan sebagai akibat dipublikasikannya sejarah Al-Irsyad:

1.Mereka akan menunjukkan (sebuah fakta) bahwa As-Surkati benar-benar telah mengetahui (dan sepaham?) dengan dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab 1)) agar kita sekalian dapat digiring untuk memahami bahwa As-Surkati telah “TERINSPIRASI” oleh dakwah Tauhid beliau. Tetapi hal ini justru menjadi bumerang karena CELAAN As-Surkati dan Irsyadiyyun terhadap dakwah tauhid Syaikhul Islam sebagai “WAHHABI MUSYADDID/EKSTREM” dst (lebih lengkap lihat celaan mereka di Badai Fitnah sub bab 18.15 dan 18.16) tidaklah keluar kecuali memang berasal dari orang yang telah mengetahui hakekat dakwahnya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab!! Sebuah celaan “Wahhabi Musyaddid/ekstrem” yang keluar justru karena As-Surkati telah mengetahui hakekat dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab! Justru karena As-Surkati tidak mau dirinya dituduh sebagai Wahhabi!! Betapa Surkati “merasa ketakutan” dituduh penganut “Wahabi” oleh lawan-lawannya di masa itu: “…Sampai-sampai gemetar jari-jemariku ini ketika menulis masalah ini karena khawatir manusia akan menuduhku Wahabi meskipun ada dalam diriku keimanan, kesungguhan dalam menyuarakan kebenaran serta kemampuan bahasa. Dan mereka akan menganggapku sebagai pembela (Wahabiyah) lalu memprovokator orang-orang awam dalam (memusuhi) diriku meskipun aku belum pernah berkumpul dengan seorangpun dari kelompok (Wahabiyah) selama hidupku. Akan tetapi yang menyatukan diriku dan mereka adalah Al-Qur’an yang menyatukan semua kaum muslimin” (Neo-Adzdzakhirah, Ed.13, Th.III, April 2005)
Masih adakah segelintir manusia yang memaksa memanipulasi sejarah bahwa Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab “mempengaruhi” dakwah As-Surkati?

2.Untuk menetralisir bukti “kejahatan di atas”, mereka akan meninggikan peran dan karya As-Surkati dalam memerangi syirik, bid’ah dan khurafat di negeri ini SEBAGAI BUKTI KESAMAAN YANG HAMPIR 100% SAMA antara dakwahnya dengan dakwah Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahhab tanpa menjelaskan perbedaan yang sangat mendasar, kontradiksi yang sangat fundamental dan analogi yang sangat fatal antara dakwah As-Surkati dengan Hizbul Irsyadnya dengan dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, yakni ucapan Surkati: “orang-orang yang memiliki keyakinan khurafat, meskipun mereka memiliki penyimpangan dalam beberapa segi, mereka itu masih Khurafiyna/Saudara Kita. dan kelompok syi’ah, meskipun mereka berlebih-lebihan, dia masih Syi’iyna/Saudara Kita. dan kelompok khawarij, meskipun mereka ekstrim, dia masih Kharijiyna/Saudara Kita. dan Wahabi meskipun Mereka Keras (Musyaddid) namun masih saudara kita, dan sunni meskipun mereka hanya mengaku-ngaku, namun masih saudara kita… Masing-masing itu kaum Muslimin, orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mencari ridha Allah. Meskipun mereka salah dalam permasalahan-permasalahan ijtihadi, (mereka) masih masuk dalam saringan, masih masuk dalam pagar agama Islam.”(Majalah AdzDzakhirah, juz 1, Muharram 1342H, hal.5)

Di sini, mereka tidak mampu lagi melangkah lebih jauh dalam mempersamakan (100%!!) dakwah “tauhid” model As-Surkati dengan dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab! Apakah Syaikhul Islam berdakwah Tauhid sebagaimana model “Tauhid” Khurafiyna, Syi’iyna dan Kharijiyna serta Wahhabi Musyaddid-nya As-Surkati dan Hizbul Irsyadnya? Apakah Syaikhul Islam mengajarkan bai’at sebagaimana Surkati dan Hizbul Irsyad membai’at pengikutnya? Apakah Syaikhul Islam mengajarkan Ahlus Sunnah untuk mengingkari hadits-hadits ahad seperti halnya pengingkaran Surkati terhadap nuzulnya Isa ‘Alaihissalam dan kemunculan Dajjal? Inikah bukti ceramah dusta dan dzalim ustadz Abdurrahman Tamimi di Markas Al-Albani bahwa As-Surkati terpengaruh oleh dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab? Sangatlah pantas bagi kita jika bertanya kepada mereka: “Apalah artinya kitab dan karya As-Surkati yang membahas tentang kesyirikan, kebid’ahan dan khurafat yang anda promosikan itu jika kenyataannya dia toh ujung-ujungnya masih meyakini bahwa Khurafiyyun (yang dibantahnya!) adalah saudaranya? Apalah artinya promosi anda sekalian –wahai Irsyadiyyun- bahwa As-Surkati dengan berbagai karyanya adalah penumpas kebid’ahan jika firqah sesesat dan sebid’ah Syi’ah toh ujung-ujungnya masih diyakini sebagai saudaranya? Apalah artinya kesesatan yang berupaya dihancurkan As-Sudani jika toh Khawarij yang jelas-jelas anjing nerakapun pada akhirnya masih diyakini sebagai saudaranya? Demi Allah, “tauhid” semacam inilah yang mereka nyatakan sebagai bukti kesamaan hampir 100% antara dakwah Syaikhul Islam dengan dakwah “tauhid”nya As-Surkati!! Sungguh hal ini adalah bukti kedzaliman ustadz Abdurrahman Tamimi dan pembela fanatiknya terhadap Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, Musyaddidnya As-Sudani!

3.Syaikh berkata: “Namun yang wajib diketahui oleh setiap yang memiliki akal dan pandangan bahwa Syaikh Surkati rahimahullah hidup dinegeri ini 1 abad yang lalu dan pada saat itu negeri ini menjadi lahan subur bagi sufisme / tasawuf, penyembah kubur, kesyirikan, bid’ah dan kesesatan. Tidak ada pada waktu itu da’i yang menyeru manusia untuk menolak bid’ah, syirik, bahkan hadits lemah maupun palsu (selain beliau)… akan tetapi (secara jujur) beliau terpengaruh dengan madrasah /pemikiran Syaikh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho2)) dan beliaupun memiliki kesalahan-kesalahan…Adapun yang membandingkan antara dakwah salafiyah sekarang di Indonesia atau yang lainnya dengan dakwah salafiyah pada zaman Syaikh Surkati satu abad yang lampau maka ini adalah perbandingan yang dzalim dan tidak benar. Apabila ada yang ingin mengetahui keadaan seseorang maka hendaklah dia mengenal sekelilingnya, fakta serta madrasah/pemikiran yang selaras ataupun yang menyelisihinya.”
Pernyataan ini perlu dilihat:
Kita katakan:
“Rabbi, maka janganlah Engkau jadikan aku berada diantara orang-orang yang dzalim”
(QS. Al-Mukminun:94)

Syaikh Ali Hasan berkata:
“Kebenaran itu lebih besar dari seorangpun diantara kami…”
(Nasehat Syaikh Ali Hasan dan Syaikh Musa Nasr, abusalxx.bahaya.net)
Ucapan beliau inilah yang melandasi kami –yang miskin ini- untuk memberanikan diri memberikan beberapa catatan ringan atas pidato beliau ketika pembukaan daurah Masyayikh yang ke-5.
Dari mana beliau mendapatkan informasi bahwa hanya As-Surkati As-Sudani SEORANG DIRI yang berdakwah  di kala itu???! Siapa yang memberikan masukan informasi sejarah keliru yang sangat fatal tersebut? Ini adalah salah satu bukti dari sekian banyak bukti bahwa beliau benar-benar dipermainkan! Sungguh sangat jahat orang-orang yang berani mempermainkan para ulama!! Dimana para da’i “Salafy Wisma Erni” yang berdatangan dari seluruh penjuru tanah air ketika khutbah ini (tidak ada para da’i selain Surkati di kala itu!!)) dikumandangkan?? Bukankah mereka semua adalah warga negara Indonesia yang sedikit banyak tentu mengetahui sejarah dakwah Islamiyyah di Indonesia?? Kenapa mereka semua diam?? Apakah tidak ada yang berusaha untuk meluruskan “pembengkokan(?)” sejarah ini? Ataukah….mereka yang dengan mudah dan gampangnya mencap orang lain sebagai Ruwaibidhah, ashaghir, anak-anak ingusan yang jahil lagi bodoh, muqallid-fanatik  ternyata mereka sendirilah yang…….Allahul Musta’an.
Satu pertanyaan kepada para da’i Salafi Wisma Erni , kenapa pengaruh kesesatan Al-Afghani Ar-Rafidhi sebagaimana yang diakui sendiri oleh As-Sudani di majalahnya sendiri (Adz-Dzakhirah Al-Islamiyyah) yang ternyata tidak diungkapkan oleh Syaikh (hanya menyebut pengaruh Abduh dan Rasyid Ridha saja!!) kalian hanya diam membisu dan duduk terpaku??
Wallahi, Demi Allah, jawablah dengan jujur apakah kalian memiliki majalah As-Surkati itu ataukah tidak?? Padahal kalian telah bahu membahu untuk membela dakwahnya!! Kalau kalian katakan tidak memiliki majalah tersebut, ilmu dan informasi apa yang melandasi kalian untuk membela Surkati dan dakwahnya?? Bahkan mempertahankan label Kesalafiyyahannya!! Kalau kalian memiliki buku tersebut dan tahu benar kesesatan As-Sudani dan Hizbul Irsyadnya sementara kalian berdiam diri ketika nama Al-Afghani “tidak disebutkan”, maka ini adalah suatu bentuk pengkhianatan besar  terhadap seluruh kaum Muslimin!! Upaya “pendangkalan” terhadap kesesatan As-Sudani!! Kalau kalian menjawab tidak tahu menahu permasalahan ini sementara kalian berwala’ kepada mereka dan dakwahnya, apakah pantas anak-anak ingusan ini mengingatkan kalian dengan satu bab di Shahih Bukhari yang berbunyi “Al-Ilmu Qabla Qaul wal Amal”??! Lihatlah ke belakang, sesungguhnya kalian tidaklah sendirian. Syabab dan kaum Muslimin menunggu kejelasan dan ketegasan sikap kalian, hendak ke arah mana mereka kalian arahkan? Semoga Allah memberikan hidayahnya kepada kita semuanya. Amin
Sesungguhnya, kesesatan dan penyelewengan terhadap syari’at Islam dan manhaj Ahlus Sunnah, menyeleksi (baca:menolak dan mengingkari) hadits-hadits Shahih tentang turunnya Isa ‘Alaihis Salam dan keluarnya Imam Mahdi, penghinaan dan pelecehan terhadap dakwah tauhid (khususnya yang diemban oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab), ba’iat sesat yang menjadi ciri khas Sufiyyah dan Ahlul Bid’ah serta kelompok-kelompok Hizbiyyah, mengagumi dan menyayangi gembong besar PKI di masa itu, menjadi corong dakwah PAN Islamisme sekaligus pengekor Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi Al-Masuny agen Yahudi serta Muhammad Abduh Al-Mu’tazili sehingga dengannya Surkati dengan Al-Irsyadnya berupaya menyatukan berbagai kelompok-kelompok sesat seperti Khawarij Anjing-Anjing Neraka, para penganut Khurafat, Syi’ah serta menjadi shahabat dekat (bahkan!!) menjabat sebagai Syaikhnya para pejabat penjajah kafir harbi Belanda yang ketika itu menjajah dan menginjak-injak kehormatan negeri ini, “memakan” dana lotre penjajah kafir tersebut untuk kepentingan organisasinya, yang lotre tersebut notabene hasil dari merampok dan merampas kekayaan Muslimin Indonesia, bekerjasama dakwah bersama Manggush antek Belanda yang sangat besar jasanya dalam pendirian Al-Irsyad, menjadi shahabat seorang gembong besar Orientalisten-Missionaristen-Kolonialisten Snouch Hurgronje yang menjadi pahlawan dunia barat karena strategi intelijennya yang jenius sehingga berhasil menumpas perjuangan kaum Muslimin!! Walaupun pada akhirnya Belanda lari terbirit-birit dari negeri ini. Alhamdulillah.
Dimana posisi “Syaikh Salafy” Surkati di masa itu (dan kita tidak perlu membandingkannya dengan kondisi di masa kini Syaikh Salafy ini berada di pihak para pejuang Islam (yang diidentifikasikan sebagai masyarakat yang berpemahaman rendah terhadap agamanya, bergelimang dengan kesyirikan dan kebid’ahan) ataukah di sisi para penjajah kafir itu?! Ataukah justru menikmati fasilitas dan jabatan ‘kerennya” sebagai Syaikh Pejabat kafir Belanda yang sedang menjajah negeri ini?! Bukankah seharusnya dia menunjukkan sikap dan aqidah Salafiyyahnya dengan gagah berani memompa semangat perjuangan kaum Muslimin Indonesia ketika itu sebagai bukti keTauhidannya yang benar?! Apalagi Surkati telah dinyatakan “Bukan saja dia seorang Salafy bahkan Syaikh Salafy”!!
Sekali lagi, kita tidak akan membandingkan dakwah Salafiyyah di masa Surkati dengan dakwah Salafiyyah di masa kini. Kita bahkan membaca dan menyaksikan teladan A’immah Ahlus Sunnah sebelum kita, bahkan jauh sebelum Surkati lahir!! Bukankah mereka telah berbicara di kitab-kitabnya tentang Ba’iat Bid’ah dhalalah seperti yang dipraktekkan oleh Surkati dan Al-Irsyadnya?! Bukankah para ‘aimmah tidak pernah mempersaudarakan Ahlus Sunnah dengan para penganut Khurafat, Syi’ah dan Khawarij sebagaimana As-Surkati dan Hizbul Irsyadnya mempersaudarakan?
Hasan Al-Banna dengan Ikhwanul Muslimin-nya telah mempraktekkan hal yang sama (Bai’at dan juga upayanya dalam mempersatukan berbagai kelompok firqah dengan latar belakang manhaj yang berbeda-beda)3)). Tetapi ada yang lebih dulu mempraktekkan seruan dakwah Ikhwanul Muslimin ini!!
Al-Irsyad dan As-Surkati telah mempraktekkan dan menyerukan bai’at serta ajakan persatuan firqah-firqah bahkan 15 tahun sebelum Ikhwanul Muslimin lahir!! Para ulama Salafiyyah Ahlus Sunnah telah menyingkap dan menulis penyimpangan-penyimpangan Ikhwanul Muslimin di kitab-kitab mereka (di masa kini). Apakah para ulama kita sedang mendzalimi Hasan Al-Banna “hanya karena” menunjukkan kepada umat berbagai kesesatannya dan kesesatan IM-nya agar umat menjadi waspada dan tidak terjebak oleh kesesatan organisasi politiknya dan penerus dakwah Hizbiyyahnya?!
Lebih jauh lagi, di masa Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah. Apakah “Syaik Salafy” Ibnu Taimiyyah (yang muncul beberapa abad sebelum Surkati lahir) memberikan contoh teladan kepada kita betapa beliau Rahimahullah yang menyeru dan berdakwah kepada masyarakatnya (yang ketika itu bahkan kondisinya tidak lebih  buruk jika dibandingkan keadaan masyarakat di masa Surkati)4)) untuk mentauhidkan Allah, menyerang kebid’ahan dan kesyirikan, menyeleksi hadits-hadits dha’if dan palsu dan di saat yang sama beliau juga menjadi Syaikhnya pasukan kafir Tartar yang menjajah negeri beliau?! Meminta dan menikmati “lotre” dan kekayaan Pasukan Tartar?! Ataukah justru beliau menunjukkan sikap dan keberanian sebagai seorang “Syaikh Salafy” yang memiliki aqidah dan manhaj yang kokoh kuat dengan bangkit menjadi teladan bagi kaumnya untuk memimpin memelopori perjuangan menentang tentara kafir Tartar?!5)) Apakah dalam memimpin kaum Muslimin ketika itu “Syaikh Salafy” Ibnu Taimiyyah juga menyeru kepada persatuan kelompok-kelompok sesat dari kalangan Syi’ah, Khurafat dan Khawarij Anjing-Anjing neraka sebagaimana seruan “Syaikh Salafy” As-Sudani?! Ataukah justru dari kitab-kitab yang beliau Rahimahullah wariskan untuk kaum Muslimin penuh dengan bantahan yang sangat luar biasa yang mampu menghancurluluhkan kesesatan-kesesatan firqah-firqah yang dinyatakan oleh Surkati sebagai “golongannya”?6))
Benarkah bahwa di masanya tidak ada seorangpun yang berdakwah untuk membantah “kebid’ahan dan kesesatan”?! Sungguh pernyataan ini perlu ditinjau kembali.
A.Hassan, seorang tokoh PERSIS (Persatuan Islam), bukankah Abdullah Badjerei sendiri –wahai Hizbul Irsyad!- yang menceritakan bahwa A.Hassan-lah yang membantah fatwa Surkati ketika “Syaikh Salafi” ini menghalalkan dan menerima lotre penjajah kafir Belanda untuk Al-Irsyadnya?! Ataukah A.Hassan ini hanyalah sebuah sosok manusia yang tidak pernah ada di permukaan bumi?!
Dimana KH.Mas Mansyur (tahun 1908 telah belajar di Makkah, 2 tahun kemudian masuk Al-Azhar Mesir, kemudian balik lagi belajar di Makkah dan pulang ke Indonesia tahun 1915-ibid, hal.72) “bersembunyi” ketika Surkati As-Salafy berdakwah seorang diri di negeri ini menghadapi “kaum tua”?
HOS Tjokroaminoto, bukankah dia yang telah membantah konstitusi “bid’ah”  Al-Irsyad yang menyatakan bahwa golongan “Sayyid” tidak boleh menjadi pengurus Al-Irsyad?! Ataukah HOS Tjokroaminoto hanyalah sebuah “nama imaginasi” sebagai “bumbu penyedap” sepakterjang As-Surkati As-Sudani di negeri ini?!
Irsyadiyyin sendiri, Hussein Badjerei menulis: “Dengan kemenangan kaum Wahabi di Mekkah dan tumbangnya Syarif Husein, terjadilah kemudian perebutan “khilafah” antara Kairo dan Mekkah. Para ulama Al-Azhar merencanakan Mu’tamar untuk membicarakan masalah khilafah dan mengundang beberapa pribadi orang Arab dan perkumpulan di Batavia serta Surabaya. Beberapa diantara mereka yang menerima undangan menghubungi HOS Tjokroaminoto dan mengusulkan untuk mengirim delegasi ke Kairo. Calon-calon yang akan mewakili umat Islam Indonesia ke Kairo antaranya HOS Tjokroaminoto, H.Fakhruddin (ayah A.R. Fakhruddin-mantan ketua Muhammadiyyah?-peny.), Syaikh Ahmad Surkati, Suryopranoto, H.Abdul Wahab Hasbullah.”(Al-Irsyad Mengisi…, hal.114).
Kyai Haji Ahmad Dahlan (1868-1923)7)), pendiri Persyarikatan Muhammadiyah dengan slogannya yang terkenal di kalangan mereka dalam memberantas TBC (Takhayul, Bid’ah dan Churafat). Apakah keberadaan beliau hanyalah sebuah legenda?!
Haji Agus Salim (1884-1954), yang lahir pada 8 Oktober 1884 di Minangkabau. Berkat ketekunannya ia dapat menguasai bahasa-bahasa Belanda, Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Jepang dan Turki. Sedangkan bahasa lokal yang dikuasainya adalah bahasa Jawa, Minang, Melayu dan Sunda. Sikap beliau yang memelihara jenggot (di kala itu) cukup menjadikan bahan cemoohan orang-orang jahil. Pernah sekali dia harus berpidato dalam rapat umum di Pekalongan. Tiba-tiba dari arah hadirin terdengar seruan……mbeeeeek (menirukan suara kambing)…..
Teriakan yang mengejek tersebut langsung beliau balas:”Para hadirin sekalian dan kambing-kambing yang terhormat….”
Sewaktu beliau berkunjung ke negeri Belanda, petani-petani yang didatanginya memperlihatkan sikap lebih pintar dari petani-petani Indonesia. Haji Agus Salim tidak dapat membiarkan bangsanya dilecehkan bangsa penjajah. Dicarinya akal. Tiba-tiba dia bertanya: “Sapi-sapi di negeri Belanda ini sesungguhnya hitam berbintik-bintik putih ataukah putih berbintik-bintik hitam?” Para petani Belanda untuk beberapa saat terdiam , tidak tahu jawaban yang tepat. Akhirnya orang tua itu tersenyum kemenangan sambil menjawab: “Di Indonesia, petani kami menyebutnya dengan istilah belang”.
Dalam bulan Maret 1947 beliau diutus ke New Delhi India untuk mengunjungi Inter  Asian Relation Conference yang membicarakan juga nasib perjuangan Indonesia. Bulan Maret berikutnya mengetuai missi ke negara-negara Arab guna mencari dukungan bagi perjuangan Indonesia. Pengetahuannya tentang Islam dan bahasa Arab serta kemahirannya dalam berdiplomasi di dunia internasional menyebabkan negara-negara Arab mengakui Prepublik Indonesia yang diikuti dengan ditandatanganinya dagang dan persahabatan antara RI dengan Mesir dan Saudi Arabia.”(Pahlawan Pergerakan Nasional, hal18-23,116-123, 1976, Departemen Sosial RI, Jakarta)                                                   
Ada bukti literatur lain yang menguatkan kenyataan bahwa Surkati “tidaklah hidup seorang diri“ apalagi satu-satunya da’i dalam mendakwahi umat Islam di kala itu:…Sementara itu di tanah Jawa telah tampil pula tiga ulama besar yang semuanya bernama Ahmad, yaitu: Syaikh Ahmad Soorkati penegak Al-Irsyad, Syaikh Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah dan Syaikh Ahmad Hassan pemuka Persis” (A.Hassan, Wajah dan Wijhah seorang Mujtahid, H.Endang Saifuddin Anshari & Syafiq A.Mugni, Fa Al-Muslimun, Bangil, hal.23)
Bahkan “Disamping itu kita mencatat pula beberapa kawan seperjuangan beliau (A.Hassan-peny) dalam menegakkan Al-Qur’an dan Sunnah di bumi Indonesia ini, umumnya berusia lebih muda daripadanya, seperti: Ustadz H.Moenawar Chalil (Semarang), Ustadz KH Imam Ghazali (Jamsaren, Solo), Prof.DR.T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy (Aceh, kemudian Yogya), KHM Ma’shum (Yogya), Ustadz Abdullah Ahmad (Jakarta), Ustadz M.Ali Al-Hamidy (Jakarta), Ustadz Abdul Hamid Hakim dan Ustadz H.Zainuddin Hamidy (Minangkabau), Ustadz Fachroeddin Al-Kahiri (Pemimpin Pembela Islam pada zaman pendudukan Belanda dan pernah menjadi ketua umum Persis)” (ibid, hal.24).
Nama-nama di atas hanyalah untuk menunjukkan bahwa As-Surkati tidaklah “hidup seorang diri” sebagai da’i di kala itu sebagai alasan untuk menggiring umat agar memaklumi kesesatannya. Allahul Musta’an.
Saudaraku, kalau anda telah mengetahui bagaimana Surkati menolak tuduhan Abdurrahman At-Tamimi bahwa beliau terpengaruh oleh dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah8)), maka adakah di negeri ini para ulama yang terpengaruh oleh dakwah “Tauhid” beliau Rahimahullah? Ada, bahkan sebelum masa Surkati!! Tetapi lihatlah kegigihan beliau Rahimahullah dalam berjihad melawan penjajah kafir Belanda (tidak bisa tidak, anda harus membandingkan kenyataan ini dengan gelar Syaikh Salafy Surkati sebagai Syaikhnya para pejabat penjajah Belanda!)9)):
“”…semasa demi semasa meletus juga pemberontakan melawan penjajah itu, dan pemimpinnya ialah pahlawan-pahlawan Islam belaka. Seumpama Al-Amir Diponegoro di tanah Jawa yang bercita-cita hendak mendirikan Daulah Islamiyyah buat seluruh Jawa10)). Dan Tuanku Imam Bonjol , Sumatra Barat, Minangkabau, yang terpengaruh ajaran Wahhabi, dan Syekh Di Tiro di Aceh yang hendak membersihkan Aceh dari kafir dan lain-lain…perlawanan semua dapat dipatahkan karena musuh lebih banyak bilangannya dan lebih lengkap senjatanya”(HAMKA11)), 6). “Tetapi obor (kepahlawanan) itu tidaklah sampai padam untuk menimbulkan cita-cita mengembalikan kemuliaan Islam” (HAMKA, 6-7 dalam A.Hassan…, hal.8)
Duhai, kemana nama-nama mereka semuanya “bersembunyi” ketika Surkati dan Al-Irsyadnya berdakwah di negeri ini?! Maka, menghilangkan nama-nama mereka dari panggung sejarah untuk kemudian memunculkan As-Surkati seorang diri dalam medan dakwah di Indonesia apakah suatu sikap yang ilmiyyah dan bijaksana yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya?!

