بسم الله الرحمن الرحيم
SURKATI, AL IRSYAD & PENJAJAH KOLONIAL BELANDA
SIMBIOSIS MUTUALISME ITU!
Inilah kemesraan (baca: pengkhianatan terhadap umat Islam Indonesia)yang diungkapkan oleh Husein Badjerei (anak dari Abdullah Badjerei, murid tersayang Surkati) dari para petinggi Hizbul Irsyad dengan para pejabat penjajah kafir harbi Belanda ketika Al-Irsyad Al-Islamiyah menyusun sejarah Hizbnya dengan melibatkan para pejabat penjajah tersebut: http://img530.imageshack.us/img530/9338/surkatipenjajahah3.jpg
Dan sekarang, kita lihat di waktu itu (sisi lain di balik kemesraan Surkati beserta pengurus Besar Hizbul Irsyad dengan penjajah) gambaran riil nasib Muslimin Indonesia yang mendapatkan serangan bertubi-tubi dari penjajah kafir harbi Belanda secara fisik maupun pemurtadan secara paksa yang ditulis oleh Husein Badjerei, anak dari Abdullah Badjerei murid kesayangan Surkati:
“Dengan kian melaratnya para petani di pedesaan akibat tanam paksa, kerja paksa dan serangan gencar Kristenisasi oleh para penganjur agama Kristen Belanda dengan dukungan penuh Pemerintah Kolonial Belanda, sebagai pelaksanaan apa yang dikenal dengan nama “Pax Neerlandica” abad XVIII…” (Al Irsyad Mengisi, hal.6).
Kiat-kiat apa yang dilakukan oleh Surkati dan orang-orang dekatnya untuk bisa “survive” dalam kondisi yang sedemikian sulitnya?
Telah kita paparkan bukti “kemesraan” Surkati dengan Orientalis – Kolonialis – Missionaris Top Belanda yang diakui perannya oleh para Orientalisten dunia, Christian Snouck Hurgronje. Hussein Badjerei sendiri dengan “jujur” berkomentar tentang “orang dekat” yang sangat dikagumi kepandaiannya oleh Syaikh Irsyadiyyin, As Sudani:
“Maka Pemerintah di Negeri Belanda merasa perlu untuk menurunkan para spesialis kolonialis-nya, para konsultan dan cendekiawannya guna melakukan berbagai penelitian dan penyelidikan lebih lanjut tentang Islam, khususnya Islam di Indonesia. Diantara sekian nama, yang paling menonjol dan dapat disebut sebagai tokoh legendaris adalah seorang sarjana: Prof. Dr. Christian Snouck Hurgronje” (Al Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, hal.18).
Perhatikanlah wahai saudaraku – Rahimakumullah – BAIK DISADARI ATAU TIDAK , ternyata As Surkati adalah salah satu sumber penting sebagai informan tentang Islam dan kaum Muslimin bagi Snouck!
Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya Al ‘Alawi adalah Asisten Honorair Christian Snouck.
“Tahun 1889 Snouck dikirim ke Indonesia guna melanjutkan tugas penelitian, khususnya menyangkut Islam di Aceh. Tugas ini dirobah pada 15 – 3 – 1891 dengan DIANGKATNYA SNOUCK SEBAGAI PENASEHAT (ADVISEUR) PADA KANTOR YANG BARU DIBENTUK, HET KANTOOR VOOR INLANDSCHE ZAKEN, sebagai Penasehat Urusan Bahasa-Bahasa Timur dan Hukum Islam. Delapan tahun kemudian, tanggal 11 Januari 1899, dia diangkat sebagai “Penasehat Urusan Pribumi dan Arab” sampai tahun 1906. KANTOR INILAH YANG KEMUDIAN MERUPAKAN PELAKSANA UTAMA POLITIK HINDIA BELANDA YANG DASARNYA TELAH DILETAKKAN SNOUCK, TERUTAMA SEKALI KAITAN DENGAN ISLAM DAN UMATNYA DI TANAH JAJAHAN HINDIA BELANDA”(ibid, hal.20)
Hussein Badjerei melanjutkan:” Dalam melaksanakan tugasnya sebagai Adviseur, Snouck dibantu oleh seorang asisten Honorair, seorang Arab kelahiran pekojan, daerah pemukiman Arab di Jakarta, bernama Sayyid Utsman bin Abdullah Al ‘Alawi. Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Umar bin Yahya Al ‘Alawi (1822-1913) adalah seorang pengabdi Pemerintah Kolonial Belanda yang amat setia. Untuk kesetiaannya yang luarbiasa itu, ia dianugerahi “Bintang Salib Singa Belanda” tanggal 5 Desember 1899 tanpa upacara resmi. Ia pernah mengarang khotbah jum’at yang mengandung do’a dalam bahasa Arab untuk kesejahteraan Ratu Belanda Wilhelmina. Khotbah dan do’a itu kemudian dikenal di kalangan umat Islam sebagai “Khotbah Penjilat”….Dalam upaya memadamkan pemberontakan Islam, Sayyid Utsman Al ‘Alawi ini dikenal pula dengan fatwanya yang menyatakan bahwa jihad itu bukanlah perang melawan orang kafir, melainkan perang melawan nafsu-nafsu jahat yang bersarang pada diri pribadi setiap orang. Dalam melaksanakan tugasnya, Snouck juga mengangkat sahabatnya, haji Hasan Mustafa, sebagai penasehat utamanya untuk wilayah Jawa Barat”(ibid, hal.20-21).
Kita katakan: “Di Kantor ini (Het Kantoor voor Inlandsche Zaken) pulalah – yang menjadi pelaksana utama politik Hindia Belanda terhadap tanah jajahannya! -, As Surkati bersahabat dengan para pejabatnya bahkan sebagiannya adalah murid-muridnya!! Snouck sebagai peletak dasar kantor ini minimal telah memberikan pesan kepada para penggantinya agar selalu menjaga hubungan dengan orang-orang yang berhubungan baik dengannya, salah satunya? Al Allamah As Surkati!!
((PERHATIKANLAH wahai Sururiyyin yang (khususnya) berdomisili di pulau Aceh/Sumatra bahwa Snouck ini adalah orang dekat Syaikh Surkati kalian! Syaikh “Salafi” kalian! Padahal SNOUCK INILAH YANG BERUSAHA UNTUK MERUSAK DEFINISI SYAR’I TENTANG “ORANG KAFIR PENJAJAH BELANDA” DAN MEMBERIKAN REKOMENDASI UNTUK MENUMPAS JIHAD FI SABILILLAH yang dikumandangkan oleh orang tua orang tua dan kakek kakek kalian yang berada di Aceh dan sekitarnya!! “…Snouck berpendapat bahwa orang kafir adalah (a -peny) orang yang belum tahu dan (b -peny) tidak mau tahu. Orang yang belum tahu haruslah diberitahu, di didik. Dalam kelompok ini termasuk Pemerintah Kolonial Belanda itu sendiri. Orang yang tidak mau tahu haruslah dikerasi. Islam Politik, termasuk Islam Aceh, dimasukkan dalam golongan ini karena itu harus dikerasi”(ibid, hal.23).23) dan tugas “Whiteman’s Burden – Tugas Suci Orang Barat/Neo Gospel” ini sekarang telah dilanjutkan oleh JIL (Jaringan Iblis Laknatullah/Jaringan Orang Utan Liberal dan Jawa Pos telah menjadi anak asuh mereka untuk menyesatkan umat!!).
Snouck ini pula yang merekomendasikan untuk melakukan Westernisasi umat Islam Indonesia (rekomendasi nomor 3 dan 4, hal.22
Ingatlah lagi wahai saudaraku bahwa Snouck ini pula yang dipuji-puji ketinggian pengetahuan agamanya oleh “Al Allamah Asy Syaikh As Surkati yang membengkokkan garis perjuangan”!!
Wahai Abdurrahman At Tamimi Al Kadzab Al Hizby dan para pembela As Sudani!! Tolong ajari anak ingusan ini prinsip-prinsip Al Wala’ dan Al Bara’ sehingga dia bisa menjadi lebih dewasa dan kokoh dalam bersikap!! Sehingga dia menjadi tahu mana penjajah yang mesti dimusuhi dan diperangi dan mana pula guru guru dan sahabat penjajah yang mesti dimusuhi dan diperangi pula?! Sungguh anak-anak ingusan itu sangat membutuhkan kejujuran, ketulusan dan I’tikad baik kalian untuk menjelaskannya!! Dan jangan ajari anak-anak itu dengan fanatisme Irsyadiyyah yang membinasakan!
Telah kita ketahui pula (dari tulisan yang mereka sebarkan sendiri!) betapa mudahnya Surkati mendapatkan dana lotre dan kemudahan-kemudahan dari pemerintah kolonialis kafir Belanda. Sungguh ini adalah “nasib dan keberuntungan yang sangat besar” di saat kaum Muslimin lainnya sangat menderita dan berdarah-darah diinjak-injak penjajah kolonial Belanda, di saat yang sama kekayaan negeri ini dikuras dan dirampok oleh penjajah kafir itu. Hussein Badjerei menulis:
“Islam Indonesia yang selama berabad- abad terus menerus melawan kekuatan kafir Barat (tidakkah dia menyadari – ketika menulis buku ini – bahwa di halaman lain bukunya dia juga bercerita betapa para pejabat kafir kolonialis Belanda beberapa orangnya adalah murid dari As Surkati As Sudani?! Bahwa mereka adalah sahabat sahabat Surkati sehingga tidak mungkin bagi para pejabat itu untuk berani meluapkan amarah dan emosinya, walaupun dikatakan oleh Surkati “Kalian semua anjing” “Kalian semua babi”), selama 40 bulan saja di bawah kekuasaan Jepang telah memiliki masa barunya, …”(ibid, hal.155)
Sebelum kita lanjutkan, akan kami berikan gambaran lebih riil bagaimana kondisi kaum Muslimin ketika Surkati “berjihad” di negeri jajahan Indonesia. Hizbul Irsyad menulis:
“Di kampung Cimareme, Desa (Kelurahan) Cikendal Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, telah terjadi peristiwa berdarah. Haji Hasan Arif MENOLAK KEWAJIBAN “JUAL PAKSA” padinya kepada pemerintah kolonial Belanda yang menetapkan sepihak kewajiban jual 42 pikul, semnetara Haji Hasan Arif hanya bersedia menjual 10 pikul. Haji Hasan Atif yang berpakaian serba putih dalam rumahnya yang ditutup, baik pintu maupun jendela, menyambut para pejabat, residen, asisten rsiden dan bupati serta 27 orang polisi dengan berdzikir didampingi seluruh anggota keluarganya sebanyak 116 orang. Seisi rumah kemudian diberondong tembakan. Empat orang tewas seketika, termasuk Haji Hasan Arif, seorang meninggal di rumah sakit dan 19 orang luka-luka….(walaupun) akhirnya muncul dakwaan dari pemerintah kolonial Belanda bahwa peristiwa Leles tidaklah sesederhana itu..(ibid, H. Hussein Badjerei dalam “Ahmad Soerkati (1)”, alirsyad.or.id/index.html, Nov 08,04 | 10:48 am)
Demikianlah gambaran singkat kehidupan masyarakat Muslimin yang terjajah, betapa sulit dan menderitanya mereka, semoga Allah memberikan balasan dan kebaikan yang banyak di akhirat bagi kaum Muslimin yang mati melawan penjajah kafir Belanda. Amin. Cukup menunjukkan betapa kejamnya mereka, para pejabat dan penjajah kolonial Belanda.
Namun demikian , anda akan menyaksikan “keberanian yang luar biasa” dari Syaikh As Sudani ketika “melabrak” penjajah bengis tersebut seraya mengatakan :”Antum Kilaab!”(Kalian semua anjing!) atau “Antum Khanazir!” (Kalian semua babi). Sungguh suatu ucapan keberanian yang sangat heroik terhadap penjajah Belanda yang sangat kejam (seperti kisah sebelumnya terhadap Haji Hasan Arif) dan (lebih dari) cukup jika hanya dijadikan alasan untuk menyarangkan pelor panasnya ke mulut dan kepala Surkati yang telah “lancang” menghina mereka sedemikian rendahnya.
Hanya saja di balik “keberanian yang luar biasa” itu ternyata terdapat fakta “luar biasa” pula bahwa Surkati ternyata dapat keluar dari kantor Penjajah Kompeni Belanda dalam keadaan segar bugar , bahkan:”MEREKA PUN TIDAK MARAH jika Soerkati marah atas kebijaksanaan Kantoor voor Inlandsche Zaken “(ibid, hal.63).
Ketika berkecamuk Perang Pasifik, para pejabat Kolonial Belanda pun meminta pendapat As Surkati. “Pendapat ini disampaikannya antara lain di hadapan E.Gobee sendiri, Adviseur kantor tersebut”(ibid, hal.63).
Surkatipun pernah ditanya pendapatnya tentang perekonomian di negeri jajahan Belanda ini, dia katakan:”…Lalu datanglah orang-orang Belanda. Mereka memasang pipa leiding langsung ke perigi itu dan mengalirkan air ke rumah- rumah mereka sepuas- puas mereka. Terhadap pendapat setengah bergurau ini, PARA PEMBESAR BELANDA TIDAK MERASA JENGKEL, BAHKAN MEREKA DAPAT MENGHARGAI KETERBUKAAN SURKATI” (ibid, hal.64).
Tidaklah heran (alangkah luarbiasanya pengaruh dan kedudukan Surkati bagi mereka!) pejabat di kantor Belanda itu (Dr.L.De Vries) pernah menyatakan kepada Abdullah Badjerei:”KALAU SOERKATI ITU ORANG BELANDA, MAKA JABATAN GUBERNUR JENDERAL MASIH TERLALU RENDAH BAGINYA KARENA KECERDASANNYA”(ibid). Allahul Musta’an.
Pertanyaan besar telah menghadang kita, kaum Muslimin sangat menderita di bawah jajahan Belanda adalah hal yang tidak perlu kita perdebatkan lagi. Pelor kompeni, penjara dan siksaan adalah makanan sehari- hari bagi mereka. Di balik itu, kenapa Surkati menjadi seseorang yang sangat disegani dan “ditakuti” oleh pejabat kompeni Belanda? Apakah jumlah pengikutnya luarbiasa banyak (ketika itu) sehingga kekuatannya menggetarkan penjajah kafir Belanda? Apa yang menjadikan mereka sedemikian segan dan takut kepadanya? Salah satu jawabannya akan dapat anda temukan di buku mereka sendiri…..
ternyata para pejabat kolonial Belanda kafir adalah sahabat Surkati!!
Mereka bersaksi sendiri:” “BEBERAPA ORANG SAHABATNYA PADA HET KANTOOR VOOR INLANDSCHE ZAKEN juga menjanjikan bantuan dana satu bagian penuh dari prosentase satu periode penarikan lotre Dana Sosial”(Al Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, hal.49).
“…Atas peristiwa terlantarnya para jama’ah haji Indonesia (kalimat ini kurang tepat karena Indonesia belum merdeka, mungkin yang lebih pas adalah negeri jajahan Belanda ini pen) ini Surkati sendiri mengritik Pemerintah Hindia Belanda secara tajam LEWAT PARA SAHABATNYA PADA HET KANTOOR VOOR INLANDSCHE ZAKEN”(ibid, hal.138)menerus seminggu sekali belajar Ilmu Tafsir dan Ilmu Fiqih dari Surkati. Pijper adalah pejabat terakhir sebagai Adviseur pada Kantoor Voor Inlandsche Zaken hingga masuknya Jepang ke Indonesia…”(ibid, hal.49)
Bahkan para pejabat penjajah kafir kolonial Belanda itu adalah muridnya!!
“Diantara orang Belanda yang pernah berguru pada Surkati yang bisa disebut antara lain CH.O.van der Plas, mantan konsul Belanda di Jeddah yang kemudian menjadi Adjunt Adviseur pada Kantoor Voor Inlandsche Zaken dan Prof.Dr.G.F.Pijper, yang selama tiga tahun terus
“Semula ketika belajar pada Surkati, van der Plas meminta dari Surkati untuk dipilihkan ayat-ayat Al Qur’an dan hadits yang menyangkut Budi Pekerti. Permintaan itu dipenuhi oleh Surkati”(ibid, hal.69)
Itulah Rifqan dan Mawaddah yang diajarkan oleh Syaikh Irsyadiyyin!! Rifqan terhadap para pejabat penjajah kafir harbi Kolonial Belanda!! Kalaulah masalah Drum band saja diceritakan oleh Hussein Badjerei, apalagi permasalahan yang jauh lebih membanggakan semisal menjadi Muslimnya pejabat-pejabat Kolonial Belanda karena hasil didikan Surkati, tentulah tidak akan luput diceritakannya kepada segenap Irsyadiyyin berita besar yang sangat membanggakan ini!! Apa mau dikata, tidak secuilpun kalimat yang menyinggung ke Islaman mereka, kecuali bahwa mereka adalah pejabat penjajah Belanda dan mereka ini adalah murid-murid Surkati yang sangat menghormati gurunya !
Jadi bagaimana mungkin para pejabat penjajah Kolonial Belanda itu marah dan tersinggung dengan berbagai ucapan Surkati sementara dia adalah sahabat bagi mereka?! Sementara dia adalah Syaikh bagi mereka?! Sementara dia adalah seorang sahabat yang dapat diajak bertukar pikiran mengenai berbagai masalah yang terjadi? Sementara dia adalah orang yang sangat istimewa dan terhormat di sisi mereka?!
Pijper berkata: “Saya selalu mengenang Ahmad Surkati dengan segala rasa hormat” (ibid, hal.72).
Duhai, alangkah rifqan dan tawadhu’nya si pejabat kolonial penjajah kafir Belanda ini kepada Syaikhnya?
Setelah menuliskan sikap Pijper terhadap Surkati, Hussein Badjerei melanjutkan:”Sepanjang yang penulis amati pada beberapa murid Surkati yang masih sempat penulis dekati secara pribadi atau amati dari sikap mereka sehari-hari, ternyata sekali murid-murid Surkati itu memiliki budi pekerti, akhlak yang terpuji, menjauhkan diri dari Al Kibr, yaitu melenyapkan hak orang lain dan memiliki Ath Tha’ah, hormat dan tunduk kepada pimpinan”(ibid, hal.72)
Demikianlah pujian yang membubung tinggi terhadap murid-murid Surkati, walaupun mereka adalah orang-orang kafir harbi penjajah Belanda!!
Kita tanya Hussein Badjerei:”Apakah 350 tahun menjajah negeri ini, merampok dan menguras kekayaan negeri ini bukan termasuk Al Kibr, yaitu melenyapkan hak orang lain? Tiga tahun terus menerus seminggu sekali belajar ilmu tafsir dan ilmu fiqh dari Surkati dan akhirnya tetap bertahan di atas kekafirannya tidak termasuk Al-Kibr?
Kalau engkau katakan termasuk Al-Kibr, maka ingatanmu tentu masihlah segar bahwa para pejabat penjajah Kolonialis Belanda itu adalah murid Syaikh Irsyadiyyin, As Surkati As Sudani! Ya mereka adalah sahabatnya! Lalu apa bukti ilmiyah kalian untuk mengusulkannya menjadi Pahlawan Nasional bagi Syaikhnya para pejabat Kompeni Belanda ini wahai Hizbul Irsyad?! Lihatlah betapa orang-orang dekat dan istimewa Surkati adalah antek-antek kolonial!!
Umar Yusuf Manggush Antek Penjajah Belanda. Lihatlah “kedudukan istimewa Surkati, Kapten Arab Manggush dan Al Irsyad” di sisi penjajah kafir Belanda:
“HUBUNGAN SURKATI DAN MANGGUSH YANG BAIK DENGAN PARA PETINGGI PADA HET KANTOOR VOOR INLANDSCHE ZAKEN AKHIRNYA ACAPKALI MEMBUAT PARA PETINGGI BELANDA ITU IKUT CAMPUR ATAU TURUN TANGAN MENGATASI KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI ORANG-ORANG AL IRSYAD ITU”[1] (Al Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, hal.111).
Pembaca sekalian Rahimakumullah, Manggush adalah seorang Kapten Arab, orang yang ditunjuk Penjajah Belanda untuk mengurusi kepentingan orang-orang Arab dan dia bertanggung-jawab langsung kepada penjajah.
“Sejak tahun 1844 orang-orang Arab di Jakarta sudah memperoleh “Kapten” sendiri, yang bertanggungjawab untuk segala hal yang menyangkut ketertiban mereka dan BERTANGGUNGJAWAB PULA KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA. Kapten inipun menjadi penghubung antara pemerintah dengan para penduduk Arab itu dan MENJADI WAKIL MEREKA PULA UNTUK HAL-HAL YANG MENJADI KEPENTINGAN MEREKA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMERINTAH KOLONIAL BELANDA” (ibid, hal.13)
Manggush sangatlah besar peran dan pengaruhnya bagi Surkati dan Al Irsyad. Simak kesaksian mereka:
Ketika Surkati hendak kembali ke Mekkah karena telah meninggalkan Jami’at Al Khair:”Niat Surkati ini dicegah oleh Syaikh Umar Yusuf Manggush yang menjabat Kapten Arab di Jakarta sejak 28-12-1902….Berkat usaha sungguh-sungguh dari Syaikh Umar Yusuf Manggush, dibantu oleh Sayyid Saleh bin ‘Ubaid Abdatu dan Sayyid Said Masy’bi, Surkati lalu dipindahkan dari rumah yang disediakan selama ini untuknya oleh Jami’at Al Khair di Pekojan yang sudah diminta kembali oleh yang bersangkutan ke rumah baru di Jalan Jatibaru 12 Batavia. Di rumah itulah kemudian pada tanggal 15 Syawwal 1332 atau bertepatan dengan Ahad 6 September 1914 dibuka secara resmi Madrasah Al Irsyad Al-Islamiyyah di bawah pimpinan Surkati”(ibid, hal.32).
Lihatlah wahai pembaca sekalian, betapa besar jasa antek kolonial ini bagi Surkati dan sejarah berdirinya Al Irsyad!!
“Untuk menghadapi Rapat Umum Anggota tanggal 15 Pebruari 1920 itu, para anggota dari luar Jakarta pun lalu berbondong-bondong datang ke Jakarta. Ada kesan bahwa para anggota dari luar Jakarta itu memang dikerahkan untuk datang ke Jakarta. Konon dalam hal ini UMAR YUSUF MANGGUSH SELAKU TOKOH YANG PALING BERPENGARUH DAN PUNYA ANDIL AMAT BESAR SEJAK BERDIRINYA AL IRSYAD TAHUN 1914 ITU, AGAKNYA MEMAINKAN PERANAN YANG BESAR SEKALI..(ibid, hal.82)
“…Syaikh Umar Yusuf Manggush mengerahkan tidak kurang dari 350 orang anggota Al Irsyad dari berbagai daerah, 187 orang antaranya dari Surabaya. Baik biaya perjalanan maupun akomodasi dan konsumsi mereka selama di Jakarta seluruhnya ditanggung oleh Manggush. Mereka tiba di Jakarta pada tanggal 13 Pebruari 1920”(ibid, hal.85). Bisa dibayangkan betapa “luarbiasa” kaya orang yang mampu mengerahkan 350 orang dari berbagai wilayah pada tahun 1920 plus menanggung biaya akomodasi dan konsumsi mereka!! Siapa yang tak kenal dengan nama Tuan Manggush Juragan lelang dari Batavia?! Antek Penjajah kafir…
“UMAR YUSUF MANGGUSH TENTUNYA LEBIH “SETIA” KEPADA PEMERINTAH JAJAHAN BELANDA (ada upaya pendangkalan makna, seharusnya “Pemerintah Penjajah Belanda” karena Indonesia ketika itu tidak lebih hanyalah negeri jajahan dan belum memiliki pemerintahan tersendiri, Wallahu a’lam peny) tempat ia tinggal dan memegang jabatan tinggi. Beslitnya sebagai Kapten Arab diperolehnya dari Pemerintah Jajahan Belanda, bukan Inggris. Bisa dimengerti kalau Umar Yusuf Manggush mempunyai pengaruh yang amat besar pada masyarakat Arab Hadramaut dalam membawa mereka kepada sikap anti Inggris”(ibid, hal.110111).
Setelah Umar Yusuf Manggush “lengser” ia digantikan oleh menantunya, “Hasan Argubi yang diangkat sebagai kapten Arab pada tanggal 15 Mei 1931”(ibid, hal.143). Mereka berdua (Yusuf Manggush dan Hasan Argubi) adalah orang-orang yang sangat dekat dengan Surkati. Kalau Manggush berhasil mencegah Surkati kembali ke Mekkah dan bersama kawan-kawannya menolong menyediakan tempat tinggal bagi Surkati seusai keluar dari Jamiah Khair, maka Hasan Argubi pun juga termasuk orang yang banyak membantu kesulitan Surkati:”…bahkan Surkati digugat untuk membayar uang sewa selama 10 bulan, dengan ancaman akan diperkarakan apabila tidak membayar. Kesulitan ini akhirnya diatasi oleh almarhum Hasan Argubi”(ibid, hal.49).
Kapten Arab Antek penjajah, Hasan Argubi benar-benar memiliki kedudukan yang sangat istimewa bagi Surkati, “Selama di Rumah sakit, ia dengan setia ditemani oleh Hasan Argubi, Kapten Arab ketika itu, lulusan Al Irsyad pekalongan dan pengikut setia Surkati, menggantikan dan mengikuti jejak mertuanya, Syaikh Umar Yusuf Manggushy. Tiap hari Hasan Argubi senantiasa berada di sisi Surkati, sampai-sampai Surkati melarangnya agar supaya pekeraannya sendiri tidak terganggu. Bulan Agustus 1940 Surkati keluar dari Rumah Sakit dan dibawa oleh
Hasan Argubi ke rumah peristirahatan di Kotabatu, Bogor. Dua hari sekali Surkati dengan setia selalu dijenguk Hasan Argubi”(ibid, hal.67)
Demikianlah kedudukan dua orang Kapten Arab antek Kolonial Penjajah Belanda di sisi “Al Allamah Syaikh Salaf-i” As Surkati As Sudani.
Penjajah Belanda ‘tlah lama hengkang dari negri ini
Namun sejarah ‘kan tetap menjadi saksi!
Van der Plas adalah muridnya!
Pijper adalah anak didiknya!
Gobee adalah kawan diskusinya!
Christian “Missionaristen-Orientalisten-Kolonialisten”Snouck Hurgronje adalah temannya!
Lotre Belanda adalah landasan Irsyadnya!
“Manggush”-nya adalah antek Belandanya!
Semaun PKI adalah “uhibbu”-nya!!
Syaikh Salafiyyin adalah julukan kerennya!
Pahlawan Nasional adalah target berikutnya!
Kita katakan dengan tegas: Sesungguhnya upaya kalian untuk mengajukan Surkati agar diangkat sebagai Pahlawan Nasional kepada pemerintah RI adalah salah alamat Lebih tepatnya pengajuan pahlawan ini kalian tujukan kepada pemerintah Belanda!! Surkati dan kawan-kawannya banyak berjasa bagi para Pejabat Penjajah Belanda!! Prof. Dr. Christian Snouck Hurgronje adalah kawan dekatnya!! Pijper adalah muridnya sekaligus sahabatnya!! Van der Plas adalah murid sekaligua sahabatnya!! Gobee adalah sahabat sekaligus teman diskusinya!! Dr.L.De Vries dari Kantoor voor Inlandsche Zaken sampai pernah menyatakan kepada Abdullah Badjerei (guru Prof. Dr. Van Nieuwenhuise) bahwa “Kalau Soerkati itu orang Belanda, maka jabatan Gubernur Jenderal masih terlalu rendah baginya karena kecerdasannya!” Mungkinkah ucapan kekaguman dan “tazkiyah” menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda ditujukan kepada seorang Pejuang-Pahlawan Kemerdekaan yang gigih melawan penjajahan?! Tidak mungkin!! Karena Surkati menjadi sahabat dan Syaikh para penjajah kafir itulah pujian tersebut keluar!! Karena orang-orang dekat Surkati menjadi antek penjajah kolonial-lah sehingga “tazkiyah” itu dikumandangkan!!
Kita tanyakan kepada “Syaikh Salafiyyin” dan para pembela fanatik mereka:
Kalian kemanakan ayat-ayat Allah yang berbunyi:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka (Al-Baqarah:120)
Padahal Nasrani Belanda ketika itu jelas-jelas memerangi Muslimin Indonesia!! Jelas-jelas melaksanakan misi Zending-Pengkafiran dan Penjajahan di Indonesia!! Kenapa Surkati enggan mengibarkan bendera permusuhan dengan kaum kafir dari kalangan Nasrani? Dan justru menjadikan mereka sebagai sahabat dan sekaligus murid?!
Kalian kemanakan ayat-ayat Allah yang menerangkan bahwa sahabat kalian (para kafir harbi itu!) yang menjajah masyarakat negeri ini dan murid-murid kalian itu adalah seburuk-buruknya makhluk? Firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahlul kitab dan musyrikin tempat mereka adalah di dalam jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk”(Al-Bayyinah:6)
Kalian kemanakan sabda Rasulullah yang menyebutkan bahwa sahabat kalian dan murid-murid kalian itu adalah orang-orang yang terlaknat? Sabda Rasulullah :
“Laknat Allah atas kaum Yahudi dan Nashara”(HR.Bukhari no.435, Muslim no.531)
Inikah rifqan yang diajarkan oleh Islam? Inikah ajaran mawaddah wa rahmah? Inikah sikap bijaksana yang harus ditempuh oleh Ahlus Sunnah?! Sekali-kali tidak!! Bahkan ini semua adalah taktik dan upaya untuk tetap bisa “survive” ketika penjajah kafir Belanda menguasai dan mengangkangi negeri ini, Dzulwajhain! Bermanis muka terhadap penjajah**) dan jangan lupa…menjaga penampilan diri di sisi bangsa terjajah!
**)Catatan tambahan:
AHMADIYAH:ORGANISASI MUSAILAMAH AL-KADZAB MODERN
Di dalam pembahasan tentang Surkati, Al Irsyad dan Penjajah Kolonial Belanda, kita telah mengenal strategi “si Penjilat” Sayyid Utsman Al ‘Alawi (Asisten Snouck Hurgronje) yang dikenal pula dengan fatwanya yang menyatakan bahwa jihad itu bukanlah perang melawan orang kafir, taktik Umar Yusuf Manggush dan Hasan Argubi yang lebih memilih untuk setia mengabdi kepada Penjajah negerinya (Belanda) serta kecerdasan Surkati yang bersahabat dan mengangkat murid para pejabat penjajah kafir harbi Belanda untuk bisa survive.
Sekarang, saatnya kita –relax – sejenak, memalingkan wajah dari situasi penjajahan Belanda di negeri ini ke arah situasi penjajahan Inggris di anak benua India. Melihat sekilas organisasi Nabi palsu dari India, Mirza Ghulam Ahmad dengan Ahmadiyyah yang tidak terkendali dan “brutal” karena bukan semata-mata menjadi abdi setia penjajah Inggris ketika itu tetapi juga memproduksi wahyu-wahyu Iblis untuk mendukung hegemoni Inggris atas wilayah India serta sebagai pembenaran atas status dan kedudukan penerus Nabi palsu Musailamah Al-Kadzab.
Ghulam budak Sikh. Hazrat Mirza Ghulam Ahmad ‘Alaihis Salam (demikian Ahmadiyah), menulis tentang kekejaman Sikh:
“Barangsiapa yang telah berusia 60 atau 70 tahun tahu benar bahwa kita telah mengalami kekuasaan orang Sikh. Betapa hebatnya malapetaka yang menimpa kaum Muslimin ketika itu bukanlah hal yang tersembunyi lagi; dengan mengingatnya saja seramlah bulu roma kita dan gemetarlah jantung kita. Orang Islam dihalangi melakukan amal ibadah dan kewajiban-kewajiban keagamaan, yaitu satu tugas yang mereka anggap mulia daripada jiwa mereka sendiri. Adzan yang menjadi pendahuluan shatlat, tidak mereka perbolehkan melakukannya dengan suara keras. Kalau kedengaran seorang muadzin mengucapkan “Allahu Akbar” dengan keras walaupun tidak disengaja, mereka membunuh muadzin itu. Begitu pula mereka berlaku sewenang-wenang dalam soal-soal yang dihalalkan oleh Islam, dalam suatu peristiwa penyembelihan seekor sapi, telah dibunuh 5000 orang Islam yang tak berdaya itu. Seorang sayyid yang karena sedikit menggores kulit sapi dengan ujung pedangnya, akan dibunuh meskipun tidak jadi, hanya tangan Sayyid itu dipotong. Masjid-masjid mereka jadikan tempat minum ganja dan tempat kuda mereka”(Abu Bakar Ayub, Bantahan Lengkap Terhadap Majalah Gema Islam, 1 Juli 1962 atas Jemaat Ahmadiyah dan Pendirinya, Jakarta, JAI, 1962, hal.28/29)
Dan lihatlah perjalanan hidup keluarga Mirza yang diwarnai peperangan dan permusuhan dengan kaum Sikh:
“Gul Muhammad dan puteranya, Ata Muhammad (buyut-buyut Mirza) terus menerus berperang dengan suku-suku Sikh dari Ramgarh dan Kanhis yang menguasai daerah-daerah sekitar Qadian.”Akhirnya suku-suku Sikh itu dapat juga menaklukkan Qadian dengan jalan mengadakan hubungan rahasia dengan beberapa penduduk Qadian. Semua anggota keluarga ini ditawan oleh Sikh”(Bashiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hidup Hazrat Mirza Ghulam Ahmad ‘Alaihis Salam, hal.3/4)
Akan tetapi di dalam bencana, malapetaka dan mushibah besar yang menghantam kaum Muslimin tersebut, terdapat suatu kejadian yang unik, ajaib dan menarik. Dengan kegigihan keluarga Mirza dalam bertempur melawan kaum Sikh yang sangat brutal dan kejam itu, maka ketika peperangan berakhir dan semua keluarga Mirza tertangkap tentu tidak ayal lagi bahwa tungku yang dinyalakan untuk menggoreng keluarga Mirza akan lebih hebat dan sadis nyala apinya. Betapa tidak, jika hanya karena adzan bersuara keras saja seorang Muslim dibunuh, karena menyembelih sapi maka 5000 nyawa umat Islam sebagai gantinya, maka apakah yang terjadi jika Muslimin keluarga Mirza berperang dan bermusuhan dengan kaum Sikh? Tidak ragu lagi bahwa tidak ada seorangpun keluarga Mirza yang luput dari kematian yang mengerikan. Tetapi yang terjadi sungguh suatu keanehan, Ahmadiyah menulis:
“Setelah semua keluarga ditawan oleh Sikh, maka selang beberapa hari kemudian, keluarga ini diizinkan untuk meninggalkan daerah Qadian dan mereka lalu pergi ke Kesultanan Kapurtalah dan tinggal 16 tahun lamanya” (Basiruddin Mahmud Ahmad, Riwayat Hazrat Ahmad Alaihis Salam, hal,.5)
Bagaimana bisa terjadi hal itu? Keluarga Mirza (kata mereka) adalah musuh besar kaum Sikh dan begitu tertawan…”selang beberapa hari kemudian mereka diizinkan pergi begitu saja dari Qadian”. Apa yang sesungguhnya terjadi?!
Diceritakan oleh Bashiruddin Mahmud Ahmad (Riwayat Hazrat Mirza, 1966, terjemah Malik Aziz Ahmad Khan, Jakarta, Djemaat Ahmadijah Tjabang), bahwa setelah datang kekuasaan maharaja Ranjit Singh yang dapat menguasai raja-raja kecil, maka maharaja Ranjit Singh mengembalikan sebagian harta benda pada ayah Mirza Ghulam Ahmad, yakni Ghulam Murtaza yang berjasa bersama saudara-saudaranya bekerja dalam tentara maharaja tersebut (hal.5). Pada halaman 7, Bashir mengatakan bahwa sesudah Ranjit Sing berkuasa, maka ia kemudian memanggil Ghulam Murtaza ke Qadian dan mengembalikan sebagian dari warisan kekayaan kepadanya. Karena itulah Ghulam Murtaza dengan saudara-saudaranya menjalankan kewajiban-kewajiban yang berharga di tapal batas Kashmir dan tempat-tempat lainnya.
Ranjit Singh adalah orang Sikh yang jelas-jelas memusuhi dan memerangi umat Islam. Pengabdian yang dilakukan oleh keluarga Mirza terhadap musuh Islam adalah perbuatan lacur dan hina sementara Ahmadiyah telah memberikan predikat yang baik terhadap pemerintahan Ranjit Singh, akan tetapi “pemerintahan Sikh sebelum dan sesudahnya mencerminkan kebuasan dan kegalakan bangsa Sikh”(M.Abdul Hayee H.P,Ahmadiyah dan Inggris, 1969, Djemaat Ahmadiyah Indonesia, Bandung, hal.8)
Ulasan Ahmadiyah tersebut hanyalah tipuan belaka. Agak baiknya Ranjit Singh (bagi Ahmadiyah) karena keluarga Mirza adalah tentara sewaan mereka! Lagian, kekayaan keluarganya dikembalikan!! Diluar keluarga Mirza, pasukan Ranjit Singh adalah musuh yang selalu berhadapan dengan kaum Muslimin yang tak berdaya yang seenaknya melancarkan pembunuhan-pembunuhan yang kejam. Bagaimana setelah Ranjit Singh Turun tahta?
Pada waktu pemerintahan Sikh sesudah Ranjit, yaitu jaman Nao Nihal Singh dimana pusat kerajaan berada di Lahore, Ghulam Murtaza (ayah Mirza Ghulam Ahmad) selamanya memegang jabatan dalam ketentaraan raja Nihal Singh (ibid, hal.7/8). Dalam tahun 1841, ia dikirim ke daerah mandi dan Kulu bersama Jenderal Ventura. Tahun 1842 ia memimpin tentara yang dikirim ke Peshawar, dalam kerusuhan di Hezarah ia berjasa besar. Dalam pemberontakan tahun 1848 ia tetap setia pada pemerintah dan bersama saudaranya (Ghulam Muhyidin) ikut membantu pemerintah (ibid, hal.7/8)
Penting untuk diketahui bahwa Jenderal Ventura yang menjadi atasan ayah Mirza Ghulam Ahmad adalah Jenderal Perancis yang bersama pasukannya disewa Ranjit Singh maupun raja Sikh sesudahnya untuk menghantam kaum Muslimin. Pasukan gabungan tersebut memukul hebat pasukan Muslimin di Panjtar”(Jamiluddin Ahmad, Early Phase of Muslim Political Movement, 1967, Publishers United Lahore, hal.22). Dalam pasukan Ventura itulah Ghulam Murtaza ayah Mirza dan saudaranya mengabdi. Pengabdian kepada musyrikin-Kafir yang anti terhadap Islam dan kaum Muslimin dengan jalan memerangi dan membunuh sesama saudaranya yang dilakukan keluarga Mirza adalah pengkhianatan terhadap Allah, Rasul-Nya dan tentu saja terhadap Islam. Dari keluarga pengkhianat inilah terlahir seorang (yang mengaku sebagai) Al-Masih, Al-Mahdi, Nabi dari India, ya penerus Nabi palsu yang mendapatkan “wahyu” dari Iblis…
Ghulam budak Imperialis. Dalam perang kemerdekaan 1857, Mirza Ghulam Ahmad sudah menjadi pemuda yang tampan, usianya sekitar 22 tahun. Dengan demikian ia sudah menjadi saksi yang baik atas karir para sesepuhnya dalam pergolakan tahun 1857 dan tahun-tahun sesudahnya. Sejarah Islam India telah menggarisbawahi peristiwa-peristiwa kekejaman Inggris dan pasukan sewaannya terhadap kaum Muslimin ketika itu. Kehadiran Inggris bagi Muslimin India merupakan mushibah besar yang kedua sesudah mushibah besar pertama yang dibuat kaum Sikh masih terus berlangsung. Penyair Urdu, Asadullah Khan Ghalib yang menjadi saksi kebuasan (tentara Jenderal Wilson dan pasukan berkuda Jenderal Hudson yang menguasai Delhi) menulis:
“Delhi, aku saksikan menjadi lautan darah, hanya Allah yang mengetahui apa yang masih ada padaku; aku kehilangan saudaraku, kehilangan sahabat-sahabat terdekat, kehilangan saudara-saudara seagama,. Ribuan umat Muhammad telah binasa di atas tiang gantungan maupun berserakan di segala penjuru Delhi. Siapa lagi yang akan kuingat, aku tidak punya apa-apa. Segalanya telah sirna, siapa pula yang akan menangisi kematianku. Orang-orang kulit putih itu masuk dan menembak mati siapa saja yang mereka temu. Tidak memilih anak-anak maupun wanita”
Zahir Dehlvi menulis dalam Dastani Gadar:
“Tentara Inggris menembak siapa saja yang mereka jumpai. Seorang penulis kenamaan, Mian Muhammad Amin Panjakush, seorang ulama, Moulvi Imam Buksh Sabhin bersama dua puteranya dan Miar Niaz Ali bersama 1400 orang penduduk Kucha Cholan telah ditembak mati semua. Mayat-mayat mereka dilemparkan ke dalam sungai Jamuna”
Demikianlah, Inggris telah memutuskan untuk menghancurkan seluruh struktur kehidupan kaum Muslimin sampai ke akar-akarnya. Kaum Sikh yang dikalahkan Inggris pada tahun 1848, pada perang kemerdekaan 1857 telah berjasa besar pada tuannya. Mereka bertempur mati-matian di sisi Inggris untuk menghancurkan kaum Muslimin.
Bagaimana dengan keluarga Mirza Ghulam Ahmad? Dimanakah mereka tatkala jihad Akbar tahun 1857 sedang berkecamuk? Ternyata tidaklah sulit untuk menemukan keluarga Nabi palsu India ini. Mereka, keluarga Mirza ditemukan ditengah-tengah berkecamuknya pertempuran sebagai anggota pasukan sewaan berani mati Inggris. Dengan bangganya, anak Mirza Ghulam Ahmad, Bashiruddin Mahmud Ahmad berkata:
“Pada waktu pengepungan Delhi, Imanuddin, salah seorang dari keluarga Mirza Ghulam Ahmad menjadi kepala pasukan dalam tentara berkuda Jenderal Hudson”(Riwayat Hazrat Mirza, hal.10) dan bapaknya yang bernama Ghulam Muhyidin menjabat Wedana”.
Bashiruddin juga menceritakan:”Bahwa Ghulam Kadir (saudara Mirza) dan keluarganya di Qadian (yakni keluarga Mirza) oleh Jenderal Nicholson dinyatakan dalam satu surat penghargaan sebagai keluarga yang betul-betul telah membantu dan setia kepada pemerintah lebih dari keluarga-keluarga lain dalam daerah itu”(ibid, hal.9)
Demikianlah kisah pengabdian (baca:pengkhianatan besar) yang mengharukan dari keluarga Mirza Ghulam Ahmad yang diceritakan sendiri oleh anaknya, Bashiruddin Mahmud Ahmad. Mereka telah berbakti pada Musyrikin Sikh dan kini mereka telah menunjukkan kesetiaannya kepada Kafir Inggris, bahu membahu dengan sesama bangsa dari Sikh dan penjajah Inggris untuk berupaya membinasakan kaum Muslimin India. Satu lagi pengkhianatan keji terhadap Islam dan kaum Muslimin, pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Mungkinkah dari darah pengkhianat umat akan lahir Al-Mahdi pembawa amanat?! Apa yang tidak mungkin bagi organisasi Musailamah Modern dengan “wahyu-wahyu” Iblisnya?!
Bagaimana pula cara Mirza memupuk sifat “membudak” pada tuannya (Inggris) untuk melestarikan warisan dari pendahulunya?
“Sesungguhnya tidak sempurnanya hak atau tidak berterimakasihnya kamu kepada Inggris, berarti tidak menyempurnakan hak atau kamu tidak berterimakasih kepada Allah”(At-Tabligh, hal.41)
Dalam Tabligh-i-Risalah vol.VII, hal.10, Mirza telah memberikan jawaban kepada Gubernur Punjab, tanggal 24 Pebruari 1898:
“Bahwa dalam perjalanan hidupku sejak awal hingga aku berusia 60 tahun ini, aku telah berusaha baik dengan lidahku untuk mengalihkan perasaan kaum Muslimin menjadi saying dan simpati serta menaruh goodwill terhadap Inggris. Dan menghapuskan hasrat maupun ide-ide untuk berjihad. Dan aku banyak melihat bahwa apa yang telah kuusahakan berhasil meresap ke dalam banyak hati kaum Muslim”
Dalam halaman 17, Mirza berceloteh lagi:
“Saya yakin bahwa setelah pengikut-pengikutku bertambah, maka mereka yang percaya pada doktrin jihad akan makin berkurang.Karena menerima aku sebagai Al-Masih dan Al-Mahdi maka sekaligus berarti taat pada perintahku, yaitu yaitu dilarang berjihad terhadap Inggris. Bahkan wajib atas mereka berterimakasih dan berbakti pada kerajaan itu.
“Saya menjamin bahwa bagi pemerintah Inggris di sini, sayalah bentengnya dan tempat berlindungnya dari segala bencana dan nasib sial. Dan tuhan menyampaikan kabar baik padaku bahwa Dia tidak akan menyusahkan Inggris selama aku di tengah-tengah mereka”(J.D.Shams, H.A, Islam That Prophet., hal. 72)
Ahmadiyah berkilah, hal ini sama kejadiannya dengan ketika Allah tidak mendatangkan siksa kepada musyrikin Mekkah karena keberadaan Rasulullah di tengah-tengah mereka sebagaimana ayat 33 surah Al-Anfal. Kemudian Ahmadiyah balik bertanya:”Jika Rasulullah Shalalahu ‘Alaihi wa Salam dapat dijadikan azimat dan benteng oleh Allah bagi orang-orang musyrikin Mekkah padahal mereka mengadakan perlawanan yang keras terhadap Islam, apakah Mirza Ghulam Ahmad tidak boleh dijadikan azimat dan benteng Inggris oleh Allah sekalipun mereka anti Islam, tetapi setidak-tidaknya memberi kebebasan untuk mempertahankan dan mensyi’arkan Islam?(maksudnya Islam made in Ahmadiyah, telah diuraikan contoh kekejaman Inggris terhadap Muslimin India)(M.Abdul Hayee, H.P,Ahmadiyah dan Inggris, 1969, Djemaat Ahmadiyah Indonesia cab. Bandung, hal.28).
Akhirnya Ahmadiyah bertanya:
“Apa Tuhan juga salah, yang memberitahukan kepada Hazrat Ahmad bahwa wujud Hazrat Mirza Ghulam Ahmad ‘Alaihis Salam menjadi azimat dan benteng Inggris?”(ibid)
Tentu saja tuhannya Mirza tidaklah salah dan alangkah bolehnya jika Mirza Ghulam Ahmad menjadi azimat dan benteng bagi Inggris karena keinginan Inggris, kemauan Ratu Victoria adalah suara suci dari seorang Nabi India yang mengaku sebagai Nabi umat Islam sehingga dapat menyusup ke dalam barisan kaum Muslimin India dengan “fatwa, hadits ala Qadian, larangan berjihad dan terkutuk jika menentang penjajah Inggris”.
Maka nabi palsu India inipun memberikan azimatnya yang sangat berharga, menyerahkan kehormatan dan kesetiaan kepada tuannya, “a Present to the Empress”, hadiah yang paling berharga bagi sang Ratu dan sekaligus bagi Inggris, Mirza berkata dalam suratnya:
“Jika Baginda yang mulia mau membuktikan tanda-tanda kebenaran hamba, maka hamba janjikan dalam masa satu tahun akan terbukti; Selanjutnya hamba sanggup berjanji serta berdo’a bahwa pada masa kini dan selanjutnya, daerah ini akan selalu aman dan sentosa. Dan sekiranya hamba ini palsu, maka hamba bersedia menjalani hukuman seberat-beratnya seperti digantung, dimana Baginda yang mulia berkuasa melakukannya”(J.D.Shams,H.A.,Islam That Prophet, 1843, Rabwah Ahmadiya M.F.M.O., hal.30)
Itulah hadiah Mirza kepada ratunya dan tuannya Inggris. Tampak sekali bahwa dia bukan lagi “seorang manusia, hamba Allah” melainkan sebagai boneka yang siap sedia menerima hukuman dari tuannya. Ia telah mengabdi, menjilat, setia, taat dan hormat serta menjamin keamanan wilayahnya dan pada akhirnya –ini yang terpenting bagi Inggris- dia dan Ahmadiyah telah melarang para pengikutnya dan kaum Muslimin melakukan jihad terhadap Inggris. Kemudian, dengan tandas dia mencanangkan tugas sucinya:
” Kata “PEPERANGAN” JANGAN DIARTIKAN BERPERANG DENGAN PEDANG ATAU SENJATA LAIN, KARENA Tuhan sendiri telah melarang jihad semacam itu. Adalah perlu ditandaskan bahwa pada masa Al-Masih, perang dengan pedang maupun senjata apa saja telah dilarang!”(Mirza Ghulam Ahmad, Fountain of Christianity, 1961, Ahmadiyya,M.F.M.O, Rabwah, hal.1) Demikian bunyi hadits qudsi nabi palsu dari India.
Setelah tanda kesetiaan dan azimat Mirza dapat dibuktikan, maka segala janji keamanan dan perlindungan terhadap Mirza dan alirannya telah bersatupadu dan terbalaslah azimat dengan azimat, benteng dengan benteng, cinta kasih yang tidak bertepuk sebelah tangan. Inggris mengumumkan sikapnya yang pasti untuk menjadi pelindung bagi Mirza dan Ahmadiyah. Yang sangat menarik, jaminan perlindungan dari Inggris itu disampaikan lewat tuhan baru , kemudian tuhan baru tersebut mewahyukannya kepada Mirza. Kiranya Inggris berfungsi sebagai satelit penghubung proses turunnya wahyu. Karena satelit penghubungnya adalah Inggris maka bahasa wahyu tuhannya Mirza-pun berbahasa Inggris pula. Sungguh berbahagialah Mirza ketika tahun 1900 turun wahyu setan />”Inggris dengan segala kebaikannya akan berada di sampingmu dan membantu engkau ya Mirza, sebagaimana AKU Allah telah berada di sampingmu. Mereka yang selalu mencari kebenaran tidak akan pernah merasa takut”(ibid, hal.72)
Akhirnya walaupun Mirza tidaklah mampu berbahasa Inggris tetapi tuhannya tetap istiqamah pula untuk mengirimkan wahyunya dalam bahasa Inggris:
“Tough he had no knowledge of English God revealed to him in English the following:”I love you, I shall give you a large party of Islam”(Aku cinta padamu wahai Mirza, dan Aku akan menjadikan Jamaahmu besar”(ibid, hal.66:)
Demikianlah hubungan kasih sayang dan berkesinambungan Trinitas antara Mirza Ghulam Ahmad, tuhannya dan Inggrisnya.
Qur’an Made in Qadian. Satu hal lagi yang menarik dari tingkah laku nabi India ini ialah koleksi wahyu-wahyunya. Diantara kitab-kitab yang ia tulis ada semacam kitab suci dimana di dalamnya terdapat kumpulan wahyu yang ia terima dri tuhannya, kemudian wahyu tersebut ia gabungkan dengan potongan-potongan ayat suci Al-Qur’anul Karim. Qatalahumullah.
Ayat-ayat yang dibajak Mirza Ghulam Ahmad dimasukkan ke dalam karangannya secara terpotong-potong, kemudian ia rangkaikan potongan-potongan ayat suci tersebut dengan ucapannya sendiri dan hasilnya mirip firman-firman Allah dalam Al-Qur’an, namun pada kenyataannya tidak lebih merupakan Al-Qur’an palsu made in nabi palsu dari India. Sekali lagi, qatalahumullah.
Bagi orang Ahmadiyah, ketika hendak membaca kitab suci Qadian maka ditanamkan ke dalam lubuk hati mereka keimanan bahwa kitab suci Mirza Ghulam Ahmad sama dengan kitab suci Al-Qur’anul Karim.
“Kita mengimani sebagaimana kita mengimani kitab yang diturunkan pada nabi Khaliqil Anam”(Mirza Ghulam Ahmad, Istifta’, hal.77:wa nukminu kama nu’minu bi Kitabillah Khaliqul Anaam), demikian kata Mirza.
Mirza menerangkan bahwa wahyu-wahyu yang sampai kepadanya terkadang ia terima secara langsung dan kadang pula lewat perantara malaikat :
“Telah datang kepadaku malaikat Jibril. Malaikat Jibril dalam kitab Mirza Ghulam Ahmad disebut:Ayl”(ibid, hal.87:Ja’ani Ayl)
Dimanakah wahyu-wahyu itu turun?Maka Mirzapun menjawabnya:
“Sesungguhnya dia (Kitab) itu diturunkan pada tempat yang dekat dengan Qadian. Dengan kebenaran dia diturunkan serta dengan kebenaran pula turunnya”(M.G.A, Istifta’, hal.82: Inna anzalnahu ghariiban minal Qadiyaan wabil Haqq anzalnahu wabilhaqqi nazal).
Inilah dia Qur’an –palsu- made in Qadian.