Hizbul Irsyad, apakah kalian akan melarikan diri dari medan “bukti, burhan dan hujjah ilmiyyah” dengan berteriak-teriak kepada umat tanpa rasa malu dengan menyatakan:”Apakah nt merasa lebih ‘alim dibandingkan Syaikh Ali Hasan Hafidhahullah?! Apakah nt merasa lebih pandai dibandingkan Syaikh Abdul Wahhab Al-‘Aqil?!
Ya Subhanallah, bagaimana mungkin orang semiskin ini sampai memiliki keyakinan sedemikian “parahnya” dengan memiliki perasaan lebih ‘alim dibandingkan masyayikh? Tunggu dulu, ketika kalian “mengaminkan” dan mempertahankan gelar “Syaikh Salafy Honoris Causa” yang disematkan kepada As-Surkati apakah diiringi dengan ilmu ataukah sekedar “pokoknya kami sudah pegang tazkiyah …, Syaikh Surkati sudah diSalafy-kan oleh….adapun nt? Nt bukan ulama! Nt ruwaibidhah, bodoh dan jahil!! Ucapan nt tidaklah memudharatkan dakwah sama sekali!! Nt bukanlah orang yang pandai berjidal dan nt bukanlah hakim yang didengar keputusannya!!” Allahumma ya Allah…
Dulu kalian tuduh Salafiyyin sebagai Ja’fari, orang-orang yang bisanya hanya membebek Ja’far tanpa dalil! Bahkan setelah Jamarto pendusta meninggalkan Salafiyyin, kalian masih terus menuduh demikian!! Lalu apa nama dan gelar yang tepat dan sesuai bagi kalian sendiri ketika kalian membela mati-matian gelar As-Salafy As-Sudani dan Hizbul Irsyadnya tanpa tahu bagaimana sesungguhnya dakwahnya yang sebenarnya?! Bagaimana kemesraannya dengan para penjajah kafir Belanda itu?!! Dengan lotre halalnya?!! Konstitusi anti-Ba’alawy?!! Kapten Arab yang setia kepada tuan penjajah kafirnya?!! Bahwa dia adalah Syaikhnya pejabat penjajah kafir Belanda?! Snouck Hurgronje adalah teman dekatnya?!! Jamaluddin Al-Afghani Ar-Irany Ar-Rafidhi Al-Baabiy Al-Masuny Al-Ibrani adalah pujaan hatinya?!! Pan-Islamisme adalah tujuan dakwah Irsyadnya?! Hizbul Irsyad adalah nama Hizbnya?! Para ulama pewaris para Nabi adalah sasaran keji tikaman-tikaman biadab mereka!! Demi apa ya Asatidzah Wisma Erni? Demi tegaknya bid’ahnya Hisab dalam penentuan Hari Raya!! Mereka tumbangkan syari’at Nabi kalian tentang rukyatul Hilal !! Jujur saja, apakah sebelumnya kalian sudah mengetahui sedikit  waqi’ “cuplikan dakwah lemah lembut dan penuh hikmah” ini? Dimana kedudukan “Al-Ilmu Qabla Qaul wal ‘Amal  bagi kalian wahai “du’at Salafiyyin” Wisma Erni?! Katakan dengan jujur ya Ustadz…Allahul Musta’an.”
Sesungguhnya, para ulama Ahlus Sunnah telah berbicara tentang kesesatan dan penyimpangan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang telah lampau dan sikap ini bukanlah suatu bentuk kedzaliman!! Mengingkari turunnya Isa ‘Alaihis Salam, munculnya Al-Mahdi?! Kesesatan tetaplah kesesatan, baik dilakukan di masa lalu, masa kini maupun di masa mendatang!! Menjadi Syaikhnya penjajah kafir tetaplah perbuatan yang tidak perlu dipuji apalagi dibela, baik penjajahan itu dilakukan di masa lalu, di masa kini maupun penjajahan di masa yang akan datang!! Adapun pembanding dan tolok ukur suatu kebenaran12)) tetaplah sama, baik untuk mengukur dan menimbang kesesatan dimasa lalu, masa kini maupun di masa yang akan datang, Al-Qur’an dan Sunnah di atas pemahaman Salafush Shalih. Maka individu ataupun kelompok yang menyimpang dari jalan yang lurus ini, kapanpun dan di masa apapun penyimpangan itu dilakukan, tetaplah satu bentuk penyimpangan yang harus diluruskan. Adapun “menetralisir dan memaklumi” berbagai kesesatan para pengekor gembong-gembong besar kesesatan semacam Jamaluddin Ar-Rafidhi?! Bukankah sikap ini yang lebih patut disebut sebagai suatu bentuk kedzaliman?! Kedzaliman terhadap kebenaran itu sendiri. Surkati diberikan jubah kebesaran sebagai Syaikh Salafiy yang telah mentauhidkan masyarakat negeri ini dan semua pujian tersebut diumumkan kepada seluruh kaum Muslimin!! Di masjid Istiqlal, masjid terbesar yang menjadi kebanggaan Muslimin Indonesia!! Di saat yang sama masyarakat Muslimin umumnya tidak mengetahui (dan hanya sedikit sekali yang mengetahui) ternyata sekian banyak penyimpangan besar telah dilakukan oleh Surkati dan Al-Irsyadnya!! Jujur saja, apakah sebelum ini anda sekalian –wahai saudaraku kaum Muslimin- telah mengetahui bahwa Surkati dan Al-Irsyad adalah sahabat penjajah kafir Belanda?! Bahkan Syaikhnya penjajah Belanda?! Sungguh membela orang dan organisasi seperti ini adalah satu bentuk kedzaliman!! Kalau anda telah mengetahuinya dan tetap pula membuta babi membelanya (bahkan berupaya keras untuk menutup-nutupi), maka ini adalah satu sikap Hizbiyyah dan bukti pengkhianatan terhadap Islam dan kaum Muslimin!!
Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap-sikap tercela seperti ini. Amin.
 Maka alangkah sempurnanya jika permasalahan ini kita “selesaikan” dengan uraian tentang definisi “Dzalim” itu sendiri, apakah mengungkapkan suatu kebatilan adalah satu bentuk kedzaliman ataukah menutupi dan memaklumi kebatilan itu sendiri yang lebih pantas dikatakan sebagai suatu kedzaliman? Satu bab khusus di kitab “Al-Mahajjatul Baidha’u fi Himayati As-Sunnahi Al-Gharra’i min Zallati Ahli Al-Akhtha’i wa Zaighi Ahli Al-Ahwa’i” karya Syaikh Rabi’ Hafidhahullah adalah satu jawaban yang sangat bagus untuk meluruskannya. Insya Allah.

B. Bab Tentang “Makna Keadilan dan Kedzaliman”
Ibnu Faris berkata dalam kitabnya Mujmal Al-Lughah tentang (‘adala):” Al-‘Adl adalah lawan dari kesewenang-wenangan”
Tentang (‘Adala), Al-Azhari mengatakan:”Keadilan ialah berhukum dengan kebenaran. Dikatakan: Dia menghukumi dengan kebenaran dan berlaku adil dalam hukumnya”.
Maka “Al-‘Adl” sebagaimana engkau perhatikan, adalah lawan dari kesewenang-wenangan dan berarti berhukum dengan kebenaran. Oleh karena itu, apabila Ulama Ahli Jarh telah mengritik orang yang memang patut dikecam karena kebid’ahannya, apalagi dia telah diperingatkan dari perbuatan bid’ah tersebut, maka Ulama ini termasuk orang yang adil dan memberi nasehat untuk Islam dan kaum Muslimin, bukan orang yang dzalim
(lihat bagaimana seorang Irsyadiyyun berupaya membantah tahdzir masyayikh terhadap As-Surkati-pen). Bahkan, dia adalah seorang yang sedang melaksanakan kewajibannya.
Jika Ulama tersebut diam terhadap orang yang semestinya dicela dan umat diperingatkan darinya, sungguh dia telah berkhianat, menipu agama Allah   dan kaum Muslimin.
Apabila sikap diamnya berlarut-larut dan bahkan disertai dengan pembelaan terhadap bid’ah dan ahlinya, maka sungguh orang itu telah membinasakan dirinya sendiri, menyeret orang yang mendengarkannya ke jurang kebinasaan yang paling dalam dan mendukung mereka dalam membela kebatilan serta menentang Al-Haq.
Seperti ini termasuk sifat dan akhlak kaum Yahudi, keluar dari jalan Allah  dalam keadaan diri mereka memiliki ilmu.
Berkata Abul Hasan Ahmad bin Faris di dalam kitabnya “Mu’jam Maqayis Al-Lughah (3/468)” :
ظلم terdiri dari tiga huruf: الظاء, اللام, الميم . makna asalnya yang shahih ada dua:
Pertama, lawan dari sinar dan cahaya
Kedua, meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Yang pertama: الظلمة bentuk jamaknya :ظلمات  dan لظلام   ا adalah   isim dari الظلمة  
Asalnya yang lain adalah: ظلمه  يظلمه ظلما , artinya: meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, tidakkah kamu lihat mereka mengatakan:”Barangsiapa yang menyerupai ayahnya tidaklah mendzalimi” yakni tidak menempatkan penyerupaan yang bukan pada tempatnya.
Telah berkata Al-Jauhari di dalam Shahihnya pada pembahasan kata “dzalmun”:” Dzalama yadzlimuhu dzulman wa madzlamah”, artinya: menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Dikatakan:”Barangsiapa yang menyerupai ayahnya, sungguh dia tidak melakukan kedzaliman”. Dalam satu perumpamaan:”Barangsiapa yang memelihara serigala, sungguh ia telah dzalim”.
Dan telah berkata Al-Azhari tentang “dzalama” menukil ucapan Ibnu Sikkit:
“Dikatakan:aku telah mendzalimi kolam apabila aku membuatnya di tempat yang tidak semestinya”. Kemudian berkata:”Asal Adz-Dzulm” (kedzaliman) ialah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya”, juga mengatakan:”Hari ini Dzalam”, yakni: “hari ini meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya”.
Jelaslah bagimu bahwa kedzaliman itu ialah:”Meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya”.
Barangsiapa melakukan kritikan terhadap Ahli Bid’ah, atau kitab-kitab yang berisi kebid’ahan atau menjarh siapa yang berhak untuk di-jarh dan mencela orang yang memang pantas dan berhak untuk dicela dari para perawi, orang yang bersaksi palsu, orang yang telah berbuat kedzaliman dan orang-orang yang terang-terangan berbuat kefasikan, maka yang demikian ini bukanlah merupakan tindak kedzaliman. Karena, para ulama yang mengritik mereka telah menempatkan perkara yang ada sesuai dengan tempatnya.
Orang dzalim yang telah menyesatkan orang lain berarti dia harus siap untuk ditikam dan dikembalikan kedzaliman itu kepada dirinya13)). Karena dalam kenyataannya dia telah menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, yakni ketika dia telah merekomendasi orang-orang yang tertuduh dari da’i-da’i yang menyeru ke pintu-pintu neraka jahannam dan justru menikam para pemberi nasehat untuk kaum Muslimin, para penyeru ke jalan yang lurus dan pengikut ulama Salafush Shalih14)). Diantaranya:
Kritik dan Tahdzir kepada Ahli Bid’ah.
Siapa saja yang membela Ahli Bid’ah dan berdebat dengan cara yang batil tentang mereka, maka orang semacam ini termasuk yang difirmankan oleh Allah  :

“Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa,
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka
ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai.
Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmuNya) terhadap apa yang mereka kerjakan.
Beginilah kamu,
kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini.
Maka siapakah yang akan mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat?
Atau siapakah yang menjadi pelindung mereka (terhadap siksaan Allah)?”
(QS. An-Nisa’:107-109)

Selesai uraian dari Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali Hafidhahullah. Semoga dengan uraian beliau, semakin jelas tersingkap siapa sebenarnya yang telah berlaku dhalim terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Wahai Irsyadiyyun! Sebenarnyalah, tidak ada pengaruhnya bagi kita dalam mengungkapkan “rahasia tersembunyi yang sesungguhnya kalian pampangkan sendiri”, apalagi hal ini dilandasi oleh tantangan kalian kepada segenap kaum Muslimin untuk mengungkapkan penyimpangan-penyimpangan yang kalian lakukan baik berkaitan dengan datangnya Masyayikh Yordan ataupun tidak. Terpenting bagi kita adalah terungkapnya kenyataan yang sebenarnya dari berbagai manuver dakwah Hizbiyyah-Sururiyyah-Ikhwaniyyah-Turotsiyyah-Dustaiyyah kalian sehingga kaum Muslimin yang terkecoh dan tertipu oleh baju Imitasi kalian segera menyadari dan rujuk kepada Al-Haq. Adapun menggantungkan “nasib umat” kepada hadir dan tidaknya Masyayikh Yordan?! Sungguh ini bukanlah alasan yang Syar’iy!! Sama sekali!! Adalah salah besar jika kalian merasa puas dengan label Salafy yang ditempelkan kepada kalian (oleh siapapun dia!) sementara baju yang kalian kenakan penuh dengan tambalan-tambalan Hizbiyyah, Bai’at ala Sufi dan Haraki, kesetiaan dan persahabatan dengan Penjajah kafir harbi Belanda yang berwajah Orientalisten, Missionaristen sekaligus Kolonialisten, Syaikh “Salafy” bermuridkan Penjajah kafir najis dengan memporak-porandakan Al-Wala’ dan Al-Bara’ (sungguh gelar ini akan menjadi catatan khusus dalam sejarah Islam dan kaum Muslimin bahwa Surkati adalah satu-satunya “Syaikh Salafiyyin” yang bermuridkan penjajah kafir yang sedang menjajah negeri kaum Muslimin!! Jangankan bermuridkan orang kafir, satu majelis dengan ahlul bid’ah saja mereka –Radhiyallahu ‘anhum- menghindarinya!!), bersahabatkan agen intelijen kafir sang pahlawan Orientalisten-Missionaristen-Kolonialisten Christian Snouck Hurgronje, teriakan kebanggaan sebagai Hizbul Irsyad-Irsyadiyyin, pasukan Drumband ala Faranzi dengan berhiaskan Mars Al-Allamah Syaikh “Salafy” As-Surkati As-Sudani Yang Perkasa sendirian, bersendikan lotre penjajah kafir Belanda, bersahabatkan dan berdonaturkan “Kapten Arab” antek penjajah kafir Belanda yang besar jasanya bagi pendirian organisasi Al-Irsyad, kendali dakwah dikuasai si Takfiri-Ba’asyiry dan si Qutby penerjemah selebaran Syayiji yang mencacimaki Syaikh Rabi’ Al-Madkhali, berkoalisi dengan Presiden dan Gubernur Ikhwani beserta jajaran Hizbynya, dedengkot Sururi, GPI pembela Ba’atsy-Komunis dan MMI-NII, berkawan dengan Yazid DDII-KOMPAK yang dikuasai Ba’asyiry-Khariji yang memiliki link dengan Umar Al-Farouk dan akhirnya…bergaya Khariji ketika kursi tiada lagi dipegangi dan seabreg tambalan-tambalan lusuh lainnya yang sungguh membikin mata ini pedih untuk “menikmati” pengakuannya sebagai “Salafy”.
Ah, lihatlah betapa dari kejauhan kalian tampak lusuh dan compang-camping dengan pengakuan kalian sebagai Salafy. Apalah arti sebuah teriakan pengakuan kalau kenyataan justru telah berbalik mendustakannya?! Menyingkap wajah sebenarnya dibalik topeng Salafy yang selama ini dikenakan!! Saatnya bagi kalian untuk Sucikan Nurani, Bersihkan Diri dan Hadapkan Wajah dan Hati kepada Sang Ilahi. Bertaubatlah, semoga Allah menerimanya.

4.   Kalau mereka menyatakan bahwa kesalahan dan kesesatan yang dilakukan oleh As-Surkati adalah sebuah “kewajaran” yang tidak perlu ditanggapi secara berlebihan. Kedudukan “kesalahan” beliau disejajarkan sebagaimana kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para ulama-ulama besar Ahlus Sunnah.
      “Sekarang coba tunjukkan secara ilmiyyah “Riyadlush Shalihin” buah pena Ahmad Surkati As-Sudani sehingga anda sekalian menyejajarkannya dengan Imam Nawawi Rahimahullah!
Sodorkan kepada kaum Muslimin “Al-Muhalla” hasil karya As-Sudani sehingga anda sekalian berani menyandingkannya dengan Imam Ibnu Hazm Rahimahullah!!
Berikan kepada umat “Fathul Bary Syarah Shahih Bukhari” buatan tangan As-Sudani sehingga anda sekalian tega menyanjungnya bersama Al-Hafidz!! Apa hujjah ilmiyyah anda sekalian –wahai Surkatiyyin- sehingga kalian “begitu percaya diri” untuk mensejajarkannya dengan A’immah Ahlus Sunnah?! (lihat sub bab 23.3.2 Keakraban Itu, Kapan Nikahnya?)
Maka barangsiapa yang tetap nekad memperingatkan umat dari kesesatan tokoh idolanya ini, bersiap-siaplah dengan gelar Haddadi yang akan ditempelkan fanatikus Al-Irsyadnya. Wallahul Musta’an.

5.Keakraban dan PERSAHABATAN As-Surkati As-Sudani dengan penjajah kafir harbi Belanda akan dikamuflasekan “hanya” sebagai sebuah bukti bahwa beliau melakukan hubungan ilmiah, belajar mengajar dan bukan hubungan wala’ ataupun kecintaan terhadap mereka”. Fakta persahabatan Syaikh Salafi yang satu ini dengan para pejabat penjajah kafir Belanda akan dibungkus HANYA sebagai bukti sikap terbuka dan komunikatif dengan siapapun serta disisipi bahasa intelektual “hubungan ilmiah”. Tidak cukup itu, bahasa “tombak”pun akan dihujamkannya kepada kita semisal ucapan: mereka membangun kaidah al-Wala’ dan al-Baro’ dengan kaidah إن لم يكن معنا فعلينا (apabila tidak beserta kami maka adalah musuh kami), atau kaidah من لا يبدع من نبدع فهو مبتدع (barangsiapa yang tidak mentabdi’ orang yang kita tabdi’ maka dia adalah mubtadi’), tuduhan hajr, tahdzir, jarh dan semisalnya dilayangkan kepada setiap yang menyelisihi mereka!” Ini adalah kalimat yang sering diulang-ulang untuk “mengamankan dan melindungi” kedudukan Syaikh-nya yang terbongkar kedok keakrabannya dengan penjajah kafir Belanda itu.
Subhanallah, ketika itu dengan mata kepalanya sendiri Syaikh Salafi As-Surkati mengetahui benar kekejaman dan kekejian Belanda terhadap rakyat negeri ini! As-Surkati bal Syaikhus Salafi tahu benar bagaimana sengsaranya kaum muslimin dipaksa melakukan kerja paksa yang mereka praktekkan! Zending dan pemurtadan yang diterapkan oleh Kompeni Belanda ada di depan matanya! Dijebloskannya tokoh-tokoh pejuang (beragama) Islam di sekitarnya yang menentang penjajah kafir kolonial Belanda! Sementara dirinya “asyik” mengajari mereka?!! Sebegitu mudah dan enaknya Syaikh Salafi ini mengajukan lotre dan menghalalkannya demi pendirian Al-Irsyadnya!!
Dan para pembelanya sama sekali tidak berbicara tentang WAJIBnya Al-Bara’ terhadap kolonialisten-orientalisten-missionaristen kafir Belanda!! Bahkan sampai-sampai ada yang mengingkari kenyataan ini dengan mengatakan bahwa semua ini bukanlah bukti wala’ beliau kepada penjajah kafir harbi Belanda!! Lihatlah keakraban As-Surkati dan persahabatannya dengan para pejabat penjajah kafir tersebut justru ketika rakyat negeri ini dijajah oleh murid-muridnya!! Lihatlah lotre halal penajah kafir tersebut yang diminta oleh As-Surkati untuk pendirian Al-Irsyadnya!! Dan anda tidak mengakuinya hal ini sebagi bukti wala dan kesetiaan As-Surkati? Sungguh sangat menyedihkan bahwa mereka ini mati-matian menolak berbagai kenyataan sejarah yang dituliskan oleh Hussein Badjerei tetapi justru menelan mentah-mentah “pembelaan” Pijper dan Van der Plas yang notabene adalah pejabat-pejabat tinggi penjajah kafir Belanda murid-murid Syaikh Salafinya! Apakah mungkin para pejabat penjajah sekaliber mereka akan jujur berterus terang mempertontonkan dan mempublikasikan berbagai taktik dan strategi penjajahannya? Adapun keakraban As-Surkati dengan tokoh besar missionaris-orientalis Christian Snouck Hurgrenje sangat mungkin akan disebutnya sebagai HANYA sebuah hubungan korespondensi/ surat-menyurat saja. Benar, hubungan surat-menyurat yang “sangat istimewa” karena keakraban ini (terbukti dengan niat As-Surkati untuk mengunjungi Snouck ke negeri Belanda, walaupun urung dilakukannya karena Snouck keburu mati) justru dilakukan antara tokoh besar Syaikh yang diSalafikan dengan tokoh besar pemurtadan dan think-tank penjajahan di saat negeri saudara-saudaranya dijajah, diinjak-injak kehormatannya serta dirampok kekayaannya!! Ini adalah bukti betapa parahnya al-wala’ dan al-bara’ yang dimilikinya.

6.Kalau mereka berkata:” kaum shufiyun Alu Ba’alawi dan tradisionalis, sebagai penghidup dan penyubur kesyirikan, khurofat, takhayul dan bid’ah, yang getol menyerang dakwah Syaikh Ahmad Surkati, tidak pernah terdengar mereka menuduh syaikh sebagai antek Belanda” maka inipun adalah pendengaran yang keliru!! Mereka (Ba’alawi) menganggap Surkati dan Manggush serta Hasan Argubi (peran dan jasa besar kedua nama terakhir antek Belanda ini bagi Al-Irsyad sangat mungkin disembunyikan) sebagai antek Belanda dan sebaliknya Manggush cs menganggap Ba’alawi (seterunya) sebagai antek Inggris.
Simak uraian singkat di bawah ini:
“Pertanyaan besar telah menghadang kita, kaum Muslimin sangat menderita di bawah jajahan Belanda adalah hal yang tidak perlu kita perdebatkan lagi. Pelor kompeni, penjara dan siksaan adalah makanan sehari-hari bagi mereka. Di balik itu, kenapa Surkati menjadi seseorang yang sangat disegani dan “ditakuti” oleh pejabat kompeni Belanda? Apakah jumlah pengikutnya luarbiasa banyak (ketika itu) sehingga kekuatannya menggetarkan penjajah kafir Belanda? Apa yang menjadikan mereka sedemikian segan dan takut kepadanya? Salah satu jawabannya akan dapat anda temukan di buku mereka sendiri…..
ternyata para pejabat kolonial Belanda kafir adalah sahabat Surkati!!
Mereka bersaksi sendiri:
“BEBERAPA ORANG SAHABATNYA15)) PADA HET KANTOOR  VOOR INLANDSCHE ZAKEN juga menjanjikan bantuan dana satu bagian penuh dari prosentase satu periode penarikan lotre Dana Sosial”(Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, hal.49).
“…Atas peristiwa terlantarnya para jama’ah haji Indonesia (kalimat ini kurang tepat karena Indonesia belum merdeka, mungkin yang lebih pas adalah negeri jajahan Belanda ini-pen) ini Surkati sendiri mengritik Pemerintah Hindia Belanda secara tajam LEWAT PARA SAHABATNYA PADA HET KANTOOR VOOR INLANDSCHE ZAKEN“(ibid, hal.138)
Bahkan para pejabat penjajah kafir kolonial Belanda itu adalah muridnya!!
“Diantara orang Belanda yang pernah berguru pada Surkati yang bisa disebut antara lain CH.O.van der Plas, mantan konsul Belanda di Jeddah yang kemudian menjadi Adjunt Adviseur pada Kantoor  Voor Inlandsche Zaken dan Prof.Dr.G.F.Pijper, yang selama tiga tahun terus-menerus seminggu sekali belajar Ilmu Tafsir dan Ilmu Fiqih dari Surkati. Pijper adalah pejabat terakhir sebagai Adviseur pada Kantoor  Voor Inlandsche Zaken hingga masuknya Jepang ke Indonesia…”(ibid, hal.49)
“Semula ketika belajar pada Surkati, van der Plas meminta dari Surkati untuk dipilihkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang menyangkut Budi-Pekerti. Permintaan itu dipenuhi oleh Surkati”(ibid, hal.69)
Itulah Rifqan dan Mawaddah yang diajarkan oleh Syaikh Irsyadiyyin!! Rifqan terhadap para pejabat penjajah kafir harbi Kolonial Belanda!! Kalaulah masalah Drum band saja diceritakan oleh Hussein Badjerei, apalagi permasalahan yang jauh lebih membanggakan semisal menjadi Muslimnya pejabat-pejabat Kolonial Belanda karena hasil didikan Surkati, tentulah tidak akan luput diceritakannya kepada segenap Irsyadiyyin berita besar yang sangat membanggakan ini!! Apa mau dikata, tidak secuilpun kalimat yang menyinggung ke Islaman mereka, kecuali bahwa mereka adalah pejabat penjajah Belanda dan mereka ini adalah murid-murid Surkati yang sangat menghormati gurunya !
Jadi bagaimana mungkin para pejabat penjajah Kolonial Belanda itu marah dan tersinggung dengan berbagai ucapan Surkati sementara dia adalah sahabat bagi mereka?! Sementara dia adalah Syaikh bagi mereka?! Sementara dia adalah seorang sahabat yang dapat diajak bertukar pikiran mengenai berbagai masalah yang terjadi? Sementara dia adalah orang yang sangat istimewa dan terhormat di sisi mereka?!
Pijper berkata: “Saya selalu mengenang Ahmad Surkati dengan segala rasa hormat” (ibid, hal.72).