Diawali dengan:”Bismillahir Rahmanir Rahiim”
“Ya Ahmad barakallahufiika. Ma ramaita idza ramaita wa laakin Allaha rama; Ar-Rahmaan; ‘allamal Qur’an; litundzira qauman maa undzira aabaauhum litastabiina sabilal mujrimin;Qul inni umirtu wa ana awwalul mu’minin; Qul ja’al haqqu wazahaqal bathil, innal baathila kaana zahuqa”(ibid, hal.77)
Di halaman lain kitab suci Qadian tertulis:
“Afata’tunas sihra wa antum tubshirun, haihaata haihaata lima tu’adun, man hadzal ladzi huwa mahinun jahiilun au majnun, qul indi syahaadah minallah fahal antum muslimun, qul indi syahaadah minallah fahal antum muslimun qul indi syahaadah minallah fahal antum mu’minun, walaqad labistu fiikum ‘umraan min qalbihi afala ta’qilun, hadza min rahmati rabbika yutimmu ni’matahu ‘alaika, fabasysyir wamaa anta bini’mati rabbika bimajnun, laka darajaah fissama’ wafil ladzina hum yubshirun”(ibid, hal.41).
Itulah sebagian koleksi wahyu-wahyu Iblis yang turun kepada Nabi India ini, Dajjal Mirza Ghulam Ahmad. Kitab suci Ahmadiyah yang sejajar dengan Al-Qur’anul Karim. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Fatwa Mati Jahiliyah. Melalui Khalifah Bashiruddin Mahmud Ahmad, putera sang nabi India berfatwa:
“Barangsiapa mengingkari seorang Nabi menurut istilah agama Islam disebut kafir! Demikian pula seorang yang tidak taat pada Khalifah zamannya menurut Islam disebut fasik!Bahkan bila kita tinjau lebih dalam, orang yang tidka taat pada Khalifah zamannya bukan saja berakibat fasik tapi membawa manusia kearah kekafiran!”(Majalah Sinar Islam, no.13, 1965, hal.8 dan Imam Zaman, hal.10)
“Bahwa semua orang Islam harus percaya pada Nabi Mirza Ghulam Ahmad. Kalau tidak berarti mereka tidak mengikuti ajaran Al-Qur’an. Dan siapa-siapa yang tidak mengikuti Al-Qur’an maka ia bukan Muslim. Dan barangsiapa mengingkari seorang nabi menurut istilah agama Islam disebut kafir!”(Syafi R.Batuah, Ahmadiyah Apa dan Mengapa, 1969, Jakarta, Djemaat Ahmadiyah Indonesia, hal.19 dalam Ahmadiyah Telanjang Bulat di Panggung Sejarah, 1977, Abdullah Husein Al-Hadar)
Demikianlah, siapapun mereka yang tidak mengimani nabi palsu dari India, si pengkhianat dan antek kaum Sikh dan penjajah kafir Inggris, Mirza Ghulam Ahmad maka hukumnya adalah fasik dan kafir tiada ampun. Tetapi, siapa pula dari kita yang berakal sehat akan peduli dengan vonis mereka, vonis kafir dari sekte sesat yang telah dinyatakan oleh para Ulama Ahlussunnah sebagai “minoritas non Muslim”?!! Allahul Musta’an.
Habis sudah masa relax kita dengan nabi palsu India milik Ahmadiyyah dengan organisasi Musailamah Modern-nya yang menjadi budak Ratu Victoria dan kita kembali ke dalam komunitas Irsyadiyyin dan realitas yang terjadi di dalamnya.
18.27.2 Sejenak Bersama CalDok Muhammad Arifin Badri, Lc.,MA.
“HUBUNGAN SURKATI DAN MANGGUSH YANG BAIK DENGAN PARA PETINGGI PADA HET KANTOOR VOOR INLANDSCHE ZAKEN AKHIRNYA ACAPKALI MEMBUAT PARA PETINGGI BELANDA ITU IKUT CAMPUR ATAU TURUN TANGAN MENGATASI KESULITAN-KESULITAN YANG DIHADAPI ORANG-ORANG AL IRSYAD ITU” (Al Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, H.Hussein Badjerei, hal.111)
Apa kaitan antara fakta Ta’awun Mesra antara Surkati-Al Irsyad dan Penjajah kafir Belanda di atas dengan Caldok Muhammad Arifin Badri, Lc.,MA?
Di situs Muslim.or.id (situs hasil kolaborasi antara orang-orang Ihya’ut Turots Jogja dengan jaringan L-Data Al Ikhwani, LBI al Atsari Jogjakarta yang dikendalikan oleh Abu Husham Muhammad Nur Huda[2] – di file Ma’had Jamilurrahman kita mendapatkan nama (yang sama persis!) da’i At-Turots Jogja bernama Abu Sa’ad Muhammad Nur Huda-, Khalid Syamhudi yang turut meramaikan sebagai salah satu kontributor artikelnya serta seorang da’i kondang “freelance” alias Lintas Manhaj, Sururi Oke, Ikhwanipun Oke yaitu Aris Munandar yang menjadi salah satu “primadona” Sururiyyun lokal karena situs mereka juga diasuh oleh Muhammad Arifin dan Abdullah Taslim.
Caldok Muhammad Arifin Badri Lc., MA. berkata:
“Bila ukhti membaca sejarah perjuangan umat islam di India, niscaya ukhti akan dapatkan bahwa penganut agama baru Ahmadiyyah merupakan salah satu sebab tersingkirkannya umat islam dari kepemerintahan India, dan mereka menjadi sebab lemahnya perjuangan umat islam.
Bila ukhti mempelajari sejarah perjuangan umat islam di Indonesia niscaya ukhti akan dapatkan bahwa seluruh umat islam menuntut kemerdekaan dan berjuang melawan kolonial belanda, kecuali satu ormas islam yang menganut paham tasawuf, mereka justru dalam muktamar pertamanya di Surabaya menyatakan bahwa pemerintahan Kolonial Belanda adalah pemerintahan yang islami dan selaras dengan ajaran islam, dan mereka menyerukan kepada belanda agar mengasingkan setiap tokoh islam yang tidak selaras dengan suara mereka ini, untuk lebih jelasnya silahkan baca sebuah buku berjudul: Bila Kyai Dipertuhankan, oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfidar Akaha hal: 265.”(http://muslim.or.id/?p=176)
Ada beberapa catatan “ringan” atas pernyataan Caldok Muhammad Arifin di atas:
Dari uraian sebelumnya, pembaca tentu telah mengetahui betapa hubungan Surkati dan Al Irsyad dengan penjajah kafir harbi Belanda sedemikian eratnya! Surkati adalah Syaikh bagi mereka! Imbalannya? Berbagai kesulitan Al Irsyad menjadi tanggung jawab penjajah kafir Belanda untuk menyelesaikannya!! Dana lotre penjajah adalah pondasi halal bagi pendirian organisasi Al Irsyad!!
Sementara Muhammad Arifin menyatakan bahwa:
” seluruh umat islam menuntut kemerdekaan dan berjuang melawan kolonial belanda, kecuali satu ormas islam yang menganut paham tasawuf”
Benarkah pernyataannya bahwa SELURUH UMAT ISLAM BERJUANG MELAWAN KOLONIAL BELANDA DAN HANYA SATU ORMAS ISLAM “TASAWUF” YANG TIDAK?
Rupanya Surkati dan Al Irsyad telah luput dari “perjuangan” Caldok Muhammad Arifin dalam mempelajari sejarah umat Islam Indonesia di masa penjajahan Belanda!! Allahul Musta’an.
Catatan kedua, Muslim.or.id tempat Muhammad Arifin dan Abdullah Taslim bercokol adalah situs yang dikendalikan oleh Bos Taruna Al-Qur’an L-DATA Al-Ikhwani Jogja, Umar Budiargo dengan da’i kondangnya Aris Munandar, LBI Al-Atsary (lihat pula bukti sepak terjangnya bersama Al-Sofwa Al-Muntada As-Sururi) dan orang-orang Ihya’ut Turots Jogja semacam Abu Saad Muhammad Nur Huda!!
Ketiga, Caldok Muhammad Arifin Badri merekomendasikan buku yang ditulis oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfikar Akaha, seorang lulusan Al-Azhar Kairo, Mesir dengan tulisan tazkiyahnya:
“untuk lebih jelasnya silahkan baca sebuah buku berjudul: Bila Kyai Dipertuhankan, oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfidar Akaha hal: 265.”(http://muslim.or.id/?p=176)
Ada tiga pertanyaan yang harus dipertanggungjawabkan secara Ilmiyyah Syar’iyyah dari “Tazkiyah” Caldok Muhammad Arifin Badri, (1) seperti apakah buku “Bila Kyai Dipertuhankan” yang direkomendasikan oleh Caldok, Lc.,MA. Lulusan Madinah yang mendakwakan diri sebagai penyeru dakwah Salafiyyah ini?! Dan pantaskah buku ini direkomendasikan kepada umat?! (2) Siapakah Hartono Ahmad Jaiz yang tulisannya direkomendasikan kepada umat?! (3) Siapa pula si “Abduh Zulfidar Akaha“ yang disuguhkannya kepada umat atas nama dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah?!
Pertama, kaum Muslimin, anda tentu tidak akan menyangka bahwa buku Bila Kyai Dipertuhankan yang direkomendasikan oleh seorang Caldok Universitas Islam Madinah yang dielu-elukan sebagai gacoan Sururiyyun Indonesia ternyata covernya sama sekali tidak ada bau dan atsar (sedikitpun!!) sebagai hasil karya tulis dua orang Salafiyyun yang paling awam sekalipun!! Bagaimana hukum gambar di sisi keilmuan seorang Caldok Universitas Islam Madinah yang mengaku belajar dan bermulazamah bertahun-tahun kepada para Masyayikh Salafiyyin wahai Muhammad Arifin!! Jawablah dengan kejujuran imanmu!! Dan jangan engkau kedepankan Hizbiyyahmu!! Bahkan dengan rinci engkau tidak luput pula untuk menyebutkan halamannya!!
Apakah anak-anak ingusan ini harus berprasangka jelek bahwa dirimu belum pernah membaca dan melihat buku yang engkau rekomendasikan?! Tentu tidak, engkau telah membacanya wahai Muhammad Arifin!! Sungguh hanya dengan melihat sampul depan buku Bila Kyai Dipertuhankan yang “ngeri dan sama sekali tidak Islami!” tersebut, maka Salafiyyin yang jujur dengan keimanannya tentu tidak akan “tega” untuk membelinya, apatah lagi membacanya apalagi menjadikannya sebagai bahan rujukan agama?! Pada titik ini sama sekali belum kita singgung siapa profil penulis buku tersebut!! Adapun dirimu –wahai Caldok Lc.,MA- justru merekomendasikannya untuk dinikmati oleh kaum Muslimin!! Dan jangan coba-coba untuk mengatakan:”Lihatlah Isinya, Jangan Lihat Covernya[3]!!” Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
18.27.3 Siapakah Hartono Ahmad Jaiz?[4]
Kedua, orang ini telah kita ketahui sebagian sepak terjang hizbiyyahnya bersama Al-Sofwa Al-Muntada dan DDII[5], memiliki kedekatan “manhaj” dengan Da’i kondang Yazid Bin Abdul Qadir Jawas.
Bukti lainnya,
http://72.14.207.104/search?q=cache:FnztLeyX9B4J:mcb.swaramuslim.net/bookcontents.php%3Fpage%3D-1%253C/h3%253E %26section%3D4%26viewis%3D%26username%3D+Abduh+Zulfidar+Akaha&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=11
ISBN 979-592-184-3
Judul Buku:
Bahaya Islam Liberal
Sekular dan Menyamakan Islam dengan Agama Lain
||
||
Penulis:
Hartono Ahmad Jaiz
Penyunting: H. Abduh Zulfidar Akaha, Lc.
Pewajah Isi: Taufiq Sholehudin
Pewajah Sampul: DEA Grafis
||
Cetakan:
Pertama, Januari 2002
Kedua, Februari 2002
||
Penerbit: Pustaka Al-Kautsar[6]
Jl. Kebon Nanas Utara II/12
Jakarta Timur 13340
Tel. (021) 8199992, Fax (021) 8517706
E-mail: [email protected]
http: //www.kautsar.co.id
Anggota IKAPI DKI
Nampak buku Bahaya Islam Liberal diterbitkan oleh Pustaka Al Kautsar, ditulis Hartono dan diedit oleh Abduh Zulfidar Akaha, Lc, H[7]. Satu lagi bukti “Kekerabatan Manhaj” yang erat sekali antara Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Z.A.!!
Tidak kalah parahnya, adalah kata pengantar Hartono di buku “Raport Merah AA Gym, MQ di Penjara Tasawuf” yang ditulis oleh Abdurrahman Al-Mukaffi dan diterbitkan oleh Darul Falah (ingat pembahasan sebelumnya tentang penerbit ini) yang menyatakan bahwa Gembong Besar Ihya’ut Turots, Abdurrahman Abdul Khalik termasuk dari ulama yang bermanhaj Salaf!!
“..bahkan ulama masa kini yang dikenal bermanhaj Salaf : Abubakr Al-Jazairi, Bakr Abu Zaid, Syaikh Albani, Syaikh Utsaimin, Syaikh Fauzan, Syaikh Abdul Khaliq, Ihsan Ilahi Dhahir dan lain-lain”( Raport Merah AA Gym, MQ di Penjara Tasawuf, Kata Pengantar, hal xi)
Inilah sebagian fakta tentang Hartono Ahmad Jaiz yang ditazkiyah oleh Caldok Muhammad Arifin Badri, Lc., MA.!! Bahkan di buku terbaru Abduh Zulfidar Akaha (Siapa Teroris…?) tercantum nama Hartono (sebagai teman duetnya) dalam halaman 370 di bawah bab Karya Tulis/Buku: ”…2.Bila Kyai Dipertuhankan (Bersama Pak Hartono Jaiz)/ Pustaka Al-Kautsar/April 2001”. Dan pembaca akan mudah mengetahui bahwa lewat bukunya ini, Akaha benar-benar menunjukkan jati dirinya dalam memusuhi Salafiyyin dan dakwahnya!! Membela dengan gigih gembong-gembong Ikhwanul Muslimin sekaliber Sayyid Quthb, Hasan Al-Banna, Qaradhawi dan gembong lainnya. Abduh berkata: “Siapakah para teroris yang dimaksud Al-Ustadz Luqman? Sebagaimana telah kami sampaikan sebelumnya, mereka adalah; Asy- Syahid Hasan Al- Banna, Asy- Syahid Sayyid Quthb, para ulama Ikhwanul Muslimin, Syaikh Abul A’la Al- Maududi, Syaikh Sa’id Hawwa, DR. Safar bin Abdirrahman Al-Hawali, DR.Syaikh Salman bin Fahd Al- Audah, DR. Syaikh Aid Abdullah Al- Qarni, DR. Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, partai FIS di Aljazair, Hizbut Tahrir, mereka yang kehilangan Daulah Utsmaniyah, dan lain-lain” (Siapa…, hal.242).
Harus kita katakan kepada Muhammad Arifin Badri untuk Abduh ZA-nya: “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Allahu yahdik!”
18.27.4 Siapakah Abduh Zulfidar Akaha?[8]
Demonstrasi, demokrasi, amal jama’i, tandzim sirri, ibadah ala Sufi sampaipun bom bunuh diri dan mimpi mendirikan Khilafah di atas puing-puing negeri yang akan diruntuhkannya merupakan bagian dari dakwah dan jihad fi sabilillah versi mereka….
Telah kita lalui bukti, betapa erat seorang Hartono Ahmad Jaiz (mantan wartawan) dengan seorang Abduh ZA, Ikhwani tulen. Siapa dia sebenarnya sehingga Caldok Muhammad Arifin Badri “tega” merekomendasikannya kepada umat?
Abduh Zulfidar Akaha membuat buku Al Quran dan Qiroat yang diterbitkan Pustaka Al Kautsar :
Judul : Alquran dan Qiroat
Pengarang : AKAHA, Abduh Zulfidar
Penerbit : Pustaka Al kausar
Tahun Terbit : 1996
Kota Terbit : Jakarta
Kolasi : 204 hlm . ; 21 cm.
(http://bapusda.com/katalog_detail.php?id=0000001055&jasa=BUKU%20TAMU&page=16&filter=A)
Abduh Z.A juga mengedit buku Fikih Kedokteran yang ditulis oleh M.Nuaim Yasin dan diterjemahkan Munirul Abidin dengan penerbit Pustaka Al-Kautsar.
No. ID Buku
5930
No. Kendali Setempat
297.196 1 Yas
Judul
Fikih kedokteran
Pengarang
M. Nuaim Yasin; penerjemah Munirul Abidin, penyunting Abduh Zulfidar Akaha
Entri Utama Nama Orang
Yasin, M. Nuaim
Penerbit & Distribusi
Jakarta: pustaka Al-kautsar, 2003
ISBN
979-592-174-6
Deskripsi Fisik
xx, 275hlm. 27 cm
Eksemplar
1
Tajuk Topik
KEDOKTERAN-FIQIH
(http://72.14.207.104/search?q=cache:7iIYen-JffwJ:perpus.yarsi.ac.id/common.php%3Fpage%3Dtampil_buku_all%26kode%3D5930+Abduh+Zulfidar+Akaha&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=10)
Dari pemaparan sebelumnya juga telah kita ketahui bahwa Abduh Zulfidar Akaha bersama Hartono Ahmad Jaiz menulis buku Bahaya Islam Liberal yang diterbitkan (lagi-lagi) oleh Pustaka Al-Kautsar, Jakarta.
Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia (DDII) tempat Yazid Jawas, Abu Qatadah dan Abdul Hakim bercokol ternyata juga menerbitkan tulisan Abduh ZA berjudul JIL, Potensi No! Ancaman Yes!
Serial:
Media Dakwah
Publisher:
Jakarta Pusat, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
ISSN:
0852-9485
Issue:
No. 340 Oktober 2002
Author:
Abduh Zulfidar Akaha
Title:
JIL, Potensi No! Ancaman Yes! (Tanggapan atas tulisan, “JIL, Potensi atau Ancaman?”)
Page:
28-30
Keywords:
Islamic law, Islamic doctrines, Islamic liberal
Indexed by:
ANU
(http://anulib.anu.edu.au/sasi/new/search_detailed.php?sn=18&in=4817&an=84776)
Karya Abduh ZA terakhir adalah Debat Terbuka Ahlu Sunnah vs Inkar Sunnah:
Debat Terbuka Ahlu Sunnah vs Inkar Sunnah
Abduh Zulfidar Akaha
ukuran : 15.5×24.5 cm, xxxii+520 hlm, hvs, Harga Rp. 74.000,- (Hard cover-eksklusif)
(http://www.kautsar.co.id/buku%20baru.htm)
Dan simaklah kutipan pernyataan Abduh Zulfidar Akaha (penulis dan editor Penerbit Pustaka Al-Kautsar-Jakarta) tentang Farid Okbah Takfiri-Ba’asyiri pejabat pimpinan Majelis Dakwah PP. Al Irsyad Illegal Farouk Badjabir-Chalid Bawazeer, dan direktur Pustaka Al-Kautsar terhadap buku Mereka Adalah Teroris :
“… berarti antum tidak setuju dengan buku “MEREKA ADALAH TERORIS”-nya Lukman Ba’abduh, yang menjelek-jelekkan Syaikh Salman Audah dan Syaikh Safar Al-Hawali. Ustadz Farid Ukbah juga tidak setuju dengan buku tersebut. Malah direktur Al Kautsar nyuruh ana untuk mengcounter buku tersebut…. Wallahu A’lam. abduh z.a”
Kita katakan:
Kita tahu bahwa dirimu telah meremehkan kitab Al-Quthbiyyah dengan menyatakan bahwa penulis dan penerbitnya tidak jelas[9], dibelakangnya ada yang membiayai karena dibagikan secara gratis!! Tapi engkau lupa (atau pura-pura lupa?) bahwa dirimu tidak mampu membantah secuil bahkan satu katapun dari isi buku ini serta bukti-bukti lampiran di akhir buku Al-Quthbiyyah tersebut!! Engkau hendak bermain-main dengan akal kaum Muslimin yang awam? Benar bahwa buku itu ada yang membiayai penerbitannya!! Walhamdulillah, masih terlalu banyak dari kaum Muslimin yang memiliki kecemburuan terhadap agama ini!! Muhsinin yang tidak rela agama Allah yang mulia ini dinjak-injak oleh Hizbiyyun ahlul bathil pengekor Sayyid Quthb yang telah melecehkan Nabiyullah Musa ‘Alaihis Salam!! Menghina para shahabat Rasulullah !! Mengkafirkan masyarakat Muslimin!! Pengkafiran pemerintah Muslim!! Dan menghina Baitullah sebagai Ma’abid Jahiliyyah/ Tempat Ibadah Jahiliyyah!! Merancang gerakan-gerakan kudeta dan penggulingan kekuasaan serta pembunuhan-pembunuhan aparatur pemerintah yang diindikasikan sebagai “antek-antek thaghut”!! Buktikan secara ilmiyyah bahwa ini semua adalah tuduhan omong kosong yang dilancarkan oleh Masyayikh Salafiyyin kepada Sayyid Quthb!! Kalau engkau tidak bisa membantahnya (dan demikianlah adanya) karena semua kenyataan keji ini memang tertulis di tulisan-tulisan Sayyid Quthb sendiri, tertulis di buku-buku pengikut/ mantan pengikutnya, maka sesungguhnya rasa amarahmu itu telah menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya!! Engkau adalah Quthbiyyin Ikhwanul Muslimin!! Dan kita tahu benar (dari pengakuanmu sendiri!!) siapa saja orang-orang di belakangmu yang hendak menghadang “Mereka Adalah Teroris! Pustaka Al-Kautsar dan …Takfiriyyin-Ba’asyiriyyin-Irsyadiyyin Illegaliyyin Farid Okbah ketua Majelis Dakwah!!
Dan telah terwujud keinginan mereka ini dengan munculnya tulisan Abduh untuk membantah buku “Mereka Adalah Teroris” yang diberinya judul :”Siapa Teroris Siapa Khawarij” yang diterbitkan oleh (sebagaimana sesumbarnya di atas) Pustaka Al- Kautsar, Jakarta., cetakan pertama, Juni, 2006. Siapakah penulis-penulis andalan mereka? Di Pengantar penerbit tertulis: “Sebagai misal, kami banyak menerbitkan buku-buku karya Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, yang dikenal tajam dan keras dalam menyikapi fenomena kerusakan umat Islam yang ada…Namun nyatanya, hingga sat ini buku-buku ustadz Hartono Ahmad Jaiz tidak ada yang membantah dan menuduh berisi kedustaan…Artinya secara obyektivitas dan keakuratan data beliau Insya Allah dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan syar’I (hal. xii).
Dengan siapa saja Abduh Zilfidar Akaha merasa sejalan, senasib sepenanggungan? Abduh menulis:
“Jauh sebelum kami menulis buku ini, sudah ada sebagian aktifis dakwah di tanah air yang terlebih dulu melakukan hal yang kurang lebih sama dengan apa yang kami lakukan, yakni mengkritik sebagian da’I salafi yang senang sekali menyalah-nyalahkan dan membid’ah-bid’ahkan sesama kaum muslimin yang berbeda pendapat. Diantara mereka, yaitu Ustadz Fauzan Al- Anshari (gembong besar NII-Ba’asyiri) dengan tulisannya yang berjudul “Salafiyyun Dalam Sorotan; Benarkah Gerakan Salafiyyah Paling Ahlus Sunnah?”, Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (gembong besar Hizbut Tahrir Indonesia) dengan bantahannya yang berjudul “Bantahan Atas Kebohongan Yang Menyesatkan tentang Hizbut Tahrir”, Ustadz Farid Nu’man (gembong besar Ikhwani) dengan bukunya yang cukup tebal yang berjudul “Al-Ikhwan Al-Muslimun Anugerah Allah yang Terdzalimi” dan terakhir Ustadz Abu Abdirrahman Al-Thalibi dengan bukunya yang laris bak kacang goreng yang berjudul “Dakwah Salafiyyah Dakwah Bijak”[10] (Siapa Teroris?…,hal.xv-xvi)
Demikianlah, sekelumit barisan sakit hati yang bersatu padu[11] setelah diungkapkan makar dan tipudaya dakwah mereka kepada kaum Muslimin. Dan….Orang seperti inilah yang direkomendasi oleh Caldok Muhammad Arifin Badri, Lc.,MA.!! Apakah dia akan melarikan diri dari tanggungjawabnya kepada kepada umat atas rekomendasinya terhadap Abduh Za. lulusan Al Azhar Mesir?!
Pemikiran dan manhaj orang ini (Abduh Zulfidar Akaha) menjadi lebih jelas dan mengerucut ketika kita mengetahui komentar dan tulisannya yang dikirimkan oleh Agung Sulistyo yang ditujukan kepada Ustadz Luqman Ba’abduh yang menulis buku “Mereka Adalah Teroris”, betapa dia bangkit melakukan pembelaan terhadap para teroris Hizbiyyun-Irhabiyyun-Ikhwaniyyun-Sururiyyun! Ya, dia tidak lebih dari salah satu benteng Hizbiyyun yang memusuhi Salafiyyun!!
—————Forwarded message—————
From: agung sulistyo <[email protected]>
To: [email protected]
Date: Thu, 2 Mar 2006 00:26:29 – 0800 (PST)
Subject: Kritik Buat Salafiyyun tentang Buku “mereka Adalah Teroris”
Assalamualaikum Wr Wb !
Berikut ini adalah Tanggapan dari
[email protected] (Ust. Abduh ZA) tentang Buku
“Mereka adalah teroris”
Kami kirimkan ke Salafiyyun yang mengisi Guestbook di
www.merekaadalahteroris.com. berhubung kritik tentang
buku itu tidak dimuat dalam Guestbooknya !
Silahkan Antum Baca !
Kalau Mau menanggapi kirim juga jawaban antum ke CC di
seluruh email ini !
Semoga Kita Semua mendapat Hidayah Dari Allah !
Wassalamualaikum
[email protected] wrote:
Assalamu’alaikum wr. wb.
Kepada Al – Ustadz Luqman bin Muhammad Ba’abduh Yth,
Penulis buku “MEREKA ADALAH TERORIS”
(Semoga Allah memanjangkan umur Antum dan menjadikan
ilmu Antum bermanfaat
bagi kaum muslimin Amin)
…2. Antum sudah secara terbuka mempublikasikan via buku
(malah sudah cetak
2x), internet, majalah (majalah Asy Syari’ah,
misalnya), dan media lain
(ceramah, misalnya); dimana antum secara membabi buta
menyesatkan,
menghina, melecehkan, merendahkan, dan mencap teroris
sebagian ulama
panutan umat yang diakui keilmuan, kesalehan, dan
keikhlasannya, seperti
Asy-Syahid Hasan Al-Banna, Asy-Syahid Sayyid Quthb,
Asy-Syahid DR.
Abdullah Azzam, Asy-Syahid Syaikh Ahmad Yasin,
Asy-Syahid DR. Abdul Aziz
Ar-Rantisi, Syaikh Muhammad Al-Ghazali Rahimahullah,
Prof. DR. Yusuf
Al-Qaradhawi, DR. Salman Al-Audah, DR. Safar
Al-Hawali, DR. Syaikh Aidh
Al-Qarni, dan lain-lain.
Kita katakan:
Lihatlah – wahai pembaca sekalian -, bagaimana dia bisa menyatakan bahwa ustadz Luqman telah:” membabi buta menyesatkan, menghina, melecehkan, merendahkan, dan mencap teroris sebagian ulama panutan umat yang diakui keilmuan, kesalehan, dan keikhlasannya?” Padahal di buku tersebut telah diungkapkan pula bukti-bukti penyimpangan mereka dari manhaj Salaf ini!! Ini adalah bukti bahwa Abduh ZA. yang menuduh Ustadz Luqman bersikap “fanatik” padahal dia sendiri terbukti memiliki fanatisme dan pembelaan yang luar biasa kepada Ikhwanul Muslimin!! Siapa yang mengakui mereka sebagai ilmuwan yang shaleh?! Adakah bukti-bukti yang mampu mendukung “impianmu” itu?! Sementara dirimu nyata-nyata mengabaikan nukilan-nukilan dan penjelasan para ulama Ahlus Sunnah tentang kesesatan dan penyimpangan manhaj Ikhwanul Muslimin beserta para dedengkotnya. Terlalu banyak para ulama yang telah berbicara tentang Ikhwanul Muslimin dan “keanehan” dakwahnya, Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi Hafidhahullah dengan “Al-Maurid” telah bangkit menyingkap kedok penyimpangan dan kesesatan Ikhwanul Muslimin dan gembong-gembongnya!! Apakah kalian mampu membantahnya secara ilmiyyah? Satu kalimat atau bahkan satu hurufpun? Kalaulah semua itu hanyanlah kebohongan dan fitnahan-fitnahan belaka, tentulah dirimu –wahai Abduh ZA yang ditazkiyah oleh Caldok Muhammad Arifin- akan mampu membuktikan secara ilmiyyah bahwa nukilan-nukilan tersebut adalah fitnah dan tidak lebih dari kedustaan yang dilancarkan oleh Salafiyyin terhadap gembong-gembong Ikhwanul Muflisin!! Bukankah buku-buku rujukan para ulama Ahlus Sunnah yang menulis kesesatan Ikhwanul Muslimin dan para tokohnya tersebut tercantum judul dan pengarangnya?! Kenapa engkau tidak membantahnya satu katapun?! Kecuali mengatakan bahwa Ustadz Luqman telah menghina dan melecehkan ulama panutan kalian?!
a. Ikhwanul Muslimin beraqidah Salaf!!?
Abduh ZA. yang salah satu bukunya ditazkiyah Caldok Muhammad Arifin Badri berkata:
“Adapun tuduhan Al Ustadz Luqman bahwa aqidah Ikhwanul Muslimin tidak bermanhaj salaf, ini juga tidak benar. Apakah hanya karena tidak suka dengan Ikhwanul Muslimin, lalu mengatakannya tidak beraqidah salaf? Al Ustadz Asy Syahid Hasan Al-Banna rahimahullah berkata, “Dan kami meyakini bahwa pendapat salaf dalam masalah mendiamkan dan menyerahkan sepenuhnya ilmu tentang makna-makna ini semua kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah lebih selamat dan utama untuk diikuti.”[12]
“Al Allamah Prof. DR. Yusuf Al-Qaradhawi hafizhahullah berkata. “Ikhwanul Muslimin tidak menginginkan dalam masalah aqidah dan penjelasannya hanya sekedar kalimat-kalimat yang dihafal dan diulang-ulang. Ikhwan juga tidak menghendaki masalah ini dijadikan ajang perdebatan dengan orang lain, tanpa ada pengaruh apapun di dalam kehidupan orang bersangkutan…..Lihatlah, betapa sejak awal didirikannya dan mulai dari pendirinya sendiri, Ikhwanul Muslimin telah nyata bermanhaj salaf. Hanya saja yang membedakan adalah bahwa Ikhwanul Muslimin menerima perbedaan pendapat yang terjadi antara salaf dengan khalaf.” (Siapa…., hal.88-89)
Saudaraku sekalian, anda telah melihat legalisasi Abduh terhadap aqidah tafwidh pendiri Ikhwanul Muslimin, Hasan Al-Banna dan penerus perjuangannya, Yusuf Al-Qaradhawi!! Benarkah Salafush Shalih menganut aqidah tafwidh sebagaimana tuduhan Al-Banna? Siapakah yang berdusta dalam permasalahan ini, Ustadz Luqman Ba’abduh ataukah Hasan Al-Banna, Yusuf Qaradhawi serta pendukungnya Abduh ZA. Yang ditazkiyah Caldok Muhammad Arifin Badri. Lc. MA.?! Silakan anda simak “sedikit” ulasan Asy-Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi Hafidhahullah di bawah ini:
“Saya (Syaikh Ahmad An-Najmi) katakan:
Apa yang dia sebutkan sebagai mazhab Salaf bukanlah mazhab Salaf yang sebenarnya, bahkan itu adalah mazhab ahli tafwidh yang dibantah oleh Salaf .
Ketahuilah tafwidh (menyerahkan kepada Allah ) ada dua macam: penyerahan cara atau penyerahan maknanya. Adapun Salaf, yaitu menyerahkan cara dan menetapkan maknanya, mereka menetapkan bagi Allah apa yang Dia tetapkan bagi Diri-Nya dalam Al-Quran dan apa yang ditetapkan oleh Rasulullah bagi Allah dalam hadits-hadits yang shahih dengan makna-makna yang dituntut oleh nash tersebut menurut bahasa, sedangkan mereka menyerahkan ilmu tentang caranya kepada Allah . Beginilah ucapan mereka dan telah dijumpai dalam jumlah yang banyak, misalnya Imam Malik Rahimahullah, ketika ditanya oleh seseorang tentang firman Allah :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى(5)
“Allah beristiwa’ di atas ‘Arsy .” (QS. Thaha: 5)
Maka beliau Rahimahullah tertunduk sejenak sementara beliau Rahimahullah bermandikan keringat, setelah itu beliau mengangkat wajahnya seraya berkata: “Istiwa’ itu sudah diketahui, sedang caranya tidak diketahui, mengimaninya adalah wajib dan menanyakan (bagaimana)-nya adalah bid’ah, adapun kamu adalah seorang yang buruk, keluarkan dia !!”
Maka siapa yang menyangka bahwa Salaf men-tafwidh maknanya, maka dia telah membuat kedustaan terhadap mereka.
Al-Banna telah menekankan pemahamannya yang keliru bahwa Mazhab Salaf ialah tafwidh, bahkan dia juga menegaskan bahwa Salaf dan Khalaf semuanya memastikan bahwa yang dimaksudkan oleh lafazh-lafazh dari semua nash yang berbicara tentang Allah bukanlah makna tekstualnya sebagaimana ketika berbicara tentang makhluk. Hingga perkataannya: “Kalau sudah tetap hal ini, maka sesungguhnya Salaf dan Khalaf telah bersepakat atas asas ta’wil (makna kontekstual), sehingga menjadi minimlah perselisihan antara keduanya bahwa Khalaf menambahkan pembatasan makna yang diinginkan tatkala ada keterpaksaan yang mendesak mereka untuk melakukannya demi menjaga akidah awam dari kesamaran menyamakan (Allah dengan makhluk), ini adalah sebuah perselisihan yang tidak pantas menimbulkan polemik dan permasalahan.”[13]
Dengan ini Al-Banna menyangka dia telah menyelesaikan perkara yang menyibukkan pikiran kaum muslimin dan mengobarkan permusuhan di antara mereka selama dua belas abad, tanpa melihat kepada abad pertama di mana tidak terjadi perselisihan tentang penetapan sifat-sifat Allah melainkan hanya sesekali. Lalu terbayang dalam pikiran Al-Banna bahwa dirinya telah mendamaikan antara kaum muslimin dengan satu pertemuan saja sehingga mereka saling berpelukan tanda sepakat dan membuang perselisihan. Yang benar, ini adalah ucapan seorang yang tidak mengetahui akar dan kedalaman suatau permasalahan sehingga dia menyangka perkara tersebut begitu sederhana dan remeh .
Sesungguhnya permasalahan ini tidaklah mudah begitu saja, tidak mungkin salah satu dari kedua belah pihak akan mengalah terhadap pihak lain dari akidahnya. Kaum Salaf yaitu para shahabat Rasulullah dan pengikut mereka di setiap masa yang berjalan di atas manhaj mereka (i) dan mengikuti jalan mereka (i) meyakini bahwasanya sifat-sifat Allah yang tersebut di dalam Al-Quran dan As-Sunnah wajib untuk diimani sesuai dengan tuntutan makna yang ditetapkan oleh bahasa Arab, adalah penetapan yang layak bagi kemuliaan Allah tanpa takyif (menanyakan bagaimananya), tamtsil (memisalkan), tasybih (menyerupkannya dengan makhluk), ta’thil (menolaknya), tahrif (merubah maknanya) dan ta’wil (menafsirkannya dengan keliru).
Dalam permasalahan istiwa misalnya, mereka mengatakan “Istiwa’ yang layak bagi-Nya”, dalam masalah tangan, kaki, betis, telapak kaki, wajah dan mata mereka katakan “Yakni tangan… yang layak dengan kemuliaan-Nya, suci dari penyerupaan dan kesamaan” .
Penjelasannya: Kesamaan dalam nama tidaklah mengharuskan keserupaan dalam hakekat. Kalau kita katakan “Sesungguhnya Allah itu Maha Hidup” lalu kita mensifati manusia bahwa dia juga hidup, maka kesamaan nama ‘Hidup’ ini tidaklah mengharuskan keserupaan hakekat kehidupannya; hidup Allah adalah azali Dialah yang Maha Awal tidak ada sesuatupun sebelum-Nya dan Dialah yang Maha Akhir tidak ada sesuatupun sesudahnya. Allah berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ
“Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya .” (QS. Al-Furqan: 58)
“Hidup”nya Allah adalah qadim tanpa permulaan dan kekal tanpa penghabisan, sedangkan ‘hidup’ manusia bergantung kepada makan, minum dan tidur, maka apakah kesamaan nama ini mengharuskan keserupaan hakekatnya? Jawabnya: Tidak. Begitulah seterusnya .
Ahlussunnah konsensus bahwa sifat-sifat Allah yang tsabit (telah ditetapkan di dalam Al-Quran dan Sunnah) maka wajib bagi setiap hamba mengimani dan meyakini makna yang dituntutnya secara lughat (bahas) sesuai dengan yang layak bagi kemuliaan Allah .
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan dalam risalah tanya-jawabnya yang bernama Al-Hamawiyyah: ((Mazhab Salaf mensifati Allah dengan apa yang Dia sifatkan bagi Diri-Nya dan dengan apa yang disifatkan bagi-Nya oleh Rasulullah tanpa tahrif, ta’thil, takyif dan tamtsil. Telah kita ketahui juga bahwa apa yang Allah sifatkan bagi Diri-Nya, maka itu adalah kebenaran yang tidak ada padanya kesamaran atau teka-teki, bahkan maknanya dapat diketahui dari maksud orang yang berbicara dengan firman-Nya, terlebih lagi kalau orang yang membicarakannya adalah makhluk yang paling berilmu tentang apa yang Allah firmankan, makhluk yang paling fasih penjelasan, keterangan dan petunjuknya. Di samping itu, tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya, tidak pada Diri-Nya Yang Maha Suci yang disebutkan dengan nama-namaNya dan sifat-sifatNya dan tidak pula pada perbuatan-perbuatan-Nya .
Sebagaimana telah kita yakini bahwa Allah mempunyai Dzat yang hakiki dan perbuatan yang hakiki, maka demikian pulalah Dia mempunyai sifat yang hakiki, namun tidak ada yang serupa dengan-Nya, baik dalam Dzat, sifat atau perbuatan-Nya itu .
Semua yang mewajibkan adanya kekurangan dan sifat baru maka Allah tersucikan darinya secara hakiki, sebab Dialah yang berhak dengan kesempurnaan yang tidak ada lagi kesempurnaan yang lebih sempurna dari-Nya. Tidak mungkin ada sifat baru pada-Nya sebab tidak mungkin Dia tertimpa ketiadaan, dimana sifat baru itu mengharuskan ketiadaan lebih dulu dan sesuatu yang baru membutuhkan siapa yang memunculkannya. Juga karena Dia itu wujud ada dengan sendiri-Nya .
Mazhab Salaf berada di tengah antara tamtsil dan ta’thil, mereka tidak menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk sebagaimana mereka tidak menyamakan Dzat-Nya dengan dzat makhluk-Nya (Ini berbeda dengan ahli tamtsil). Salaf tidak meniadakan apa yang Dia sifatkan bagi Diri-Nya dan apa yang Rasulullah sifatkan bagi-Nya, sedangkan mereka yang bertentangan dengan salaf, menolak asmaul husna dan sifatul ulya yang dimiliki oleh Allah , merubah kalimat dari tempat-tempatnya dan menyimpangkan makna nama-nama Allah dan ayat-ayatNya. Setiap dari dua kelompok ini: yakni ahli tamtsil dan ta’thil, sebenarnya mengumpulkan antara ta’thil dan tamtsil sekaligus .
Adapun ahli ta’thil, mereka tidak memahami nama-nama dan sifat Allah kecuali apa yang pantas bagi makhluk lalu dengan segera mereka meniadakan apa yang mereka fahami itu. Ini membuat mereka melakukan ta’thil dan tamtsil sekaligus, awalnya dia menyamakan (dengan makhluk) dan akhirnya menta’thil (menolaknya). Artinya: Dia menyamakan dan menyerupakan pemahaman tentang asma dan sifat Allah dengan pemahaman tentang asma dan sifat makhluk, setelah itu dia men-ta’thil (menolak) nama-nama dan sifat yang menjadi hak dan layak bagi Allah .”[14]
Salah seorang tokoh para imam yaitu Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah Rahimahullah berkata dalam kitab Tauhid: “Kami dan seluruh ulama kita dari penduduk Hijaz, Tihamah, Yaman, Iraq, Syam dan Mesir menyatakan mazhab kami adalah: Kami menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya, kami mengikrarkannya dengan lisan kami dan membenarkannya dengan hati kami, tanpa menyerupakan Wajah Khaliq kami dengan wajah seorang makhluk, Maha Perkasa Rabb kami dari penyerupaan dengan para makhluk-Nya, Maha Mulia Rabb kami dari ucapan para ahli ta’thil, serta Maha Perkasa eksistensi Nya dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang menolak (nama-nama dan sifat Allah tersebut) sama sekali.”[15]
Imam Al-Baihaqi menyebutkan dalam kitabnya Al-I’tiqad sebuah bab tentang ayat-ayat dan hadits yang menetapkan sifat wajah, dua tangan dan mata bagi Allah : “Semua sifat ini ditetapkan melalui nash dan telah diriwayatkan hadits-hadits dari tersebut kabar Sang Jujur Rasulullah tentangnya, tanpa kita menyebutkan kaifiyyat nya .”[16]
Al-Khatib Al-Baghdadi menyatakan: (Adapun pembicaraan tentang sifat Allah , maka sesungguhnya riwayat-riwayat tentangnya telah ada dalam Sunnah yang shahih. Mazhab Salaf Rahimahumullah ialah: Menetapkannya dan membiarkannya sebagaimana makna tekstualnya, namun meniadakan penyebutan kaifiyat (bagaimananya) dan penyerupaan darinya.
Sekelompok orang meniadakan nama-nama dan sifat Allah sehingga mereka menghilangkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah , ada juga sekelompok orang yang menetapkannya namun mereka berlebihan sehingga menyerupakan (dengan makhluk) disertai penyebutan kaifiyat-nya, sedangkan yang tepat hanyalah dengan menempuh jalan tengah antara keduanya. Dinullah ada di antara orang yang berlebihan dan orang yang melalaikan. Dasar dalam hal ini: Pembahasan tentang sifat Allah merupakan cabang dari pembicaraan tentang Dzat-Nya, maka permasalahan ini dan yang semisal dengannya mengikuti (kaedah tersebut).
Jika telah diketahui bahwa penetapan Rabb alam semesta hanyalah penetapan wujud-Nya dan bukan kaifiyatNya, maka demikian pula di dalam penetapan sifat-sifat Nya hanyalah penetapan wujud dan bukan penetapan bentuk dan kaifiyatnya .[17]
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi Rahimahullah mengatakan: “Di atas jalan ini Salaf dan Khalaf Rahimahumullah semuanya sepakat mengikrarkan (penetapannya), membiarkan sebagaimana adanya dan menetapkan sifat yang disebutkan oleh nash-nash Kitabullah dan Sunnah Rasulullah tanpa mendahuluinya dengan ta’wil (menafsirkan dengan keliru). Sementara kita diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka dan mengambil petunjuk dari menara-menaranya dan telah diperingatkan dari perkara-perkara yang diada-adakan dan dikabarkan kepada kita bahwa itu adalah kesesatan .”[18]
Abu Muhammad Al-Juwaini Rahimahullah berkata dalam risalahnya Itsbatul Istiwa’ wal Fauqiyyah: “Kita menetapkan Rabb kita ada di atas, ketinggian dan istiwa’-Nya di atas Arsy-Nya sebagaimana yang layak bagi kemuliaan dan keagungan-Nya. Kebenaran telah terang dalam masalah ini dan dada telah lapang menerimanya sebab akal yang sehat enggan merubahnya, misalnya merubah istiwa’ (bersemayam) menjadi istila’ (menguasai) dan lain-lain. Sedangkan memilih sikap diam dalam menyikapinya adalah kejahilan, sebab Rabb tidaklah menyebutkan sifat-Nya kepada kita melainkan agar kita menetapkan bagi-Nya apa yang telah Dia sifatkan untuk Diri-Nya dan bukannya kita mendiamkannya.”[19]
Inilah sebagian nukilan tentang pegangan Salaf, andaikan kita mau sedikit lebih memperpanjang tentu kita akan membutuhkan satu jilid kitab atau lebih dan benar-benar pembicaraan kita akan menjadi panjang, namun apa yang telah kami sebutkan telah mencukupi dan memuaskan, siapa yang hendak mendapat tambahan maka silahkan merujuk kepada kitab-kitab khusus bidang ini, seperti kitab; Tauhid Ibnu Khuzaimah, Sunnah Abdullah bin Ahmad bin Hambal, Ar-Radd ‘ala Jahmiyyah Ad-Darimi, Al-Fatawa Al-Kubra dan Al-‘Aqlu wan Naql Ibnu Taimiyah, kitab-kitab Ibnul Qayyim, kitab-kitab Ibnu Abdil Wahhab, Ma’arijul Qabul Syaikh Hafizh Al-Hakami (semoga Allah merahmati semuanya), serta kitab-kitab lain yang dikarang oleh para pemeluk akidah Salafiyah, misalnya; ‘Alaqatul Itsbat wat Tafwidh bi Shifati Rabbil ‘Alamin Doktor Ridha Na’san .
Dari nash-nash lalu telah dapat engkau ketahui bahwa apa yang ditetapkan oleh Ustadz Hasan Al-Banna bahwa Salaf dan Khalaf sepakat tentang asas ta’wil, adalah ucapan yang bathil dan kedustaan terhadap Salaf Rahimahumullah. Salaf telah mencela ahli tafwidh dan mengatakan mereka itu ahli bid’ah, maka kapankah Salaf menyepakati mereka dalam ta’wil ?!” (Al-Maurid, hal.186-191)
Pembaca sekalian Rahimakumullah, pengakuan dan bantahan tentang aqidah Hasan Al-Banna telah kita saksikan sendiri sebagaimana nukilan Abduh ZA. Dari buku Al-Banna sendiri yang diperkuat oleh Al-Qaradhawi. Kita lanjutkan kembali “promosi Abduh ZA. bahwa penerus dakwah Al-Bannapun ternyata beraqidah “salaf”. Abduh berkata: “Kemudian Al-Qaradhawi melanjutkan, “Ikhwanul Muslimin menolak berbagai bentuk kemusyrikan, khurafat, dan semua kebatilan yang dilekatkan pada aqidah tauhid, seperti dilakukan banyak orang awam di banyak negara muslim. (Sayangnya), Sebagian tokoh terhormat di tempat tersebut membenarkannya. Mereka melakukan thawaf mengelilingi kuburan orang-orang shaleh, bernadzar untuk orang mati, memanggil-manggil orang yang sudah mati, meminta tolong kepada orang yang sudah mati, dan berbagai kemungkaran lainnya.” (Siapa…, hal.89)
Alangkah seru dan menarik jika bantahan kali ini datang dari salah satu anggota koalisi Ikhwani-Sururi, Ma’had Al Irsyad yang telah terbukti mendatangkan gembong-gembong besar Ikhwanul Muslimin Jawa Timur di markas Dakwah mereka selama 3 tahun berturut-turut (hanya bukti itu yang dapat kami pegang). Di dalam majalah Neo Adz-Dzakhiirah, Edisi 16, Th.III, Ramadhan 1426 H/ Oktober 2005 M, hal.10-15 diturunkan artikel terjemahan karya Syaikh Abdul Malik Ramadhani Al-Jazairy yang diterjemahkan oleh Abu Zahrah Imam Wahyudi Lc. Beberapa nukilannya:
“1. Imam Harokah, Hasan Al-Banna meyakini bahwa Nabi senantiasa menghadiri perayaan-perayaan maulid orang-orang sufi, Beliau juga memberikan ampunan kepada semua yang hadir –dilanjutkan dengan uraian———2.Wakilnya, Al-Mursyid Al-Aam, Umar At-Tilmisaaniy membela para penyembah kubur. ‘Umar at-Tilmisaaniy berkata di dalam bukunya yang berjudul “Syahidul Mihrob ‘Umar Ibnul Khttob” hal. (226):
“Jadi tidak ada perlunya mengingkari dengan keras orang-orang yang meyakini karomah para wali, dan berlindung kepada kubur-kubur suci mereka, dan berdo’a di depannya ketika tertimpa berbagai musibah. Karomah para wali itu merupakan bagian dari dalil adanya mu’jizat para nabi!!”
Inilah sikap ekstrem (berlebih-lebihan) terhadap derajat kewalian, sekaligus sebagai sikap permusuhan terhadap Dzat yang disembah; Kami berlindung kepada Allah dari kemurkaan-Nya. 3.Imam harokah di Syiria pada masanya, Sa’id Hawwa memuji aktifitas para tukang sihir——dilanjutkan dengan bukti tulisan Sa’id Hawwa di “Tarbiyatuna ar-Ruhiyyah, hal.218, cetakan kedua——- 4.Al-Mursyid Al-Aam Syiria, Musthofa As-Siba’iy beristighotsah kepada selain Allah, Disebutkan di dalam majalah “Hadhorotul Islam”, no.4,5,6, edisi bulan:Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban tahun 1384 H, sebagaimana disebutkan juga oleh syekh yang mulia Muhammad bin hadi ketika memberikan catatan kaki atas buku Syaikh Ahmad An-Najmi yang berjudul “Al-Maurid al-‘Adzb az-Zullal” (hal.149), bahwa ketika Musthofa As-Siba’iy berada di depan kuburan nabi . Dia mengatakan:
Wahai pemberi air minum untuk para musafir yang menuju Ka’bah dan Mekah
Juga yang pergi menuju Madinah, demi mencari tuannya seluruh umat
Jika perjalanan anda menuju Al-Mukhtar[20] adalah sunnah
Maka bagi orang sepertiku adalah wajib, menurut orang yang bersemangat tinggi
Wahai tuanku, kekasih Allah[21], aku datang meniti
Tangga pintumu, saya mengeluhkan pedihnya penyakitku
Wahai tuanku, sungguh begitu lama penyakit ini bersarang di tubuhku
Begitu pedih penyakit ini, sampai saya tidak bisa istirahat dan tidur
Saya (penulis) mengatakan: Maka lihatlah oleh anda –semoga Allah memberikan rahmat kepada anda- dengan siapa kita diuji. Apakah mereka ini akan menjadi para pemimpin kaum muslimin?! Apakah pantas di dalam masalah Wala’ dan Baro’ (loyal dan benci ini), Ahlussunnah terbagi menjadi dua kelompok ketika menyikapi orang-orang seperti ini?!…”(Neo Adz-Dzakhiirah, Ed.16, Th.III, Ramadhan 1426 H, hal.10-14)
Kita katakan: pada kenyataannya memang Salafiyyin tidaklah terpecah (baca: tidak ada Kaidah Emas Firanda Khilafiyyah Ijtihadiyyah) dalam menyikapi kejahatan Ikhwanul Muslimin!! Hanya saja – harus kita akui – di sana…..ada sekelompok Sururiyyin yang selalu mendakwakan diri mereka sebagai Salafiyyin yang tanpa rasa malu terbukti mengundang jajaran dedengkot Ikhwanul Muslimin Jawa Timur untuk menjadi khatib Jum’at di markas dakwah mereka Bahkan 3 tahun terus-menerus!! Di sela-sela acara Daurah masyayikh Yordan!! Di sana…. ada pula jajaran da’i-da’i kondang yang bersanding dengan gembong Ikhwani berkaliber nasional!! Di sana…masih ada pula yayasan tong sampah yang mengumpulkan berbagai sampah Hizbiyyah untuk bekerjasama dalam berdakwah!! Ya, di sana ….ternyata masih ada pula gembong Ikhwani yang terbukti menjamu anak-anak kandung Sururi-nya di Sulawesi, di pondok megahnya, di masjid yang berkapasitas 1000 orang hasil bantuan Ihya’ut Turots melalui Al-Haramain/Al-Manahil Indonesia
Allahul Musta’an.
Pembaca sekalian, kita lanjutkan lagi sedikit bukti yang diuraikan Syaikh Ahmad An-Najmi, betapa penisbatan Abduh tentang aqidah Salafnya Ikhwanul Muslimin dan gembong-gembongnya tidak lebih dari kebohongan besar yang disemburkannya kepada umat!! Ya, kebohongan besar!! Syaikh berkata:
Adapun Umar At-Tilmisani, telah dinukilkan bahwa dia menyatakan di dalam bukunya Syahidul Mihrab Umar bin Al-Khaththab (Halaman 225-226 ):
“Sebagian orang berkata “Sesungguhnya Rasulullah hanyalah memohonkan ampunan untuk mereka ketika mereka mendatangi Beliau sewaktu Beliau masih hidup saja”. Saya kurang mengerti apa sebab mereka membatasi ayat ini dengan doa permohonan ampunan Nabi ketika Beliau masih hidup saja, padahal tidak ada yang menunjukkan pembatasan dalam ayat tersebut ?!))
Jadi, At-Tilmisani menganggap boleh berdoa kepada Rasulullah dan meminta ampunannya sepeninggal Beliau .
Dia juga mengatakan (Halaman 226):
“Oleh karena itu nampaknya saya cenderung memilih pendapat pihak yang menyatakan bahwa Rasulullah dapat memohonkan ampunan saat Beliau masih hidup dan setelah wafatnya bagi orang yang mendatangi Beliau dengan maksud mendapatkan kelapangan dan kedermawanannya)) .