Duhai, alangkah rifqan dan tawadhu’nya si pejabat kolonial penjajah kafir Belanda ini kepada Syaikhnya?
Setelah menuliskan sikap Pijper terhadap Surkati, Hussein Badjerei melanjutkan:”Sepanjang yang penulis amati pada beberapa murid Surkati yang masih sempat penulis dekati secara pribadi atau amati dari sikap mereka sehari-hari, ternyata sekali murid-murid Surkati itu memiliki budi pekerti, akhlak yang terpuji, menjauhkan diri dari Al-Kibr, yaitu melenyapkan hak orang lain dan memiliki Ath-Tha’ah, hormat dan tunduk kepada pimpinan”(ibid, hal.72)
Demikianlah pujian yang membubung tinggi terhadap murid-murid Surkati, walaupun mereka adalah orang-orang kafir harbi penjajah Belanda!!
Kita tanya Hussein Badjerei:”Apakah 350 tahun menjajah negeri ini, merampok dan menguras kekayaan negeri ini bukan termasuk Al-Kibr, yaitu melenyapkan hak orang lain? Tiga tahun terus menerus seminggu sekali belajar ilmu tafsir dan ilmu fiqh dari Surkati dan akhirnya tetap bertahan di atas kekafirannya tidak termasuk Al-Kibr?
Kalau engkau katakan termasuk Al-Kibr, maka ingatanmu tentu masihlah segar bahwa para pejabat penjajah Kolonialis Belanda itu adalah murid Syaikh Irsyadiyyin, As-Surkati As-Sudani! Ya mereka adalah sahabatnya! Lalu apa bukti ilmiyah kalian sehingga mengusulkannya menjadi Pahlawan Nasional bagi Syaikhnya para pejabat Kompeni Belanda ini wahai Hizbul Irsyad?! Lihatlah betapa orang-orang dekat dan istimewa Surkati adalah antek-antek kolonial!!
Umar Yusuf Manggush Antek Penjajah Belanda.
Lihatlah “kedudukan istimewa Surkati, Kapten Arab Manggush dan Al-Irsyad” di sisi penjajah kafir Belanda:
HUBUNGAN SURKATI DAN MANGGUSH YANG BAIK DENGAN PARA PETINGGI PADA HET KANTOOR  VOOR INLANDSCHE ZAKEN AKHIRNYA ACAPKALI MEMBUAT PARA PETINGGI BELANDA ITU IKUT CAMPUR ATAU TURUN TANGAN MENGATASI KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI ORANG-ORANG AL-IRSYAD ITU16)) (Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, hal.111).
Pembaca sekalian Rahimakumullah, Manggush adalah seorang Kapten Arab, orang yang ditunjuk Penjajah Belanda untuk mengurusi kepentingan orang-orang Arab dan dia bertanggung-jawab langsung kepada penjajah.
“Sejak tahun 1844 orang-orang Arab di Jakarta sudah memperoleh “Kapten” sendiri, yang bertanggungjawab untuk segala hal yang menyangkut ketertiban mereka dan BERTANGGUNGJAWAB PULA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA. Kapten inipun menjadi penghubung antara pemerintah dengan para penduduk Arab itu dan MENJADI WAKIL MEREKA PULA UNTUK HAL-HAL YANG MENJADI KEPENTINGAN MEREKA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA (ibid, hal.13)
Manggush sangatlah besar peran dan pengaruhnya bagi  Surkati dan Al-Irsyad. Simak kesaksian mereka:
“Ketika Surkati hendak kembali ke Mekkah karena telah meninggalkan Jami’at Al-Khair:”Niat Surkati ini dicegah oleh Syaikh Umar Yusuf Manggush yang menjabat Kapten Arab di Jakarta sejak 28-12-1902….Berkat usaha sungguh-sungguh dari Syaikh Umar Yusuf Manggush, dibantu oleh Sayyid Saleh bin ‘Ubaid Abdatu dan Sayyid Said Masy’bi, Surkati lalu dipindahkan dari rumah yang disediakan selama ini untuknya oleh Jami’at Al-Khair di Pekojan yang sudah diminta kembali oleh yang bersangkutan ke rumah baru di Jalan Jatibaru 12 Batavia. Di rumah itulah kemudian pada tanggal 15 Syawwal 1332 atau bertepatan dengan Ahad 6 September 1914 dibuka secara resmi Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah di bawah pimpinan Surkati”(ibid, hal.32).
Lihatlah wahai pembaca sekalian, betapa besar jasa antek kolonial ini bagi Surkati dan sejarah berdirinya Al-Irsyad!!
“Untuk menghadapi Rapat Umum Anggota tanggal 15 Pebruari 1920 itu, para anggota dari luar Jakarta pun lalu berbondong-bondong datang ke Jakarta. Ada kesan bahwa para anggota dari luar Jakarta itu memang dikerahkan untuk datang ke Jakarta. Konon dalam hal ini UMAR YUSUF MANGGUSH SELAKU TOKOH YANG PALING BERPENGARUH DAN PUNYA ANDIL AMAT BESAR SEJAK BERDIRINYA AL-IRSYAD TAHUN 1914 ITU, AGAKNYA MEMAINKAN PERANAN YANG BESAR SEKALI..(ibid, hal.82)
“…Syaikh Umar Yusuf Manggush mengerahkan tidak kurang dari 350 orang anggota Al-Irsyad dari berbagai daerah, 187 orang antaranya dari Surabaya. Baik biaya perjalanan maupun akomodasi dan konsumsi mereka selama di Jakarta seluruhnya ditanggung oleh Manggush. Mereka tiba di Jakarta pada tanggal 13 Pebruari 1920″(ibid, hal.85). Bisa dibayangkan betapa “luarbiasa” kaya orang yang mampu mengerahkan 350 orang dari berbagai wilayah pada tahun 1920 plus menanggung biaya akomodasi dan konsumsi mereka!! Siapa yang tak kenal dengan nama Tuan Manggush Juragan lelang dari Batavia?! Antek Penjajah kafir…
“UMAR YUSUF MANGGUSH  TENTUNYA LEBIH “SETIA” KEPADA PEMERINTAH JAJAHAN BELANDA (ada upaya pendangkalan makna, seharusnya “Pemerintah Penjajah Belanda” karena Indonesia ketika itu tidak lebih hanyalah negeri jajahan dan belum memiliki pemerintahan tersendiri, Wallahu a’lam-peny) tempat ia tinggal dan memegang jabatan tinggi. Beslitnya sebagai Kapten Arab diperolehnya dari Pemerintah Jajahan Belanda, bukan Inggris. Bisa dimengerti kalau Umar Yusuf Manggush mempunyai pengaruh yang amat besar pada masyarakat Arab Hadramaut dalam membawa mereka kepada sikap anti Inggris”(ibid, hal.110-111). Bukan anti Belanda yang menjajah Indonesia kan?
Setelah Umar Yusuf Manggush “lengser” ia digantikan oleh menantunya, “Hasan Argubi yang diangkat sebagai kapten Arab pada tanggal 15 Mei 1931”(ibid, hal.143). Mereka berdua (Yusuf Manggush dan Hasan Argubi) adalah orang-orang yang sangat dekat dengan Surkati. Kalau Manggush berhasil mencegah Surkati kembali ke Mekkah dan bersama kawan-kawannya menolong menyediakan tempat tinggal bagi Surkati seusai keluar dari Jamiah Khair, maka Hasan Argubi-pun juga termasuk orang yang banyak membantu kesulitan Surkati:”…bahkan Surkati digugat untuk membayar uang sewa selama 10 bulan, dengan ancaman akan diperkarakan apabila tidak membayar. Kesulitan ini akhirnya diatasi oleh almarhum Hasan Argubi”(ibid, hal.49).
Kapten Arab Antek penjajah, Hasan Argubi benar-benar memiliki kedudukan yang sangat istimewa bagi Surkati, “Selama di Rumah sakit, ia dengan setia ditemani oleh Hasan Argubi, Kapten Arab ketika itu, lulusan Al-Irsyad Pekalongan dan pengikut setia Surkati, menggantikan dan mengikuti jejak mertuanya, Syaikh Umar Yusuf Manggushy. Tiap hari Hasan Argubi senantiasa berada di sisi Surkati, sampai-sampai Surkati melarangnya agar supaya pekeraannya sendiri tidak terganggu. Bulan Agustus 1940 Surkati keluar dari Rumah Sakit dan dibawa oleh
 Hasan Argubi ke rumah peristirahatan di Kotabatu, Bogor. Dua hari sekali Surkati dengan setia selalu dijenguk Hasan Argubi”(
ibid, hal.67)
Demikianlah kedudukan dua orang Kapten Arab antek Kolonial Penjajah Belanda di sisi “Al-Allamah Syaikh Salafi” As-Surkati As-Sudani. (sub bab 18.27.1 SIMBIOSIS MUTUALISME ITU!)
Jadi, hal ini bukanlah tuduhan yang kosong dari bukti, tendensius, penuh dengan kedustaan dan mengada-ada dan berangkat dari kejahilan akan perihal dakwah syaikh rahimahullahu. Bagaimana dinyatakan jahil tentang dakwah As-Surkati sementara Hussein Badjerei sendiri  adalah tokoh besar Al-Irsyad itu sendiri, anak dari tokoh besar & tersayang dari pendiri organisasi ini?
7.Mereka akan menyembunyikan fakta pujian As-Surkati terhadap gembong besar PKI (Partai Komunis Indonesia)! Menyembunyikan halalnya lotre penjajah kafir Belanda yang dua kali dinikmati oleh Al-Irsyad bahkan ketika didirikannya! Menyembunyikan mars Syaikh salafinya! Menyembunyikan peran Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi dengan PAN-Islamisme yang menjadi ide dasar gerakan Al-Irsyad d(an Hasan Al-Banna dengan Ikhwanul Musliminnya) dalam menyatukan sekte-sekte sesat dalam formasi dakwahnya dan hanya memunculkan nama Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

8.Berupaya membantah fatwa ulama
Syaikh Ubaid berfatwa tentang Ahmad As-Surkati dan organisasinya:
“Sesungguhnya dari apa yang telah sampai kepadaku dari dokumen yang disebarkan melalui majalah “Adz-Dzakhirah”, maka nampak bagiku secara meyakinkan bahwa organisasi Al-Irsyad yang didirikan oleh seorang yang disebut Ahmad bin Muhammad As-Surkati As-Sudani Al-Anshari adalah organisasi Ikhwaniyyah Siyasiyyah dan bukan di atas Sunnah sama sekali. Namun dia dibangun diatas manhaj organisasi Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al-Banna di Mesir satu kurun masehi yang telah lalu. Oleh karena itu, maka sesungguhnya saya memperingatkan anak-anakku, saudara-saudaraku di Indonesia dan aku mengajak agar jangan mereka berta’awun bersamanya dalam bentuk apapun. Karena sesungguhnya dia bukan salafiyyah walaupun mengaku diatasnya” (Tanya jawab dengan Syaikh Ubaid pada hari Ahad tanggal 11 September 2005)
Kalau ada yang berkomentar: 
“Syaikh Ubaid menyatakan bahwa Jum’iyah al-Ishlah wal Irsyad al-Arobiyah yang didirikan oleh Syaikh Ahmad as-Surkati di Jawa didirikan di atas manhaj Ikhwanul Muslimin. Padahal Ikhwanul Muslimin didirikan pada tahun 1347 sedangkan Jum’iyah Al-Irsyad didirikan pada 15 Syawal 1332. Artinya Al-Irsyad 15 tahun lebih dulu ada dibandingkan Ikhwanul Muslimin. Lantas, bagaimana mungkin organisasi yang 15 tahun lebih dulu ada mengadopsi manhaj organisasi yang baru muncul seperempat abad kemudian?”
Hal yang bisa dijelaskan:
Tidak ada kelicikan, kedustaan ataupun pengelabuan terhadap ulama dalam masalah ini. Syaikh tidaklah berbicara dalam masalah waktu, mana diantara kedua organisasi tersebut yang lebih dulu berdiri, Al-Irsyad ataukah Ikhwanul Muslimin? Tidak, tetapi beliau lebih menekankan dengan menyandarkan –kesamaan- seruan wihdatul firqah pan islamisme As-Surkati/Al-Irsyad tersebut kepada seruan dakwah Ikhwanul Muslimin (yang lebih kita kenal) karena kesamaan upaya kedua organisasi tersebut dalam mempersatukan firqah-firqah sesat (ingat ucapan Surkati Khurafiyna, Syi’iyna, Kharijiyna serta Wahhabi Musyaddid?) dalam barisan dakwahnya. Dan justru ucapan Surkati ini dijadikan hujjah oleh Syaikh Ubaid Al-Jabiri bahwa As-Surkati ini bukanlah orang yang jahil!
As-Surkati paham betul tentang Khurafat ketika menyatakannya sebagai Khurafiyna/saudara kita!
As-Surkati tahu benar tentang Syi’ah ketika menyatakan Syi’iyna/saudara kita! As-Sudani benar-benar paham ketika menyebut Kharijiyna’/saudara kita!
Dan As-Surkati tahu benar apa itu dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ketika menyatakannya sebagai Wahhabi Musyaddid!!
Tentu saja mereka tidak akan pernah berani membahas dengan jujur kejahatan keji Majelis Ifta’ dan Tarjih Al-Irsyad yang notabene adalah hasil didikan Syaikh Salafi As-Sudani ketika menginjak-injak kehormatan dan kemuliaan para ulama pewaris para nabi!
! Adakah Seorang Syaikh Salafi yang mengajari murid-muridnya sebuah adab sedemikian rendah, keji dan jahatnya? Apalagi untuk sebuah organisasi yang diklaim sebagai organisasi Salafi? Adakah seorang Syaikh Salafi yang memiliki sebuah Mars Surkati yang Perkasa dengan iringan pasukan demokrasi dan drumbandnya?
KALAU MATAHARI TELAH TERBIT DARI BARAT, BARULAH SAYA AKAN BERPALING DARI AL-IRSYAD !!
Kita katakan :
“INILAH DAKWAH YANG MENGHANCURKAN PONDASI YANG BESAR DARI POKOK-POKOK KEYAKINAN MUSLIMIN YAITU AL WALAWAL BARA’. DAKWAH YANG MUNCUL DARI MANUSIA-MANUSIA JAHAT YANG MENYIMPANG DARI AS SHIRATHAL MUSTAQIM DAN PETUNJUK YANG BENAR seperti Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh Al Mishri, dan para pengikutnya seperti pemimpin Hizbul Ikhwan, Hasan Al Banna lalu bersambung kepada Al Ghazali, As Siba’i, dan Qaradhawi.
Mereka perbudak pena-pena mereka, mimbar-mimbar, serta karangan-karangan mereka untuk mencapai tujuan mereka. Lalu mereka menghiasinya dengan panji-panji yang mengkilat dan kata-kata manis hingga para Muslimin yang awam tertipu dengannya”
Kitab Raf’ul Litsaam ‘An Mukhaalaafatil Qaradhawi Li Syari’atil Islaam, edisi Indonesia Membongkar Kedok Al Qaradhawi, Bukti-bukti Penyimpangan Yusuf Al-Qaradhawi dari Syari’at Islam. Penerbit Darul Atsar Yaman. Sumber artikel :http://www.salafy.or.id/print.php?idartikel=652)
Dan jangan kalian lupa bahwa artikel ini adalah salah satu realisasi dari tantangan kalian:
“SILAKAN ANDA JELASKAN INI SEMUA KEPADA PARA ULAMA SALAF, DAN JANGAN ANDA SEMUA SEMBUNYIKAN PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN KAMI, SEBENTAR LAGI PARA ULAMA DARI MARKAS AL-IMAM AL-ALBANI AKAN DATANG…”
(Salafindo.com – Situs Resmi Mahad Ali Al-Irsyad Surabaya.htm, jawaban terhadap Abu Intan, Jakarta, 26/08/2005 11:09:36 WIB)
Terakhir, inilah fatwa Syaikh Ahmad An-Najmi mengenai tokoh wihdatul firqah, Shahibul Irsyad, As-Surkati As-Sudani: “Dia bukan alim salafi dan bukan pula da’i salafi!” ) sebagaimana pula komentar Syaikh Ubaid mengenai tokoh yang satu ini: “Karena sesungguhnya dia bukan salafiyyah walaupun mengaku diatasnya!”. Lebih jelas lihat pembahasan ustadz Askari dalam artikel beliau: Ulama, Antara Senior dan Paling Senior . Walhamdulillah.
Dengan itu semua, apakah ada alasan syar’i yang mengharuskan kita mempercayai ucapan mereka bahwa As-Surkati dan Hizbul Irsyadnya terpengaruh oleh dakwah Tauhid Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab? Wallahul musta’an.
Catatan kaki:
1) Da’watul Ikhwanil Muslimin fii Mizanil Islam, Farid bin Ahmad bin Manshur aluts-Tsabit, cetakan-1, Darul Manar, 1414H, hal.49-50). Bab ini sekaligus untuk “mengkritisi” Abduh ZA (dalam bukunya “Siapa Teroris?…, hal.311-312, cetk.1-Juni 2006, Pustaka Al-Kautsar) yang menempatkan “Syaikh Jamaluddin Al-Afghani” dalam urutan pertama  “daftar para ulama dan syuhada yang dilecehkan Al-Ustadz Luqman” (ibid, hal.311). Abduh berkata:”Al-Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh berkata,”Bahkan pendiri kelompok ini banyak terpengaruh oleh pemikiran seorang Syi’ah Rafidhah, yaitu Jamaluddin Al Afghani”
Abduh melanjutkan:”Demikian, tuduhan dan pelecehan Al Ustadz Luqman kepada Syaikh Jamaluddin Al Afghani rahimahullah, seorang ulama besar dari Afghanistan yang diakui umat dan telah berjasa besar bagi Islam dam kaum Muslimin, di mana sebagian kalangan bahkan menyebut beliau sebagai seorang mujadid atau reformer saat itu. Padahal, mengatakan seorang muslim sebagai Syi’ah Rafidhah, sama saja dengan mengafirkannya. …Benarkah Jamaluddin Al-Afghani seorang Syi’ah Rafidhah? Ustadz Samir Halabi berkata,”Sebagian pengamat mengatakan bahwa Jamaluddin Al-Afghani adalah orang Iran dari kota Asadabad, dekat kota Hamdan. Mereka menganggap bahwa Al-Afghani bermadzhab Syi’ah Ja’fariyah, sekalipun beliau terkenal dengan penisbatannya kepada negeri Afghanistan, bermadzhab Sunni, menyebutkan kata Al-Afghani untuk dirinya, dan kedekatannya bersama para uylama Ahlu Sunnah di berbagai negeri Islam yang beliau kunjungi…Secara keseluruhan, semua dalil yang mengatakan Al-Afghani sebagai orang Iran dan bermadzhab Syi’ah tidak bisa dipertanggungjawabkan. Semuanya terpatahkan dengan sendirinya oleh buku-buku karya Jamaluddin Al-Afghani dan perjalanan hidupnya, di mana semua itu menunjukkan dengan jelas bahwa beliau adalah orang Afghanistan yang Sunni, dan bukan orang Iran yang Syi’ah” (Siapakah.., hal.311-312).
Benarkah ucapan Ustadz Samir Halabi yang dinukil oleh Abduh ZA ini? Dan jangan anda terkejut kenapa Abduh ZA sedemikian meradang ketika Jamaluddin Al-Afghani sedikit diungkap kesesatannya oleh Ustadz Luqman, karena orang ini adalah “pemilik Pan Islamisme/Wihdatul Firqah” yang memberikan inspirasi bagi gerakan Al-Banna dengan Ikhwanul Musliminnya sebagaimana As-Surkati dengan Hizbul Irsyadnya. Saudaraku kaum Muslimin, silakan anda menyimak profil ulama dan syuhada yang dimiliki oleh Abduh ZA yang salah satu bukunya direkomendasikan kepada umat oleh Muhamad Arifin Badri. Akankah Irsyadiyyun merasa terhibur dengan pembelaan Abduh ZA terhadap Jamaludin Al-Afghani sang tokoh idola pendiri organisasi ini?
2) Kesesatan Khurafiyyun, Syi’iyyun dan Khawarij-Kilabun Naar engkau katakan sebagai permasalahan ijtihadi wahai As-Sudani As-Salafy? Kalau demikian keadaannya, tentu menurut “Kaidah Emas” khilafiyyah ijtihadiyyah Firanda As-Soronji tidak boleh disikapi  dengan tahdzir, hajr, apalagi tabdi’ (Lerai…, hal.250) dalam permasalahan ini!! Muslimin, jangan kalian tahdzir penganut Khurafat!! Jangan kalian peringatkan kesesatan Syi’ah dengan berbagai aqidah kufurnya!! Jangan kalian bicarakan peringatan Rasulullah  mengenai Dzul Khuwaishirah dan anak cucunya, Kilabun Naar!! Di atas semua permasalah itu, tidak boleh bagi kalian untuk meletakkan al-wala’ wal bara’ padanya!! Kalian harus saling hormat-menghormati!! Firanda-pun berkata mengenai permasalahan khilafiyyah ijtihadiyyah seperti ini: ”Perpecahan tersebut tidak terjadi kalau saja kita bersikap benar dalam menghadapi perbedaan pendapat yang ada di kalangan Ahlus Sunnah…Selanjutnya kita balik pernyataan kalian. Keadaan kalian yang melakukan tahdzir dan hajr tanpa mengikuti aturan yang benar itulah yang menimbulkan perpecahan di kalangan Salafiyyun”(Lerai Pertikaian…, hal.246-247). Maka apakah Firanda masih mampu berdiri dengan ”Kaidah Emas”nya ini dalam menghadapi ”ijtihadnya” As-Salafy As-Sudani?! Bal Syaikhus Salafy?!1)) “Awal mula suara yang membela cakrawala dan mengejutkan orang-orang yang lalai lagi mabuk karena tenggelam di dalam bid’ah, khurafat dan kesesatan adalah suara Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dari Nejed di pedalaman jazirah Arab…” (Mabadi’ Al-Irsyad tahun 1938)
2)) Di mana Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi Al-Baabi Al-Irani Al-Masuni Al-Ibrani agen rahasia Yahudi Freemasonry dengan Pan-Islamisme bersembunyi dari dakwah Pan-Islamisme/Wihdatul Firqah As-Sudani dan Irsyadinya sebagaimana bukti di atas?! Justru Jamaluddin-lah yang terbesar pengaruhnya di sisi As-Surkati As-Sudani dan Hizbul Irsyadnya!! Ingat, “Khurafiyna..Syi’iyna…Kharijiyna, Wahhaby…Musyaddid!!”
3)) Apakah karena Hasan Al-Banna besar di lingkungan yang sangat kental menganut Thariqat Hasyawiyyah sehingga dia memiliki udzur atas aqidah Sufinya?! Patut dimaklumi seruan dakwah Pan-Islamismenya?!
Dari literatur yang ditulis dan dipublikasikan oleh orang-orang Al-Irsyad SENDIRI telah membuktikan kepada kita bahwa kesamaan manhaj dakwah antara Surkati dengan Al-Irsyadnya dan Al-Banna dengan Ikhwanul Musliminnya bukanlah satu hal yang kebetulan, bahkan keduanya memiliki figur panutan dan idola “PAN-Islamisme/Wihdatul Firqah” yang sama, Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi agen rahasia Yahudi Freemasonry!!
4)) Apakah Syaikhul Islam tidak menghadapi masyarakat penyembah kubur? Apakah di masa beliau tidak membantah penganut Syi’ah dengan berbagai keyakinan kufur dan syiriknya? Apakah beliau tidak menghadapi masyarakat dengan keyakinan-keyakinan khurafat? Dan perhatikan pula –wahai saudaraku- dengan kondisi masyarakat ketika Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berdakwah!! Bahkan di masa shahabatpun, mereka telah menghadapi masyarakat yang jauh lebih kufur, lebih syirik dan lebih khurafat!! Adakah mereka semuanya –Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in- berupaya merangkul dan mempersatukan berbagai sekte sesat tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh As-Surkati?! Lalu dengan tolok ukur apa para a’immah membandingkan dan menggolongkan suatu ucapan, keyakinan ataupun perbuatan termasuk sebagai tauhid atau syirik, sunnah atau bid’ah, Al-Haq ataukah Al-Batil, sesat ataukah tidak? Apakah setiap masa/kurun memiliki tolok ukur kebenaran yang berbeda-beda?! Ketika anda –saat ini- berbicara tentang kesesatan yang terjadi di masa Shahabat ataupun di masa para imam Ahlussunnah yang lampau tergolong sebagai satu bentuk kedhaliman?! Allahul Musta’an.
Kesesatan tetaplah kesesatan, baik dilakukan di masa lampau, di masa kini maupun di masa yang akan datang!! Na’udzubillah.
5)) Adapun Surkati dan Al-Irsyadnya?Dia bahkan menjadi Syaikhnya para pejabat kafir harbi Belanda!! Dan …menikmati fasilitas serta kemudahannya manakala mendapatkan kesulitan-kesulitan!! Inikah Al-Wala’ wal Bara’ yang diajarkan oleh seorang yang dilabeli sebagai “Syaikh Salafy?!” Bukan! Bahkan ini adalah bukti nyata seruan kesesatan untuk menghancurleburkan prinsip-prinsip Al-Wala’ wal Bara’ fil Islam!!
6)) Ingat ucapan Surkati yang sesat dan menyesatkan:”Khurafiyna…Syi’iyna dan… Kharijiyna” dan ba’iatnya terhadap Hizbul Irsyad serta ingat pula pelecehannya terhadap dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab:”Wahaby.. Musyaddid!!” Alangkah besarnya pengaruh dakwah PAN-Islamisme Jamaluddin Al-Afghani Ar-Rafidhi agen Yahudi Freemasonry yang beberapa kali berkunjung ke tempat pelacuran umum serta Muhammad Abduh Al-Mishri bagi As-Surkati dan dakwahnya!
7)) Abu Salma menyatakan bahwa beliau adalah murid As-Surkati (!?). Adapun Hussein Badjerei sendiri menulis:”Pada tahun 1921 Ahmad Surkati mengadakan perjalanan ke kota Solo untuk mengunjungi sahabatnya di sana, Awad Sungkar Al-‘Urmei. Dalam perjalanan dengan kereta api inilah Ahmad Surkati berkenalan dengan seorang “pribumi” yang asyik membaca majalah Almanaar. Tentu saja sebagai pendukung pemikiran ‘Abduh, Surkati kagum pada orang itu yang mampu membaca literatur arab. Orang itu ternyata Ahmad Dahlan. Terbukalah komunikasi antara mereka berdua sepanjang perjalanan, dan kian akrab setelah perjalanan itu. Kedua tokoh ini sering bertukar pikiran dan akhirnya sampailah mereka berdua pada satu kesimpulan yang mengandung tekad mereka berdua, yaitu sama-sama mengembangkan pemikiran ‘Abduh di Indonesia”(Al-Irsyad Mengisi…,hal.28). Allahul Musta’an. Semoga Allah mengampuni kesalahan-kesalahan kita.
8)) Neo-Adzdzakhirahnya Abdurrahman Tamimi sendiri menukil langsung tulisan As-Surkati di Majalah Adz-Dzakhirah edisi Rajab 1342 H 7/368-369 betapa Surkati “merasa ketakutan” dituduh penganut “Wahabi” oleh lawan-lawannya di masa itu: “…Sampai-sampai gemetar jari-jemariku ini ketika menulis masalah ini karena khawatir manusia akan menuduhku Wahabi meskipun ada dalam diriku keimanan, kesungguhan dalam menyuarakan kebenaran serta kemampuan bahasa. Dan mereka akan menganggapku sebagai pembela (Wahabiyah) lalu memprovokator orang-orang awam dalam (memusuhi) diriku meskipun aku belum pernah berkumpul dengan seorangpun dari kelompok (Wahabiyah) selama hidupku. Akan tetapi yang menyatukan diriku dan mereka adalah Al-Qur’an yang menyatukan semua kaum muslimin” (Neo-Adzdzakhirah, Ed.13, Th.III, April 2005).
Kita katakan: Di majalah yang sama juga disebutkan bahwa As-Surkati benar-benar mengetahui sejarah dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, bahkan dia menjelaskan betapa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berasal dari keturunan orang-orang yang shalih. Namun demikian semua pengetahuan itu tidaklah membuat dia sejalan dengan dakwah beliau rahimahullah. Sebaliknya justru menyatakan bahwa dakwah Syaikh adalah Musyaddid!! Justru bukti inilah yang menunjukkan bahwa Surkati tahu benar seperti apa dakwah yang diemban oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah ketika dia melemparkan vonis Wahabi…Musyaddid!! Adapun ucapannya: ”
Akan tetapi yang menyatukan diriku dan mereka adalah Al-Qur’an yang menyatukan semua kaum muslimin”, maka hal ini tidaklah menunjukkan pandangannya yang positif terhadap dakwah tauhid yang diemban oleh Syaikh Rahimahullah. Kenapa? Tidakkah anda ingat ucapannya sebelumnya, bahwa di atas ucapan inilah semua sekte dan firqah sesat hendak dipersatukannya dibawah panji Pan-Islamisme karena dengan itu pula dia mengucapkan Khurafiyna, Kharijiyna, Syi’iyna, dan Wahabiyna!! Bagaimana komentar As-Surkati terhadap berbagai firqah yang berusaha disatukannya: “Masing-masing itu kaum Muslimin, orang-orang yang beriman dan orang-orang yang mencari ridha Allah.”