Sesudah itu dia katakan pada halaman yang sama:
“Jika demikian, maka tidak ada alasan untuk bersikap keras mengingkari orang-orang yang meyakini keramat para wali, mendatangi mereka di kuburnya yang suci, dan berdoa di sana ketika susah dan keramat para wali termasuk bukti mu’jizat para nabi.”
Dia juga mengatakan (Halaman 231):
“Kita tidak ambil pusing dengan orang-orang yang menjunjung para wali Allah , peziarahnya dan orang-orang yang berdoa di kuburan mereka .))
Al-Ajami (semoga Allah memeliharanya) memberi komentar: “Tidak tertinggal satupun kesyirikan kubur melainkan telah dihalalkan oleh Penasehat Umum Ikhwanul Muslimin dengan kata-katanya ini .” Waqafat, halaman 17)
Saya katakan: Kalau keadaan para penasehat dan cendikiawan manhaj Al-Ikhwan ini demikian, maka coba anda bayangkan bagaimana dengan pengikutnya ??
Jika seperti ini yang sempat tertulis, maka bagaimana dengan yang belum tertuliskan??
Apakah masuk akal, seorang menyangka dirinya berakidah tauhid sementara dia memberikan loyalitasnya kepada siapa yang menghalalkan syirik akbar (syirik besar), dan sebaliknya marah serta memperingatkan orang-orang agar menjauhi para pembela akidah tauhid ??
Saya telah mendengar sebuah kabar, jika itu benar maka sungguh ini adalah bencana dahsyat. Saya mendengar seorang pengikut manhaj kontemporer membeli semua kitab yang mengkritik manhaj mereka dalam jumlah yang sangat banyak lalu mereka membakarnya .
Kalau benar demikian, maka ini benar-benar perkara yang buruk dan saya khawatirkan kemurtadan atas pelakunya, sebab siapa yang membakar kitab tauhid, yakni kitab yang membela akidah tauhid dan membantah kaum musyrikin serta menjelaskan keburukan akidah mereka, sungguh perbuatannya itu telah ternilai sebagai memperjuangkan keberhalaan dan memerangi akidah tauhid, Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Selanjutnya Al-Ajami menyatakan dalam kitabnya Al-Waqafat (semoga Allah membalasinya dengan kebaikan):
“Tentunya At-Tilmisani mengetahui bahwa pada kuburan-kuburan yang ada di Mesir – sebuah negara dimana buku Syahidul Mihrab Umar bin Al-Khaththab terbit dari sana serta Umar At-Tilmisani sebagai Mursyid Umum di sana – telah dilakukan syirik terbesar yang pernah dikenal oleh bumi; kuburan dithawafi oleh orang-orang dan dimohon darinya semua yang dimohon kepada Allah dengan sebab para penghuninya (dianggap sebagai) wali .
Sesungguhnya banyak di antara mereka (yang dianggap sebagai wali itu) adalah golongan orang-orang zindiq yang menyimpang, misalnya; Sayyid Al-Badawi seorang da’i Al-Fathimi yang tidak pernah menghadiri shalat (jama’ah) sama sekali. Juga kelompok sufi sesat, misalnya; Asy-Syazali, Ad-Dasuqi, Al-Qanawi dan selainnya di berbagai tempat .))
Saya katakan: Berdoa kepada selain Allah adalah syirik besar siapapun yang diseru, apakah malaikat yang dekat dengan Allah , nabi dan rasul, atau siapa saja, semuanya adalah perbuatan mempersekutukan Allah yang membatalkan keislaman……
Lalu Al-Ajami meneruskan:
“Itukah wali-wali mereka?! Itulah kubur yang diseru oleh Mursyid Umum Ikhwanul Muslimin yang juga pernah berkata (Halaman 231) dengan pernyataannya: “Kalau demikian keinginan, cinta dan ketergantunganku kepada para wali Allah…..kalau demikianlah perasaanku yang melimpah ruah dengan ketenangan dan keelokan sewaktu berziarah dan berada di sisi mereka, sesungguhnya ia tidak mencacatkan akidah tauhid!? Sesungguhnya saya tidak mengajak untuk menghadap kepada dzatnya dan seluruh urusan ini dari awal hingga akhirnya adalah urusan menikmati. Lalu saya katakan kepada orang-orang yang keras mengingkari: Pelan-pelan, tidak ada kesyirikan dalam perkara ini, keberhalaan dan pengingkaran terhadap Ilah .”
Al-Ajami mengatakan: Apalagi yang tersisa sesudah diremehkannya perkara tauhid dan akidah ini, sampai-sampai dia menjadikan berdoa kepada mayat ketika susah sebagai kenikmatan yang tidak ada kesyirikan padanya ataupun keberhalaan, inilah prasangka Mursyid Umum Ikhwanul Muslimin……… (Selanjutnya:) Apakah manhaj akidah Ikhwani yang melahirkan semacam At-Tilmisani adalah manhaj Salaf tanpa diragukan lagi?! Apakah sebuah jama’ah yang rela barisannya dipimpin oleh Mursyid Umum yang berkata seperti ini bisa dikatakan Jama’ah Salafiyah?! Kecelakaan bagi jama’ah salafiyah kalau alumnusnya seperti ini demikian pula tokoh, mursyid dan pemimpinnya.))
Saya (Syaikh Ahmad An-Najmi-peny) katakan: Semoga Allah membalasimu dengan kebajikan wahai Ajami dan memberikan sebaik-baik balasan bagi semua yang memperjuangkan akidah tauhid dengan kalimat yang diucapkannya atau huruf-huruf yang ditulisnya.” (Al-Maurid, hal.180-183)
Kita katakan: Abduh ZA. Yang salah satu bukumu ditazkiyah oleh Caldok Muhammad Arifin Badri Lc; MA!! Inikah aqidah “salaf” gembong Ikhwanul Muslimin yang engkau iklankan kepada kaum Muslimin?! Bahkan semua pemaparan ini adalah bukti “TERORISME TERHADAP AQIDAH TAUHID” yang dilancarkan oleh gembong-gembong besar Ikhwanul Muslimin guna mensyirikkan kaum Muslimin!![22] Dan katakan kepada Direktur Pustaka Al-Kautsar dan Farid Okbah Takfiriyyin-Ba’asyiriyyin-Irsyadiyyin-Illegaliyyin agar jangan cuma bisa bermain di belakang punggungmu!! Allahu yahdik!!
b. Syaikh bin Bazz dan Syaikh Utsaimin rahimahumallah mendukung Salman Al-Audah dan Safar Al-Hawali?
Abduh ZA yang salah satu bukunya ditazkiyah oleh Caldok Muhammad Arifin Badri, Lc.MA. berkata:
“Benar, Syaikh DR. Safar bin Abdirrahman Al-Hawali dan Syaikh DR. Salman bin Fahd Al-Audah adalah termasuk dalam jajaran ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang harus dibela, dan bukan ahlul bid’ah. Syaikh bin Baz sendiri pernah memberikan kata pengantar untuk buku DR. Salman Al-Audah yang berjudul “Al-‘Uzlah wa al-Khulthah; Ahkam wa Ahwal”….Adapun DR. Safar bin Abdirrahman Al-Hawali, maka beliau juga mendapatkan tempat yang mulia dalam pandangan para ulama besar di Saudi Arabia. Cukuplah perkataan Samahatusy Syaikh Al-Faqih Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah sebagai bukti akan hal itu, Ketika beliau ditanya pendapatnya tentang buku DR. Safar Al-Hawali yang berjudul “Manhaj Al-Asya’irah fi Al-Aqidah” beliau berkata,”…Apa yang telah ditulis oleh saudara kami Safar Al-Hawali tentang apa yang mereka (Asya’irah) katakan atau apa yanf dia ketahui tentang madzhab mereka, adalah sesuatu yang sangat bagus”…..Jadi sesungguhnya Al-Ustadz Abu Abdillah Luqman bin Muhammad Ba’abduh hafizhahullah telah melakukan pendustaan atas nama besar seorang ulama Ahlu Sunnah; Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah. Beliau (Al-Ustadz Luqman) ingin menggiring pembaca seolah-olah Syaikh bin Baz telah merekomendasikan kepada umat untuk menjauhi DR. Safar Al-Hawali dan DR. Salman Al-Audah, dikarenakan mereka berdua adalah orang yang menyimpang dari agama, sesat, takfiri, berpaham Khawarij dan sebaginya…” (Siapa…, hal.154-157).
Pembaca sekalian rahimakumullah, demikianlah kegigihan Abduh yang ditazkiyah Caldok Muhammad Arifin dalam membela idolanya. Benarkah Ustadz Luqman telah melakukan kedustaan? Sesungguhnyalah kedua orang tersebut (Safar dan Salman) tidaklah mengindahkan nasehat dan peringatan Ha’iah Kibaril Ulama (sebagaimana yang dikutip sendiri oleh Abduh di halaman147-149): “Jika keduanya (Safar dan Salman) mau mengakui kesalahannya dan bertekad untuk tidak mengulangi kembali, maka alhamdulillah itu sudah cukup. Tetapi jika keduanya tidak mau mengindahkan maka keduanya dilarang memberikan ceramah-ceramah, kajian-kajian intensif, khutbah, kajian-kajian umum, serta melakukan perekaman kaset-kaset. (Hal ini) demi melindungi masyarakat dari kesalahan-kesalahan mereka berdua. Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka berdua dan menunjuki keduanya kepada jalan yang lurus.” (ibid, hal.148)
Walaupun harus diakui bahwa sebelumnya merekapun telah mengantongi pujian dari Syaikh bin Bazz dan Syaikh Utsaimin[23] rahimahumallah, dijebloskannya mereka berdua ke penjara adalah bukti betapa mereka tidaklah mengindahkan nasehat dan peringatan Ha’iah Kibaril Ulama!! Berikut pertanyaan yang pernah disampaikan kepada Syaikh Ahmad An-Najmi mengenai permasalahan ini:
Soal:
Sebagian kaum muslimin tidak mengakui kebenaran penjelasan tentang kesalahan Salman Al “Aidah dan Safar Al Hawali dengan mengatakan bahwa keterangan tersebut bukan dari Ha’iah Kibar Ulama (Lembaga Ulama-Ulama Senior) akan tetapi merupakan kebohongan atas nama mereka yang muncul dari pemerintah. Apakah pernyataan mereka benar atau tidak?
Jawab:
Persangkaan dan pernyataan di atas munculnya dari orang-orang hizbi dan tokoh-tokoh mereka.Kalau bukan, maka orang yang memiliki pemikiran itu bisa datang kepada Asy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz[24] dan bertanya kepada beliau tentang permasalahan ini atau bisa dengan menulis pertanyaan kepada anggota Ha’iah Kibar Ulama. Kalau mau mereka masih ada.
Perlu untuk diketahui bahwa orang-orang hizbi dengan pernyataan mereka ini ingin mencela pemerintah bahwa pemerintah ingin memenjarakan ulama tanpa ada usaha untuk menasehatinya. Yang demikian ini merupakan kedustaan yang nyata. Sedangkan pemerintah sendiri –alhamdulillah- adalah merupakan pemerintah yang adil. Pemerintah tidak memenjarakan ulama semata-mata apa yang sampai kepada mereka tentang kesalahannya. Pemerintah tidak melakukannya kecuali setelah Hai’ah Kibar Ulama mrenasehati dan membantah kesalahannya,. Kemudian meminta agar meninggalkan kesalahan tersebut. Apabila tetap pada pendiriannya, tidak mau kembali kepada kebenaran, maka setelah melalui tahapan-tahapan ini Hai’ah Kibar Ulama mengeluarkan pernyataan untuk dipenjarakannya orang tersebut dan melarangnya dari berbicara di hadapan umum dalam rangka mencegah masyarakat agar tidak mengikuti kesalahannya. Inilah keterangan yang bisa saya sampaikan.
Sehingga perkataan yang disebutkan dalam soal di atas adalah perkataan yang dimaukan dengannya celaan kepada pemerintah dan Hai’ah Kibar Ulama. Yang demikian ini –demi Allah- tidak boleh dan haram untuk dilakukan. Seandainya penjelasan tersebut merupakan sesuatu yang disisipkan kepada Hai’ah, hal ini tidak mungkin karena mereka tidak akan tinggal diam dari desas desus yang ada, lebih-lebih munculnya dari Asy Syaikh Abdul Aziz bin Bazz yang mewakili seluruh hai’ah dan di atasnya cap stempel beliau tertuju kepada menteri Dalam Negeri.
Soal:
Apakah pendapat anda tentang orang yang mengatakan bahwa “Saya tidak mengakui penjelasan tentang kesalahan mereka” yang baru saja disebutkan?
Jawab:
Kalau demikian, maka konsekuansinya dia tidak mengakui pemerintahan yang ada (Kerajaan Saudi) dan tidak mengakui pula keberadaan Hai’ah Kibar Ulama. Dan sudah selayaknya bila diketahui adanya orang yang berpemikiran di atas untuk diberlakukan padanya adab hukuman serta diberi peringatan keras karena dia termasuk penyeru kesesatan” (Menyingkap Kejahatan-Kejahatan Aliran Sesat, Hikmah Ahlus Sunnah, hal.40-42)
Demikianlah, pembaca sekalian telah mengetahui pembelaan membabi buta Abduh ZA terhadap tokoh idolanya (Salman dan Safar) serta tuduhan licik dan kejinya terhadap Ustadz Luqman Ba’abduh!! Siapa yang berdusta atas nama Syaikh Bin Bazz dan Syaikh Utsaimin rahimahumallah wahai Abduh? Bukankah paduka sendiri? Allahul Musta’an.
Benarlah apa yang disampaikan dan diperingatkan oleh Ustadz Luqman yang dinukil sendiri oleh Abduh ZA: “Namun ‘tradisi tebeng menebeng’ ini memang sering dilakukan oleh ahlul batil dan ahlul bid’ah untuk mengelabui umat. Dia sengaja ‘mencatut’ nama ulama’-ulama’ sunnah agar orang menyangka bahwa dia mendapat dukungan dari ulama’-ulama’ sunnah” (Siapa…., hal.157).
Kita katakan dengan tegas kepada Caldok Muhammad Arifin: “Inilah Abduh ZA, Hizbi-Ikhwani pembela fanatik gembong-gembong Sururi yang engkau suguhkan kesesatannya kepada umat atas nama dakwah Salafiyyah Al-Mubarokah ! Allahu yahdik!!”
c. Muslim.or.id Di Mata Seorang Ikhwani-Quthbi-Sururi Tulen
Saling mentazkiyah rasanya merupakan bahasa “pas” untuk menggambarkan hubungan “dekat” antara Caldok Muhammad Arifin Badri Lc., MA. dengan Abduh ZA. Setelah Muhammad Arifin secara “gentleman” mengakui kontribusi Abduh dan Hartono dalam dakwah ini dengan tulisan tazkiyahnya di media internet terkemuka yang sekarang menjadi ujung tombak dakwah Sururiyyah-Turotsiyyah: ”untuk lebih jelasnya silahkan baca sebuah buku berjudul: Bila Kyai Dipertuhankan, oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfidar Akaha hal: 265.” (http://muslim.or.id/?p=176), maka sekaranglah saatnya bagi kita sekalian untuk menyaksikan bukti “tazkiyah balas budi” yang dilancarkan oleh Abduh dengan bangganya kepada muslim.or.id:
Abduh Zulfidar Akaha melalui bukunya “Siapa Teroris? Siapa Khawarij?” berkata: “Meskipun sebagian kalangan salafi terbiasa dengan gelaran-gelaran buruk yang tidak berdasar semacam ini, sebagian dari mereka menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang sangat lumrah. Bahkan bisa jadi sebagian dari mereka menganggap gelaran-gelaran tersebut memang sudah seharusnya untuk diberikan dan mereka anggap sebagai ibadah (?). Akan tetapi, ketika Ustadz Abu Abdirrahman Al Thalibi dalam bukunya (Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak) membagi salafi menjadi dua, yakni Salafi Yamani dan Salafi Haraki, banyak diantara mereka yang tidak terima. Mereka menganggapnya sebagai bid’ah, sangat tidak ilmiyah, dan tidak obyektif. Hal ini bisa anda temukan dari jawaban moderator http://muslim.or.id ketika memberikan pandangannya terhadap buku “Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak.” Diantara yang dikatakan moderator situs ini yaitu, “Kami (muslim.or.id) berlepas diri dari buku tersebut!! Dan kami nasehatkan kepada saudara-saudara kami agar tidak termakan oleh buku tersebut.” (Huruf tebal dan italic asli dari moderator muslim.or.id) Bahkan, salah seorang aktifis salafi bernama Abu Fauzan tertanggal 9 Maret 2006 jam 17:03 menyuruh membakar buku tersebut jika sudah terlanjur memilikinya. Abu Fauzan mengatakan, “Bukunya si Abu Abdirrahman Al Thalibi memang tak ilmiyah sama sekali. Masa IM, HT bukan neo-khawarij, padahal suka demo sama sini. Saya setuju dengan akh moderator agar menjauhi buku itu. Kalau antum rahimakumullah sudah punya bakar saja bukunya karena memang tak ilmiyah sama sekali, hanya berdasarkan otaknya dia dan perasaannya dia.” Lihat http://muslim.or.id/?p=284.
Saudaraku, anda sekalian telah menyaksikan ketegasan dan kegarangan mereka untuk membakar buku Dakwah Bijak-nya Al Thalibi yang sangat dipuji sebagai “laris bak kacang goreng” oleh Abduh ZA Al-Ikhwani! Apakah Abduh marah dan murka kepada muslim.or.id dan simpatisannya sebagaimana marahnya dia dengan buku Mereka Adalah Teroris!-nya ustadz Luqman Ba’abduh? Sama sekali tidak!! Inilah komentarnya terhadap ajakan “pembakaran buku” tersebut:
“Namun demikian, menurut kami, situs ini jauh lebih santun[25] dan akomodatif daripada situs milik kalangan Salafi Yamani. Kami menaruh respek terhadap situs ini. Insya Allah mereka adalah kaum salafiyyin tulen tanpa embel-embel “Yamani” di belakangnya.” (Siapa Teroris?…, footnote no.134, hal.78, Pustaka Al-Kautsar, cetakan pertama, Juni 2006)
Kita katakan :” Walaupun Abduh dan jaringannya sudah disikapi sedemikian tegas dan kerasnya dengan “instruksi” pembakaran buku kelompoknya, ternyata yang tidak terduga adalah dia masih pula ingat siapa lawan dan siapa pula ……kawan seperjuangan! Yassalam!![26]”
d. Muslim.or.id, Antara Seruan Lintas Manhaj dan Propaganda Lintas Agama
Langsung saja, kita ketahui bersama bahwa sistem komentar pengunjung di situs LBI Al Atsary muslim.or.id diatur moderate artinya tidak langsung ditampilkan kecuali disetujui dan diloloskan oleh Admin muslim.or.id.
Akan tetapi sungguh tragis, kini manhaj muslim.or.id telah menunjukkan elastisitas dan kelenturannya, tanpa filter lagi, membantu menyerukan pendekatan antar manhaj BAHKAN antar agama. Bencana gempa di Jogja dan sekitarnya adalah momen yang tepat bagi mereka. Allahul Musta’an.
Berikut bukti upaya-upaya untuk memuluskan pendekatan manhaj oleh LBIA ini :
1. Muslim.or.id_p_432.htm.Menebarkan salam pada muslimin? Itu pasti, tapi ??? Lihat yg ditebalkan yg membongkar sekat-sekat al Wala wal Bara’ namun tentu saja membenci kita Salafiyyin -.saudaraku semua, jawaban muslim.or.id pada komentar no 5 patut menjadi perhatian dan perenungan kita bersama, memang itulah yang dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat, tabiut-tabiin dan oranbg-orang sesudahnya yang tulus mengikutinya. Saudara-saudaraku semua, bantulah mereka dengan tulus, tanpa pandang golongan, manhaj, agama dan tidak memaksa/merayu untuk mengikuti manhaj saudara-saudaraku[27], Tidak ada paksaan untuk masuk ke dalam agama Islam (QS.2:256), mari kita tunjukkan bahwa Islam itu Rahmatan bagi semua (QS. 21:107), Insya Allah mereka akan memberikan simpati dengan sendirinya. Tebarkan salam kepada orang-orang NU, Muhammadiyah, PERSIS, IM, dan lain-lain, bersatu-padu dengan akhlak yang mulia.[28] ”
Kutipan : “Wahidin June 6th, 2006 10:33 12 Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu, Saudara
“Wahidin June 5th, 2006 22:22 11 Wahai saudara-saudaraku sesama muslim. Bantulah korban gempa tanpa lihat manhaj-nya bahkan agama, ingat, Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin, Tersenyumlah dan ramahlah kepada korban yang beragama Islam dan Kristen, yang adil dalam membagi bantuan, bila korban yang bermanhaj salafiyyin mendapat 5 bungkus mie instan, begitu juga dengan yang NU, Muhammadiyah, bahkan yang Kristen sekalipun harus mendapat 5 bungkus . Begitulah keadilan Islam[29]. Wasalam Wahidin “
Muslim.or.id_434.htm. Mengajak pada pendekatan manhaj Sufi dan Kejawen?
Kutipan : “batur June 5th, 2006 15:19 4 Bagaimana bisa mengklaim diri sebagi ahlussunah? tidak bisa saya bayangkan betapa bodohnya kita. jawa sudah hilang jawanya.. arab sudah hilang ayatnya.. itulah yg terjadi di tanah jawa. bagai gabah diiteri..berlari ketakutan..pada bencana.. bukannya takut yang membuat hidup dan kehidupan. sungguh menyedihkan. Kadang kita terllu sombong sebagai muslim merasa paling banyak lupa akan asal-usul kita. Ati2 eling dan waspada..sudah hilang..sabar ikhlas tawakal sudah tak berguna..dunia bagaikan Tuhan apakah salah jika gempa terjadi? mari muhasabah..kembali disaat jawa diislamkan apa saja yg mereka lakukan “Walisongo”? sudah hilangnya tirakat(prihatin) yang dianggap bid’ah..sedangkan dugem dan hedonisme metropolitan mejadi suatu ibadah yang wajib. Bumi sudah diinjak oleh kita yamg sombong berjalan.. apakah bumi tdak boleh marah? Istighfar..Sholawat..dan Qunut nazilah saya mohon..untuk keselamatan kita dan tanah jawa wassalam “
Muslim.or.id_p_431.htm. Mengajak bergabung dengan LSM yang tidak jelas? Rekomendasi situs yg campur baur penuh gambar !
Kutipan : “Kausar May 30th, 2006 09:55 3 Berikut beberapa link foto gempa, semoga menggugah hati pada dermawan:
1. http://www.19fdesign.com/core/?p=73 2. http://www.gudeg.net/gempa-piyungan 3. http://www.gudeg.net/jogjamenangis 4. http://www.mediacenter.or.id/?dir=gallery 5. dll silahkan ditambahkan Beberapa link info terpercaya: 1. http://helpjogja.net (UGM)
2. http://www.mediacenter.or.id 3. http://www.gudeg.net ”
Disisi lain mereka bersikap sinis terhadap Salafiyyin…
“Abdullah June 3rd, 2006 14:46 8 assalamu’alaikum saya sangat sedih sekali ketika membuka satu situs. pada situs itu memang dituliskan di desa A ahlussunnah 1 KK dst dst…………. saya heran darimana mereka bisa tahu di desa itu ahlussunnahnya cuma 1 KK?? jika (misalnya) 1 desa ada 100 KK dan diklaim ahlussunnahnya 1 KK lantas yang 99 KK itu apa statusnya???? ahlul bid’ah???? apa dasar klaim tersebut???? APAKAH DIKARENAKAN YANG 1 KK TERSEBUT MENGAJI KEPADA USTADZ TERTENTU (USTADZ MEREKA) LANTAS DIKLAIM SEBAGAI AHLUSSUNNAH?? SEBALIKNYA YANG 99 KK TIDAK MENGAJI KE USTADZ MEREKA ATAU TIDAK TERDETEKSI LANTAS DIANGGAP AHLUL BID’AH??? wallahul musta’an!. DAN SAYA YAKIN SEKALI BHW POSKO-POSKO SALAFY YANG ADA AKAN TETAP MENGUTAMAKAN MEMBANTU SAUDARANYA SESAMA AHLUSSUNNAH DAN KAUM MUSLIMIN TANPA HARUS MENULIS 1 KK 2 KK 5 KK DST…………………… WALLAHUL MUSTA’AN! salam buat ikhwah muslim.or.id “
Alhamdulillah telah ada upaya sebagian ikhwah – jazakumullahu khairan katsira – yang berusaha meluruskan upaya talbis dan penyamaran di atas sebagaimana nukilan di bawah ini yang kami kutip langsung dari www.darussalaf.or.id di buku tamunya:
Assalaamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh,
Dari Info-Salafy.Co.Nr :
—————————
Thursday, June 01, 2006
Pelayanan Kesehatan
Alhamdulillah pada hari Kamis (1/07) kemarin telah dilakukan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum di sekitar Ma’had Ar-Ridho, Sewon Bantul. Insya Allah hari ini (02/07), pelayanan kesehatan akan diadakan di daerah Dlingo Bantul.
Perlu kami sampaikan pula bahwa ada tanggapan dari sebagian orang bahwa panitia bersikap eksklusif, hanya mementingkan ikhwah salafiyin saja[30]. Ini tidaklah benar. Niscaya ikhwah yang bergabung bersama kami di Sewon tahu keadaan yang sebenarnya. Hendaknya orang yang menyebarkan berita atau membentuk opini tersebut bertakwa kepada Allah.
Dan kepada ikhwah salafiyin hendaknya tidak terlalu responsif terhadap tanggapan mereka. Masih banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan disini.
——————————selesai kutipan—-
Pada awalnya ana tidak percaya ada yang berkomentar seperti itu, ternyata benar ada di website mus***.**.*d dan tampak sekali kesengajaan mereka menuliskan hal itu.
Allahu musta’aan, orang yang memiliki penyakit dalam hatinya selalu saja mencuri kesempatan demi kesempatan untuk mendapat celah baginya menjelekkan ahlussunnah.
Sungguh sangat mengherankan komentar sebagian orang yang menisbatkan diri kepada salafiyyin namun dengan kurang layak telah mentalbis dan mencibir usaha yang telah dilakukan dalam koordinasi bantuan tersebut yang mana kata mereka lebih mengutamakan ikhwah salafiyyin. Padahal koordinasi yang dilakukan tersebut telah diusahakan dengan teratur dan dibimbing dengan ilmu syar’i yang ada pada para ustadz yang terlibat langsung. Kami persaksikan keadaan di lapangan tidaklah seperti apa yang mereka cibirkan.
Dan kami pun merasakan bagaimana sulitnya keadaan kami dan ikhwah salafiyyin yang tertimpa musibah di mana sangat dibutuhkan bantuan pada hal-hal yang penting dan prioritas guna membantu menjaga kehormatan diri dan tetap teguh menegakkan syariat. Yaitu keadaan di mana bisa saja ada ikhwan yang terluka terpaksa bercampur baur dengan masyarakat awam atau perawat/dokter wanita, atau demikian juga sebaliknya ada akhwat yang dalam keadaan terpaksa seperti itu, sementara kita telah mengenal saudara kita ini, yang berusaha tetap teguh pada syariat walau dalam keadaan yang sulit. Atau permasalahan-permasalahan lainnya dalam kondisi yang seperti ini. Tentu saja berbeda kesungguhan antara saudara kita dengan masyarakat awam lainnya. Lantas apakah kita membiarkannya dalam keadaan seperti itu? Kalau saja ada keadaan yang sama sulit antara orang awam dan ikhwah salafiyyin, namun tentu saja ana pun akan mengutamakan membantu saudara kita yang kita tahu dengan bantuan itu akan menjaga ketakwaannya daripada membantu orang yang tidak kita ketahui sama sekali entah bantuan itu akan digunakannya dengan baik atau dengan tidak bersyukur kepada Allah. Tentu saja tidaklah bisa disamaratakan prioritas bantuan antara semua korban yang ada, sementara jumlah bantuan terbatas.
Apalagi kenyataan di lapangan tidaklah seperti apa yang mereka cibirkan itu, bahkan kita juga membantu masyarakat sekitar kita yang lain dan para ustadz berdakwah di tengah-tengah mereka. Sungguh jelek perkataan mereka itu! guru kencing berdiri murid kencing berlari! demikianlah, cibiran mereka itu tidaklah jauh dari cibiran ustadznya dalam sebuah tulisan yang mereka elu-elukan, mengatakan bahwa islah yang diadakan salafiyyin bersama masyaikh yaman tahun lalu adalah “gencatan senjata”[31]. Perkataan yang khobits! demikian kata Ustadz Muslim ketika menanggapi tulisan itu di Masjid AlHasanah Yogya beberapa waktu lalu.
Yang lebih berbahaya, cibiran mereka itu telah menjadi talbis bagi orang-orang yang tidak mengenal manhaj, seolah-olah apa yang telah dilakukan oleh panitia koordinasi bencana adalah tidak adil karena ekslusif pada salafiyyin. Perkataan mereka dapat menjadi syubhat bagi orang-orang, terlihat dari komentar yang ditampilkan berikutnya komentar-komentar bahwa sama saja antara yang salafy dengan yang bukan salafy, sama saja antara yang muslim dengan yang kafir, Allahul musta’aan.
Tentu saja dalam permasalahan ini ada batasan-batasannya! Ana khawatir bahwa kejelekan perkataan mereka itu akhirnya akan melunturkan al wala’ wal bara’, yang mana telah ana dapati faedah dalam tulisan Syaikh Sholih bin Fauzan tentang al wala’ wal bara’ dalam kitab tauhid bahwasanya al wala’ wal bara’ ada 3 bagian, yaitu kepada sesama mukmin yang lurus (ahlussunnah), kepada orang kafir tulen, dan kepada muslimin yang ada maksiat-maksiat padanya. Dan memberi pertolongan pada apa yang mereka butuhkan bagi agamanya telah disebutkan oleh beliau bahwa itu termasuk salah satu dari bentuk-bentuk al wala’. Sedangkan kita di sini mengutamakan membantu saudara kita salafiyyin karena juga untuk membantunya agar tetap bisa menegakkan syariat dalam keadaan musibah ini, dan tanpa pula meninggalkan kaum muslimin lainnya yang membutuhkan bantuan.
Dan anehnya, ketika mereka mencibir pertolongan panitia koordinasi kepada sesama saudara yang dikenal ma’ruf pada manhaj ahlussunnah salafy, karena menyebutkan data-data korban yang berhasil dikumpulkan dan dibantu, kemudian mereka meremehkannya. Padahal sementara mereka sendiri memampangkan juga data foto-foto kerusakan bangunan ma’had (yang dibangun dari dana atturots?) dari kalangan mereka untuk dibantu juga. Lantas apa artinya itu semua?
Insya Allah ikhwah sekalian bisa mengetahui penyalkit apa yang membuat mereka mudah mencibir usaha-usaha bantuan yang dilakukan salafiyyin.
Demikian ana tuliskan ini insya Allah sebagai nasehat bagi kita dan semoga talbis yang mereka hembuskan tidak menjadi syubhat bagi kita. Dan ana pun butuh nasehat dari antum semua, Wallahu a’lam.
Abu Husain Munajat al-Aruni.
Tambahan:
Ikhwah barokallohufiik,
Ana teringat ada sesuatu yang perlu ana koreksi sedikit dari apa yang ana tulis kemarin yaitu di bagian:
—————————-
….Sungguh jelek perkataan mereka itu! guru kencing berdiri murid kencing berlari! demikianlah, cibiran mereka itu tidaklah jauh dari cibiran ustadznya dalam sebuah tulisan yang mereka elu-elukan, mengatakan bahwa islah yang diadakan salafiyyin bersama masyaikh yaman tahun lalu adalah ‘gencatan senjata’ . Perkataan yang khobits! demikian kata Ustadz Muslim ketika menanggapi tulisan itu di Masjid AlHasanah Yogya beberapa waktu lalu.
—————————- selesai kutipan——————-
Telah ana dapati bahwasanya penulis yang mengatai dengan ‘gencatan senjata’ itu, pada beberapa waktu setelah tulisan itu diluncurkan ternyata telah menarik ucapannya itu. Maka ana pribadi menerima dhohir apa yang diakuinya keliru dalam masalah ini (ini terlepas dari berbagai syubhat dan talbis lainnya dalam artikel itu), maka karena itu ana berusaha adil dengan memberitahukan hal ini kepada antum semua.
Namun yang perlu digaris atas, bahwa kekeliruan itu ditiru oleh murid-muridnya. Kalau gurunya dengan ceroboh mencibir usaha yang dilakukan masyaikh Yaman, maka muridnya mengikuti jejak itu dengan mencibir usaha yang dilakukan para ustadz dalam koordinasi bantuan gempa Yogya. Sedangkan di level dunia, para pembesar turotsiyyin seperti Muhammad Surur, Abdurrahman Abdul Kholiq, serta saudara semanhajnya yaitu Abul Hasan al Mishri al Maghribi, sebagaimana telah ma’ruf bagi kita, telah mencibir dan merendahkan ulama kibar ahlussunnah di Saudi dan Dammaj. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari semua ini. Kita berlindung kepada Allah dari kejelekan diri-diri kita dan keburukan amal-amal kita.
Washolatu wasalamu ‘ala Rasulillah, walhamdulillahirrabbil ‘alamin.
Wassalamu’alaykum wa rahmatullah.
e. Al-Kadzab Untuk Musailamah Seorang?
Abduh berkata: “Namun kami tidak mau terjebak seperti yang telah dilakukan oleh saudara-saudara kami dari sebagian ikhwah salafiyyin yang memberikan nama kepada kelompok atau pengikut orang tertentu dengan sebutan yang bernada negatif, seperti: Quthbiyyun, Hizbiyyun, Al-Bannawi, Ikhwani, Sururi, bungloniyyun, Al-Pramuki, At-Turotsi, dan sebagainya. Bahkan ,tak segan-segan sebagian mereka menyebut saudaranya sebagai “Al-Kadzdzab” (pendusta), suatu gelar yang hanya pernah disandangkan oleh Rasulullah kepada makhluk semacam nabi palsu Musailamah, dajjal, dan iblis. Gelaran-gelaran semacam ini sangat tidak enak didengar dan dibaca, kecuali oleh orang-orang yang berhati sakit, orang-orang yang bahagia karena bisa menjelek-jelekkan saudaranya…”[32] (Siapa Teroris?…, footnote no.40, hal.29).
Sebenarnyalah bahwa “bahasa perasaan” seperti ini adalah memperkuat “dakwah bijak” yang digembar-gemborkan oleh Abu Abdirrahman Al-Thalibi Al-Majhuli, saudaranya. Al-Majhuli berkata: “Dalam tulisan panjang itu Abdurrahman At-Tamimi disebut Al Kadzab (Sang Pendusta). Ini adalah sebutan yang sangat serius. Seorang Muslim yang menghayati hadits-hadits Rasulullah tidak pantas menyebut saudaranya dengan sebutan seperti itu. Kecuali, jika Abu Dzulqarnain telah mengkafirkan Abdurrahman At-Tamimi, maka dia berhak mengatakan apapun kerpada orang yang telah dia kafirkan. Seandainya dia belum mengkafirkan Abdurrahman At Tamimi, maka berarti Abdurrahman At Tamimi masih berstatus saudara (sesama Muslim) baginya. Jika demikian, maka darah, harta, dan kehormatan At Tamimi diharamkan baginya….Orang yang didustakan oleh Abu Dzulqarnain itu sebenarnya adalah seorang ustadz yang telah dipercaya oleh Syaikh Salim bin Ied Al Hilaly untuk mengawasi karya-karya beliau di Indonesia…Dalam situs www.salafy.or.id sendiri, di bagian Ahlan wa Sahlan (Selamat Datang) diturunkan ringkasan buku Syaikh Salim Al Hilaly dengan judul Mengapa Harus Salaf? Bagaimana mungkin Abu Dzulqarnain mendustakan Abdurrahman At Tamimi, sedangkan orang yang dia dustakan justru dipercaya oleh seorang ulama yang diakui?”[33] (Dakwah Salafiyah…, hal. 113-114)
Kita katakan:
Ada beberapa permasalahan berkaitan dengan gelar Al-Kadzab terhadap Abdurrahman At-Tamimi yang dibela dan dipersoalkan ole Abduh ZA dan Abdurrahman Al-Thalibi; Benarkah gelar seperti itu yang “sangat tidak enak didengar dan dibaca, kecuali oleh orang-orang yang berhati sakit, orang-orang yang bahagia karena bisa menjelek-jelekkan saudaranya…??”, apakah hal itu termasuk bentuk pengkafiran sebagaimana “tuduhan bijak” Al-Thalibi? Benarkah gelar Al-Kadzab hanya pernah disematkan kepada Musailamah sang Nabi Palsu?
Pembaca sekalian Rahimakumullah, kita akan menyaksikan, siapa saja “orang-orang yang berhati sakit, orang-orang yang bahagia karena bisa menjelek-jelekkan saudaranya…” sebagaimana yang dimaksud oleh kedua orang ini:
Di Kitab Bahrud-Dam fiman Takallama fihi Al-Imam Ahmad bi Madhin au Dzam karya Yusuf bin Hasan bin Abdul Hadi halaman 18-232 telah disebutkan nama-nama perawi yang dijarh oleh beliau Rahimahullah dengan berbagai celaan seperti dhaif, munkar, laisa bi syai’, la syai’, laisa bi qawiy, laisa bi dzaaka, matruk, matrukul hadits, Jahmiy, munkarul hadits. Tidak adakah yang digelari dengan gelar Al-Kadzab yang “sangat tidak enak didengar dan dibaca? Ada!
“Abbad bin Juwairiyah: Imam Ahmad mengatakan: KADZAB (PENDUSTA)”
Contoh kedua, dari kitab At-Tarikh Ad-Dauri karya Yahya bin Ma’in yang disusun oleh Ahmad Nur Saif (halaman 133-167) juga disebutkan berbagai macam gelar buat para perawi yang “tidak enak didengar” seperti: laisa bi syai’, dhaif. Adakah yang digelari dengan Al-Kadzab? (lagi-lagi) ada:
“Khushaib bin Jahdar: Aku mendengar Yahya bin Al-Qathan mengatakan: “Dahulu Khushaib bin Jahdar seorang Pendusta”
Contoh ketiga, Kitab Adh-Dhu’afaa Ash-Shaghir (halaman 81-106) milik Imam Bukhari rahimahullah, sebagaimana keterangan sebelumnya juga memuat nama-nama perawi yang mendapatkan gelar yang tidak enak didengar seperti:Laisa bi syai’, matruk, munkarul hadits, lam yashih haditsahu, dhaif. Adakah yang bergelar Al-Kadzab?
“Khalid bin Makhduj: telah melihat Anas: Yazid bin Harun menuduhnya dengan KADZAB.”
Contoh keempat, kitab Adh-Dhu’afaa’ oleh Abu Zur’ah rahimahullah (halaman 320-429) juga memuat celaan-celaan terhadap individu perawi seperti dhaif, laisa bi dzaka sabt, sangat dhaif, munkarul hadits, waahiyul hadits, ashaabur ra’yi, laisa bi qawiy, matrukul hadits, wahiyul hadits jiddan. Adakah yang bergelar sangat tidak enak di dengar?
“Bisyr bin Ubaid: beliau mengatakan: menurutku dia termasuk KADZAB.”
Contoh kelima, kitab Adh-Dhua’faa’ wal Matrukin karya Al-Imam Ad-Daruquthni rahimahullah yang diriwayatkan oleh Al-Barqaani dari beliau dengan tahqiq Muhammad Luthfi Ash-Shabbagh juga dipenuhi dengan gelar-gelar yang tidak enak didengar (oleh pengekor hawa nafsu) seperti matruk, muqillun-matruk, dhaif, munkar. Adapun gelar Al-Kadzab? Inilah beberapa nama perawi yang mendapatkannya:
”Ibrahim bin Abdullah bin Hammam: KADZAB yadha’ul hadits”
“Ahmad bin Ukhut Abdurrazzaq: KADZAB”
“Ahmad bin hasan Al-Bashri” mutaakhir, KADZAB”
“Ahmad bin Abdullah Al-Jubaari: harawi, KADZAB”
“Ahmad bin Dawud bin Abdul Ghaffar Al-Harraani: matruk, KADZAB”
“Dinar bin Abu Sa’id Uqaishaan: penduduk Kufah; riwayatnya dari Ali munkar dan Abu Bakr bin Iyaasy menuduhnya KADZAB”
“Abdullah binAmr bin Hassan Al-Waqifi, penduduk Bashrah: KADZAB”
Maka, kita tanyakan kepada mereka berdua (Al-Thalibi Al-Majhuli dan Abduh ZA yang menjadi maskot Al-Kautsar:
Apakah kalian hendak menuduh para ulama Ahlus Sunnah tersebut sebagai orang yang suka memberikan gelar ““sangat tidak enak didengar dan dibaca, kecuali oleh orang-orang yang berhati sakit, orang-orang yang bahagia karena bisa menjelek-jelekkan saudaranya…??” Ataukah kalian hendak menuduh para A’immah sedang melakukan praktek pengkafiran karena gelar Al-Kadzab yang mereka sematkan kepada para perawi pendusta dan pemalsu hadits? Sesungguhnya mana yang kalian kedepankan antara perasaan kalian yang tidak suka mendengar gelar yang tidak enak dibaca ataukah kalian wajib untuk mengedepankan pembelaan kalian terhadap agama ini, hadits-hadits Nabi kalian yang dirongrong oleh musuh-musuhnya? Dan apakah kalian masih sanggup untuk menegakkan hujjah ilmiyyah bahwa Al-Kadzab hanyalah satu-satunya gelar yang diberikan kepada Musailamah?!
Belum selesai, inilah ucapan dan jarh para ulama Ahlus Sunnah terhadap para pendusta agama: Imam Al-Hakim Abu Abdillah An-Naisaburi di dalam kitab beliau Al-Madkhal ila Ash-Shahih (hal.124-137) juga menyebutkan perawi-perawi yang beliau jarh dengan pemalsu hadits, apakah ada sebutan yang jauh “sangat tidak enak didengar dan dibaca” daripada gelar al-kadzab? Ada!!
Hammad bin Isa Al-Juhani; dikatakan bahwa dia adalah al-ghariq: yaitu DAJJAL. Meriwayatkan hadits palsu dari Abu Juraij dan Ja’far Muhammad Ash-Shadiq dan selain keduanya.
Humaid bin Ali bin Harun Al-Qaisi: Syaikh dari kalangan mutaakhirin, pendusta lagi busuk.”
Kalau demikian keadaannya, bukankah tidak ada lagi dakwah bijak A’immah Ahlus Sunnah di sisi Hizbiyyin-Ikhwaniyyin?! Sesungguhnya, tuduhan-tuduhan jahat yang dilancarkan oleh mereka kepada Salafiyyin hanyalah bertujuan agar Hizbiyyin bebas dan leluasa untuk melemparkan kesesatan dan hizbiyyahnya kepada kaum Muslimin!! Kalau tidak ada lagi yang memperingatkan kesesatan mereka bukankah mereka akan bebas leluasa menyesatkan umat? Lalu di mana kedudukan para A’immah Ahlus Sunnah dan kitab-kitab mereka di hati-hati kalian wahai Hizbiyyun? ! Ataukah semua itu menunjukkan waqi’ itu sendiri sebagai bukti ilmiyyah bahwa kalian terlalu dan terlalu mengedepankan “Jihad Politik” Pemilu-Demokrasi-Ambisi Kekuasaan dan berbagai asesoris Ikhwanul Muslimin untuk mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya –wihdatul firqah- sehingga bertujuan meraup suara demokrasi?! Walaupun dengan konsekuensi kalian jauh dan menjauhkan diri dari Kitab-Kitab Ahlus Sunnah dan para ulamanya demi ambisi dan syahwat politik kalian yang menyala-nyala?!
Sungguh kita baru mengetahui (dari pernyataan kalian di atas) bahwa orang yang mengaku Ahlus Sunnah dan pembela para ulamanya ternyata memiliki pemahaman bahwa Al-Kadzab hanyalah gelar bagi Musailamah Al-Kadzab saja!! Harakiyyin penyeru fiqhul waqi’ ternyata jauh dari waqi’ itu sendiri! Allahul Musta’an.
Sekarang saatnya bagi kita untuk mengambil satu contoh saja keshalehan dan keilmuan seorang gembong besar gerakan pengkafiran Masyarakat Muslimin, Sayyid Quthb yang menjadi panutan kalian!! Dan engkau menyebutnya sebagai ASY-SYAHID SAYYID QUTHB wahai Abduh Zulfidar Akaha yang ditazkiyah oleh Caldok Muhammad Arifin Badri Lc., MA!!
a. Inilah kelancangan “ASY-SYAHID KALIAN”[34] yang luar biasa terhadap Nabiyullah Musa ‘Alaihis Salam di buku yang ditulisnya sendiri :
“[1] Kita ambil Musa. Dia adalah contoh seorang pemimpin yang temperamental, fanatik kesukuan, dan tidak bertabiat stabil”(at-Tashwirul Fanniy fil Qur’an halaman 200)?!![35]
Sungguh ini adalah serangan brutal terhadap Nabiyullah Musa ‘Alaihis salam!! Sekaligus penghinaan terhadap Allah
yang telah memilih Beliau untuk berdakwah menyeru kepada umatnya agar mentauhidkan Allah semata!! Bukankah di sisi Sayyid Quthb gembong besar Ikhwanul Muslimin, Allah telah memilih seorang manusia sebagai utusan-Nya yang tidak lebih dari “seorang pemimpin yang temperamental, fanatik kesukuan, dan tidak bertabiat stabil?!”
Binasalah hawa nafsu!! Binasalah kesesatan!! Gembong Ikhwanul Muflisin!!
b. Sayyid Quthb juga sangat berlebihan dalam memberikan penilaian bagi seni perfilman, lakon, dan musik, maka menjadilah seni dan Din sebagai dua hal yang sepadan bagi Sayyid Quthub, sebagaimana yang dia katakan pada halaman 143-144 dalam buku at-Tashwirul Fanniy dan halaman 231-232 pada al-Masyahid: “DIEN DAN SENI ADALAH DUA HAL YANG SEPADAN di kedalaman jiwa dan penegasan indera, sedangkan tercapainya keindahan seni menjadi rambu adanya kesiapan untuk menerima pengaruh keagamaan[36], ketika seni naik ke tingkat setinggi ini dan ketika jiwa menjadi jernih untuk menerima misi keindahan itu” .
Abduh ZA – Agung Sulistyo! Inikah bukti nyata seorang ulama yang diakui keilmuannya?!
c.Keterlepasannya dari aqidah yang dia sendiri menegaskan:
“Saya dengan terang-terangan mengatakan hakekat yang terakhir ini, juga menyatakan dengan terang-terangan bersamanya, bahwa Saya Tidak Tunduk Dalam Hal Ini Kepada Aqidah Religius Yang Membelenggu Pikiranku Dari Pemahaman .” (at-Tashwirul Fanniy hal. 255)
“Saya dalam titik ini bukanlah pria agamis yang diikat oleh aqidah murni sehingga tidak dapat melakukan pembahasan bebas, bahkan saya adalah pria pemikir yang menghormati akalnya dari sifat kufur ni’mat dan cerita berhiaskan kebohongan .” (at-Tashwirul Fanniy, hal. 258)
Dan inikah bukti ulama yang diakui kesalehan dan keikhlasannya?!
Rujukan ilmiyyah lain yang sangat bagus untuk mengukur betapa dalam lautan kesesatan Sayyid Quthb dalam masalah seni dan musik adalah kitab Tahriim Aalaatith Thorbi (Pengharaman alat musik) karangan Al Allamah Al-Muhaddits Al-Albaniy, jika engkau mau maka bacalah semuanya, kalau tidak maka cukuplah fasal pertama halaman 36-74, dimana beliau Rahimahullah menyebutkan tujuh hadits dalam pembahasan ini yang menunjukkan diharamkannya lagu dan ‘alat senda gurau’ (musik). Beliau mempunyai kalimat sangat bagus tentang musik yang beliau Rahimahullah sebutkan di pembukaan kitab tersebut. Beliau Rahimahullah katakan pada halaman 15: “Diantara hal tersebut, kolom lain yang juga disiarkan oleh majalah Ikhwanul Muslimun di edisi kelima dalam tema ‘Musik Islami’. Tersebut padanya :
[Nada simponi (klasik) sebagai jenis musik kelas tertinggi yang dicapai oleh para tokoh musikus, semisal; Beethofen, Syurab, Mozart, dan Cycofisky. Semuanya itu mengungkapkan perasaan kejiwaan yang ada dari balik tabiat manusia, berkumpul padanya para pemusik handal dalam jumlah terbesar dengan alat musik termodern yang beraneka ragam, agar lebih tepat dalam memberikan ungkapan dengan segala kemampuan yang dimiliki.
Kelompok simponis Mesir yang berjumlah lebih dari tiga puluh orang pemusik telah terbentuk, mereka dibantu oleh yayasan pemuda kristen(?!) Lalu bermain musik di Universitas Amerika(?!) Betapa pantasnya untuk kita memiliki bidang ini, betapa butuhnya kita kepada motivasi baru yang akan menjadi pendobrak belantika musik dan menggapai kemajuan internasional dalam bidang ini. Disaat itu, nampaklah sebuah warna tersendiri yang menguasai hati dunia internasional, yaitu musik Islamiy(?!) Sebagai pengganti dari musik timur … (?!)”[37]
Al Allamah Syaikh Al-Albaniy mengatakan: “Saya katakan, inilah bukti terbesar bahwa anggapan kehalalan alat-alat musik telah tersebar pada kaum muslimin sampaipun oleh sebagian orang-orang yang menyerukan ‘Pengembalian kemuliaan kaum Muslimin dan penegakan Daulah Islam’, semisal Ikhwanul Muslimun[38]. Andaikan tidak demikian, maka tentu majalah mereka tidak akan mau untuk menyebarkan kalimat yang sangat jelas menghalalkan musik yang diharamkan oleh Allah , tidak berhenti sekedar itu bahkan mengajak kepadanya, lalu tidak berhenti sampai disini bahkan menamakannya ‘Musik Islami’ diatas timbangan sosialis Islam, demokrasi Islam, ….dan lainnya yang membuat mereka terkena firman Allah :
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَءَابَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ
“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya .” (QS. An-Najm: 23)
Nabi telah mengisyaratkan sebagiannya dalam sabda Beliau : “Sungguh akan ada umatku yang menghalalkan khamar dengan nama yang mereka sendiri membuatnya” pada riwayat yang lain “Mereka menamakannya dengan selain namanya”. Hadits ini tertakhrij dalam Ash-Shohihah halaman 90, juga akan datang di halaman 86 .”
Berakhir kalimat Syaikh Al-Albaniy Rahimahullah .
Syaikh Rabi’ ketika membantah tulisan Sayid Quthb ini menyatakan:
Andaikan perkaranya seperti yang telah engkau sebutkan, maka tentu Islam tidak akan memisahkan antara Din dan seni, padahal Islam mengharamkan lagu, alat senda gurau yang masuk di dalamnya musik dan gendang, juga Islam mengharamkan gambar dan mengabarkan bahwa para pembuat gambar adalah orang yang akan mendapatkan azab yang terberat di hari kiamat serta Islam melaknat para pembuat gambar .
Andaikan urusannya sebagaimana yang engkau katakan, maka tentu para Nabi ‘alaihimussalam, shahabat, dan manusia pilihan umat ini yakni ulama akan menjadi orang yang paling memperhatikan bidang seni. Sangat mustahil Din menilai seni setingkat dengannya, serta sangat jauh orang pilihan umat ini bahkan orang terburuknyapun dari menganggap Din dan seni sebagai dua hal yang setingkat .
Andaikan masalahnya seperti yang diucapkan oleh Sayyid Quthb, maka tentu engkau akan mendapatkan sekolah-sekolah seni akan selalu berdampingan dengan sekolah-sekolah Din, akan tetapi ulama umat ini adalah manusia yang terpintar tentangnya, akan tetapi Allah melindungi mereka dari was-was semua setan, baik setan manusia maupun jin .
Inilah sebagian sendi rusak Sayyid Quthub yang dia sebutkan dalam buku at-Tashwirul Fanniy fil Qur’an dan yang telah dikendarainya dalam menafsirkan ayat-ayat yang mulia, ayat-ayat yang telah dia jadikan sebagai lapangan praktek untuk kaidah-kaidah sesatnya. Begitulah dia melihat bahwa Al-Qur’an seluruhnya adalah tempat untuk mempraktekkan dasar-dasar tersebut. Dia juga telah mempraktekkan dalam buku Masyahidul Qiyamah fil Qur’an, lalu nampak jelas bekasnya pada buku Azh-Zhilal. Sebagaimana dia masih punya kaidah-kaidah lain yang dia praktekkan pada Azh-Zhilal .”
Mana kecemburuan kalian terhadap berbagai penghinaan ini wahai Hizbul Ikhwan yang mengaku hendak menegakkan Khilafah Islamiyyah?! Dengan cara apa kalian memperjuangkan Islam?!