Jadi, jangan anda terkecoh dengan artikel berjudul “Syaikh Surkati & Wahabiyah” yang diluncurkan oleh Ma’had Al-Irsyadnya Ustadz  Abdurrahman Tamimi.  

9)) Ini adalah bukti nyata bahwa kita tidak sedang membandingkan dakwah di masa Surkati dengan dakwah di saat ini???! Siapakah “aktor intelektual” yang telah memberikan informasi palsu dan keliru kepada Syaikh Ali bahwa As-Sudani adalah satu-satunya da’i di kala itu?
10)) Ada upaya sistematis untuk merendahkan peran perjuangan beliau bersama para pengikutnya dalam berjihad melawan penjajah kafir Belanda “hanyalah” karena persengketaan sebidang tanah makam leluhurnya yang dicaplok Belanda!! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (peny).
11)) Beliau “ditahdzir” Irsyadiyyin sebagai seorang plagiator, pencuri intelektual (Lihat pembahasan tentang Rawi-rawi Tsiqah Abdul Hakim Abdat).
12))  ‘Adil itu sendiri (lawan dari dhalim) adalah berhukum  dengan kebenaran.  Lalu apakah kebenaran ajaran Islam di masa lalu bisa berbeda dengan kebenaran Islam di masa sekarang ini?! Relatifkah kebenaran Islam?! Disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya?! Apakah membandingkan kesesatan di masa lalu dengan kesesatan di masa kini juga merupakan suatu bentuk kedhaliman?! Allahul Musta’an.
13)) Saudaraku, Ingatlah dengan tujuan dakwah Surkati dan Hizbul Irsyadnya dalam mempersatukan Syi’ah, Khawarij, penganut Khurafat yang jelas-jelas upaya untuk menghancurleburkan Al-Wala’ wal Bara’!!-peny.
14)) Dan jangan anda sekalian lupa wahai saudaraku tikaman-ikaman keji dan jahat yang dilancarkan oleh para kader Surkati yang tergabung dalam Majelis Ifta’ dan Tarjih Al-Irsyad Al-Islamiyyah dalam buku Himpunan 3 Risalah fatwa Khabitsnya terhadap para ulama pewaris para nabi!!
15)) Kami sangat berharap bahwa orang-orang yang sejenis dengan Abu Salma dapat mengeja dan memahami kalimat ini dengan sempurna!! Apa artinya SAHABAT penjajah kafir Belanda?!!
16)) Ingatkah anda bagaimana sekolah-sekolah Al-Irsyad nyaris dibubarkan Belanda karena seorang lulusannya (Ahmad Basyaib) terlibat pemberontakan PKI?! Akhirnya..”akan tetapi hal itu ternyata mampu diatasi Al-Irsyad dengan sebaik-baiknya”(Al-Irsyad Mengisi.., hal.104). Allahul Musta’an.

II. “PENYIMPANGAN” IHYA’ AT-TURATS
Pendahuluan:
“…Aku telah menasehatkan kalian dalam banyak kesempatan agar kalian hendaklah menjauhkan diri dari berbagai sebab perselisihan. Bekerjasama dengan Ihya’ At-Turots akan mengantarkan kepada pergolakan dan perselisihan diantara kalian.
Seorang Salafi yang jujur tidak mempermainkan dakwahnya dan saudara-saudaranya dengan menjerumuskannya ke dalam pergolakan khilaf, barakallahu fiikum…”

FATWA ASY-SYAIKH RABIBIN HADI AL-MADKHALI –HAFIDHAHULLAH-
DEMI ALLAH, mereka mengatakan bahwa Ihya’ At-Turots komitmen dengan manhaj Salafi, namun ada beberapa kritikan keras atas mereka, dimana di luar – lebih banyak (kritikannya) – daripada di dalamnya. Aku berpendapat bahwa bekerjasama dengan mereka adalah bentuk kerjasama yang menentang manhaj Salafi.
[Maka] Wajib atas mereka bertaubat kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dan komitmen terhadap Manhaj Salafi, baik secara lahir maupun batin serta mengumumkan perang terhadap sikap ekstrim ini, terhadap berbagai manhaj
, manhaj Sayyid Quthb. Adapun Imamnya Ihya’ At-Turots Abdurrahman Abdul Khaliq, yang membela At-Turabi (Hasan At-Turabi), Sayyid Quthub, Al-Banna (Hasan al Banna), Al-Maududi (Abul A’la Al- Maududi) serta yang lainnya dari para pemimpin bid’ah dan fitnah [yakni] Abdurrahman Abdul Khaliq) tetap menjadi imam yang dikultuskan dalam hati Ihya’ At-Turots. Barakallahu fiikum.
Inilah data-data yang paling kuat yang menunjukkan bahwa Ihya’ at-Turots tidaklah jujur dalam mengarahkan dirinya kepada manhaj Salafi. Pengaruh Abdurrahman Abdul Khaliq telah diketahui [dimana dia] tidak membawa manhaj Salafi dengan sesungguhnya secara bersih dan murni. Diantara dalil bahwa ia tidak komitmen dengan manhaj ini, bahwa ia bersikap loyal kepada kaum takfir di Yaman, Jum’iyyatul Hikmah dan yang semisalnya. Juga bersikap loyal kepada selain mereka, Ikhwanul Muslimin. Mana kesungguhan mereka dalam menghadapi pemikiran Ikhwani ini ? Mereka tidak punya keinginan (membantah pemikiran Ikhwan, pen) kecuali untuk menarik diri dari manhaj Salafi.
Ikhwan sekalian, yang jelas kami menasehati para pemuda Salafi agar mempelajari manhaj Salafi melalui cara-cara yang mulia dan bersih. Dan aku menasehati seorang Salafi yang jujur agar tidak menjerumuskan saudara mereka dalam berbagai perselisihan yang berkelanjutan, isu ini dan isu itu.
Aku telah menasehatkan kalian dalam banyak kesempatan agar kalian hendaklah menjauhkan diri dari berbagai sebab perselisihan. Bekerjasama dengan Ihya’ At-Turots akan mengantarkan kepada pergolakan dan perselisihan diantara kalian.

Seorang Salafi yang jujur tidak mempermainkan dakwahnya dan saudara-saudaranya dengan menjerumuskannya ke dalam pergolakan khilaf, barakallahu fiikum.
Kami –demi Allah- berharap dari Ihya’ At-Turots agar kembali kepada kebenaran dan agar amalan-amalannya yang tersembunyi seperti amalannya yang nampak.Yaitu menjadi Salafiyah yang jelas, batin maupun zahir, yang dapat dilihat pengaruh Salafiyyah ini baik di luar maupun di dalam. Namun kita tidak melihat ini, [sejauh mana] (pengaruhnya) di Bangladesh, juga yang seperti itu di Sudan, juga pengaruhnya di berbagai negeri yang jauh. WALAUPUN MEREKA MENGELABUI MANUSIA DAN MENGATAKAN: “Kami mencetak kitab, kami menyebar ini dan itu….. Barokallahu fiik. Tidak memurnikan dalam menyebarkan dakwah Salafiyah yang telah diangkat benderanya oleh Rasulullah  dan para sahabatnya yang mulia serta orang-orang yang mengikutinya seperti Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Abdul Wahhab. Kami mendapatkan mereka (Ihya’ At-Turots, pen) memuji Ikhwanul Muslimin, basa-basi, berpolitik dan yang semisalnya. Maka hendaklah mereka bertaubat kepada Allah   dari manhaj ini.
[Selesai] pertemuan ini pada hari Kamis, bertepatan dengan tanggal 8 dari bulan Muharram 1426 H dengan judul : Sikap pertengahan dalam Islam.

1. Syubhat: “Penyimpangan” Ihya’ At-Turats, bahasa lipstick (baca:permukaan) yang belum menyentuh sama sekali isi “penyimpangan” itu sendiri.
Ada orang yang bertanya: “Sebagian ikhwah menyatakan bahwa khilaf diantara para ulama tentang bermu’amalah dengan yayasan Ihya’ At-Turots adalah khilaf yang tidak mu’tabar (tidak dianggap) karena para ulama yang menyatakan bolehnya bermu’amalah tidak mengetahui hakekat yayasan, dan tidak mengetahui penyimpangan-penyimpangan yayasan?”. Pertanyaan “lipstick” inipun di update lagi kepada masyayikh lainnya: “Penulis telah bertanya langsung tentang lontaran perkataan bahwasanya para masyayikh tidak mengetahui penyimpangan-penyimpangan yayasan Ihya At-Turots..” (Sekali Lagi ed-3, abusalxx)
Kita katakan:

Ini adalah bahasa “lipstick” yang dipopulerkan demi sebuah “pengebirian dan pendangkalan” permasalahan, sebuah bentuk lain dari “pembodohan” umat! Sebuah kata yang masih sangat mujmal/mengambang yang “belum” memiliki bobot “penyimpangan” sama sekali!! Justru ketika rincian kesesatan Ihya’ At-Turats mesti diterangkan untuk mengukur sejauh mana, seberat apa dan separah apa “penyimpangan” yang dilakukannya. Ketika para Masyayikh berfatwa tentang “penyimpangan” Ihya’ At-Turats (lihat artikel ustadz Askari mengenai permasalahan ini serta bukti-bukti kesesatan Ihya’ At-Turats yang dikumpulkan oleh webmaster Sahab.net, Syaikh Khalid Adz-Dzhufairi Al-Kuwaiti, ternyata kalimatnya tidak berhenti sampai “penyimpangan-penyimpangan” TITIK sebagaimana pertanyaan di atas. Sungguh pertanyaan dengan kalimat “penyimpangan” saja hanyalah akan mengundang sebuah tanda tanya besar, sebesar dan seluas makna “penyimpangan’ itu sendiri. Fatwa apa yang diinginkannya dengan pertanyaan “sedangkal” itu? Orang merokok, bernyanyi cukup dikatakan dia telah “menyimpang” tetapi insya Allah tidak akan pernah ada di antara kita yang menyamakan hukumnya dengan “penyimpangan” seruan persatuan Ahlus Sunnah dengan Ahlus Syirk semacam Syi’ah Rafidhah, seruan kerjasama dengan Ikhwanul Muslimin, seruan penggulingan kekuasaan terhadap pemerintah Muslim walaupun jenis-jenis “penyimpangan” ini sama-sama dikategorikan “menyimpang”. Melakukan kebid’ahan juga termasuk “penyimpangan’ walaupun harus dirinci tingkatannya, apakah bid’ah tersebut sampai mengkafirkannya? Dan seterusnya dan seterusnya. Kalimat Ihya’ At-Turats “menyimpang”, Ihya’ At-Turats memiliki “kesalahan-kesalahan” sungguh merupakan kelihaian permainan bahasa permukaan yang sama sekali tidak menyentuh “penyimpangan” dan “kesalahan” itu sendiri!! Padahal, ketika para ulama berfatwa tentang “penyimpangan dan kesalahan” Ihya’ At-Turats ternyata para ulama tersebut juga telah menjelaskan secara rinci bentuk-bentuk penyimpangan serta bukti-bukti yang mendukung pernyataan mereka untuk menentukan sejauh mana “tingkat penyimpangan” yang telah dilakukan oleh Ihya’ At-Turats!! Belum lagi berbagai bukti yang dikumpulkan dan dipublikasikan oleh para ikhwah Salafiyyin mengenai bentuk-bentuk bukti  “penyimpangan-penyimpangan” yang dilakukan oleh yayasan ini!
Kenapa saudara-saudara tersebut “begitu ketakutan” untuk melontarkan pertanyaan yang langsung pada inti (baca:tafshil rinci) permasalahan “penyimpangan” Ihya’ At-Turats daripada sekedar berlindung dibalik kata pertanyaan “penyimpangan-penyimpangan” Ihya’ At-Turats?
Kenapa mereka tidak bertanya kepada Syaikh Al-Abbad dengan lebih terus terang, bagaimana hukumnya sebuah yayasan yang mengamalkan bai’at ? Apakah mereka tidak sepakat dengan hal ini?
Kenapa mereka tidak bertanya bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq sampai detik ini merupakan mufti bagi mereka yang memiliki pengaruh yang cukup besar serta kedudukan tinggi di sisi Ihya’ At-Turats? Bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq tetap menyebarkan pemikiran-pemikiran Ikhwaninya, bergaul dan bergandengan dengan tokoh-tokoh besar Ikhwanul Muslimin? Bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq benar-benar tidak menggubris nasehat Syaikh Bin Baz rahimahullah sebagaimana nasehat ini anda nukil sendiri di buku Emas anda? Apakah mereka tidak sepakat dengan hal ini?
Sebagaimana difatwakan oleh Syaikh Muhammad bin Hadi dan Syaikh Muqbil rahimahullah, kenapa mereka tidak menyampaikan kepada para ulama yang dekat dengan mereka bahwa Ihya’ At-Turats benar-benar terbukti telah memecah belah barisan Salafiyyin karena harta yang ditebarkannya? Apakah mereka tidak sepakat dengan hal ini?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats menyeru kepada parlemen dan demokrasi? Apakah karena tidak sepakat dengan pertanyaan ini?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats bekerjasama dakwah dengan Ikhwanul Muslimin? Ataukah “maslahat’ mereka mengingkari kenyataan ini?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats mengajak dan menyeru untuk mendatangi istana-istananya guna menggulingkan dan mencaci penguasanya yang muslim? Ataukah hal ini di sisi mereka hanya sebuah gossip?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats dalam krisis Libanon telah mendukung Hisbusysyaithon Libanon? Apakah mereka juga tidak sependapat?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats sangat getol mempersatukan antara Sunni dengan Syi’ah? Ataukah ini hanya sebuah kedustaan?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats mengakui peras besar Muhammad Surur bagi pembelaannya terhadap urusan-urusan umat? Ataukah mereka tidak sepakat dengan bukti ini?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats sangat berterima kasih atas peran Sayyid Quthb dan tafsir Fi Dzilalil Qur’annya bagi umat?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats sangat berterima kasih atas peran Yusuf Qaradhawi dan majalah Ikhwanul Musliminnya? Ataukah mereka tidak sepakat dengan bukti yang kita hadirkan?
Kenapa mereka tidak langsung bertanya bahwa Ihya’ At-Turats telah menyebarkan pemikiran takfir? Dan berbagai bukti-bukti yang telah dipaparkan oleh para ulama kita.
Dan kenapa mereka tidak menyampaikan semua “penyimpangan” di atas dalam satu paket pertanyaan saja sehingga umat bisa mendapatkan nasehat yang sangat berharga dari para masyayikh mengenai kejahaan Ihya’ At-Turats? Kenapa..? Kalau anda (ma’af) merasa kesulitan untuk membeberkannya beserta bukti-buktinya, insya Allah tidak ada diantara Ahlus Sunnah yang merasa keberatan membantu anda menyodorkan bukti-buktinya!! Tetapi kami percaya bahwa terlalu mudah bagi anda untuk mengumpulkan bukti-bukti kesesatan dan penyimpangan Ihya’ At-Turats yang telah dikumpulkan oleh para ulama dan para penuntut ilmu dari kalanga Salafiyyin.
Tetapi, alangkah “ajaibnya’ bahwa rincian bentuk dan model penyimpangan seperti sebagian contoh di atas hanya dikemas sebagai sebuah “penyimpangan” untuk kemudian disodorkan pertanyaannya kepada ulama. Seberapa tingkat jawaban “penyimpangan” yang dimaukan oleh Firanda cs kepada Syaikh? Silakan anda lihat kembali teks pertanyaan “penyimpangan” Ihya’ At-Turats yang dilontarkannya yang ternyata belum menyentuh “bobot penyimpangan” Ihya’ sama sekali!! Dan alhamdulillah bahwa Syaikh-pun memberikan jawaban sesuai dengan  “bobot penyimpangan” itu sendiri. Wallahu a’lam.

2. Syubhat: “Sehingga dalam permasalahan ini tidak boleh dibangun al-wala’ dan al- bara’ di atasnya”
Komentar:
Saudaraku, kenapa Firanda begitu percaya diri menyatakan demikian? Karena sejak awal beliau tidak (berani) atau bahkan menghindar dari membahas dan mendiskusikan “penyimpangan” Ihya’ At-Turats secara tafshil/rinci sebagaimana “bobot penyimpangan” yang dijelaskan oleh para Masyayikh yang mentahdzirnya serta bukti-bukti “penyimpangan” yang dikumpulkan oleh Salafiyyin dari kalangan penuntut ilmu! Apakah para masyayikh dan penuntut ilmu dari kalangan Salafiyyin hanya menyatakan bahwa Ihya’ At-Turats memiliki “kesalahan dan penyimpangan TITIK”? Tidak bukan? Bahkan mereka menjelaskannya secara rinci berikut bukti-buktinya!!
Sekarang lihatlah mereka, apakah berani mereka berbicara di mimbar-mimbar dan menulis di artikel-artikelnya secara tafshil betapa “komplit”nya penyimpangan yang dimiliki dan diserukan oleh Ihya’ At-Turats? Betapa “dahsyatnya” seruan “penyimpangan” yang dilakukannya? Tidak sama sekali tidak! Mereka hanya berputar-putar dengan bahasa “bahwa kami tidaklah membela “penyimpangan” Ihya’ At-Turats sebagaimana kami membela harta Ihya’ At-Turats! Kami mengakui “kesalahan-kesalahan” yang dilakukan oleh Ihya’ At-Turats! Atau dengan kalimat pertanyaan, apakah orang/organisasi yang melakukan “penyimpangan” dan memiliki “kesalahan” otomatis menjadikannya divonis keluar dari Ahlus Sunnah dan diterapkan hajr, tabdi’ dst? Dan kalimat-kalimat lain yang sesungguhnya SAMA SEKALI belum menyentuh “penyimpangan” Ihya’ At-Turats itu sendiri!! Maka perhatikanlah “kelihaian” mereka dalam permasalahan ini.
Firanda dan kawan-kawannya “belumlah memiliki keberanian” untuk menerima kenyataan dari fatwa masyayikh jika dirinya dan teman-temannya yang dekat dengan para ulama tersebut bertanya secara tafshil (apalagi menyebutkan secara komplit dan lengkap) “penyimpangan” yang dilakukan oleh Ihya’ At-Turats. Jika mereka belum mengetahuinya maka ini adalah mushibah bagi dirinya dan umaat sementara mereka ini telah begitu semangat membela keabsahan organisasi ini!! Jika mereka telah mengetahui dan tetap menyembunyikannya 9dengan lebih memilih bahasa-bahasa “permukaan” tentang “penyelewengan” Ihya At-Turats, maka ini adalah bentuk pengkhianatan besar terhadap umat!!  Sungguh kami sama sekali tidaklah percaya bahwa para ulama mengkategorikan tafshil “penyimpangan” Ihya At-Turats sebagaimana contoh-contoh di atas sebagai suatu bentuk Khilafiyah Ijtihadiyah!! Lalu apa yang diinginkannya dengan menyatakan (dengan semua bukti kesesatan Ihya’ At-Turats) tetap tidak boleh diterapkan Al-Wala’ dan Al-Bara’? Dengan pembelaan-pembelaan anda terhadap Ihya’ At-Turats selama ini bukankah hal ini merupakan bukti “al-wala’” itu sendiri? Sebagaimana peringatan-peringatan atas “tafshil” kesesatan Ihya’ At-Turats  yang sampai saat ini terus dilakukan oleh Salafyyin juga merupakan bukti bara’ mereka? Sungguh, bahasa-bahasa mujmal menyikapi “penyelewengan” Ihya’ At-Turats yang selama ini anda lakukan adalah salah satu bentuk pembodohan umat!! Bukankah anda selama ini hanya mengeksploitasi “manfaat harta” Ihya bagi umat dan (mengenai mudharatnya) anda hanya berkomentar singkat bahwa Ihya’ memang benar memiliki “penyimpangan-penyimpangan”?  Walaupun dengan terburu-buru anda-pun segera menutupinya dengan berkomentar:Bahkan sebaliknya, justru banyak kemaslahatan yang didapat dengan muamalah dengan yayasan ini” (Lerai…, hal.242)

Dengan kalimat “seindah” ini, andapun merasa sudah melakukan peringatan kepada umat atas bahayanya Ihya’ At-Turats?  Ataukah lisanul hal anda akan lebih “jujur” dengan berkata: “Walaupun kami memang terbukti berwala’ kepada harta Ihya’ At-Turats tetapi bukankah kami bara’ dari kesesatannya?! Allahumma…

3.   Syubhat: “manfaat Ihya’ At-Turats lebih besar dibanding madharatnya”
Komentar:
Ini adalah bentuk pernyataan “PD/percaya diri” lainnya sebagai hasil bahasa-bahasa mujmal tentang “penyimpangan” Ihya yang digunakannya!! Apakah yang anda maksudkan dengan “manfaat”nya adalah harta Ihya’ At-Turats yang selama ini ditadah oleh para pasiennya? Kita tanyakan demikian karena secara syar’i, dengan timbangan al-wala wal bara’ maka “tidak ada manfaat apapun” secara manhaji mengenai keberadaan Ihya’ At-Turats ini bagi mereka!!
Terlalu banyak dan terlalu parah bukti-bukti kesesatan Ihya’ At-Turats! Secara manhaj mereka tidak mampu mempertahankan kenyataan bahwa “mudharat” penyimpangan Ihya At-Turats (secara tafshil) benar-benar sangat berbahaya bagi umat dari pada “manfaat” harta yang selama ini mereka terima!! Kami tidak mengira jika ada diantara ahlus Sunnah sampai-sampai menyatakan bahwa “manfaat harta” Ihya At-Turats masih jauh lebih besar jika dibandingkan dengan “mudharat kesesatan dan penyimpangan Ihya’ At-Turats”!! Akan lebih aneh lagi jika ada diantara Ahlus Sunnah sampai-sampai menyatakan bahwa secara manhaji, keberadaan Ihya’ At-Turats benar-benar bermanfaat!!

Alangkah anehnya bahwa walaupun Firanda telah bersikeras berupaya meyakinkan kita semua akan kemaslahatan besar jika Salafiyyin mengambil dana dari yayasan “sinterklas” Ihya’ At-Turats, tetapi dirinya sendiri ternyata masih meragukan status kesalafiyyahannya (sebagaimana yang digembar-gemborkan selama ini). Perhatikan keragu-raguannya (justru ketika mengungkapkan manfaat yayasan ini bagi salafiyyin untuk  membuktikan tidak terjadinya kemudharatan-kemudharatan saat bermuamalah dengan yayasan semacam Ihya’), Firanda menyebutkan kemaslahatan yang didapat:”Dana tersebut akhirnya tidak tersalurkan kepada ahli bid’ah. Jika dana ini tidak segera diambil dan dimanfaatkan oleh Ahlus Sunnah, sementara para dermawan terus menyalurkan kelebihan harta yang mereka miliki, bisa jadi akhirnya yang memanfaatkan dana tersebut adalah ahli bid’ah, sehingga bid’ahpun semakin berkembang”(Lerai Pertikaian, hal.242)
Kita katakan:”Engkau –wahai Firanda- telah meruntuhkan bangunan yang engkau bangun sendiri ketika berupaya meyakinkan kepada umat bahwa yayasan Ihya’ At-Turots adalah Ahlus Sunnah (dengan rekomendasi Kibar ulama dari buku yang diterbitkan oleh kantor pusat Ihya’ At-Turots). Tidak cukup itu, bahkan engkau nyatakan dengan mantap betapa tidak terbukti kemudharatan-kemudharatan yang dikuatirkan saat bermuamalah dengan yayasan ini. Kalau dirimu yakin benar bahwa yayasan ini adalah yayasan Ahlus Sunnah yang membantu para da’i Salafiyyin dan dakwah Salafiyyah,
kenapa dirimu kuatir :” Jika dana ini tidak segera diambil dan dimanfaatkan oleh Ahlus Sunnah…. bisa jadi akhirnya yang memanfaatkan dana tersebut adalah ahli bid’ah, sehingga bid’ahpun semakin berkembang”?! Bukankah sebanyak apapun dana yang berhasil mereka kumpulkan –kalau memang yayasan ini benar-benar yayasan Ahlus Sunnah!- tentu tidak perlu engkau mengkhawatirkan bahwa yayasan itu akan menyalurkan dananya kepada Ahlul Bid’ah sehingga semakin berkembang kebid’ahan?! Dan kalau memang benar yayasan ini adalah yayasan Ahlus Sunnah (sebagaimana perjuanganmu untuk meyakinkannya kepada umat- bukankah tidak terpikir sama sekali (bahkan terbersit setitikpun) bagi Ihya’ untuk menyalurkannya kepada Hizbiyyin?! Membantu dakwah Hizbiyyah mereka?! Kenyataannya?! Bahkan bukti nyata telah mendustakan pernyataanmu ini!!

4.   Syubhat: “Orang-orang Ihya’ At-Turats memiliki kedekatan hubungan dan  halaqah  dengan para Masyayikh Salafiyyin.”
Komentar:
“Dalam sebuah wawancara dengan Majalah al-Furqan dalam bahasa Arab, Syuaib Ahmad dari ‘Jamiat Ahl-i-Hadits’-UK mengatakan bahwasanya merupakan sebuah keharusan untuk bekerjasama dengan Jam’iyyah Ihya Turots Al-Islami dan bahwa manhaj dan aqidah keduanya itu sama!
Ihya’ Turots dan Abdur-Rahman Abdul-Khaliq sudah ditentang oleh banyak penuntut ilmu dan para Syaikh seperti halnya Syaikh Muqbil bin Hadi, Syaikh ‘Ubayd Al-Jabiri, Syaikh Ahmad Subaa’i, Syaikh Muhammad bin Hadi, Syaikh Falah bin Isma’il, Syaikh Yahya Al-Hajuri, Syaikh Muhammad al-Anjari, Syaikh Muhammad al-Wasabi, dan yang lainnya. Beberapa dari rekaman dan artikelnya tersedia di penerbit Salafi. Dan bukti-bukti tentang kesalahan mereka itu sangatlah banyak seperti yang sudah disebutkan oleh saudara-saudara kita diatas dan memang benar kalau para Salafy itu mempunyai bukti dan kebenaran yang jelas.
Seseorang menemui Syaikh Falah bin Isma’il di Birmingham mengenai kelompok tersebut dan berkata:

“Kelompok ini (seperti Ihya’ at-Turots, Ahli-Hadits UK) tidaklah menyimpang karena mereka mempunyai link (hubungan-pent.) dengan banyak penuntut ilmu Salaf!”
Syaikh (Falah bin Isma’il) menjawab (dengan singkat):
“Mengapa anda tidak mengatakan bahwasanya kelompok ini juga mempunyai link, konferensi, kuliah-kuliah, diskusi panel dan masih banyak lagi dengan para ahlul-bid’ah, dengan Syi’ah, dengan Rafidhah, dengan para pemuja golongan Sufi, dengan Ikhwanul Muslimin, dengan Quthbiyyun, dan dengan orang-orang dari ideologi politik yang menyimpang, serta para penganut Marxisme dan penganut aliran yang lainnya?! Mengapa anda mengelak untuk menyatakan hal itu? Apakah mereka salah jika mereka itu berbuat seperti itu juga?”
Saudara kita menjawab: “Ya tentunya begitu”
Sehingga Syaikh-pun menanggapi dengan mengatakan, “Jadi, dimanakah keinginan mereka untuk mengikuti Sunnah dan kecintaan mereka terhadapnya serta kesetiaan mereka?!”
Kami katakan (penyusun): di sini, di negeri ini ada contoh lain yang mirip dengan kejadian di atas dengan “wasilah” yayasan Al-Haramain. Tokoh-tokoh nasional dakwah bijaksana penuh hikmah sekaliber ustad Yazid, Ustad Abdurrahman Tamimi, Ustadz Aunur Rafiq Gresik, Ust. Ahmas Fais, dll berkumpul bareng bersama dengan orang-orang Wahdah Islamiyyah semacam Muhammad Ikhwan, Jefri, Yani dalam acara Daurah Haramain yang mendatangkan Salim Dausari, seorang tokoh hizbi kelas dunia. Bagaimana mungkin “persatuan” seperti ini bisa terjadi? Akan tetapi, Haramain Al-Hizbi telah mewujudkan impian mereka!
Satu contoh lagi, dengan wasilah Al-Sofwa l-Muntada yang salah sati donatur terbesarnya adalah Ihya’ AtTurats- tokoh-tokoh pejuan dakwah Salaf yang bijaksana sekaliber ustadz unur Rafiq dan Ustadz Agus hasan bashari beserta tokoh Nida’ul Fitrhah Surabaya bergabung ke markas besar tokoh besar Ikhwanul Muslimin (bahkan yang paling besar), Mudzakir Arif di pulau Sulawesi sana!!
Jadi wahai ikhwah sekalian, ada “manfaat-manfaat dakwah” yang tidak akan bisa antum realisasikan kecuali antum bergabung menjadi pasiennya Ihya’ At-Turats ataupun yayasan yang sejenis dengannya!! Dan manfat-manfaat dakwah bila bergabung menjadi pasien Ihya’ At-Turats dan sejenisnya, bagi Firanda masih lebih besar kemaslahatannya jika dibandingkan dengan kemudharatan Ihya’ At-Turats! Bukankah perbedaan antara Ustadz Yazid dan kawan-kawannya dengan Mudzakir Arif dan kawan-kawannya hanyalah status “manhaj”nya? Yang satu bermanhaj salafy dan satunya lagi “hanyalah” bermanhaj Ikhwani? Adapun persamaannya? Tidak usah kita ribut terus dengan masalah kecil seperti ini, lemparkan saja bukti ini ke balik punggung-punggung kita karena mereka semua sama-sama menjadi pasien Ihya’ dan sejenisnya! Mari kita bersatu!
Siapa yang mau?

5.   Syubhat:”mudah-mudahan salafiyyin di negeri ini bisa bersatu lagi,  melemparkan “perkara IT” ke belakang punggung-punggung mereka,  bukankah masyaikh sudah menunjukkan contoh yang baik dalam masalah  ini,  nasehat juga sudah tidak terhitung lagi..tinggal kitanya aja!”
Komentar:
Salafiyyin bersatu? Siapa yang tidak menginginkannya? Akan tetapi bersatu dengan sebuah organisasi pengumpul harta yang sudah tersohor kiprah kesesatannya dalam memusuhi dakwah Salafiyyah?

TUJUAN BESAR inilah yang bertahun-tahun mereka (Ihya’ At-Turats) cita-citakan!! Dan TUJUAN BESAR ini telah mulai dipanen hasilnya oleh seorang pemuda yang babak belur karena ulah dustanya sendiri!
Kalau Ihya’ At-Turats memiliki “penyelewengan” bukankah organisasi lain juga memiliki “penyelewengan”? Kalau Ihya memiliki “kesalahan” bukankah kita juga tidak lepas dari “kesalahan”? Bahkan para ulama-pun hanyalah seorang manusia yang tidak ma’shum (sebagaimana pula para shahabat Rasulullah shalallahu ‘alihi wa sallam!pen) bukanlah orang yang terlepas dari kesalahan (sebagaimana sesumbar salah seorang pejabat rendahan Al-Irsyad illegal)!!
Dalam sekejap, bertumpuk-tumpuk bukti tentang parahnya kesesatan dan penyelewengan Ihya’ At-Turats “disulap” menjadi sama sekali tidak ada pengaruh bahayanya bagi umat Islam!!
Akh Abu Sufyan Utsman Bisyir berkata:
Ada sebuah point penting yang perlu diklarifikasi, seperti apa yang sudah ditunjukkan oleh saudara-saudara kita mengenai apa yang telah disebutkan oleh saudara kita Abdulilah yang mengatakan bahwasanya:
Kutipan:
“Mengenai Ihya’ Turots, kami sudah pernah dinasehati oleh Syaikh Ubaid al-Jabiri, Syaikh Rabi’, Syaikh Muhammad al-Banna, Syaikh Muhammad ibn Hadi (dan) Masyayikh Kuwait yang sudah tahu tentang mereka dari pertama kalinya, seperti Syaikh Falah Ismail, Syaikh Muhammad al-Anjari dan Masyayikh lainnya agar meninggalkan mereka dan tidak boleh bekerjasama dengan mereka. Mereka telah membawa yang haq beserta bukti-bukti yang jelas mengenai kelompok yang berdasar atas pemahaman yang salah ini. ”
Sekarang ini banyak sekali orang yang mungkin salah paham tentang apa yang diungkapkan oleh Abdulilah di atas dan menganggap bahwa “Masyayikh telah berbicara tentang Ihya’ at-Turots dan membawa bukti-bukti yang jelas untuk menentang mereka, jadi tidaklah perlu membicarakan mereka lagi.”
Inilah diantara syubhat yang sudah ada dan tersebar luas, yang diantaranya (disini di Kuwait) sudah banyak tentang syubhat ini dan akhirnya tersebar begitu pesat dan mengatakan bahwa penyelisihan at-Turots hanyalah merupakan kesalahan dan bukanlah Bid’ah!!??
Dapatkah anda bayangkan bahkan dalam sekejap bahwa semua yang telah kita muat selama ini, Ihya’ at-Turots secara terang terangan mengkritik para pemimpin, mereka berpihak pada Syi’ah Rafidhah dan Ikhwanul-Mujrimin dan bekerja sama dengan mereka, mereka memuji para pemimpin bid’ah terbaik mereka saat sekarang ini (seperti Sayyid Qutb, Muhammad Surur, Ibn Laden dan al-Qaradhawi) dan mereka melanjutkan hubungan mereka dengan ‘Abdur-Rahman ‘Abdul-Khaliq (yang mana Syaikh Muqbil dan Syaikh Falah Isma’il menyatakannya sebagai mubtadi’), apakah semuanya ini merupakan kesalahan biasa??
Lalu, bagaimana tentang (tindakan Ihya’ at-Turots) memecah belah para pengikutnya dan mengambil alih pusat-pusat kegiatan mereka dengan metodologi “membagi dan menaklukkan” dan mengejar kekayaan?? Dan permintaan mereka untuk melakukan petisi dan protes? Apakah semua ini hanyalah kesalahan kecil semata ataukah pembaharuan-pembaharuan (bid’ah-bid’ah) mereka dimana Ulama yang mulia kita telah mengungkapkan dan memperingatkannya?! Bagaimana tentang perbuatan takfirnya terhadap para pemimpin, pembicaraan mereka yang kotor mengenai para Ulama Salaf dan keputusan mereka bahwa Syura merupakan bagian dari Islam? Semua itu kesalahan juga kan??
Begitu juga dengan banyaknya umat yang mengatakan bahwa “Masyayikh telah banyak berbicara tentang Ihya’ at-Turots dan telah membawa bukti-bukti yang jelas untuk menentang mereka, jadi tidak perlu lagi membicarakan mereka” dan syubhat ini dijawab sebagai berikut:
– Jam’iyyah Ihya’ at-Turots belum juga menghentikan kegiatan-kegiatannya hingga hari ini.
Mereka terus menyebarluaskan buku-buku ‘Abdur-Rahman ‘Abdul-Khaliq keluar dari Kuwait, seperti di Sudan dimana Syaikh Muhammad al-’Anjari melihatnya sendiri kalau buku-buku itu mencapai setengah trailer banyaknya yang siap untuk didistribusikan! Lihat sajalah dari 10 berita terakhir di majalah Al-Furqan mereka dan anda akan tahu dengan jelas kalau tak satupun yang berubah dengan diri mereka!
– Jam’iyyah Ihya’ at-Turots sekarang ini membuka pusat-pusat kegiatan baru dan mengumpulkan anak-anak muda yang mereka incar di Qatar dan Oman. Baru-baru ini kami memberangkatkan saudara-saudara kami dari Oman ke Kuwait untuk meminta nasehat Syaikh al-’Anjari dan meminta klarifikasi mengenai Turots. Syaikh juga tidak lama kemudian pergi ke Qatar untuk mendatangi salah satu pusat-pusat mereka di sana dan mengklarifikasi tentang kabar tersebut. Jadi, Turots itu belumlah lenyap, begitupun dengan gerakan da’wah mereka! Melainkan mereka masih terus berusaha untuk menyebar ke daerah-daerah yang masih baru! Janganlah anda tertipu dengan orang-orang yang mengaku mengenali mereka. Tetapi, Turots juga masih mencari jalan bersusah payah untuk mengelak dari bukti-bukti yang sudah jelas menentang mereka dan berpura-pura kalau mereka memiliki pemahaman baru (seperti yang sekarang ini mereka menjauhkan diri dari ‘Abdur-Rahman ‘Abdul-Khaliq). Dan Turots masih rela menghabiskan jutaan uangnya tiap tahun untuk mengirimkan “du’at” mereka untuk melakukan dakwah .
– Kemudian, mereka memiliki Lajnah al-Khairiyyah yang berada di tempat-tempat yang berbeda. Contohnya saja Lajnah mereka untuk India yang mencakup India, Pakistan dan Bangladesh. Melalui Lajnah ini, Jam’iyyah Ihya’ at-Turots mendukung Ahlul-Hadits di India dan membangun pusat kegiatan mereka dan masjid-masjid serta menyokong banyak siswa, seperti yang pernah mereka lakukan di kota Malegaon. Seperti halnya tahun lalu, Tariq al-Esa, presiden Ihya’ at-Turots, pergi sendiri kesana guna menghadiri sebuah konferensi.
Mereka juga memiliki banyak hubungan di Sri Lanka yang sudah pernah kita ketahui sebelumnya.
http://www.salafitalk.net/st/uploads/AHFurqanIhyaTurath.jpg
– At-Turots juga memiliki Lajnah-lajnah untuk negara Australia, Amerika dan Eropa dan menyebarluaskan buku-buku mereka di beberapa negara ini. Mereka memiliki lebih dari 20 buku yang sudah diterjemahkan dan diterbitkan (kebanyakan oleh Abdur Rahman ‘Abdul-Khaliq), dan lebih dari 50.000 yang sudah terjual dan didistribusikan. Dua tahun lalu, lajnah ini membawa Abu Muslimah ke Kuwait (Ya, Abu Muslimah dari East Orange, NJ, yang mana Syaikh Rabi’ menyebutnya sebagai pembohong dan hizbi!!)
Dan tentunya mereka melakukan kegiatannya di Saudi Arabia, seperti menyediakan sejumlah Fulus untuk pelajar-pelajar yang miskin dan tidak mampu di Jam’iyyah di Madinah, tentunya anda akan mendapati beberapa diantara mereka yang tidak akan menentang Jam’iyyah ini dan tentunya tidak mau “merusak dan menentang darah daging sendiri”. Inilah cara mereka dalam menggunakan shadaqah yang mereka kumpulkan dari umat. Kami juga sudah mendengar dari beberapa pelajar Kuwait yang menuntut ilmu di al-Madinah bahkan lebih dari ini.
Dan masih banyak lagi yang bisa disebutkan.

Demikian juga, untuk menolak syubhat ini, kita perhatikan sikap Masyayikh Salafy kita yang tidak henti-hentinya menentang Jam’iyyah Ihya’ at Turots hingga hari ini!! Pembicaraan Syaikh Rabi’ yang memulainya sudah sejak lebih dari 6 bulan yang lalu. Syaikh ‘Ubaid dan Syaikh Muhammad bin Hadi melanjutkannya untuk menentang mereka. Syaikh Thariq as-Subay’i, Syaikh Falah Isma’il, Syaikh Ahmad as-Subay’i dan Syaikh al-’Anjari disini, di Kuwait meneruskan dakwah kepada para umat dan menegaskan tentang isu Turots terhadap pemuda Salafy bahwa kita (telah) menyaksikan betapa banyak dari saudara-saudara kita yang sudah meninggalkan mereka – semoga Allah melindungi mereka dan membalasnya dengan kebaikan. Namun, perlu diketahui bahwa peperangan antara yang Haq dan yang Batil belumlah berhenti sampai disini.
Yang mulia asy-Syaikh ‘Al-Allamah, al-Walid, Syaikh Rabi’ bin Hadi Hafidhahullah menyatakan dengan indah dalam kitabnya Raddu kullil-munkaraat wal-ahwaa’ wal-akhtaa’i manhajun shariih bahwasanya:
Kutipan:
“Sesungguhnya, perjuangan antara Al-Haq melawan kebatilan, juga kebenaran menghadapi kesesatan merupakan sesuatu yang sudah ada dan mengakar sejak zaman dulu dan tidak akan pernah bisa berakhir. Hal itu tidak akan pernah berhenti hingga detik ini dan tidak akan pernah berhenti sampai akhir masa!”
Kemudian, Syaikh melanjutkan bahwa menentang golongan dari orang-orang yang melakukan kebid’ahan (penambahan hal baru –pent.) adalah sebuah kewajiban, pernyataan dari para Salaf mengenai hal itu dan bagaimana orang-orang yang berjuang untuk menentangnya adalah seorang mujahid.
Syaikh Rabi’ berkata:
Kutipan:
“Dan merupakan sebuah kewajiban bagi umat untuk memukul dengan kepalan tangan yang keras terhadap orang-orang yang memiliki pemahaman yang baru dan kejahatan, mereka yang berjalan atas dasar sebuah kesesatan dan kejahatan, merekalah yang menyebabkan kehancuran umat dalam hal Dien (agama) dan dunia.” 
Sesungguhnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengajari kita bagaimana memimpin dengan benar dan melarang cara jihad yang keliru. Sehingga Ibn Mas’ud radhiallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Tak seorangpun dari kalangan Rasul yang diutus oleh Allah untuk suatu kaum sebelum aku kecuali dia mempunyai seseorang yang dijadikan sebagai tuntunan yang berpegang teguh terhadap Sunnah dan melakukan segala apa yang diperintahkannya. Kemudian, datanglah setelah mereka penerus yang mengatakan apa yang sebenarnya tidak pernah dilakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan (untuk dilakukan). Jadi, siapapun yang berusaha untuk menentang mereka dengan tangan mereka, merekalah golonganku dan siapa saja yang berusaha menentang mereka dengan lisan mereka, mereka termasuk golonganku dan tidaklah lebih baik dari itu meskipun hanya sekecil biji dari iman.” (HR Muslim. Hal 80)
Dan dari Imam Yahya bin Yahya berkata: “Mempertahankan Sunnah itu lebih baik dari pada membunuh (musuh) dengan pedang.”
Dan Syaikhul-Islam Ibn Taimiyyah berkata: “Siapa saja yang menentang orang-orang yang mempunyai pemahaman yang baru (bid’ah), dia adalah seorang mujahid.”
Dan pemahaman yang sesat itu sudah ada di saat Rasulullah mengatakan bahwa: “Yahudi akan terpecah menjadi 71 golongan dan Nasrani akan terpecah menjadi 72 golongan dan golongan umat  (Islam – pent.) akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali satu.” Mereka mengatakan: Siapakah itu wahai Rasulullah? Beliau berkata: “al-Jama’ah!”
Dan di lain riwayat yang tercantum dalam hadits: “Siapa saja yang mengikuti jalanku dan para shahabatku.”
Dan seperti yang beliau katakan:
“Kalian akan mengikuti jalan-jalan mereka yang datang sebelummu seperti halnya anak panah yang mengikuti anak panah yang lain, seandainya mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya anda akan memasukinya juga.” Kemudian:
Apakah mereka dari golongan Yahudi dan Nasrani, wahai Rasulullah? Beliau menjawah: “Ya.”
(Syaikh Rabi ) : 
Begitu banyak yang berkonfrontasi dan menentang golongan-golongan mereka – individu dan jama’ah– para imam yang mempunyai petunjuk ke jalan yang lurus (jauh) dari kegelapan banyaknya pilihan dari Ummah ini. Sehingga mereka menentang kesesatan dan kesalahan pemahaman mereka. Jadi mereka (orang yang memiliki pemahaman bid’ah) tidaklah berasal dari kesalahpahaman ataupun dari keragu-raguan kecuali mereka menolaknya dan menegaskan kesalahannya, dan menegaskan apa yang Haq dengan sebuah klarifikasi yang sudah jelas dan mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah untuk menentukan kesalahan dari kesesatan dan kehancurannya serta menunjukkan yang Haq.
Dan sesungguhnya sikap dan jihad mereka dalam menolak penyimpangan dan menjelaskan kondisi orang-orangnya, dan penjelasan (betapa) jauhnya jarak penyelisihan ini dari tuntunan al-Kitab dan as-Sunnah, serta klarifikasi kepemimpinan dari penyelisihan ini serta kepemimpinan orang-orangnya yang menyatakan bahwa merekalah yang mempunyai pemahaman yang baru dan yang membuat pengingkaran atasnya juga telah direkam.
 
Sungguhpun apa yang mereka perbuat dengan klarifikasi ini berdasar atas nasehat terhadap Allah dan Kitabnya serta Rasulnya dan para pemimpin dari kalangan Muslim juga orang awam, dan perlindungan dari agama mereka di dalam kitab yang tak terhitung jumlahnya, apakah dalam ruang lingkup ‘Aqidah, seperti yang ada dalam kita ‘Aqa’id atau Ahkam, ataupun dalam kitab-kitab Fiqh dan penjelasan dari Hadits, serta periwayatan dalam menyampaikan Sunnah Rasullullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam seperti halnya dalam kitab Rijal dan ‘Illat dan kitab-kitab lainnya yang tak terhingga jumlahnya. 
Dan mungkin mengenai satu kesalahan dari 10 Imam yang berbicara tentang kesalahan aqidah misalnya, dan riwayat (hadits) dari 10 Imam. Dan mungkin saja seorang Imam akan memiliki 10 macam pendapat dan seorang dari Ulama akan menentangnya. Sehingga dia akan membantah mereka satu per satu dengan bukti-bukti yang jelas.” ( halaman 24-27)
Dan Syaikh berkata:
Kutipan:
“Dan mungkin saja sebuah kelompok akan memiliki 10 macam pendapat-pendapat baru, sehingga salah satu dari Ulama akan menentang mereka dan menuntaskannya hingga tak satupun dari mereka yang tersisa. Dan mungkin juga banyak dari para Ulama yang akan menentangnya, masing-masing dari mereka akan berusaha keras untuk membantah kesalahan pemahaman mereka, dan masih banyak contoh-contoh yang lainnya.”  (halaman 28)
(Berkata Abu Sufyan Becher) :
Jadi benar-benar perhatikanlah manhaj Ahlus-Sunnah, ikhwan! Coba perhatikan bagaimana mereka berusaha untuk menegakkan yang Haq dan menumpas yang batil selain nasehat kepada Allah dan agamaNya! Dan perhatikan dengan baik para Masyayikh yang menolak dengan membicarakan orang-orang yang memiliki pemahaman-pemahaman baru, Turots dan yang lainnya itu, berdasarkan atas bentuk syubhat-syubhat ini.
Apakah ini manhaj kita, yang dengannya (kita) harus berdiam diri dan membiarkan mereka melanjutkan ajarannya dengan pemahaman yang salah?!
Demi Allah, ya ikhwan, perang antara yang Haq dan yang Batil belumlah berakhir!!
Jadi anda akan menemukan Salafy yang terus menentang (sebagaimana halnya) Jam’iyyah at-Turots dengan bukti-bukti yang jelas karena salah satu fitnah terbesar yang kita hadapi saat ini adalah percampuran antara kesalahan dan bid’ah dengan Sunnah.
Inilah apa yang ada pada diri kita dengan jalan terus berusaha untuk mengklarifikasi syubhat-syubhat ini dan berharap semuanya akan jelas, dan semua keberhasilan berasal dari Allah.
Kita memohon pada Allah agar menguatkan kita dalam menegakkan kebenaran dan memberikan perlindungan serta menjadikan kita golongan Mujahidin yang membela agama-Nya, juga supaya melindungi kita dari fitnah syubhat ini dan dari mereka yang menyebarkannya.
Al-Hafidh Ibn Thahir al-Maqdisi berkata, ” Saya mendengar Imam, Abu Isma’il ‘Abdullah bin Muhammad al-Ansaari saat beliau berada di Harah berkata:
Pedang yang ditebaskan ke leherku 5 kali (dan tiap kali darinya) tidaklah berarti apa-apa, ‘Tinggalkanlah madhzab’ ini yang sebenarnya aku takutkan, ‘Tetaplah diam terhadap mereka yang menentang anda ‘. Sehingga aku katakan, ‘Aku tidak akan tinggal diam’.”
[Adab us-Syari’ah (1/207) oleh Ibn Muflih]- (bab XXVI, Salafiyyin Kuwait Bangkit Membongkar…)