Maka, demikianlah hakekat manhaj Hizbiyyah yang dipegang dan dibela oleh Abduh Zulfidar Akaha yang telah menuduh Ustadz Luqman telah melecehkan dan menghinakan ulama yang diakui keshalehannya oleh Ikhwanul Muflisin (salah satunya dia katakan sebagai “Asy-Syahid Sayyid Quthb”)!! Ya, Asy-Syahid made in Ikhwanul Muslimin yang telah menghina dan melecehkan Nabiyullah Musa “Alaihis Salam!! Suatu penghinaan pula terhadap Allah yang telah memilih dan mengutus beliau!! Asy-Syahid yang mengkafirkan masyarakat Muslimin!! Asy-Syahid yang menghina Baitullah sebagai tempat ibadah Jahiliyyah!! Dan berbagai tikaman-tikaman kejinya yang lain!!
Semoga Allah melindungi segenap kaum Muslimin dari racun dan kebinasaan yang ditebarkannya dan disemburkan pula oleh corong-corong kesesatannya!!
Sekali lagi ingatlah –wahai saudaraku kaum Muslimin- bahwa orang ini – Abduh Zulfidar Akaha- adalah Hizby-Ikhwani pembela para teroris takfiri yang sangat berbahaya; yang direkomendasi oleh Caldok Muhammad Arifin Badri pujaan para Sururi; yang dekat dengan Farid Okbah Takfiri-Ba’asyiri-Irsyadi; penulis yang telah diperintahkan oleh direktur Pustaka Al-Kautsar untuk membantah buku Mereka Adalah Teroris!!
Satu lagi yang tersisa, siapa sebenarnya jati diri Agung Sulistyo yang menjadi kepanjangan lidah dari Abduh Zulfidar Akaha dalam membela panji-panji Irhabiyyun-Ikhwaniyyin-Takfiriyyun?
18.27.4 Siapakah Agung Sulistyo?
“Saya nggak habis pikir nih sama salafiyun ????
Mereka langsung mencap orang yang berjihad fie sabilillah di berbagai belahan dunia. tetapi mereka sendiri tidak mengaca sejarah itu muhammad bin abudl wahab dan ibnu saud yang memberontak kekhalifahan Utsmani.
Apakah pemberontakan terhadap Kekhalifahan Utsmani tersebut dibenarkan menurut Syar’i ???
Jangan jangan benar yang dikatakan Ibnu Thaimiyah
“Kalau saya yang bilang seperti itu (menuduh khowarij) maka saya khowarij.”
yah kalau dilihat sejarahnya sih salafiyun itu juga keturunan Khowarij, karena telah bersengkongkol melawan pemerintahan islam yang Syah (Khalifah Utsmani)
http://www.ukhuwah.or.id/forum/mboard/view.php?id=2005866000
4 Mar 2005 08:44
Pengirim Agung Sulistyo [email protected]
f4lcon16, Nickname Seorang Hacker Hizby Yang Merusak Situs-Situs Pemerintah Indonesia, Bermain Carding dan …Anti Salafy!!
Data awal yang masuk ke situs merekaadalahteroris.com telah menunjukkan bahwa dialah penyebar tulisan syubhat Abduh Zulfidar Akaha yang mewakili dan membela Hizbiyyun-Irhabiyyun-Sururiyyun-Takfiriyyun yang dekat dengan Farid Okbah dan direktur Pustaka Al-Kautsar, bahkan diperintahkannya untuk membantah buku Mereka Adalah Teroris!!
Berikut informasi tentang Agung Sulistyo yang makin jelas, alamat, HP, foto, email, kelakuannya. Ybs menurut informasi akhi Farhan Temanggung – pernah mengancam temantemannya STEMBA yang ngaji ke ustadz Qomar, dia kecewa kok keluar dari JI. Jadi orang ini perlu diwaspadai. Agung Sulistyo adalah pengirim tulisan dari Abduh ZA.
1. Seseorang dengan nick name f4lcon16 merusak situs blitar.go.id
“SELAMAT DATANG DI FORUM BLITAR.GO.ID—- SORRY WAS
HACKED BY F4LCON16” dan
http://www.blitar.go.id/forum/login.php
(SELAMAT DATANG DI FORUM BLITAR.GO.ID—- SORRY WAS
HACKED BY F4LCON16).
————————————————————————————
2. Seseorang dengan nick name f4lcon16 mengacaukan link tersebut
Dan juga di
http://www.blitar.go.id/bukutamu/index.php?entry=10
————————————————————————————
3. Seseorang dengan nick name f4lcon16 mengacaukan situs webmaster.or.id
Pilih forum HAcked By F4lcon16 ! Please patch Your ssh Login Server … Kesan dan Pesan Hacked By F4lcon16 ! Please patch Your System-BeritaArtikel …
http://search.yahoo.com/search?p=f4lcon16&toggle=1&ei=UTF-8&xargs=0&pstart=1&fr=FP-tab-web-t&b=11
————————————————————————————
4. Seseorang dengan nick name f4lcon16 mengacaukan situs www.webmasterindonesia.com
Navigasi: Pilih forum HAcked By F4lcon16 ! Please patch Your ssh Login Server … Kesan dan Pesan Hacked By F4lcon16 ! Please patch Your System-BeritaArtikel …
http://search.yahoo.com/search?p=f4lcon16&toggle=1&ei=UTF-8&xargs=0&pstart=1&fr=FP-tab-web-t&b=11
————————————————————————————
5. Seseorang dengan nick name f4lcon16 memuat daftar situs hasil hackingnya di situs www.zone-h.org
http://www.zone-h.org/en/defacements/filter/filter_defacer=f4lcon16/
Attacked by f4lcon16: 165 of which 41 are single IP and 124 mass defacements
————————————————————————————
6. Seseorang dengan email [email protected] (identik dengan nick name f4lcon16) menulis di buku tamu
Senin, 22. Agustus 2005 02:37 IP: 202.95.134.134
[email protected] hehehee
————————————————————————————
7. Inilah pengakuan defacer situs blitar.go.id yang terkait dengan informasi no. 1 yang menunjukkan bahwa f4lcon16 adalah Agung Sulistyo:
Beginilah kalau Informasi itu tidak diklarifikasi sebelumnya !
Hanya dengan bermodal informasi orang per orang yang tidak tahu akhirnya jadi Fitnah seperti ini.
Kenapa nggak email ke saya aja atau chat via irc/YM dengan saya supaya jelas dan tidak asal menuduh sembarangan !
Demi Allah Saya bersumpah saya tidak bermain Carding seperti itu, saya hanya belajar hacking untuk security. Saya tidak menghalalkan segala cara dalam melakukan sesuatu seperti yang anda tuduhkan. Masya Allah, sungguh berat apa yang anda tuduhkan. Saya menemukan kelemahan di situs Blitar.go.id di forum Diskusinya, kemudian saya hubungi Administratornya kemudian saya kasih tahu kalau di PHPBB ada bugnya tolong di patch dulu, sebagai bukti saya beri buktinya kalau sudah di hack. Silahkan anda bisa cek itu pada Adminnya bernama Bayu, Bahkan Mas Bayu ini nyampein terima kasih telah diberitahu, dan dalam beberapa hari sudah dipatch.
Kenapa and amembuat Fitnah seperti ini, kalau pengin tahu soal aku kenapa nggak hubungi aku atau chat via YM/IRC kan sudah jelas ?
Aku nggak sembunyi-sembunyi dalam beraktifitas, aku belajar security dan kalau ada bug aku hubungi adminnya supaya di patch. Apakah seperti ini terus dikatakan menghalalkan segala cara ?
Masya Allah Sungguh berat fitnah yang anda katakan !
Kalau pengin jelas soal diriku nih aku kasih biodatanya, nggak perlu anda menuduh sembarangan !
Nama : Agung Sulistyo
Alamat : Jl. Slamet Riyadi 69A Temanggung 56216 Phone : 081328399305 (sekarang dibawa ibu)
email : [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Saya masih kerja di Warnet Bina temanggung, bukannya sudah pernah.
“Ybs bisa jadi chatting di Channel : #binacrew, #yogya-cafe, #jawapos. Dia seorang yang suka carding, menghalalkan segala cara.”
Ingat Anda menuduh dan menmfitnah saya dengan begitu besar tanpa tabayyun sama saya. Saya berani bersumpah Demi Allah tidak pernah bermain Cardingan, Saya hanya belajar Hacking untuk security knowlegde dan tidak merusak seperti apa yang and atuduhkan, deface yang saya lakukan itu hanya sebagai peringatan dan bukti kalau saya bisa masuk. dan saya tidak merusak data yang ada didalamnya, karena kebanyakan admin tuh kalau nggak di kasih bukti teledor.
Saya nggak menuntut anda meminta maaf ! Silahkan anda seperti itu !
Tabayyun dengan saya bila ada hal yang tidak mengenakkan !!
Wassalamualaikum Wr Wb
Pengirim: Agung Sulistyo [email protected] on Feb 26, 06 | 2:55 pm
http://www.alirsyad.or.id/comments-editorial.php?id=1465_0_8_0_C
————————————————————————————
8. Data Agung Sulistyo dari friendster
agung
Male, 26, Married
Last Login : 3 weeks
Interested in Meeting People for: Friends, Activity Partners
Zodiac Sign: Virgo
Location: Indonesia
Hometown: Temanggung, Banjarnegara , Yogyakarta, jakarta
Friendster Member Since: Sep 2005
Schools (Other):
SD Jampiroso 5 TMG, SMP N 2 Temanggung, STM Pembangunan Temanggung (THP), Internet Hacking School
Occupation:
Operator, Sys Administrator, Manager, Konsultan
Companies:
Warnet Bina Temanggung, Granada Computer, FORMATT
Affiliations:
anonymous Hacking Team, food Analysis, Muhammadiyah, Alirsyad, Alsofwah, FORMATT
Hobbies and Interests:
Browsing, Kolektor Informasi, Konseling Psikologi Islam, Tanam-menanam, Utak-atik komputer, Masak-memasak, Fishing, food Experiment
Favorite Books:
linux handbook, Chemical Analysis, The Choice, Majmu Fatawa, Bukhari Muslim, etc
Favorite Movies:
Harun Yahya Collection, Pilm yang berbau Strategi dan mendidik
Favorite Music:
Nasyid Raihan
Favorite TV Shows:
Animal live, Bajaj Bajuri, Samurai X
About Me:
Saya adalah manusia biasa Dilahirkan dengan biasa dan hidup dalam keadaan biasa. Seandainya aku bukan manusia biasa, tentunya aku bisa terbang, bisa ngilang, bisa apa aja yang penting halal. Invite me : [email protected]
Who I Want to Meet:
Allah, Rasul dan semua yang masuk surga (termasuk aku Insya Allah …ehehheh… )
http://www.friendster.com/user.php?uid=21681139
————————————————————————————
9. Si hacker menuliskan nickname favoritnya [email protected] dan namanya Agung Sulistyo beserta alamatnya di Temanggung!
http://www.temanggung.go.id/sarankritik/guestbook.php?action=view
“-Agung Sulistyo email [email protected]
Homepage (27.12.2003 jam 02:14) Saya memberitahukan
kepada admin situs temanggung.go.id bahwa halaman
index anda telah terinfeksi oleh worm Redlof.A. Tolong
segera di ganti file index tersebut agar tidak
menulari yang lain. thanks
Greetz by f4lcon16 at Bina Internet Cafe Temanggung
jl.Jend Sudirman 16 Temanggung 56216”
Kita bisa melihat ybs tinggal di Temanggung, tepatnya pernah di warnet Bina Internet Cafe Jl. Jend. Sudirman 16 Temanggung.
Nickname tersebut tercatat melaporkan hasil defacenya
atas 162 website di alamat sbb :
http://www.zone-h.org/en/defacements/filter/filter_defacer=f4lcon16/page=1/
Dan yang paling terang dan jelas ybs meninggalkan pesan dengan nama terangnya Agung Sulistyo dgn IP yang sama.
————————————————————————————
10. Suatu ketika Agung Sulistyo meninggalkan pesan di situs rekannya dengan IP yang sama dan nama asli beserta alamat email yang cocok dengan nama nicknya.
Agung Sulistyo [email protected]
Lokasi: Temanggung Sabtu, 16. Juli 2005 12:18 IP:
202.95.134.134. Yang mengisi guestbook di
http://www.nophrie.com/guestbook/index.php?entry=10 ?
Sabtu, 16. Juli 2005 12:18 IP: 202.95.134.134
Wow Nophrie websitenya canggih yah !!
Warahi carane kang !!
Hehehe
Isih kelingan ro aku ra kowe ndez
hhahahahaha
Jwb :
nop:
Weehhh.. si bagong mampir tahh (bwahahahha..)
ngene koq canggih to kaaangg..:) biasa bae ngene..
mainne neng drimwever karo potosop, nggo javaskrip
sithik2 lahh, golek sing gratisan kan akehh hehehe
————————————————————————————
11. Ingin tahu siapa rekannya ini ? Dari alamat rekannya ini http://www.nophrie.com/about.htm, bisa kita lihat info
sebagai berikut :
Nama : Nofri Hermanto
Alamat : Jln. K.H Subkhie no.42 Parakan, Temanggung,
Jawa Tengah, Indonesia 56354, planet bumi. Telp
0293-597052. Kost: Karang Bendo CT III/10, Depok,
Sleman, Jogjakarta 55281. Telp 0274-554621.
Email : [email protected] atau [email protected]
Mobile:+62 81328 007 494
————————————————————————————
12. Dari sini juga ada informasi si Agung Sulistyo beralamatkan di Temanggung
http://www.temanggung.go.id/gd04/bukutamu/guestbook.php?action=view email [email protected] 12.07.2004 jam 18:25. Jl. slamet riyadi no 69a temanggung
————————————————————————————
13. Dari sini juga ada informasi si Agung Sulistyo dengan emailnya [email protected] dan IP yang sama 202.95.134.134
agung sulistyo email [email protected]. Selasa,
30. September 2003 15:29 IP: 202.95.134.134
http://members.lycos.co.uk/gr4n4d42003/guestbook/index.php
(30.09.2003 jam 20:46)
hehehee selamat mengisi guestboooooooooooooooook
Alamat email inilah yang dipakai untuk carding domain stemba.info
————————————————————————————
14. Informasi : Dari hasil search berbasis nama ‘agung sulistyo’ menghasilkan dia pernah posting di mailing list
jogja-linux dgn IP 202.95.134.134, sama persis.
From: agung sulistyo <[email protected]>
http://groups.yahoo.com/group/jogja-linux/message/9917?source=1
Received: from [202.95.134.134] by
web31606.mail.mud.yahoo.com via HTTP; Fri, 02 Sep 2005
03:28:17 PDT
Date: Fri, 2 Sep 2005 03:28:17 – 0700 (PDT)
Hehehe Yah pakai macromdeia Flash saja, terus install
pakai wine.
Install dulu wine dl ke www.winehq.com
terus kamu instal flash lewat wine. ntar kamu bis
ajalanin program windows ke linux tanpa perlu beli
windows. hehehe
————————————————————————————
15. Dari hasil search berbasis nama ‘f4lcon16’ ditemukan info sebagai berikut (cocok dengan info no 13, sehingga kesimpulan email [email protected] email dia juga )
http://members.lycos.co.uk/gr4n4d42003/guestbook/index.php
Powered by F4lcon16
Email : [email protected]
————————————————————————————
16. Agung Sulistyo dengan email aslinya [email protected] sedang menulis saran
http://www.temanggung.go.id/sarankritik/guestbook.php?action=view
Agung Sulistyo email [email protected] (30.07.2005
jam 11:51)
Ayoo Dong Buat Portal Website !!
Keterangan Lebihlanjut hubungi Bina Temanggung
Jl. Jend Sudirman 16 Temanggung
————————————————————————————
17. Informasi : Agung Sulistyo dengan email aslinya [email protected] sedang menulis saran untuk temanggung.go.id
Agung Sulistyo email [email protected] Homepage
(01.07.2005 jam 01:37)
Wah Wah !!
Temanggung lagi panas panase
sempet juga buat situs pow !!
Tapi Ra diopeni
Kene………. Tak Pek wae situsmu Gus !!
Sing gawe Protika po kiye !!
————————————————————————————
18. Agung Sulistyo dengan email [email protected] didapatkan informasi ybs sebagai pembuat alamat binacrew.tripod.com.
Dengan demikian semakin mengkerucutkan, hubungan dia dengan pengelola Bina Internet Cafe Temanggung Jl.Jend Sudirman 16 Temanggung 56216 dipastikan akrab. Nampaknya Agung memakai nick lain gr4n4d42003.
Tertulis :
Copyright Gr4n4d4©2003
Email : [email protected]
Channel : #binacrew, #yogya-cafe, #jawapos
http://66.102.7.104/search?q=cache:mAG-9oWxK8kJ:binacrew.tripod.com/+%22f4lcon16%40hackermail.com%22&hl=id
————————————————————————————
19. Agung Sulistyo dengan email aslinya [email protected] membuatkan situs buat PD Pemuda Muhammadiyah, Temanggung.
Bisa dicek ke PD Muhammadiyyah, kenalkah dengan orang ini ?
http://66.102.7.104/search?q=cache:DaEFczWmHTMJ:pdpm-tmg.tripod.com/+%22f4lcon16%40yahoo.com%22&hl=id
WELCOME IN
PIMPINAN DAERAH PEMUDA MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG
WEBSITE
THIS WEBSITE IS UNDER CONSTRUCTION
[email protected]
Design and Create By f4lcon16 ( [email protected] )
————————————————————————————
20. Agung Sulistyo dengan email asli barunya [email protected] sedang menulis pesan, menunjukkan dia Alumni STM Pembangunan Temanggung. Bisa dicek (?)
http://64.233.167.104/search?q=cache:g5odqQ_ASUQJ:ipb.ac.id/guestbook/index.php3%3Fawal%3D10%26jum%3D19+%22agung+sulistyo%22&hl=en
Agung Sulistyo – January 20, 2005, 3:54 pm – Temanggung [Indonesia] [email protected]
Buat Para Teman – teman Alumni STM Pembangunan Temanggung kunjungi website STEMBA di http://www.stemba.tk atau http://www.stemba-online.tk hehe Ayoo kasih masukan, artikel, kritik dan sebagainya biar STEMBA lebih maju lagi Wassalam.
http://stembatemanggung.tripod.com/
————————————————————————————
21. Agung Sulistyo memakai email baru [email protected]
Perhatikan domain tsaqifa.org ini, apakah legal atau ilegal ? Nampak bahwa Agung Sulistyo terkait erat dgn domain tsaqifa.org
http://www.ukhuwah.or.id/forum/mboard/view.php?id=2005866000
4 Mar 2005 08:44
Pengirim Agung Sulistyo [email protected]
Subyek Salafy tukang pembuat Fitnah
Message:
Saya nggak habis pikir nih sama salafiyun ????
Mereka langsung mencap orang yang berjihad fie sabilillah di berbagai belahan dunia. tetapi mereka sendiri tidak mengaca sejarah itu muhammad bin abudl wahab dan ibnu saud yang memberontak kekhalifahan Utsmani.
Apakah pemberontakan terhadap Kekhalifahan Utsmani tersebut dibenarkan menurut Syar’i ???
Jangan jangan benar yang dikatakan Ibnu Thaimiyah
“Kalau saya yang bilang seperti itu (menuduh khowarij) maka saya khowarij.”
yah kalau dilihat sejarahnya sih salafiyun itu juga keturunan Khowarij, karena telah bersengkongkol melawan pemerintahan islam yang Syah (Khalifah Utsmani)[39]
makanya !!
jangan suka mencela
————————————————————————————
Agung Sulistyo Temanggung = Thomas Watana USA. Lho kok?!
22. Hasil pelacakan dengan samspade.org, nampak indikasi si Agung Sulistyo ini memperoleh domain dengan cara carding atas Yahoo.com dgn nama domain tsaqifa.org. Tandanya, ybs tidak memakai nama asli dan alamat asli tsaqifa yang ada di Temanggung, melainkan memakai nama asing, alamat asing, Thomas Watana, USA.
http://www.samspade.org/t/lookat?a=tsaqifa.org
Domain ID: D105617043-LROR
Domain Name: TSAQIFA.ORG
Created On: 22-Jan-2005 22: 02: 25 UTC
Last Updated On: 24-Mar-2005 03: 48: 48 UTC
Expiration Date: 22-Jan-2006 22: 02: 25 UTC
Sponsoring Registrar: Melbourne IT Ltd. dba Internet Names Worldwide (R52-LROR)
Status: OK
Registrant ID: C110642423900243
Registrant Name: Thomas Watana
Registrant Organization: Thomas Watana
Registrant Street1: 6617 Sepulveda Blvd.
Registrant Street2:
Registrant Street3:
Registrant City: Van Nuys
Registrant State/Province: CA
Registrant Postal Code: 91411
Registrant Country: US
Registrant Phone: 1.8189882356
Registrant Phone Ext.:
Registrant FAX:
Registrant FAX Ext.:
Registrant Email: [email protected]
————————————————————————————
22. Agung Sulistyo semakin mantapkan keyakinan kita, yang bersangkutan memakai email [email protected]
http://www.alirsyad.or.id/comments-editorial.php?id=1465_0_8_0_C
saya ini sungguh bingun dengan Salafiyyun, apa dikira Antum aja yang benar wahai Salafiyun.
Anda begitu mudahnya memberikan label kepada selain anda (sururi, Khawarij, Ahlul bid’ah, Ahlul Ahwa’ dsb)
Terus anda mengatakan kalau organanisasi tidak boleh. padahal dari kalangan salafiyun sendiri juga pasti ada yang megang uang, bagian tulis menulis, bagian dakwah, dan bagian-bagian yang lain yang itu dikendalikan oleh ketua (Syaikh, atau Ustdadz, dsb). Cuman perbedaan nama saja. Yang Salafiyun itu nggak pakai kata Ketua, bendahara, Sekretaris, Humas, dll tetapi tugasnya sama dengan yang memakai nama Ketua, Sekretaris, Bendahara, hUmas,dll.
Kalau mau buktiin sempalan
Inilah “sedikit” informasi tentang Agung Sulistyo yang memerankan dirinya sebagai corong kesesatan Abduh ZA serta bukti kebencian dan permusuhannya yang luar biasa kepada Salafiyyin Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Bagaimana Caldok Muhammad Arifin Badri menyikapi kenyataan ini?! Allahu yahdik!
Footnote:
[1] Ingatkah anda bagaimana sekolah-sekolah Al Irsyad nyaris dibubarkan Belanda karena seorang lulusannya (Ahmad Basyaib) terlibat pemberontakan PKI?! Akhirnya..”akan tetapi hal itu ternyata mampu diatasi Al Irsyad dengan sebaik-baiknya”(Al Irsyad Mengisi.., hal.104). Allahul Musta’an
[2] Di menu utama-mahad ilmi, dia memakai nama Abu Saad Mohammad Nurhuda, mirip dan…sama!
[3] Abduh Zulfidar Akaha (yang direkomendasikan oleh Caldok ini) juga memiliki artikel yang “nyleneh” berjudul:”Dengarkan Perkataannya, Jangan Lihat Orangnya” (http://72.14.207.104/search?q=cache:qInqM3Kzzc0J:www.unri.ac.id/web-site/ukm-islam/artikel/dengarkan_perkataannya. htm+Abduh+Zulfidar+Akaha&hl=id&gl=id&ct=clnk&cd=8)
[4] Situs Al Irsyad Farouk Badjabir-Chalid Bawazer telah merilis berita yang mengharu biru bagaimana aliansi audiens PKS, SHT dan Salafi (-Imitasi/Sururi) berhasil mengalahkan JIL di Sarang JIL!! Berikut nukilan propaganda mereka:
“Pada tanggal 16 April 2005 berlangsung acara bedah buku di masjid kampus Universitas Islam Negeri (UIN; dulu IAIN) Syarif Hidayatullah Ciputat Jakarta. Buku yang dibedah berjudul Ada Pemurtadan di IAIN karya Hartono Ahmad Jaiz. Pemrakarsa acara tersebut adalah anak-anak JIL. Hartono Ahmad Jaiz sempat terkejut dengan banyaknya audiens yang menghadiri acara ini. Jumlahnya seribu lebih. Dan yang lebih mengagetkan lagi, massa yang banyak itu justru berasal dari luar UIN, yaitu mereka yang kontra JIL. Tentu saja kehadiran mereka itu membuat komunitas JIL (dan anak-anak UIN pro JIL) menjadi ciut.
Sayangnya, atau culasnya, moderator yang pro JIL tidak memberi kesempatan kepada audiens untuk terlibat dalam tanya jawab. Meski demikian, kedua pakar JIL kedodoran menghadapi Hartono Ahmad Jaiz dan Muhammad at-Tamimi. Kehadiran audiens yang kontra JIL dengan jumlah yang tak terduga itu nampaknya menunjukkan bahwa generasi muda Islam kita memang masih banyak yang waras. Kedua, bahwa kontribusi para aktivis Islam di internet (terutama komunitas PKS, SHT, dan Salafi, red.), yang turut menyosialisasikan adanya acara tersebut, ternyata cukup efektif. Ketiga, ini merupakan pertolongan Allah SWT.
(MELAWAN “SETAN JIL” DI SARANGNYA ,Site: http://www.alirsyad.or.id/index.html, Apr 30, 05 | 11:25 am, E-mail: [email protected])
[5] Majalah Media Dakwah adalah majalah resmi DDII, penerbit Media Dakwah adalah penerbit Dewan Dakwah juga. Mailing list mereka groups.yahoo.com/groups/media-dakwah semuanya ada nama Hartono Ahmad Jaiz.
[6] Dalam kaitan acara Islamic Book Fair yang berlangsung di Jakarta, tokoh besar Sururiyyun, kedatangan DR.Aidh Al-Qarni memiiliki kaitan erat dengan penerbit ini: “Dr. Syaikh Aidh bin Abdillah Al-Qarni hafizhahullah, misalnya, dalam acara silaturrahim bersama Pustaka Al-Kautsar di Hotel Sofyan Betawi –Jakarta, pada 5 Maret 2006 M/ 5 Shafar 1427 H, ketika menjawab pertanyaan seorang penanya tentang hukum syariat aksi bom syahid, beliau menyatakan dukungannya terhadap aksi tersebut adalah bagian dari jihad dan pelakunya insya Allah mati syahid di sisi Allah.” (Siapa Teroris?…, hal.287). Demikianlah hubungan erat antara Pustaka Al-Kautsar dengan kedatangan Aidh Al-Qarni di negeri ini.
[7] Abduh ZA. menulis:”Kebetulan kami bekerja sebagai editor di Pustaka Al-Kautsar, sekaligus yang bertanggung jawab di bagian redaksi” (Siapa Teroris?…, footnote no.27, hal.17)
[8] 1. File www.kautsar.co.id_buku_baru.htm, buku “Siapa Teroris? Siapa Khawarij?” ditulis Abduh Zulfidar Akaha diterbitkan Pustaka Kautsar, membikin kita ingin tahu siapakah dia?