6.   Syubhat: “Ihya’ At-Turats adalah permasalahan Khilafiyyah Ijtihadiyah”
Komentar:
Dengan beberapa rincian contoh penyimpangan kesesatan Ihya’ At-Turats sebagaimana uraian di atas, kita tanyakan kepada Firanda As-Soronji dan orang-orang yang sejenis dengannya, tunjukkan mana-mana diantara penyimpangan Ihya’ At-Turats tersebut yang dikategorikan para ulama yang “mentazkiyah”  Ihya’ At-Turats sebagai bentuk Khilafiyyah Ijtihadiyah? Ataukah kemasan “Khilafiyyah Ijtihadiyyah” anda itu hanya sebuah istilah indah untuk membikin umat terlena akan tetapi –sebenarnya-sama sekali kosong dari kenyataan?
Betapa anehnya, ketika dulu Syaikh Bin Bazz rahimahullah dan Syaikh Abu Bakr Jabir mentazkiyah Jama’ah Tabligh, tidak ada seorangpun diantara para da’i senior ini yang berteriak-teriak tentang syubhat “Khilafiyyah Ijtihadiyah”!! Apa bedanya antara Ihya’ At-Turots dengan Jama’ah Tabligh padahal Jama’ah Tabligh juga ditazkiyah (ketika itu) oleh Kibar Ahlus Sunnah?! Kesesatan tetaplah kesesatan!! Jama’ah Tabligh pun (sebagaimana Ihya’ At-Turots) menggembar-gemborkan diri memiliki sekian banyak jasa kepada umat, meramaikan masjid, menginsyafkan sekian banyak orang!! Bahkan mengIslamkan orang kafir!! Lalu kenapa para da’i senior itu bersikap tidak adil terhadap keduanya?!
Satu hal, ada satu perbedaan mendasar diantara sisi-sisi kesamaaan kedua firqah sesat itu, apa? Jama’ah Tabligh tidak memberikan dinar kepada para fuqara wal masakin itu!! Sedangkan Ihya’ At Turats?…
Hal yang aneh lagi adalah bahwa di buku anda, ternyata anda cuma menyebutkan deretan nama-nama para ulama yang telah mentazkiyah Ihya’ At-Turats bahkan ada yang “berulang-ulang” mentazkiyahnya tetapi sama sekali tidak menyebutkan isi tazkiyah itu sendiri!! Bukankah isi fatwa ini sebenarnya yang justru merupakan inti dari “kekuatan” buku anda? Tetapi kenapa anda lewatkan “inti kekuatan” itu begitu saja? Ada apa? Lebih aneh lagi, ternyata “lawan anda” yang justru berbaik hati memamerkan “inti kekuatan” yang anda sembunyikan tersebut (baca: BUKU SYAHADAT MUHIMMAH IHYA’UT TUROTS TALBIS BAGI UMMAT, Abu Muhammad Abdurrahman bin Sarijan)! Hasilnya? Benar-benar anda telah mentalbis umat dengan sangat licik. Pantas anda tidak memiliki rasa PD/percaya diri sedikitpun untuk memamerkan isi “tazkiyah” para ulama tersebut!! Sekaligus merupakan bukti kelicikan dan kedustaan Ihya’ At-Turats dengan bermuka dua di depan para ulama! Bagaimana mereka menyodorkan manhaj tertulis demi mendapatkan tazkiyah dari kibar ulama dan menyembunyikan amalam kesesatan mereka!! Dan Firanda et all.? Tidak lebih dari penyambung lidah kelicikan dan kebohongan mereka!
Firanda, Abdullah Taslim dan Muhammad Arifin, benarkah Ihya’ At-Turats berdakwah dengan Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya, dengan manhaj Salafus Shalih? Benarkah Ihya’ At-Turats menyebarkan kebaikan, keutamaan, keadilan dan perbuatan baik? Benarkah Ihya’ At-Turats memperingatkan kaum muslimin dari berbagai bid’ah dan perkara –perkara baru dalam agama? Benarkah Ihya’ At-Turats mengarahkan orang-orang yang baik dan hendak berbuat kebaikan agar meletakkan proyek dan sumbangan mereka di tempat yang tepat? Bagaimana dengan cara mengemis Ihya’ At-Turats kepada pengusaha Syi’ah Rafidhah? Bukankah ini salah satu jenis orang baik yang hendak berbuat kebaikan yang mereka arahkan dan mereka rangkul? Dan bukankah ini merupakan profil nyata salah satu “pedagang” yang anda katakan sebagai: dana yayasan ini “datangnya dari kaum mukminin”(Lerai…,hal.241). Juga “Sekali lagi kami tekankan, bahwa dana yang dimiliki oleh yayasan tersebut bersumber dari kaum Muslimin yang dermawan”!! Siapakah salah satu musliminnya Firanda dkk. dan Ihya’ At-Turats? Syi’ah rafidhah! Janganlah kita ribut terus dengan permasalahan sepele seperti ini! Apakah tidak antum lihat bahwa ahlul bid’ah dan hizbiyyin menertawakan kita? Antum jangan merasa benar sendiri, jangan merasa yang paling salaf! Kalau dana dari para donatur (baca:pedagang) “muslimin mukminin” Ihya’ at-Turats tidak kita ambil maka akan diambil oleh ahlul bid’ah dan bid’ah akan semakin berkembang! Ini Khilafiyyah Itjihadiyah ya akhi… Allahumma…
Yang tidak kalah anehnya, sekian banyak manfaat bermuamalah dengan Ihya’ At-Turats anda sebutkan satu persatu, tetapi kenapa isi fatwa para ulama yang mentahdzir “mudharat”nya jika Salafiyyin bermuamalah dengan Ihya’ At-Turats tidak anda cantumkan sama sekali? Apa saja mudharat yayasan ini yang disebutkan oleh para ulama yang mentahdzirnya? Apakah anda “ketakutan” bahwa umat akan dengan begitu mudahnya “mentarjih” dan merujuk pada fatwa para Masyayikh yang mentahdzir Ihya’ At-Turats?
Keanehan demi keanehan isi buku Emas anda telah muncul ke permukaan, belum lagi keanehan ketika anda menyembunyikan fakta rujukan utama anda ternyata tidak lebih dari buku propaganda Ihya’ At-Turats yang diterbitkan di Kantor Pusatnya! Pantas … 7.   Syubhat: “Para Masyayikh yang mentazkiyah Ihya’ At-Turats telah mengetahui penyimpangan dan penyelewengan manhajnya secara rinci”
Kita katakan kepada da’i senior Firanda:
”Apakah engkau menemukan manhaj Ihya’ At-Turats pada manhaj Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baaz rahimahullah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad hafizhahullah (ulama senior dan ahli hadits Madinah), Syaikh Shalih Fauzan hafizhahullah, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah (Menteri Agama Kerajaan Arab Saudi saat ini), Syaikh Abdullah bin Mani’ hafizhahullah (anggota Komite Tetap untuk Urusan Riset dan Fatwa), Syaikh DR. Bakr bin ‘Abdillah Abu Zaid hafizhahullah (anggota Komite Tetap untuk Urusan Riset dan Fatwa), Prof.DR. ‘Abdurrazzaq al-‘Abbad al-Badr hafizhahullah, dan Prof.DR. ‘Ali bin Muhammad Nashir Faqihi hafizhahullah, dan lain-lain???!!”
Ingatlah wahai Firanda bahwa nama-nama para Masyayikh di ataslah yang engkau klaim dengan bangganya telah MEREKOMENDASI Ihya’ at-Turots di dalam buku emasmu halaman 224-225, cetakan pertama terbitan Pustaka Cahaya Islam, Depok!!
Saudaraku kaum muslimin, dari awal hingga akhir artikel al-akh Abu Sufyan Utsman Bisyir yang bermukim di Kuwait akan terus antum saksikan bukti-bukti kesesatan Ihya’ at Turots Al-Kuwaiti dan ini hanyalah sebagian kecil bukti kesesatan tersebut (sebagaimana kita –walhamdulillah- telah dan terus mendapatkan kiriman file-file bukti kesesatan Ihya’ at-Turots selain yang ditampilkan oleh al-akh Abu Sufyan Utsman).
Dan di dalam bukunya, Firanda telah berusaha sekuat tenaga untuk meyakinkan pembacanya bahwa para Masyayikh tersebut benar-benar telah mengetahui seluk beluk yayasan ini (termasuk kesesatan-kesesatannya secara rinci!!) untuk kemudian –tetap- mengeluarkan tazkiyahnya terhadap Ihya’ at-Turots!!
Hal-hal yang menguatkan pernyataan di atas, perhatikan tulisannya:
“Disamping itu yayasan ini sangat terkenal dan kiprahnya diketahui oleh banyak orang, maka bagaimana mungkin para ulama tersebut menutup mata dari kesalahan-kesalahannya?!” (Lerai, hal.225).
Dan bahkan sikap baik sangka kita (husnudzon) dan seharusnyalah sikap ini yang mesti kita terapkan kepada para ulama kita bahwa belumlah sampai kepada para Masyayikh tersebut informasi selengkapnya secara rinci dan utuh berbagai kesesatan Ihya’ at- Turots (DAN HAL INI BUKANLAH MERUPAKAN AIB ATAU CELA ATAU BAHKAN TUDUHAN JAHIL TERHADAP PARA ULAMA HAFIDHAHUMULLAHlihat pembahasan ilmiyyah artikel yang ditulis oleh ustadz Askari) dan betapa Ihya’ at-Turots telah memberikan gambaran-gambaran yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada (sebagaimana penjelasan Syaikh Rabi’ bin Hadi: “[Maka] Inilah data-data yang paling kuat yang menunjukkan bahwa Ihya’ at-Turots tidaklah jujur dalam mengarahkan dirinya kepada manhaj Salafi”)”, bahwa Ihya’ At-Turats telah mendapatkan tazkiyah atas “manhaj tertulis’ yang mereka sodorkan pada ulama kita,  kepada sebagian Masyayikh kita sehingga keluarlah fatwa yang mentazkiyah Ihya’ at-Turots (dan perhatikanlah bahwa rujukan utama buku Firanda yang berisi fatwa terhadap Ihya’ at-Turots tersebut diterbitkan oleh Kantor Pusat Ihya’ At-Turots di Qurtuba, Kuwait dan hal ini tidak diungkapkan oleh Firanda!!) ternyata Firanda justru bersikap tidak sepatutnya dengan menafikan kemungkinan tersebut sebagai kemungkinan yang sangat kecil!! Lihat perkataannya:
“Jika ada yang berkata,”Bagaimanapun juga mungkin saja para ulama tersebut tidak tahu”. Jawabnya:Kemungkinan itu memang ada, tetapi sangat kecil, tidak bisa dijadikan pijakan” (Lerai, hal.225)
Selanjutnya Firanda berburuk sangka kepada para ulama kita –dan di sinilah dia terperosok ke dalam lubang jebakan yang digalinya sendiri!!- dengan menyatakan
:”Mengapa antum tidak memakai kemungkinan yang sangat jauh lebih besar, yaitu para ulama memang mengetahui kondisi yayasan ini, sebagaimana argumen di atas? Mengapa justru kemungkinan yang sangat kecil yang antum jadikan pijakan? Mungkinkah para ulama mengeluarkan pernyataan tanpa ilmu dan tanpa mengetahui realita?! Bukankah ini termasuk hawa nafsu, karena antum membuang kemungkinan yang sangat besar dan justru memakai kemungkinan yang sangat kecil?! (Lerai, hal.225-226).
Apakah Firanda menyadari kelancangannya yang luar biasa terhadap para ulama yang dia sebutkan sendiri deretan nama-namanya? Dia ingin menegaskan kepada kita semua bahwa para ulama tersebut benar-benar mengetahui kondisi yayasan Ihya’ at-Turots ketika mentazkiyahnya!! Kita tanyakan kepada da’i senior ini dan silakan Lidah Emas Ihya’nya yang memberikan jawabannya!! Apakah para Masyayikh tersebut merekomendasikan gerakan penggulingan kekuasaan sebagaimana yang dipropagandakan oleh Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan keyakinan rusak bahwa semua rezim bangsa Arab tidaklah berlandaskan  syari’at (Islam) sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh pembesar Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan agar kaum Muslimin datang dan berdemonstrasi kepada para pemimpin Muslimnya sebagaimana seruan pembesar Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan gerakan Ikhwanul Muslimin sebagaimana kemesraan yang dipertontonkan oleh para dedengkot Ihya’ at-Turots??!!  Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan Syi’ah Rafidhah sebagai saudara seagama dan semanhaj sebagaimana propaganda sesat Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan agar kaum Muslimin berperan penuh dalam medan politik Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan Sayyid Quthb dan Tafsir sesatnya sebagaimana yang dilakukan oleh Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan para pemimpin kebid’ahan di masa sekarang ini seperti Muhammad Surur, Bin Laden, al-Qaradhawy, Abdurrahman Abdul Khaliq sebagaimana Ihya’ at-Turots melakukannya??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan bai’at bid’ah sebagaimana bai’at Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan kesyahidan bagi para pelaku bom bunuh diri sebagaimana teriakan Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh kita merekomendasikan untuk menyatukan semua golongan dan pergerakan yang mengatasnamakan Islam dengan mengabaikan manhaj sebagaimana seruan propaganda Ihya’ at-Turots??!! Apakah para Masyayikh mentazkiyah ucapan khabits dari pembesar Ihya’ at-Turots, Dr. Walid at-Tabtaba’i, di halaman depan dari Koran Al-Watn milik warga Kuwait: “…jadi aku berteriak dan kukatakan: ‘Aku adalah orang Sunni dan aku mencintai Syi’ah!’, dan biarlah setiap orang dari golongan Syi’ah berteriak dan menyuarakan: ‘Aku adalah golongan Syi’ah dan juga mencintai Sunni!”. Dan sebaiknya kita ucapkan bersama-sama: ‘Kita semua adalah umat muslim dan kita semua adalah orang Muslim’…”??!!
Apakah ucapan di atas hanya merupakan “penyelewengan” atau “kesalahan” biasa yang tidak memiliki “bobot penyelewengan” luarbiasa?
Maka jawablah dengan kejujuran imanmu wahai Firanda!!
Bukankah engkau telah memilih “kemungkinan yang terbesar” dengan berprasangka buruk/su’udzon dan jahat bahwa para ulama tersebut telah mengetahui dan mendapatkan informasi seutuhnya tentang kondisi Jum’iyyah Bid’iyyah ini ketika merekomendasikannya??!!
Kalau engkau jawab bahwa para Masyayikh tidaklah mungkin mentazkiyah semua kejahatan dan kesesatan Ihya’ di atas, maka sesungguhnya engkau telah meruntuhkan “kemungkinan yang sangat jauh lebih besar” yang engkau bangun sendiri di dalam buku Emas Ihya’mu!! Dengan sendirinya engkau telah membatalkan tazkiyah para ulama itu sendiri terhadap Ihya’ At-Turats!! Tapi kalau engkau tetap meyakini bahwa para ulama tersebut telah mengetahui dan telah mendapatkan informasi seutuhnya termasuk tentang kesesatan dan kejahatan Ihya’ at-Turots –seperti sebagian contoh di atas- tetapi tetap mentazkiyahnya, maka sesungguhnya engkau sedang bermain-main dengan bara api kebinasaan Engkau telah melakukan tuduhan yang luar biasa keji kepada para ulama!! Engkau tuduh bahwa para ulama tetap mentazkiyah Ihya’ at-Turots walaupun telah benar-benar mengetahui dan mendapatkan informasi secara utuh, lengkap dan rinci berbagai bukti kesesatan dan kejahatannya!!
Jujur saja, apakah kalian yang telah memberikan informasi seutuhnya (termasuk kerusakan dan kebobrokan manhajnya) sehingga kalian begitu yakin 200% (sebagaimana ucapan pendukung Abu salma, si tangga dusta yang babak belur kejatuhan tangga dustanya sendiri:”akhi..abu salma ana dukung 200% usaha antum..”) bahwa para ulama “benar-benar mengetahui hakekat Jum’iyyah Bid’iyyah” karena “yayasan ini sangat terkenal dan kiprahnya diketahui oleh banyak orang?”
Ataukah kalian juga memiliki kepentingan “dinar” yang “sangat jauh lebih besar kemungkinannya” agar para Masyayikh Ahlus Sunnah yang merekomendasikan yayasan ini tetap tidak mengetahui berbagai kesesatan dan kebobrokan manhajnya agar kalian tetap dapat menggunakan “pembenaran tazkiyah mereka” untuk terus menghisap hartanya dan menyesatkan umat?!
Kalau engkau kami tanya, ”Apakah sebab paling utama sikap wala’mu yang sedemikian luar biasa terhadap Ihya’ at Turots dan dakwahnya?”
Tentulah (dengan kejujuranmu) engkau akan menjawab, ”Dinar Ihya’nya”
Dan kalau engkau bertanya kepada kami, “Apakah sebab paling utama sikap bara’mu yang sedemikian luar biasa terhadap Ihya’ at-Turots?”
Tentulah dengan kejujuran kami akan menjawab, “Kesesatannya dan kerusakan Manhajnya”
Manakah yang harus kita utamakan wahai saudaraku? Dinarnya ataukah Manhajnya?
Hanya satu nasehat kami, lemparkan sekarang jugaTopeng Emas Ihya’mu dan biarkan kaum Muslimin leluasa menyaksikan berbagai bukti kesesatannya dan jangan engkau sibuk menciptakan syubhat-syubhat emas imitasinya!! Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayahNya kepada kita semua. Amin-peny). (Catatan kaki no.1 bab XXVI, Salafiyyin Kuwait…)
Sesungguhnya, para ulama Ahlus Sunnah bagaikan bintang-bintang di langit yang menjadi pembimbing kita yang memudahkan dalam membantu menentukan arah Kiblat sehingga dengannya kita dapat melaksanakan kewajiban agama dengan benar. Adapun setelah berada di depan Ka’bah? Seawam apapun diri anda!! Apakah anda masih ragu untuk shalat menghadapnya?!
Apakah anda masih harus mendongakkan kepala untuk meyakinkan bahwa arah shalat anda sudah benar sementara di depan mata adalah Ka’bah?! Bukti-bukti makar, kesesatan dan kejahatan Ihya’ut Turots telah ada di depan anda, masih pula para da’i senior itu tega mentalbis umat dengan berlindung diri di belakang para ulama kita!!
Maka benarlah apa yang telah dinyatakan oleh Syaikh Ahmad As-Subay’i Al-Kuwaity Hafidhahullah kepada Al-Akh Abdurrahman di Kuwait: ”Kami Kuwaitiyyin lebih tahu tentang Ihya’ut Turots, adapun anda?”
Silakan Firanda As-Soronji dan Abdullah Taslim beserta seluruh kru (baca: tim sukses) Ihya’nya di negeri ini baik yang resmi maupun yang tidak resmi menjawab pertanyaan ahlul bilad tersebut!! Yang jelas, kami akan menjawab, Na’am Kuwaitiyyin lebih tahu tentang mudharat kesesatan Ihya’ At-Turats daripada manfaat hartanya yang antum tonjol-tonjolkan!!
Sangat disayangkan, Firanda telah memberikan jawaban (baca:sok tahu!) untuk membantah Masyayikh Kuwait beserta Salafiyyin Kuwait yang merupakan barisan terdepan dalam melawan dan menentang kesesatan Ihya’ At-Turats. Firanda-pun berkata…
8.Syubhat: “Disamping itu yayasan ini sangat terkenal dan kiprahnya diketahui oleh banyak orang, maka bagaimana mungkin para ulama tersebut menutup mata dari kesalahan-kesalahannya?!” (Lerai, hal.225).
“Mungkinkah para ulama (kibar) mengeluarkan pernyataan tanpa ilmu dan tanpa mengetahui realita?! Bukankah ini termasuk mengikuti hawa nafsu?”(Lerai…, hal.225-226).
“Ini mirip dengan cara hizbiyyin dalam menolak fatwa-fatwa para ulama Kibar dengan tuduhan mereka tidak mengetahui fiqhul waqi’, sehingga fatwa mereka mentah, tidak sesuai dengan kenyataan yang ada” (ibid, hal.225).
”Pernyataan ini secara tidak langsung menuduh bahwa para ulama kibar tidak mengetahui fiqhul waqi’ dan tidak tahu medan dakwah..” (ibid, hal.224).
Dan tentu saja Firanda akan menjustifikasi pendapatnya dengan pernyataan:”Jika para ulama kibar yang memberikan rekomendasi saja bisa keliru dan salah, (apalagi) para ulama yang notabene mereka adalah murid-murid para ulama kibar tersebut tentunya kemungkinan untuk salah dan keliru lebih besar lagi”(ibid, hal.234-235).
Komentar:
Tidakkah anda perhatikan wahai saudaraku bahwa
buku Firanda ini dalam “dialog-dialog imajinernya” benar-benar mengekspolitasi berbagai “kemungkinan” dan (sama sekali!) tidak menyentuh substansi permasalahan kenapa “ murid-murid ulama kibar” tersebut mentahdzir Ihya’ At-Turots dan apa bukti-bukti nyata (tidak hanya berputar-putar tentang kemungkinan-kemungkinan saja!) yang mendukung sikap dan tahdzir  para ulama yang jumlahnya sedikit tersebut sebagaimana sampai saat ini para Masyayikh Salafiyyin di kuwait terus dan terus memperingatkan umat dari kesesatan Ihya’ At-Turats?!

Ustadz Askari berkata:
Maka hal ini telah jelas, sungguh sangat jauh berbeda dengan kaidah yang masyhur di kalangan para ulama, “menghukumi sesuatu adalah cabang dari penggambarannya.” Juga, kaidah “yang mengetahui suatu ilmu adalah hujjah terhadap yang tidak mengetahuinya.” Sebab, bukanlah di antara persyaratan sebagai seorang mujtahid atau mufti adalah mengetahui segala sesuatu yang terjadi di dunia atau dengan ungkapan lain, harus mengetahui sesuatu yang “sangat terkenal kiprahnya dan diketahui oleh banyak orang”. Jangankan seperti Syaikh Bin Baaz atau Ibnu Utsaimin atau yang lainnya dari kalangan para ulama –rahimahumullah- bahkan setingkat Nabi Sulaiman ‘alaihis salaam sekalipun yang memiliki kerajaan yang luas yang meliputi jin, manusia, dan hewan sebagaimana yang Allah Ta’ala firmankan:
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: “Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.” Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). (QS. An-Naml:16-17)
Walaupun beliau memiliki kerajaan yang demikian luas, namun ternyata beliau tidak mengetahui sebuah kerajaan yang “sangat terkenal kiprahnya dan diketahui banyak orang”. Sementara seekor burung Hud-hud yang kecil, yang tentunya jauh lebih rendah kedudukannya dibanding Nabi Sulaiman ‘Alaihissalaam justru memiliki “fiqhul waqi’” tentang kerajaan tersebut. Allah Ta’ala mengisahkan tentang percakapan antara Nabi Sulaiman dengan burung (hud-hud, ed) dalam firman-Nya:
“Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: “Mengapa aku tidak melihat Hud-hud, apakah dia termasuk yang tidak hadir. Sungguh, aku benar-benar akan mengadzabnya dengan adzab yang keras atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan alasan yang terang. Maka tidak lama kemudian (datanglah Hud-hud), lalu ia berkata: “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya dan kubawa kepadamu dari negeri Saba’ suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah dan syetan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk agar mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan yang disembah kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang besar.” Berkata Sulaiman: “Akan kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. (QS. An-Naml: 20-27)
Adapun yang menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman tidak mengetahui kerajaan tersebut adalah dari dua perkara, yaitu;  ucapan Hud-hud, “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya” dan  Nabi Sulaiman ‘alaihis salam yang ingin membuktikan kebenaran apa yang diucapkan Hud-hud.
Padahal, bukankah ia (Nabi Sulaiman) punya sebuah kerajaan yang tentunya sangat terkenal kiprahnya dan diketahui banyak orang? Apakah ayat ini tidak cukup bukti bagi orang-orang yang mau berpikir dan tidak mengekang dirinya dengan sikap ta’ashub dan fanatik buta tanpa hujjah?
Bila hal ini telah jelas, maka butuh adanya kerjasama (ta’awun) antara mustafti (yang meminta fatwa, atau yang bertanya) dengan mufti (yang berfatwa), kewajiban bagi mustafti adalah menjelaskan dari berbagai sisi gambaran permasalahan yang akan ditanyakan- baik positif dan maupun negatif – sehingga sesuatu yang ditanya tersebut dapat tergambar dengan jelas bagi seorang mufti. Sebab penggambaran yang keliru dapat menyebabkan fatwa yang keliru, bukan berasal dari keteledoran seorang mujtahid dalam menjawab, namun disebabkan kesalahan atau rekayasa si penanya dalam menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Dengan demikian, apa yang diucapkan oleh Al-Akh Firanda, “Ini mirip dengan cara hizbiyyin dalam menolak fatwa-fatwa para ulama kibar, yaitu dengan tuduhan bahwa mereka tidak mengerti fiqhul waqi’ sehingga fatwa mereka mentah, tidak sesuai dengan kenyataan yang ada”, ini adalah kesalahan dan kecerobohan yang sangat fatal.” (selesai nukilan dari artikel beliau: Ihya’ At-Turats Boneka Abdurrahman Abdul Khaliq)  
9. Sekali lagi Firanda tetap menegaskan syubhatnya:“Yayasan ini sangat terkenal dan kiprahnya diketahui oleh banyak orang, maka bagaimana mungkin para ulama tersebut menutup mata dari kesalahan-kesalahannya?! Ini mirip dengan cara hizbiyyin dalam menolak fatwa-fatwa para ulama kibar, yaitu dengan tuduhan bahwa mereka tidak mengerti fiqhul waqi’, sehingga fatwa mereka mentah, tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Na’udzu billah minal hizbiyyah” (Idem, hal: 84 atau artikel Menjawab Syubhat Menepis Tudingan : Kedudukan Yayasan Ihya’ at-Turats Kuwait dan Sikap Kita Terhadap Permasalahan Khilafiyah Ijtihadiyah (bagian satu) hal 466).
Komentar:
Sebenarnya, buku yang cukup tebal dan uraian panjang lebar yang disusun oleh Firanda tersebut tujuan intinya tidak lebih agar kita kaum muslimin saling bertoleransi dan berlapang dada menyikapi “kemaslahatan harta” yang lebih besar daripada “kesesatan manhaj” Ihya’ At-Turats. Na’am, manfaat harta Ihya’ At-Turats lebih besar jika dibandingkan mudharat dan bahaya kesesatan Ihya’ At-Turats bagi umat! Dan bahkan (sesumbar Firanda) kemudharatan-kemudharatan yang dikhawatirkan jika bermuamalah dengan yayasan ini tidaklah terbukti! Janganlah waktu kita dihabiskan untuk meributkan permasalahan khilafiyyah ijtihadiyah! Dan kalau masih tetap juga mengungkit-ungkit permasalahan ini, maka ini adalah “sikap arogan dan merasa paling benar sendiri telah menjadi batu rintangan ditujunya persatuan antara salafiyin” (Abusalxx, Sekali Lagi, ed.1).
Itulah tujuan inti mereka menulis buku Emas Ihya’nya dan artikel-artikel pendukung lainnya. Tak lupa pula mereka iringi kisah persahabatan antara Syaikh Abdul Razzak dan Syaikh Muhammad bin Hadi dalam menyikapi permasalahan ini untuk menjustifikasi pembelaan mereka terhadap (harta benda) Ihya’ At-Turats.
Benarkah kita (dan masyayikh!) “mirip hizbiyyin” dalam menyikapi kejahatan Ihya’ At-Turats?
Benarkah kita (dan masyayikh!) telah “menolak” fatwa para ulama?
Benarkah ajakan Firanda dan kawan-kawannya untuk berdiam diri dalam permasalahan ini dan tidak lagi menyibukkan diri membahas Ihya’ At-Turats?
Sayang di sayang, ternyata Syaikh Muhammad bin Hadi-lah yang dituduhnya (secara lancang) menggunakan cara-cara yang mirip hizbiyyin dalam menolak fatwa para ulama! Syaikh Muhammad bin Hadi-lah dan beberapa masyayikh lainnya yang dituduhnya “tidak bersikap dewasa” sehingga hanya karena permasalahan Ihya’ At-Turats maka Salafiyyin berpecah belah (dan bukan Ihya’ At-Turats yang menjadi penyebab perpecahan itu Dan ternyata Firanda benar-benar bersikap tidak jujur ketika menyebutkan persahabatan antara Syaikh Abdul Razzaq dan Syaikh Muhammad bin Hadi (sebagai legalitas Khilafiyyah Ijtihadiyah Ihya’ At-Turats yang diperjuangkannya) bahwa Syaikh Muhammad bin Hadi ternyata tetap mengajarkan kepada Salafiyyin agar terus dan terus menerangkan kepada umat mengenai kesesatan Ihya’ At-Turats dan betapa Ihya’ At-Turats telah “menghalalkan” segala cara (baca: bermuka dua!) untuk mendapatkan tazkiyah dari para ulama!
Berikut fatwa beliau:
Penanya berkata:
“Apakah didapati pada Jum’iyyah Ihya’ At-Turats andil dalam bidang dakwah?”
Jawaban
“Apakah Kalian tahu Jum’iyyah ini? Apakah dibangun di atas manhaj Salafi? Demi Allah dia (Ihya’ut Turats-pen) tidak dibangun di atas manhaj Salafi- demi Allah- dibangun di atas manhaj Ikhwani. Para anggotanya adalah orang-orang yang mutalawwin (bermuka dua). Adapun yang kami ketahui tentang mereka, tidak boleh bagi kita mendiamkan karena adanya orang yang memberi rekomendasi kepada mereka dari orang-orang yang mereka (orang-orang Ihya’ Turats-pent) berbasa-basi di hadapannya sementara mereka (yang memberi rekomendasi) tidak mengetahuinya.
Sesungguhnya, Allah Ta’ala tidak membebani kita kecuali dengan apa yang kita ketahui. Sementara organisasi ini adalah hizbiyyah. Mereka mempunyai bai’at yang mereka namakan perjanjian atau mereka namakan “Taat kepada penanggung jawab (pengurus, pen).” Maka, perhatikanlah mereka dalam berbagai sikapnya! Kemanapun mereka pergi, ke Barat atau ke Timur, di negara Islam atau selain negara Islam, kalian tidak mendapati mereka melainkan mereka memecah-belah dakwah Salafiyah. Mereka (Ihya’ at-Turats) tidaklah mempersatukan, namun mereka mendatangi perkumpulan Salafiyah lalu memecah-belah mereka. Dan hal itu disebabkan harta yang ada pada mereka. Kita memohon kepada Allah Ta’ala ‘afiyat dan keselamatan. Aku telah membicarakan hal ini di banyak kaset dan aku juga telah berbicara dalam dua kaset di Kuwait, di (negeri) mereka.
Intinya, Abdurrahman Abdul Khaliq tidak tersamarkan bagi kita dan tidak tersamarkan pula oleh kalian semuanya bahwa dia adalah Syaikh mereka (Ihya’ at Turats) sampai saat ini walaupun mereka berusaha berpindah darinya.
Kita memohon kepada Allah Ta’ala afiyat dan keselamatan. Pembicaraan seputar masalah ini panjang, namun aku mencukupkannya hingga di sini.”
(Ini adalah transkrip dari kaset fatwa beliau oleh penerjemah dan rekaman ada pada kami ( penerjemah)- Fatwa Para Ulama Tentang Ihya’ At-Turots, Ustadz Askari).  
FATWA MASYAYIKH TENTANG KESESATAN IHYA’ AT-TURATS DAN BANTAHAN TURATSI ATASNYA

Syaikh Muhammad bin Hadi hafidhahullah berkata: “Apakah kalian tahu Jum’iyyah ini? Apakah dibangun di atas manhaj Salafi? Demi Allah dia (Ihya’ut Turats-pen) tidak dibangun di atas manhaj Salafi- demi Allah- dibangun di atas manhaj Ikhwani.”
Atau Syaikh Ubaid Al-Jabiri hafidhahullah berkata: “Yang aku jadikan sebagai keyakinanku yang aku beragama pada Allah Ta’ala dengannya bahwa tidak boleh bekerja sama dengan organisasi ini dan juga dengan organisasi yang lainnya dari organisasi-organisasi yang menyimpang walaupun hanya ikut pada kegiatannya saja. Juga, tidak boleh belajar di sekolah-sekolah khusus mereka dan tidak pula pada halaqah-halaqah mereka serta tidak boleh kerjasama dengannya dalam kaset-kaset dakwah mereka sebab yayasan ini telah jelas pada kami bahwa mereka memerangi Ahlus Sunnah di Kuwait. Demikian pula, tercakup diantara orang yang bergabung bersama mereka dari para anggotanya orang-orang takfiri [Mudah mengkafirkan orang lain, warisan Sayyid Quthb dan yang semisalnya dari kalangan Khawarij] seperti Nadzim Al-Misbahi yang kaset-kasetnya dipenuhi dengan takfir, kalau bukan semuanya, maka mayoritasnya”.
Turatsi menjawab:”Nasihat adalah perkara yang sangat dituntut. Namun bagaimana caranya? Apakah harus dengan melontarkan celaan di podium-podium dan masjid-masjid? Apakah harus menyebutkan nama saudara antum dengan diiringi tahdzir? Jika antum yang diperlakukan demikian, bagaimanakah perasaan antum? Lantas kenapa antum tidak sekalian saja mentahdzir atau bahkan meng-hajr Syaikh Fauzan dan Syaikh Shalih Alusy Syaikh yang memberi rekomendasi kepada yayasan tersebut? Bukankah para syaikh inilah yang menjadi sebab terbukanya pintu untuk bekerjasama dengan yayasan tersebut…” (Lerai.., hal.237)
“Taruhlah pendapat para Syaikh yang men-tahdzir yayasan tersebut lebih benar,
padahal jelas-jelas belum tentu demikian”. (Lerai…, hal.235)
Firanda menegaskan: “Yang tampak, kemudharatan-kemudharatan yang dikhawatirkan saat bermuamalah dengan yayasan tadi tidaklah terjadi, alhamdulillah. Bahkan sebaliknya, justru banyak kemaslahatan yang didapat dengan muammalah dengan yayasan ini…mengenai mudharat yang dikhawatirkan mungkin saja terjadi, atau memang terjadi. Namun, kalaupun memang ada maka harus dibandingkan dengan maslahat…Jika maslahat yang diraih lebih banyak maka jelas didahulukan mengambil kemaslahatan tersebut”(Lerai…, hal.242, 244). Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Syaikh Ubaid-pun telah memberikan jawabannya: “Dan siapa yang meremehkan keadaan organisasi ini dan menggampangkan keadaannya, maka sesungguhnya bantahan atasnya dengan persaksian orang-orang yang adil dari ikhwan kita dan dari anak-anak kita di Kuwait. Diantara mereka , para syaikh Salafiyah yang mengenal keadaannya dan kita menerima ucapan mereka dan ucapan anak-anak dan ikhwan mereka tentangnya terhadap apa yang terjadi di Kuwait. Dan mereka lebih mengetahui. Diantara mereka adalah Abu Muhammad Syaikh Falah bin Ismail dan Abu Utsman Syaikh Muhammad bin Utsman Al-Umri dan yang lainnya dari para Syaikh Salafi di Kuwait. Na’am…”
Syaikh Ahmad As-Subay’i Al-Kuwaity Hafidhahullah menegaskan kepada Al-Akh Abdurrahman : ”Kami Kuwaitiyyin lebih tahu tentang Ihya’ut Turots, adapun anda?”
                         Sebagaimana Syaikh Ubaid sendiri juga menegaskan: “Pertama, wahai anakku, kita tidaklah berbicara kecuali dengan bukti menurut kami dalam hal ini Jum’iyyah Ihya’ At-Turots atau yang lainnya.” Syaikh Muhammad bin Hadi hafidhahullah berkata: “Para anggotanya adalah orang-orang yang mutalawwin (bermuka dua). Adapun yang kami ketahui tentang mereka, tidak boleh bagi kita mendiamkan karena adanya orang yang memberi rekomendasi kepada mereka…”
Turatsi-Irsyadi menjawab: ”Demikianlah, masalah IT ini tidak kunjung berakhir. Walaupun deretan nasehat dari para ulama telah mengalir namun tampaknya sikap arogan dan merasa paling benar sendiri telah menjadi batu rintangan ditujunya persatuan antara salafiyin. Terlebih lagi setelah segerombolan pemuda juhala’ yang dibakar semangat jahiliyah dan permusuhan, turut mengobarkan fitnah ini dalam rangka menyebarkan fitnah, kedustaan dan permusuhan di antara barisan salafiyin”. (Abusalxx, Sekali Lagi ed.1)                                      Ustad Askari berkata: Maka terlihat jelas bahwa ‘lisan hal’ mereka mengatakan: “Diamlah kalian wahai Ahlus Sunnah, jangan mentahdzir organisasi tersebut dan yang bermuamalah dengannya sebab jika kalian mentahdzir mereka, maka kalian termasuk hadadiyyah!         Lebih jelas, (Berkata Abu Sufyan Becher) : Jadi benar-benar perhatikanlah manhaj Ahlus-Sunnah, ya ikhwan! Coba perhatikan bagaimana mereka berusaha untuk menegakkan yang Haq dan menumpas yang batil selain nasehat kepada Allah dan agamaNya! Dan perhatikan dengan baik para Masyayikh yang menolak dengan membicarakan orang-orang yang memiliki pemahaman-pemahaman baru, Turots dan yang lainnya itu, berdasarkan atas bentuk syubhat-syubhat ini. Apakah ini manhaj kita, yang dengannya (kita) harus berdiam diri dan membiarkan mereka melanjutkan ajarannya dengan pemahaman yang salah?!
Demi Allah, ya ikhwan, perang antara yang Haq dan yang Batil belumlah berakhir!!
Jadi anda akan menemukan Salafy yang terus menentang (sebagaimana halnya) Jam’iyyah at-Turots dengan bukti-bukti yang jelas karena salah satu fitnah terbesar yang kita hadapi saat ini adalah percampuran antara kesalahan dan bid’ah dengan Sunnah.
Inilah apa yang ada pada diri kita dengan jalan terus berusaha untuk mengklarifikasi syubhat-syubhat ini dan berharap semuanya akan jelas, dan semua keberhasilan berasal dari Allah.
Kita memohon pada Allah agar menguatkan kita dalam menegakkan kebenaran dan memberikan perlindungan serta menjadikan kita golongan Mujahidin yang membela agama-Nya, juga supaya melindungi kita dari fitnah syubhat ini dan dari mereka yang menyebarkannya.
Syaikh Muhammad bin Hadi hafidhahullah berkata: “Para anggotanya adalah orang-orang yang mutalawwin (bermuka dua). Adapun yang kami ketahui tentang mereka, tidak boleh bagi kita mendiamkan karena adanya orang yang memberi rekomendasi kepada mereka dari orang-orang yang mereka (orang-orang Ihya’ Turats-pent) berbasa-basi di hadapannya, sementara mereka (yang memberi rekomendasi) tidak mengetahuinya.
Sesungguhnya, Allah Ta’ala tidak membebani kita kecuali dengan apa yang kita ketahui. Sementara organisasi ini adalah hizbiyyah.”
Turatsi menjawab: ”Pernyataan ini secara tidak langsung menuduh bahwa para ulama kibar tidak mengerti fiqhul waqi’ dan tidak tahu medan dakwah, karena tidak mengerti kesalahan-kesalahan yayasan ini” (Lerai, ha.224)
“Mengapa antum tidak memakai kemungkinan yang lebih besar, yaitu para ulama memang mengetahui kondisi yayasan ini, sebagaimana argumen di atas? Mengapa justru kemungkinan yang kecil yang antum jadikan pijakan? Mungkinkah para ulama mengeluarkan pernyataan tanpa ilmu dan tanpa mengetahui realita?!!…(Abusalxx.Sekali Lagi, syubhat ke-3)..
”Jika perkaranya seperti yang mereka katakan, maka sungguh malang nasib para ulama kita yang kerap kali ditipu oleh para penanya, apalagi dalam permasalahan besar seperti ini yang menyangkut keselamatan jiwa raga. Konsekuensinya adalah tuduhan bahwa para ulama kita agak “dungu” karena sering ditipu, juga tuduhan bahwa para ulama kita tidak mengerti fiqhul waqi’ sebagaimana perkataan para hizbiyyin. Na’udzu billahi minal hizbiyyah.” (ibid, syubhat ke-1)
Syaikh Muhammad bin Hadi hafidhahullah menyatakan: “Mereka mempunyai bai’at yang mereka namakan perjanjian atau mereka namakan “Taat kepada penanggung jawab (pengurus, pen).” Maka, perhatikanlah mereka dalam berbagai sikapnya! Kemanapun mereka pergi, ke Barat atau ke Timur, di negara Islam atau selain negara Islam, kalian tidak mendapati mereka melainkan mereka memecah-belah dakwah Salafiyah. Mereka (Ihya’ at-Turats) tidaklah mempersatukan, namun mereka mendatangi perkumpulan Salafiyah lalu memecah-belah mereka. Dan hal itu disebabkan harta yang ada pada mereka.”
Atau Syaikh Muqbil rahimahullah berkata: “Dan saya perhatikan bahwa dosanya yang paling besar adalah memecah-belah Ahlus-Sunnah, memecah dai-dai ilallah. Na’am, dia sesatkan para da’i dengan dinarnya, bukan dengan pemikiran-pemikirannya. Maka dia [Abdurrahman Abdul Kholiq] mendirikan pusat-pusat [dakwah]. Yaa miskiin Ihyaut Turots! Dia mendirikan pusat-pusat dakwah dari Kuwait ke Indonesia, dari Kuwait ke Mesir, dari Kuwait ke Emirat Arab, dari Kuwait ke yang lainnya (Indonesia, yakni Abu Nida’ cs, lihat http://www.salafy.or.id/download/atturots/).
Turatsi menjawab: “Perpecahan tersebut tidak terjadi kalau saja kita bersikap benar dalam menghadapi perbedaan pendapat yang ada di kalangan Ahlus Sunnah…Selanjutnya kita balik pernyataan kalian. Keadaan kalian yang melakukan tahdzir dan hajr tanpa mengikuti aturan yang benar itulah yang menimbulkan perpecahan di kalangan Salafiyyun”(Lerai Pertikaian…, hal.246-247)
Syaikh Muhammad bin Hadi hafidhahullah berkata: “Mereka (Ihya’ at-Turats) tidaklah mempersatukan, namun mereka mendatangi perkumpulan Salafiyah lalu memecah-belah mereka. Dan hal itu disebabkan harta yang ada pada mereka.”
Atau Syaikh Muqbil rahimahullah berkata: “Dan saya perhatikan bahwa dosanya yang paling besar adalah memecah-belah Ahlus-Sunnah, memecah dai-dai ilallah. Na’am, dia sesatkan para da’i dengan dinarnya, bukan dengan pemikiran-pemikirannya… Na’am, dan di situ ada golongan sampah juga, yang kepadanya dia mengemis dinarnya, bukan pemikirannya.”
Turatsi menjawab: “Layakkah kemudian antum tuduh mereka sebagai pengikut hawa nafsu atau mata duitan, sehingga kalian meng-hajr dan men-tahdzir mereka? Bertaqwalah kepada Allah. Jagalah lisan-lisan kalian. Apakah kalian mengetahui isi hati mereka? Lihatlah, apakah saudara-saudara kalian yang kalian tuduh tersebut adalah orang-orang kaya?” (Lerai, hal.236)
Syaikh Muqbil rahimahullah berkata: “Membangun pusat-pusat dakwah dan Jam’iyah Ihyaut Turots yang akan membiayainya. Saya katakan: Ini adalah suatu kesalahan jika memberi dana [sebagai donatur] kepada Jam’iyah Ihyaut Turots. Ini adalah kesesatan yang besar karena mereka memecah-belah ahlussunnah. Mereka memecah-belah ahlussunnah di Jeddah, memecah-belah ahlussunnah di Sudan, dan mereka memanggil para pengikutnya dengan [nama] jama’ah sesuai hawa nafsunya.
Na’am, dan di situ ada golongan sampah juga, yang kepadanya dia mengemis dinarnya, bukan pemikirannya. Dan kita beri kabar baik untuk para pemuda Salafy dari Kuwait, bahwa Jam’iyah Ihyaut Turots telah menghabiskan dana yang sangat besar untuk mereka yang telah berubah di sini, di Yaman [agar menjadi pengikut mereka]. Akan tetapi seruan mereka mati dan tak berpengaruh.”
Turatsi menjawab: “Sekali lagi kami tekankan, bahwa dana yang dimiliki oleh yayasan tersebut bersumber dari kaum muslimin yang dermawan, pihak yayasan hanya bertindak sebagai pengelola saja (baca:pedagang-peny)” (Lerai…, hal.241)
Ustadz Askari menegaskan: “Bahwa Abdurrahman Abdul Khaliq-lah yang menjadi penyebab perpecahan yang terjadi di Indonesia, yakni dengan kedatangannya di ma’had Al-Irsyad, Tengaran, Boyolali dan sempat mengisi ceramah di sana. Saat itu beberapa ustadz berkumpul di sana untuk mendengar taushiyah dari ‘Syaikh’ Abdurrahman Abdul Khaliq –semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua-, kemudian terjadi forum tanya-jawab. Adapun yang saya ingat ketika itu (dan saya hanya mendengar dari kaset, namun beberapa ustadz menghadiri secara langsung majelis tersebut di antaranya  adalah Al-Ustadz Muhammad Sewed dan Al-Ustadz Shaleh Su’aidi dan ketika itu belum jelas keadaan Abdurrahman Abdul Khaliq dan hakekat penyimpangannya oleh sebagian kalangan para ustadz tersebut) bahwa Abdurrahman sangat getol melakukan pembelaan terhadap Yusuf Al-Qaradhawi. Abdurahman juga memujinya (Yusuf), menyatakan andilnya yang sangat besar terhadap Islam –menurutnya-. Ia mencela orang yang merendahkan kedudukannya bahkan sampai pada tingkat mentahdzir orang yang melecehkan Yusuf Al-Qaradhawi agar tidak menghadiri majelis orang yang seperti itu. Apa yang saya sebutkan ini banyak diketahui oleh ikhwan yang mengalami awal terjadinya perpecahan pada saat itu. Tapi sayang sekali, kaset itu entah dimana karena kejadian ini sudah cukup lama sekali, kalau tidak salah di tahun 1996, sepuluh tahun yang lalu.
Sungguh benar apa yang disebutkan oleh Syaikh Muqbil rahimahullah Ta’ala: “Organisasi Ihya At Turots di Kuwait yang mengumpulkan harta lalu mengirim Abdurrahman Abdul Khaliq untuk menyesatkan manusia dan memecah-belah persatuan mereka. Sehingga, dakwah ini tidak membutuhkan Abdurrahman Abdul Khaliq dan pemikirannya. Hendaklah ia duduk di rumahnya.” (Dikutip dari kitab Tuhfatul Mujib: As’ilah Syabab Andunusia, pertanyaan no. 75)
Ustadz Askari menjelaskan: “Oleh karena itu, tatkala para ulama menjelaskan tentang kondisi dakwah Salafiyyah model “Abdurrahman Abdul Khaliq”, maka mereka tidak mengkhususkan pembicaraannya terhadap Abdurrahman Abdul Khaliq, namun mengikutsertakan organisasinya yang diatur dan dididik oleh Abdurrahman dengan pemikiran “Al-Ikhwanul Muslimun”-nya. Dan yang menunjukkan apa yang saya sebutkan adalah tatkala Syaikh Al-Albani –tentu beliau termasuk ulama senior dalam pandangan Firanda dan yang lainnya- ditanya dalam salah satu majelisnya tentang buku Abdurrahman Abdul Khaliq yang menulis tentang disyariatkannya melakukan amalan politik. Beliau (syaikh Al Albani) menyampaikan nasehat setelah beliau membaca risalah tersebut. Di antara yang beliau katakan:
في اعتقادي أن الإخوان في الكويت خوفي منهم شديد يصبحون كالإخوان المسلمين , ما يهتمون بالدعوة , ما يهتمون بما أسميه بالتصفية والتربية , همهم الدعوة الساسية والمناصب والانتخابات والبرلمان ونحو ذلك .وأكثر من هذا كونه يصرح بأنه لا بد من ارتكاب بعض المحرمات, لأنه لو تصدر من إفرنجي كان كثيرا, فكيف من سلفي؟ ربنا يقول { ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب} وهو يقول : لا بد من ارتكاب بعض المحرمات, وفي الحديث المشهور ((فإن ما عند الله لا ينال بالحرام))
Dalam keyakinanku bahwa para ikhwan yang ada di Kuwait –aku sangat khawatir terhadap mereka- mereka telah menjadi seperti al-Ikhwanul Muslimun. Mereka tidak mementingkan perkara dakwah, tidak mementingkan dengan apa yang saya namakan dengan “tashfiyah dan tarbiyah”. Kepentingan mereka adalah politik, kedudukan, pemilu, parlemen, dan yang semisalnya. Lebih dari itu yakni dia (Abdurrahman Abdul Khaliq) menyatakan bahwa diharuskan melakukan sebagian perkara yang diharamkan sebab hal ini jika diucapkan seorang yang kafir, hal ini merupakan perkara besar, lalu bagaimana jika diucapkan oleh seorang Salafi? Rabb kita berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
(QS.At-Thalaq: 2-3)
Sementara dia (Abdurrahman Abdul Khaliq) mengatakan: “Harus melakukan sebagian perkara yang diharamkan.” Maka dalam hadits yang masyhur: “Sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah tidak boleh didapatkan dengan cara yang haram” [9]. (Dikutip dari kaset Silsilah al-Huda wan Nuur, fatawa Syaikh Al-Albani rahimahullah no. 166 dari program Ahlul Hadits wal Atsar).
Tetapi Firanda menimpali peringatan (Syaikh Muqbil rahimahullah) tentang kesesatan Abdurrahman Abdul Khaliq dan (peringatan Syaikh Al-Albani rahimahullah terhadap) para Ikhwan-nya yang ada di Kuwait di atas dengan menjawab:
“Sebagian orang bersikap “licik” tatkala ingin mentahdzir saudara-saudaranya. Caranya, sebelum mentahdzir mereka menampakkan kesalahan-kesalahan Abdurrahman Abdul Khaliq dan sikap sejumlah ulama yang keras terhadap beliau. Setelah itu mereka menyebutkan nama-nama saudara mereka yang bermuamalah dengan Yayasan Ihya’ at-Turats. Hal ini jelas merupakan sifat licik, semoga Allah menjauhkan kita dari sifat seperti ini” (Lerai…, hal.254)
Syaikh Muhammad bin Hadi mengingkari “kelicikan” di atas dan tetap menegaskan: “Intinya, Abdurrahman Abdul Khaliq tidak tersamarkan bagi kita dan tidak tersamarkan pula oleh kalian semuanya bahwa dia adalah Syaikh mereka (Ihya’ at Turats) sampai saat ini walaupun mereka berusaha berpindah darinya”                                                                                                                                                             Akh Abu Sufyan berkata: “Janganlah anda tertipu dengan orang-orang yang mengaku mengenali mereka. Tetapi, Turots juga masih mencari jalan bersusah payah untuk mengelak dari bukti-bukti yang sudah jelas menentang mereka dan berpura-pura kalau mereka memiliki pemahaman baru (seperti yang sekarang ini mereka menjauhkan diri dari ‘Abdur-Rahman ‘Abdul-Khaliq). Dan Turots masih rela menghabiskan jutaan uangnya tiap tahun untuk mengirimkan “du’at” mereka untuk melakukan dakwahnya.”
Jadi, siapakah yang lebih paham “fiqhul waqi’? Firanda beserta seluruh jajaran dan simpatisan buku Emasnya ataukah Syaikh Muhammad bin Hadi hafidhahullah dan para Masyayikh di Kuwait serta para ikhwah salafiyyin Kuwait tempat di mana Ihya’ At-Turats bercokol?
Maka berupaya mencuci tangan peran besar Abdurrahman Abdul Khaliq di sisi Ihya’ At-Turats serta berupaya “menceraikan” Ihya’ At-Turats dengan Abdurrahman Abdul Khaliq dan para boneka-nya di negeri ini adalah upaya “licik” untuk memisahkan ikan dari air (baca:harta) kehidupannya!!
“Mungkinkah Syaikh “Muhammad bin Hadi hafidhahullah di Madinah dan Masyayikh Kuwait sert ikhwah Salafiyyin Kuwait” lainnya sembrono dan “agak dungu (bahasa abusalxx)” dalam masalah besar yang berkaitan dengan yayasan Ihya’ At-Turats Kuwait “ yang bercokol di negara beliau sendiri”?! Atau apakah fatwa mereka keluar tanpa mengetahui realita sebenarnya yang terjadi di negeri Kuwait, padahal ini adalah permasalahan yang diketahui “sangat jelas, seperti halnya matahari di siang bolong (Lerai, hal.251)” oleh Firanda dan kawan-kawannya di Indonesia?! Subhanallah, tuduhan di atas benar-benar mengherankan.” (Abusalxx., syubhat ke-1)  
Ustadz Askari menjelaskan:
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah Ta’ala:
(المتبعون من الناس على قسمين: قسم عالم مسعد لنفسه ومسعد لغيره, وهو الذي عرف الحق بالدليل لا بالتقليد ,ودعا الناس إلى معرفة الحق بالدليل, لا بأن يقلدوه,وقسم مهلك لنفسه ومهلك لغيره,وهو الذي قلد آباءه وأجداده فيما يعتقدون ويستحسنون,وترك النظر بعقله ودعا الناس لتقليده,والأعمى لا يصح أن يقود العميان ,وإذا كان تقليد الرجال مذموما,غير مرضي في الاعتقادات,فتقليد الكتب أولى وأحرى بالذم, وإن بهيمة تقاد,أفضل من مقلد ينقاد,وإن أقوال العلماء والمتدينين متضادة متخالفة في الأكثر, واختيار واحد منها واتباعه بلا دليل باطل,لأنه ترجيح بلا مرجح فيكون معارضا بمثله )
”Orang yang mengikuti sesuatu dari kalangan manusia terbagi menjadi dua, yakni:
1. Orang alim yang membahagiakan dirinya sendiri dan membahagiakan orang lain. Ia adalah orang yang mengenal kebenaran dengan dalil bukan dengan taqlid dan mengajak manusia untuk mengenal kebenaran dengan dalilnya, bukan untuk taqlid kepadanya.
2. Orang yang membinasakan dirinya sendiri dan membinasakan orang lain. Dia adalah orang yang taqlid kepada orang tuanya, kakeknya, terhadap apa yang mereka yakini dan yang mereka anggap baik dan meninggalkan untuk menimbang sesuatu dengan akalnya. [Dia] mengajak manusia untuk taqlid kepadanya. orang yang buta tidak dapat menuntun orang yang buta pula. Jika taqlid terhadap para tokoh tercela bukan perkara yang dibolehkan dalam perkara aqidah, maka taqlid terhadap kitab-kitabpun lebih pantas dan lebih utama – tercelanya. Sesungguhnya, hewan yang digiring lebih baik daripada seorang muqallid (yakni orang yg mengekor, red) yang ikut (tanpa dalil). Sesungguhnya, ucapan para ulama dan orang shaleh bertentangan dan berbeda dalam banyak perkara. Maka, memilih dan mengikuti (pendapat) salah satu darinya dengan tanpa dalil adalah batil, sebab hal itu menguatkan sesuatu tanpa ada (alasan) yang menguatkan dan ini bertentangan.” (Qawa’id atTahdits, Al-Qasimi: 360).
Dari apa yang telah kita jelaskan,  maka kita mengetahui bahwa terjadi perbedaan hukum antara seorang mujtahid dengan seorang pengekor hawa nafsu yang mengikuti ucapan seseorang tanpa hujjah. Seorang mujtahid bila keliru tidak menyebabkan dia tercela, apalagi untuk dihajr dan dihukumi mubtadi’.  Berbeda halnya dengan seorang muqallid yang mengikuti hawa nafsunya dalam keadaan dia memiliki kemampuan untuk melihat permasalahan secara jernih, namun karena hawa [nafsunya] yang lebih mendominasi, maka orang yang demikian ini sudah sepantasnya mendapat celaan. Apabila kita telah memahami hal ini, maka ketahuilah bahwa apa yang disebutkan oleh Al-Akh Abdullah bin Taslim dalam makalahnya ketika menjelaskan tentang perselisihan ulama dalam perkara yang berhubungan dengan yayasan ihya At-Turots: “Kalau seandainya masalah ini menyebabkan seseorang dicela, maka mestinya para ulama yang membolehkan mengambil bantuan tersebut yang harus lebih dahulu dicela karena orang-orang yang mengambil bantuan tersebut menyandarkan hal ini kepada fatwa para ulama tersebut!” Demikian ucapan beliau. (Jawaban dari pertanyaan Abah Umair, Konsultasi Ustadz: Memahami Kaidah Al Jarhul Mufassar Muqaddamun Alatta’diil dan Sikap Kita di Tengah Kerasnya Gelombang Fitnah (UPDATE) – artikel ID 338, alinea ke 7, baris ke 13). Semestinya Al-Akh Abdullah bin Taslim –semoga Allah memberi hidayah kepadanya dan kepada kita semua- mengetahui bahwa seorang alim yang keliru dalam berijtihad tidak dapat disamakan dengan seorang yang mengikuti hawa nafsunya yang lebih memilih cara taqlid buta tanpa peduli apa yang akan menjadi akibat dari perbuatannya tersebut. Seorang yang nikah mut’ah karena mengikuti hawa nafsunya harus dicela walaupun dengan alasan dia mengikuti pendapat Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, sebab telah sampai kepadanya hujjah dan hadits yang melarang hal tersebut. Dan ini tidak menyebabkan Ibnu Abbas radhiallahu anhuma lebih berhak untuk dicela hanya karena beliaulah yang menfatwakannya.
Seseorang yang melakukan perlawanan terhadap pemerintah harus dicela dan ditahdzir apabila telah sampai kepadanya ilmu tentang hal tersebut walaupun dia beralasan mengikuti perbuatan Aisyah radhiallahu anha, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam radhiallahu anhuma dalam peristiwa perang Jamal atau beralasan mengikuti pendapat Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahuma dalam peristiwa Shiffin. Dan hal tersebut tidak menyebabkan mereka (para shahabat radhiallahu anhum) harus dicela dan ditahdzir disebabkan kesalahan mereka tersebut dibangun di atas ijtihad. Dan masih banyak perkara lain yang dapat diqiyaskan kepada apa yang telah kita sebutkan ini.
Berkata Ibnul Jauzi rahimahullah Ta’ala:
(واعلم أن عموم أصحاب المذاهب يعظم في قلوبهم التفحص عن أدلة إمامهم,فيتبعون قوله,فينبغي النظر إلى القول لا إلى القائل كما قال علي رضي الله عنه للحارث بن عبد الله الأعور ,وقد قال له:أتظن أن طلحة والزبير كانا على الباطل؟ فقال له: يا حارث! إنه ملبوس عليك,إن الحق لا يعرف بالرجال ,اعرف الحق تعرف أهله)
”Ketahuilah bahwa keumuman para pengikut madzhab sangat besar keinginan dalam diri mereka untuk memeriksa dalil-dalil imam mereka, lalu merekapun mengikuti pendapat imamnya. Maka, sepantasnya bagi seseorang untuk melihat kepada ucapannya, bukan kepada orang yang mengucapkannya. Sebagaimana yang diucapkan oleh Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu kepada Harits bin Abdullah Al-A’war ketika Ia (Harits) berkata kepadanya: “Apakah engkau menyangka bahwa Thalhah dan Zubair berada di atas kebatilan?” Beliau menjawab: ”Wahai Harits, sesungguhnya tersamarkan olehmu (perkara ini). Sesungguhnya kebenaran itu tidak dikenal dengan para tokoh, (namun) kenalilah kebenaran, niscaya engkau mengetahui pemiliknya.” (Qawa’id At-Tahdits: 357).
Demikian pula, tatkala Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menjelaskan perbedaan antara kaum bughat (pemberontak) dengan kaum Khawarij bahwa tidak setiap orang yang bughat disebut sebagai kaum Khawarij. Oleh karena itu, Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu membedakan antara kesalahan yang dilakukan oleh Aisyah radhiyallahu anha bersama para shahabat yang lainnya tatkala mereka menentang Ali radhiyallahu anhu karena menuntut darah Utsman radhiallahu anhu dari para pembunuhnya dengan kaum Khawarij yang melakukan sikap penentangan dan pemberontakan terhadapnya. Silahkan lihat jawaban rinci dalam Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah: jilid:35,hal:54-57.”
Ustadz Askari juga menjelaskan:
“Sungguh benar ucapan seorang penyair:
وإذا الحبيب أتى بذنب واحد جاءت محاسنه بألف شفيع
Jika seorang tercinta melakukan satu dosa
kebaikannya datang dengan seribu syafa’at

Apabila kita telah memahami hal ini –semoga Allah senantiasa memberi rahmat dan anugerahnya kepada kita sekalian-, maka seorang muslim wajib untuk menghormati ulamanya, mengenal kedudukan yang mulia yang Allah berikan kepada mereka. [Akan tetapi] bukan berarti mengharuskan seseorang untuk meninggalkan nasehat bagi kaum muslimin tatkala terlihat adanya penyimpangan. Kesalahan harus [diluruskan] agar kaum muslimin tetap berjalan di atas agamanya yang lurus dengan petunjuk dan bimbingan Allah Azza wa Jalla, rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wassalam dan para ulama Salafus Saleh. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah Ta’ala:
لكن دين الإسلام إنما يتم بأمرين أحدهما معرفة فضل الأئمة وحقوقهم ومقاديرهم وترك كل ما يجر إلى ثلمهم والثاني النصيحة لله سبحانه ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم وإبانة ما أنزل الله سبحانه من البينات والهدى ولا منافاة –إن شاء الله – بين القسمين لمن شرح الله صدره وإنما يضيق عن ذلك أحد رجلين رجل جاهل بمقاديرهم ومعاذيرهم أو رجل جاهل بالشريعة وأصول الأحكام
”Agama Islam dapat sempurna dengan dua perkara.
Pertama: mengenal keutamaan para imam, hak-hak mereka, kedudukan mereka dan meninggalkan sesuatu yang mengantarkan celaan terhadap mereka.
Kedua: nasehat bagi Allah Azza wa Jalla, kitab-Nya, rasul-Nya, para Imam kaum muslimin dan keumuman kaum muslimin. Menjelaskan apa yang diturunkan Allah Azza wa Jalla berupa penjelasan dan hidayah. Dan tidak ada pertentangan –insyaAllah- antara dua poin tersebut bagi orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah Azza wa Jalla. Hanya saja yang merasa sempit dadanya adalah salah satu dari dua orang, yakni seorang yang jahil tentang kedudukan dan udzur yang diberikan kepada mereka dan seorang yang jahil tentang syari’at dan prinsip-prinsip dalam hukum (Islam).” (al-Fatawa al-Kubra: 3/177-178).
Ada sebagian kaum muslimin yang tidak mengerti tentang hakekat dakwah Ahlus Sunnah, lalu melontarkan berbagai tuduhan kepada Ahlus Sunnah dengan gelar “Dakwah Haddadiyyah”, lalu mentahdzir kaum muslimin darinya. Namun sebaliknya, mereka memberikan pujian kepada para pembela Ihya At-Turots, mentazkiyahnya, bahkan menggelarinya dengan gelar “Buku Emas”. Hal ini disebabkan orang yang menuduh tersebut tidak mengerti tentang prinsip-prinsip Ahlus Sunnah wal-jama’ah itu sendiri. Semoga Allah memberi hidayah kepadanya dan menyelamatkan kaum muslimin dari kejahatannya.” (Kesalahan Mujtahid vs Pengekor Hawa Nafsu
Ifrath Haddadiyyah vs Tafrith Sururiyyah (edisi 3), Ustadz Askari)
“Untuk lebih mengesankan “sikap netral” al-akh Firanda dan yang bersamanya, terkadang mereka mengatakan: “Walaupun kami lebih condong kepada pendapat yang mengatakan untuk tidak bermuamalah dengan mereka.” Lihatlah suatu sikap yang aneh! Maka, kita katakan: “Lalu untuk apa anda menulis pembahasan khusus untuk membela mereka dan yang bermuamalah dengan mereka?!! Lalu, yang berseberangan dengan mereka tidak boleh mentahdzirnya dan memperingatkan kaum muslimin dari bahaya hizbiyyah dan penyimpangannya karena hal ini adalah termasuk masalah ijtihadiyyah ?” Maka terlihat jelas bahwa ‘lisan hal’ mereka mengatakan: “Diamlah kalian wahai Ahlus Sunnah, jangan mentahdzir organisasi tersebut dan yang bermuamalah dengannya sebab jika kalian mentahdzir mereka, maka kalian termasuk Haddadiyyah!” (Ihya’ut Turats menyimpang – Jarh Mufassar atasnya/edisi 6, ibid)
Saudaraku rahimahullah, demikianlah beberapa jawaban kunci (harta) Ihya’ At-Turats dalam menghadapi fatwa para ulama yang memperingatkan umat dari kesesatan dan kejahatan Ihya’ At-Turats bagi dakwah.
Secara “manhaji”, tidak ada satupun yang bisa mereka ingkari dari bukti-bukti sepak terjang kejahatan besar Ihya’ At-Turats yang “sangat jelas, seperti halnya matahari di siang bolong (Lerai, hal.251)” yang dipublikasikan oleh Salafiyyin!
Adapun secara “dinari”, adakah FAKTA yang bisa mereka ingkari?

Setelah menyaksikan berbagai demonstrasi kesesatan yang disuguhkan oleh Ihya’ut Turots ini, masihkah anda terkecoh dengan “kembang gula” Khilafiyyah Ijtihadiyyah yang disebarkan oleh Lidah Emasnya Ihya’ut Turots, da’i senior Firanda As-Soronji dan Abdullah Taslim beserta seluruh kru Ihya’nya di negeri ini??!!
Kita katakan sekali lagi kepada da’i senior Firanda As-Soronji dan Abdullah Taslim:
Ambil satu saja dari sekian sampel kesesatan Ihya’ ut Turots yang ditampilkan dalam artikel ini dan tunjukkan kepada umat bahwa hal tersebut adalah benar-benar Khilafiyyah Ijtihadiyyah yang tidak boleh padanya diterapkan kaidah al-wala’ wal bara’!! Syi’ah Rafidhahkah? Demonstrasi dan penggulingan kekuasaan? Bai’at Ihya’? Koalisi dan aliansi dengan Ikhwanul Mujrimin seperti yang dipertontonkan oleh saudara-saudaramu di negeri ini?! Atau…..engkau tidak lebih dari seorang pendusta besar yang berupaya menutup-nutupi kesesatan Ihya’ ut Turots dari pandangan umat?! Sungguh kami yang miskin ini benar-benar belum mengetahui siapakah diantara para Masyayikh yang namanya berderet rapi di buku Emas Imitasi Ihya’mu itu yang berpandangan bahwa sebagian kecil poin-poin kesesatan Ihya’ ut Turots di artikel ini telah mereka klasifikasikan sebagai permasalahan Khilafiyyah Ijtihadiyah sehingga tidak boleh diterapkan kaidah al-wala’ dan al-bara’ menyikapi kesesatan dan kejahatan Ihya’ At-Turats!! Bisakah engkau menyebutkannya??!! Allahu yahdik!
Sesungguhnyalah bahwa engkau –wahai Firanda- terlalu memandang remeh terhadap para ulama yang jumlahnya lebih sedikit, bukan paling senior, yang notabene adalah muridmurid dari ulama kibar- yang mentahdzir Ihya’ ut Turots dan memperingatkan umat atas kesesatan yang mereka sebarkan di muka bumi!! Engkau telah luput untuk mengantisipasi bahwa ternyata kesesatan-kesesatan Ihya’ ut Turots benar-benar terdokumentasikan dengan sangat baik dan rapi!! Apakah engkau mampu mendustakannya?!
Saudaraku, apakah antum sekalian masih ingat dengan “kalimat indah nan tepat” al-akh Utsman bin William Bisyir tentang para “fuqara’ wal masakin” di Madinah?
“Dan…. tentunya kalian akan mendapati beberapa diantara mereka tidak akan menentang Jam’iyyah ini dan tentunya juga “tidak mau merusak dan menentang darah dagingnya sendiri”. Inilah cara mereka dalam menggunakan shadaqah yang mereka kumpulkan dari umat.”
Bagaimana mungkin Firanda merusak dan menentang darah dagingnya sendiri
sementara dirinya “dibesarkan” dan dididik oleh ma’had Jamilurrahman yang notabene adalah salah satu pasien Ihya’ At-Turats?                                                                                                                Saudaraku sekalian rahimakumullah, sekali lagi janganlah anda tertipu dengan mereka ini yang mengaku mengenali Ihya’ At-Turats. Tidaklah mereka berbicara tentang Ihya’ At-Turats kecuali sebagai anggota “pasien” Ihya’ At-Turats yang berkewajiban untuk membalas jasa dan utang budinya! Ihya’ At-Turots  masih terus mencari jalan dengan bersusah payah untuk mengelak dari bukti-bukti kesesatan yang sudah jelas menentang mereka dan berpura-pura kalau mereka memiliki pemahaman baru (seperti yang sekarang ini mereka “berpura-pura” menjauhkan diri dari ‘Abdur-Rahman ‘Abdul-Khaliq)”. Mereka tidaklah memiliki kejujuran untuk meggambarkan hakekat sebenarnya dari Ihya’ At-Turats dan dakwahnya  kepada para ulama kita dan kepada umat!  Betapa dulu tokoh-tokoh generasi pertama Ihya’ di Indonesia yakni Abu Nida’, Ahmas Fais, Yusuf Ba’isa, Yazid Jawas, Abu Haidar, dan yang seangkatan dengan mereka ketika diungkapkan tentang bukti-bukti kesesatan Ihya’ dan para tokohnya benar-benar tidak bisa berkutik untuk membantah dan mengingkarinya. Benar-benar mereka tidak mampu mengangkat kehinaan dakwah Ihya’ At-Turats! Tetapi lihatlah generasi penerus mereka, dengan pimpinannya Muhammad Arifin Badri, Abdullah Taslim, Firanda As-Soronji dan yang seangkatan dengannya telah mampu “membantu” para guru dan pendahulu Ihya’nya  memberikan “jawaban” yang dulu “tidak mampu dijawab” oleh para seniornya mengenai fitnah Ihya’ At-Turats! Mereka jauh lebih berbahaya dibandingkan para pendahulunya! Dengan berlindung di balik slogan mawar (berduri!) merah merekah, teriakan dakwah bijaksana dan lemah lembut, ajakan toleransi dan berlapang dada, yang dikemas dalam wadah khilafiyah ijtihadiyah mereka berupaya membungkam ahlus Sunnah! Diamlah kalian dari mentahdzir umat atas kesesatan-kesesatan Ihya’ At-Turats! Manfaatnya lebih besar dibanding mudharatnya!! Tetapi (alhamdulillah) sangat disayangkan bahwa “hanyalah” jawaban lipstick dan kelicikan yang disodorkannya ketika berbicara tentang fitnah Ihya’ At-Turats sehingga terlalu mudah bagi Salafiyyin untuk membongkar “topeng” syubuhatnya. Syahadah Muhimah, buku propaganda Ihya’ yang tidak laku syubuhatnya di jual di kalangan Salafiyyin Saudi dan Kuwait serta Salafiyyin di negara-negara di sekitarnya ternyata nekad diekspornya ke Indonesia. Betapa memilukannya bahwa buku yang tidak laku ini  disambut oleh para hulubalangnya dengan gegap gempita. Buku Emas yang sekarang telah luntur era ke-Emasannya, tersingkap era kelicikan dan keanehan sepuhannya. Walhamdulillah.                                                                                                                                     Tetapi memang benar bahwa Ahlus Sunnah itu memiliki bukti dan hujjah walaupun seribu hiasan berupaya mereka tempelkan kepada Ihya’ At-Turats!! Mereka lemparkan tuduhan bahwa kita adalah haddadi! Keras dan ekstrem! Tidak menghargai perbedaan pendapat! Berbuat serampangan, ghuluw, munaffirin dan seabreg kejelekan demi kejelekan. Tetapi (sekali lagi) lihatlah siapa becking mereka!! Lihatlah ketulusan, kelurusan, kebaikan dan kebijaksanaan organisasi yang selama ini mereka bela dan mereka promosikan manfaatnya kepada umat Islam! Inilah makar besar yayasan “sinterklas” Ihya’ At-Turats yang kemaslahatan hartanya lebih besar dibanding kemudharatan kesesatannya (di sisi Firanda, Abdullah Taslim dan orang-orang yang sejenis dengan mereka) ketika yayasan ini bermajelis dengan ahlul ahwa’ wal bida’ dan sesatnya Jama’ah Ikhwanul Muslimin. Yayasan yang telah dibela mati-matian oleh Firanda dkk., ternyata rela bermajelis, meminta bantuan bahkan berkoalisi politik dengan ahlul bid’ah wal ahwa’, semisal Syi’ah dan Ikhwanul Muslimin.Berikut bukti-bukti file tersebut dan tersenyumlah wahai Turatsiyyun dengan bukti-bukti khilafiyyah ijtihadmu ini:
1.Jum’iyyah Ihya’ut Turats cabang Jahra telah mengundang tokoh takfiri dari Mesir, Abu Ishaq Al-Huwaini  (Daurah pada tanggal 23/9/2005 hingga 30/9/2005, serta pada tanggal 17/2/2006) (Klik disini: http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img238.imageshack.us/img238/911/abiishaqtq2.jpg);
Da’i Jum’iyyah Ihya’ut Turats, Lajnah Syarq Asia telah mengundang beberapa da’i sebagai berikut:
2.Surat resmi Jum’iyyah Ihya’ut Turats Lajnah Da’wah Wal Irsyad cabang Shabahiyah-Kuwait kepada pengusaha Syi’ah, Syarikah Aulad Zaid Al-Kazami
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img96.imageshack.us/img96/5818/15871604160116101608157ld3.jpg
3.Pembelaan Ahmad Baqir (Turatsi) kepada Syi’ah. Beliau mengatakan : “Tidak ada perbedaan antara Sunni dan Syi’ah”. Benarkah????
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img102.imageshack.us/img102/2302/ahoj4.jpg
4.Nadzom Sulthan Al-Mishbah dan DR. Fahd berkumpul dengan Ikhwani  (Nashir Shani’), Syi’i  (Adnan Abdus Shomad), dan Almani  (Abdullah An-Naibari)
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img219.imageshack.us/img219/4550/15ge7.jpg
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img176.imageshack.us/img176/1384/turathakrabiikhwaniyvr4.jpg
5.Kantor Pusat Jum’iyyah Ihya’ut Turats (Qurthuba, Kuwait) undang Mufti Ikhwanul Muslimin, Khalid Madkur.
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img53.imageshack.us/img53/6393/15831593160815771575160qx2.jpg
6.Abdurrahman Abdul Khaliq dan Turatsi (Hai Al-Hai, Khalid Sulthan, Utsman Khamis, Basam Syathi) (Cat: Lihat tahun diadakannya kegiatan, 1424H)
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img89.imageshack.us/img89/4549/8ro6.jpg
7.Ahmad Al-Qaththan (Turatsi) bermajelis dengan Jum’iyyah Al-Ishlah (Ikhwani)
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img226.imageshack.us/img226/3235/6jw7.jpg
8.Turatsi  (Khalid Sulthan, Salim Nasyi) bermajelis dengan Partai Ikhwanul Muslimin, Harokah Dusturiyyah Al-Islamiyyah
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img108.imageshack.us/img108/9553/turathakrabiim1ah5.jpg
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img440.imageshack.us/img440/6074/turathakrabiim2pr5.jpg
9.Jum’iyyah Ihya’ut Turots dan Quthbiy (Muhammad Hasan Al-Mishriy)
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img181.imageshack.us/img181/3599/ihyaquthbinf8.jpg
Siapakah Muhammad Hasan?, klik:
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://www.sahab.net/sahab/list.php?user=2116&list=%E3%C7%20%ED%CA%DA%E1%DE%20%C8%E3%CD%E3%CF%20%CD%D3%C7%E4&action=list
10.Turotsi (Rukhoyis Al-Inazi, Abdurrahman Shahud, Farhan Ubaid) dan Ikhwaniy (Lajnah Ta’rifu bil Islam cabang Jahra-Kuwait)
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img412.imageshack.us/img412/193/turotsiikhwanijn0.jpg
11.Jum’iyyah Ihya’ut Turots dan Abdurrahman Abdul Kholiq
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img403.imageshack.us/img403/3425/turotsabdurrahmancr1.gif
12.Turotsi (Utsman Al-Khomis, DR.Sa’id Musafar) kumpul dengan Muhammad Hasan Al-Mishriy dan Adnan Ar’ur di Bahrain.
http://fakta.blogsome.com/go.php?http://img300.imageshack.us/img300/4218/turotsikumpuldgnadnanmhtg1.jpg
Maka bukti-bukti manakah yang dapat kalian ajukan kepada umat untuk melindungi ke-hizbi-an Jum’iyyah Ihya’ut Turats ??! Di mana kecemburuan mereka terhadap agama dan dakwah ini? Di mana..?!
Kami katakan: Wallahi ya ikhwah, walaupun sedemikian jelas dan gamblang seperti matahari di siang bolong berbagai bukti kesesatan dan kejahatan Ihya’ At-Turats di depan mata mereka, tetapi tidak pernah antum lihat mereka mengatakan bahwa Ihya’ At-Turats adalah kaum haddadiyyin, kaum munaffirin yang rusak manhajnya, memecahbelah Salafiyyin, agen CIA, ghuluw, ekstrem, serta berbagai tuduhan buruk dan jelek sebagaimana tuduhan yang mereka lontarkan kepada kita! Walaupun kita tidak menyerukan pembangkangan terhadap pemerintah sebagaimana pembangkangan yang diserukan oleh bapak Chalid Bawazeer dengan Al-Irsyad liarnya serta Ihya’ At-Turats yang menyerukan untuk memprotes para penguasa muslim, walaupun kita tidak menyerukan untuk bergabung dengan Syi’ah rafidhah sebagaimana Ihya’ dan Surkati menyerukannya, walapun kita tidak menyerukan bai’at sebagaimana Surkati dan Ihya’ menyerukannya dan berbagai seruan kesesatan lainnya, tetapi kita di sisi mereka ternyata  lebih hina dan sesat daripada Ihya’ At-Turats dan Al-Irsyad sehingga mereka lebih memilih mentahdzir kita karena kita terus mempublikasikan penyimpangan manhajnya!! Bahkan menegaskan banyaknya manfaat yayasan ini bagi Salafiyyin! Sebaliknya, mentahdzir kita sebagai kaum munaffirin yang membikin umat lari dari dakwah Ihya’ At-Turats dan Al-Irsyad!! Membikin mereka tidak merasa tenang dalam menikmati dan menadah kekayaan Ihya’ At-Turats! Demikianlah, manfaat duniawi telah membuat mereka mengabaikan kesesatan dan kerusakan manhajnya.  Wallahul musta’an. Segelintir bukti kelembutan, kebijaksanaan, ketidak hadadiyahan,ketidak ghuluw-an dan ketidak ekstriman dakwah Ihya’ At-Turats di atas adalah bukti BETAPA RUSAKNYA QIYAS FIRANDA AS-SORONJI ketika membandingkannya dengan khilaf yang pernah terjadi diantara asatidzah kami yang walhamdulillah dengan bimbingan masyayikh dapat diishlahkan kembali! Firanda menegaskan: “maka ternyata kesalahan-kesalahan tersebut merupakan kesalahan-kesalahan yang ringan yang sangat-sangat sungguh-sungguh tidak bisa dijadikan dalih –apalagi dalil- untuk mentahdzir, apalagi menghajr, apalagi mentabdi’ saudaranya. Wallahul musta’aan.” (Sekali Lagi…3,abusalxx).

Bagaimana mungkin dia dan para pendukungnya sampai bermimpi untuk mengishlahkan permasalahan (kesesatan dan kejahatan) Ihya’ At-Turats dan barisan pendukungnya dengan Salafiyyin?                       Firanda, apakah ini “ternyata kesalahan-kesalahan tersebut merupakan kesalahan-kesalahan yang ringan yang sangat-sangat sungguh-sungguh tidak bisa dijadikan dalih –apalagi dalil- untuk mentahdzir, apalagi menghajr, apalagi mentabdi’ saudaranya?” Allahu yahdik.Karena itulah wahai saudaraku sekalian yang semoga dirahmati Allah, ingatlah selalu dengan nasehat berharga dari Al-’Allamah Rabi’us Sunnah bin Hadi Al-Madkhali hafidhahullah: “Sesungguhnya, perjuangan antara Al-Haq melawan kebatilan, juga kebenaran menghadapi kesesatan merupakan sesuatu yang sudah ada dan mengakar sejak zaman dulu dan tidak akan pernah bisa berakhir. Hal itu tidak akan pernah berhenti hingga detik ini dan tidak akan pernah berhenti sampai akhir masa! Syaikh juga menegaskan: “Dan merupakan sebuah kewajiban bagi umat untuk memukul dengan kepalan tangan yang keras terhadap orang-orang yang memiliki pemahaman yang baru dan kejahatan, mereka yang berjalan atas dasar sebuah kesesatan dan kejahatan, merekalah penyebab kehancuran umat dalam hal Dien (agama) dan dunia.” Wallahul Musta’an.

Hamba Allah yang selalu mengharapkan ampunan-Nya,
(Abdul Hadi)
ibid, hal.110-111). (ibid, hal.143). (ibid, hal.49). ibid, hal.67) ibid, hal.110-111). (ibid, hal.143). (ibid, hal.49). ibid, hal.67)