2. File smd.antibidah.net_p_99_comment-30.htm. Tampak Abduh Zulfidar Akaha mengomentari tulisan Membantah fitnah keji terhadap syaikh Salman Audah dan Syaikh Safar Al-Hawali di http://smd.antibidah.net/?p=99#comment-30. Dia memakai alamat www.kautsar.co.id di komentarnya. Tepat, berarti dia memang benar-benar mendukung Pustaka AL Kautsar. Dan tampak Abduh ZA ini punya link dgn Farid Okbah Al Irsyad yang berpemikiran khowarij pembela Salman Audah dan Safar Hawali.
Kutipan : “ana suka ama artikel ini. kirain antum salafi garis keras. tapi kayaknya nggak ya… dengan tulisan or fatwa Syaikh Bin Baz ini, berarti antum tidak setuju dengan buku “MEREKA ADALAH TERORIS”-nya Lukman Ba’abduh, yang menjelek-jelekkan Syaikh Salman Audah dan Syaikh Safar Al-Hawali. Ustadz Farid Uqbah juga tidak setuju dengan buku tersebut. Malah direktur Al-Kautsar nyuruh ana untuk mengcounter buku itu, tapi sepertinya masalah salah-menyalahkan tidak bakalan selesai dengan mengcounter satu buku. Wallahu a’lam. abduh z.a February 2nd, 2006 at 5:04 pm”
Akan datang penjelasan siapa hcl- pembuat situs antibidah.net yang didukung Abduh ZA ini, Insya Allah.
3. File www.fajarilmubaru.com.my_buku_terbaru.htm. Tampak Abduh ZA juga menulis buku berjudul Debat Terbuka – Ahlu Sunnah Vs Inkar Sunnah diterbitkan Pustaka Al-Kautsar. Semakin kental kaitannya dgn Pustaka Al Kautsar
4. File perpus.yarsi.ac.id_baru1_common.php_page_tampil_buku_all_kode_5944.htm. Tampak buku berjudul Sunnah rasul : Sumber ilmu pengetahuan dan peradaban karya Yusuf Qardhawi; diterjemahkan Abduh Zulfidar. Jelas ybs berwala pada Yusuf Qardhawi. Buku ini diterbitkan Gema Insani Press yang dikenal campur aduk.
Keterangan penting: Buku Qaradhawi ini dibedah sampai tiga kali oleh PP.Al Irsyad yang merupakan agenda Majelis Dakwah tahun 200-2001 pimpinan Takfiri-Ba’asyiri-Irsyadi Farid Okbah dan Wakilnya, Quthbi-Ikhwani-Sururi-Irsyadi Yusuf Utsman Ba’isa!! (www.alirsyad-alislamy.or.id/kalender.htm)
5. File www.library.cornell.edu_Asia_acc_acc_sep2003_Indonesia.pdf_abduh_zulfidar.htm, nampak informasi bahwa Abduh ZA berwala dgn Hartono Ahmad Jaiz menerbitkan buku “Membedah Sikap Beragama NU” di terbitkan Pustaka Al Kautsar th 2001.
Kutipan :
“Author: Jaiz, Hartono Ahmad. Title: Bila kyai dipertuhankan : membedah sikap beragama NU / Series Title: 300 p. : ill. ; 21 cm. Publisher: Cet. 1. Number of Pages: Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2001. Edition: Hartono Ahmad Jaiz, Abduh Zulfidar Akaha. Call Number: BP10.N83 J35 2001 Label: 4155191 Abstract: Criticism on religious behavior of the kyais (Muslim leaders) of the N.U. organization, an Islamic organization in Indonesia.// Includes bibliographical references (p. 294-299) ”
6. File groups.yahoo.com_group_buku-islam_message_342.htm. Tampak buku Islam Yes, Terorisme No ditulis campur baur oleh politikus, khawarij, seperti Fauzan Al-Anshari, Salahuddin Wahid, Abduh ZA sebagai editor.Diterbitkan oleh Pustaka AL Kautsar.
Kutipan : Islam Yes, Terorisme No Judul : Terorisme dan Konspirasi Anti-Islam Editor : H Abduh Zulfidar Akaha, Lc. Penulis : – ZA Maulani – AQ Djaelani – Suripto – Adian Husaini
– Salahuddin Wahid – Fauzan Al-Anshari – Riza Sihbudi – Jimly Asshiddiqie – Ade Armando – Munir Penerbit : Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Edisi : Pertama, November 2002 Tebal : xvi + 264 halaman.
7. File muslim.or.id_p_204.htm. Tampak penulis populer LBIA Al Atsary rekomendasikan buku Abduh ZA dgn kalimat [Baca buku: Bila Kyai Dipertuhankan, oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh Zulfidar Akaha 265]. Tampak jelas keakraban Arifin Badri dgn Hartono Ahmad Jaiz dan Abduh ZA dan ditulis dalam tulisannya di situs LBIA ini.
8. File agribisnis.deptan.go.id_FORUM.htm. Tampak alamat email dan rumah serta HP Abduh ZA.
Kutipan : “Pengirim : Abduh Zulfidar Alamat : Jl. Warung Sumir 72 Jatiwarna – Bekasi Telepon : 021-84992250, 8507590 ext. 19 E-mail : [email protected] abduh, HP 08176704642”
9. File www.indonetwork.co.id_Multi_Sejahtera_145531.htm. Nampak alamat Abduh ZA tahun 2005.
Kutipan : “Nama: Bpk. Abduh Zulfidar Akaha [Pemilik/Pengusaha] Nomer Telpon: +622184992250 / 08176704642 Nomer Faks: 021-85912403 Alamat: Jl. Warung Sumir 72 Rt 03/06 Jatiwarna Bekasi Selatan 17415, Jawa Barat Indonesia”
10. File bapusda.com_penelusuran_detail.php_id.htm. Nampak Abduh ZA penulis Al Kautsar kawakan sejak tg 1996.
Kutipan ” Judul : Alquran dan Qiroat Pengarang : AKAHA, Abduh Zulfidar Penerbit : Pustaka Al kausar Tahun Terbit : 1996 Kota Terbit : Jakarta Kolasi : 204 hlm . ; 21 cm.”
11. File www.pasarmuslim.com_content.php.htm. Tampak Abduh ZA jualan madu, lihat no HP, email, alamatnya.
Kutipan :
“JUAL MADU & ROYAL JELLY Abduh Zulfidar Akaha 2005-04-25 09:13:27 Keterangan: Jual madu, royal jelly (cair & bubuk) & bee pollen. madu kapuk 20rb/kg, RJ cair 600rb/kg, RJ bubuk 2jt/kg, BP 65rb/kg. pembelian min 25 kg. hub abduh 08176704642/021-8507590 ext. 19 fax 85912403, email [email protected] (jaktim). Kontak : [email protected] , 08176704642 , Jakarta Timur “
12. File movies.groups.yahoo.com_group_KPTS_message_9.htm . Tampak H. Abduh Zulfidar Akaha, Lc. adalah Manajer Redaksi Pustaka Al Kautsar. Petinggi Al Kautsar lainnya 1. Bapak Drs. Tohir Bawazir (Direktur Pustaka Al-Kautsar) 2. Ustadz Muhammad Ihsan, Lc. (Editor Pustaka Al-Kautsar) 3. Ustadz Drs. Hartono Ahmad Jaiz (Penulis dan pengamat) Al Kautsar.
Kesimpulan :
1. Abduh ZA punya link dgn AL Kautsar sejak lama, Farid Okbah, Hartono Ahmad Jaiz
2. Abduh ZA seorang hizbi yang berpaham Sururi Ikhwani
5. Karya Abduh ZA direkomendasi oleh Arifin Badri
[9] telah kita ketahui sebelumnya, bahwa tuduhan semacam ini juga dilontarkan oleh Syarif Hazza’, Dajjal Mesir kaki tangan Ihya’ At-Turots yang ditanam di Indonesia (Pesantren Al Irsyad Tengaran) untuk mencabik-cabik dan memporak-porandakan dakwah Salafiyyah di negeri ini. Bahkan selebaran Syaiji (murid Abdurrahman Abdul Khaliq) yang disebarkan oleh Hazza’ dan jaringannya Abu NidaYusuf Ba’isa- juga menuduh Syaikh Rabi’ memiliki kaitan dengan Jimmy Carter (Presiden USA di kala itu). Ini semua adalah dusta dan rekayasa!! Tidak ada bukti apapun yang mendukung tuduhan keji tersebut!! Sebaliknya, bukankah Hizbiyyun-Sururiyyun sendiri yang selama ini TERBUKTI TIDAK KEBAL dan HO-OH SAJA terhadap money politik Hizbiyyah?! Bahkan Syaikh Muqbil sendiri mencurigai bahwa Abdurrahman Abdul Khalik adalah jongos Amerika, kenapa? Karena dia berani menghambur-hamburkan uang dan hartanya untuk memecahbelah dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah!! Diseluruh dunia!! Adapun di sini, di negeri ini? Telah siap pasukan bayarannya dan simpatisannya untuk membela dan melegalkan dinar Hizbiyyahnya!! Dan terakhir, seorang pemuda hasil didikan Ma’had Jamilurrahman, Firanda As-Soronji (hasil binaan Ma’had Jamilurrahman yang sekarang studi di Universitas Madinah) telah mengeluarkan sebuah “Buku Emas” (itulah pujian yang luar biasa di kalangan mereka) Lerai Pertikaian, Sudahi Permusuhan yang sekarang ini dielu-elukan oleh segenap Sururiyyin di negeri ini untuk menghantam Salafiyyin. Sesungguhnya, yang melatarbelakangi keberaniannya dalam menghadapi tahdzir dan peringatan “murid-murid ulama Kibar” atas kesesatan dan kejahatan Ihya’ At-Turots itu hanyalah bermodalkan sebuah risalah berjudul “Syahadah Muhimmah li Ulama’ al-Ummah fi Manhaj wa A’maal wa Isdaaraat Jum’iyyah Ihyaa’ at_Turots Al-Islami” yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat Ihya’ At-Turots di Qurtuba, Kuwait. Kita tidak tahu kenapa dia tidak menyebutkan secara lengkap bahwa Kantor Pusat Ihya’ At-Turots Kuwait-lah yang mengeluarkan buku “propaganda” ini! Bahkan, untuk menunjukkan “betapa banyaknya” Kibar Ulama yang mentazkiyah organisasi ini, fatwa ulama tentang Maktabah Thalabul Ilm (Syaikh Utsaimin Rahimahullah, Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh/Mufti, serta Syaikh Bakr Abu Zaid) dan fatwa tentang pencetakan Al-Qur’an-pun (Syaikh Ali bin Nashir Faqihi) dimasukkannya dengan penekanan:”Padahal para ulama besar yang memberikan rekomendasi terhadap yayasan tersebut…”(Lerai.., hal.224) Alangkah mahalnya sebuah arti kejujuran, Allahul Musta’an.
[10] Telah berlalu Cibubur-nya. Abduh ZA. sendiri secara terbuka menyatakan rasa terimakasihnya kepada da’i bijaksana dari Cibubur ini karena kontribusi informasinya dalam penyusunan buku pembelaannya terhadap NII-Ba’asyiri, Ikhwanul Muslimin dan Hizbut Tahrir (lihat pengantar penulis) :”…Ustadz Abu Abdirrahman Al Thalibi atas beberapa informasinya via email dan SMS:…” (Siapa Teroris?…, hal.xxiv)
[11] Lihatlah pembaca sekalian. Di satu sisi, mereka menampakkan diri sangat antipati terhadap gerakan liberalisasi Islam, namun anehnya di sisi lain mereka dengan firqah Ikhwani, Hizbut Tahrir, NII-Khariji, Sururi dan Quthbi justru benar-benar konsekuen menerapkan prinsip “kita saling kerjasama apa yang kita sepakati dan kita hormat-menghormati saling memaklumi apa yang kita berbeda”. Kenapa dengan firqah JIL mereka justru meruntuhkan kaidah yang mereka tegakkan sendiri?! Mana prinsip saling hormat-menghormati dan saling memaklumi perbedaan yang ada? Allahul Musta’an.
[12] Majmu’ah Rasa’il/Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna/hlm 328/penerbit Maktabah At-Taufiqiyah/Tanpa tahun
[13] Majmu’ah Rasail Al-Banna, halaman 330
[14] V/26 Al-Fatawa Al-Kubra .
[15] Kitab Tauhid I/26, tahqiq Syahwan . (Syaikh Muhammad bin Hadi)
[16] Kitab Al-I’tiqad, halaman 88, cetakan Darul Afaq Al-Jadidah, tahqiq Ahmad Isham Al-Katib . (Syaikh Muhammad bin Hadi)
[17] Lihat Jawab Abu Bakr Al-Khathib Al-Baghdadi ‘an Sual Ahli Damasyq fish Shifat, halaman 19-22, cetakan Maktabah Ibnu Taimiyah, tahqiq Amr Abdul Mun’im dan halaman 64-65, cetakan Darul Rayyan Uni Emirat Arab, tahqiq Jamal Azwan . (Syaikh Muhammad bin Hadi)
[18] Lum’atul I’tiqad, halaman 10, cetakan Ad-Darus Salafiyah Kuwait, tahqiq Badrul Badr (Syaikh Muhammad bin Hadi)
[19] Majmu’ah Ar-Rasail Al-Muniriyyah I/181. Kalimat sebelumnya yang dinukilkan oleh Syaikh kita Hafidhahullah dari Al-Juwaini Rahimahullah adalah: Fasal: Kalau kita telah mengetahui hasil itu dan meyakininya, maka kita membersihkan diri dari syubhat ta’wil, kesesatan ta’thil, serta ketololan tasybih dan tamtsil. Dan kita menetapkan adanya Rabb kita di atas…….. (Syaikh Muhammad bin Hadi)
[20] Ini adalah salah satu gelar Nabi pent.Ikhwan ini demikian, maka coba anda bayangkan bagaimana dengan pengikutnya Jika seperti ini yang sempat tertulis, maka bagaimana dengan yang belum tertuliskan Apakah masuk akal, seorang menyangka dirinya berakidah tauhid sementara dia memberikan loyalitasnya kepada siapa yang menghalalkan syirik akbar (syirik besar), dan sebaliknya marah serta memperingatkan orang-orang agar menjauhi para pembela akidah tauhid ?
[21] Yakni: Nabi -pent.
[22] Ingat perkataan Syaikh Hafidhahullah sebelumnya, “Saya katakan: Kalau keadaan para penasehat dan cendekiawan manhaj Al
Kita tambahkan (penyusun): Lebih heran lagi melihat kenyataan di sekeliling kita betapa sekelompok orang yang menisbatkan dirinya kepada dakwah Salafiyyah dan bahkan mengundang –dengan penuh kebanggaan- murid-murid ulama besar ternyata berkoalisi dengan para menerus gerakan sesat tersebut!! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
[23] Janganlah tersembunyi dari anda sekalian –wahai saudaraku- tentang kejahatan Hizbiyyin-Sururiyyin dan pembela Salman Al-Audah terhadap Syaikh Utsaimin rahimahullah (yang Abduh sendiri berusaha melindungi kejahatan Salman dengan mengemukakan pujian Syaikh bin Bazz terhadapnya) ketika Salman dijebloskan ke penjara dan mereka melihat sikap Syaikh rahimahullah yang “tidak menunjukkan pembelaan” terhadap tokoh idola mereka maka mereka mendatangi Syaikh rahimahullah, memegang jenggot beliau dan menarik-nariknya seraya berkata “Ittaqillah!!” (berita ini disampaikan kepada kami oleh Ustadz Usamah dari Syaikh Muhammad bin Hadi dari Syaikh rahimahullah sendiri yang menceritakan kelakuan “kurang ajar” para teroris tersebut!!)
[24] fatwa beliau ini disampaikan ketika Syaikh rahimahumallah masih hidup.
[25] Ya Subhanallah, ajakan muslim.or.id untuk melakukan pembakaran buku teman semanhajnya (Al Thalibi Al Majhuli) masih pula dikatakannya “Jauh lebih santun…”. Jauh lebih santun Luar biasa, sedikit kata-kata tegas Salafiyyin sudah divonisnya sebagai “merasa benar sendiri, yang lainnya sesat, ahli bid’ah, dan ucapan sumbang lainnya!! Adapun ajakan untuk membakar buku teman semanhajnya yang dilontarkan oleh anak buah Muhammad Arifin yang telah mentazkiyahnya?! Jauh lebih santun
Amboi alangkah ….persaudaraan ini.
[26] Abduh ZA. Berkata:”Hanya saja yang membedakan adalah bahwa Ikhwanul Muslimin menerima perbedaan pendapat yang terjadi antara salaf dan khalaf” (ibid, hal.89)
[27] Jangan merayu (baca:dakwahi) mereka kepada dakwah Salafiyyah Ahlus Sunnah!! Kenapa? Karena menunjukkan bahwa bantuan anda tidaklah tulus!! Inilah definisi ketulusan yang diloloskan oleh Turotsiyyin!! Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
[28] Yassalam!! Bersatu padu dengan Ikhwanul Muslimin, pelopor gerakan democrazy, demonstrasi dan penggulingan kekuasaan!!
[29] Muslim dapat 5 bungkus dan orang-orang kafirpun dapat 5 bungkus dan ini adalah keadilan Islam????! Jawablah dengan kejujuran imanmu wahai muslim.or.id yang diasuh oleh Caldok Muhammad Arifin!!
[30] Sungguh sangat menyedihkan, bahwa muslim.or.id dan simpatisannya yang bersikap miring terhadap penggalangan dana yang dilakukan untuk kepentingan Salafiyyin ternyata merekapun malah mempertontonkan eksklusifitasnya secara lebih parah dan …terarah!! Dengan terang-terangan para “pakar proposal” telah menurunkan 5 Megabyte file proposal di situsnya tersebut! 2 pondok, 50 rumah di kompleks pondok, rumah ustadz dan masjid!! Inikah slogan rahmatan lil ‘alamin?! Inikah teriakan 5 bungkus “mie instan” untuk orang-orang NU, Muhammadiyyah dan PERSIS??! Lalu mana jatah 5 lagi “mie instant” untuk orang-orang Kristen itu? Rahmatan lil….Hizbiyyin!! Sendiri!! Allahul Musta’an.
[31] Walaupun pernyataan khabits ini telah dicabut, tetapi kalimat khabits ini justru diperkuat oleh komentar langsung Muhammad Arifin, kutipan:”muhammad arifin badri April 7th, 2006 19:39 20 Bismillahirrahmanirrahim Bukankah sudah terbukti bahwa jareh mufassar yang biasa dibuat tidak terbukti bahkan beberapa waktu lalu sebagian besar dari yang ceroboh membuat jareh mufassar terpaksa mengakui bahwa mereka dengan pait bahwa mereka tidak paham apa itu jareh dan bagaimana caranya, dan dengan apa harus menjareh. Tidaklah cukup gencatan senjata yang beberapa waktu lallu dilakukan untuk membuktikan bahwa banyak orang yang offer acekting (over acting?-peny) sok menenpatkan dirinya sebagai ahli jareh, sehingga serangan jarehnya malah mengenai kawan sendiri bahkan dirinya sendiri, karena hanya membuktikan bahwa dirinya tidak paham. Tidakkah ada orang yang sedikit membuka mata?! Subhanallah,sesungguhnya saya yakin dan tahu bahwa mata saudara-saudara kita tidak buta, akan tetapi hati sebagian kitalah yang pura-pura buta?! Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Sadarlah saudaraku, mengakui kebenaran adalah simbul kepribadian muslim sejati.”
[32] Kami merasa heran dengan Ikhwani satu ini, betapa tidak? Kekacauan berfikirnya tampak nyata karena dia sendiri di bukunya ini juga telah menyebutkan bahwa salah seorang yang bahagia karena bisa menjelek-jelekkan saudaranya sendiri itu adalah Al-Imam Ibnu Katsir Rahimahullah!! Simak tulisannya sendiri:”Bahkan, jika perlu, Ibnu Katsir pun akan menyebut “al-kadzdzab” (sang pendusta) dan “la’anahullah” (semoga Allah melaknatnya) bagi mereka yang layak menyandangnya.” (Siapa Teroris?…, hal.211). Allahumma, kalau demikian keadaannya tentulah tidak ada dakwah bijaksana para A’immah Ahlus Sunnah di sisi Hizbiyyin-Ikhwaniyyin!!
[33] Kalaulah Al-Thalibi Al-Majhuli sedikit meluangkan waktu untuk menyimak artikel ini, tentunya jawaban tersebut akan dia peroleh secara lebih rinci dan lebih mantap. Apa yang tidak mungkin? Walhamdulillah.
[34] Berkata Farid Nu’man penulis buku Al-Ikhwanul Muslimun Anugrah Allah yang Terzalimi (baca:Al-Ikhwanul Muslimun Mendhalimi Anugrah Allah): :”Setelah mereka berdua (Sayyid Quthb dan Hasan Al-Banna) dibunuh, maka keduanya selalu disandingkan dengan gelar Asy-Syahid karena mereka dibunuh dalam keadaan terzalimi dan teraniaya. Penyandangan gelar Asy-Syahid tersebut diakui seluruh lapisan masyarakat dan tersebarluas lewat media massa dan buku-buku tanpa ada protes atau penolakan….Jika mereka berdua melakukan kesalahan, Imam Nawawi, Imam Suyuthi, Imam Ibnul Jauzi, Imam Ibnu ‘Athiyah, Imam Al-Khaththabi, Imam Al-Qastalani dan Imam lainnyapun pernah melakukan kesalahan(!????)(hal.130). Perhatikan wahai saudaraku, dengan siapa kedua pembesar Hizbul Ikhwan hendak dipersandingkan!! Apakah anda ridha bahwa para Imam-Imam Ahlus Sunnah dipersandingkan dengan orang melecehkan Nabiyullah Musa ‘Alaihis Salam?! Apakah anda rela para imam Ahlus Sunnah disejajarkan dengan “Asy-Syahid” yang pernah berkata:”Islam harus berkuasa (memerintah) karena hanya dialah satu-satunya aqidah yang positif dan adaptif yang memadukan antara ajaran Kristen dan Komunisme, perpaduan yang sempurna, yang mencakup tujuan keduanya, saling menambah, saling melengkapi dan seimbang”(Ma’rakah Al-Islam wa Ar-Ra’samaliyah, hal.61)
Sungguh telah terjadi pengkhianatan yang luarbiasa sebagai bukti nyata Farid Nu’man untuk tetap menggiring para pengikut Hizbul Ikhwan agar membabibuta menjatuhkan diri mereka ke jurang kebinasaan fanatisme bahwa tulisan Sayyid Quthb yang luarbiasa jahat dan busuk tentang Islam (sebagai “satunya aqidah yang positif dan adaptif yang memadukan antara ajaran Kristen dan Komunisme, perpaduan yang sempurna!!”) ternyata tidak dicantumkan dalam bukunya (Al-Ikhwanul Muslimun Mendhalimi Anugrah Allah) dan sebaliknya langsung menulis:”Justru kami merasa heran dengan para penghujat yang menganggap Sayyid berbau Khawarij atau tukang mengkafirkan orang, padahal mereka sendiri telah berlaku demikian terhadap Sayyid Quthb. Itu bukanlah isapan jempol. Tokoh mereka, Syaikh Hammad bin Muhammad Al-Anshari berkata ketika mengomentari pemikiran Sayyid Quthb yang dianggap nyleneh (bukan hanya nyleneh! Tetapi sesat dan menyesatkan!!-peny);” Jika orang yang berkata seperti itu masih hidup, maka dia harus dicela jika mau bertaubat, jika tidak mau, maka dia harus dibunuh karena murtad. Jika dia telah meninggal, maka harus dijelaskan bahwa perkataan semacam itu adalah perkataan batil dan kita tidak perlu mengkafirkannya karena tidak mengetahui alasannya mengatakan demikian” (Al-Ikhwan Mendhalimi.., hal.137). Kalau saja Farid Nu’man hendak mendakwahkan kebenaran dan mampu bersikap obyektif, tentu saja dia akan berani menunjukkan “seperti apa” tulisan Sayyid Quthb yang dianggap oleh Syaikh hammad Al-Anshari adalah nyleneh. Hanya saja dia (Farid) tahu benar kalau tulisan Sayyid tersebut dicantumkannya, maka kenyataan ini hanya akan memperkuat bukti betapa “Al-Ikhwanul Muslimun Benar-Benar Telah Mendhalimi Anugrah Allah!” Ya, “Al-Ikhwanul Muslimun Benar-Benar Telah Mendhalimi Islam!”
Contoh ke-2 “Al-Ikhwanul Muslimun Benar-Benar Telah Mendhalimi Anugrah Allah”, di halaman 137-138 Farid menulis:”Bahkan, manhaj dakwah Ikhwanul Muslimun pun dikafirkan tokoh mereka, yaitu Syaikh Rabi’ bin Hadi Al-Madkhaly Hafizhahullah wa ghafarahullah. Ia berkata, Sebenarnya dakwah Ikhwanul Muslimun didasarkan pada manhaj orang kafir barat yang dibungkus dengan pakaian Islam”. Dan lagi-lagi Farid telah berbuat lancung dan khianat dengan menyembunyikan dari pandangan umat tentang bukti yang disodorkan oleh Syaikh Rabi’ sehingga beliau menyatakan bahwa “dakwah Ikhwanul Muslimun didasarkan pada manhaj orang kafir barat yang dibungkus dengan pakaian Islam”. Ternyata semua kesesatan itu hanyalah nukilan beliau yang bersumber dari tulisan Muhammad Al-Ghazali sendiri!!
Berkata Al-Ghazali Al-Ikhwani: “Saya melihat bahwa untuk mencapai tujuan ini kita harus mengambil secara rinci prinsip-prinsip yang diletakkan oleh sosialisme modern. Apa yang kita ambil selama ini –seperti yang kita ambil dari demokrasi modern- masih setengah-setengah. Jika masih seperti itu terus, maka aqidah dan prinsip-prinsipnya tidak akan kita ketahui. Ke depan, kita harus menerapkannya dalam berbagai macam segi untuk memperkuat kepemilikan yang besar dan memperbesar kemaslahatan umum” (Al-Islam Al-Muftara ‘Alaihi, hal 66).
Demikianlah sedikit contoh bagaimana makar dan pengkhianatan Farid Nu’man dan bukunya “Al-Ikhwanul Muslimun Mendhalimi Anugrah Allah!”
[35] Namun yang sebenarnya ialah beliau Musa ‘Alaihis Salam mempunyai kedudukan yang agung lagi tinggi disisi Allah yang mewajibkan atas manusia untuk memuliakan dan mengagungkannya layaknya seluruh para nabi .
Allah berfirman tentangnya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ ءَاذَوْا مُوسَى فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا (69)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah .” (QS. Al-Ahzab: 69)
وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى (13)
“Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu) .” (QS. Thaha: 13)
Sebenarnya cukuplah bagi Sayyid untuk membaca hadits-hadits tentang para Nabi di kitab Shahih Al-Bukhariy, agar dia dapat mengetahui kalau dia telah melampaui batas, melenceng, melayang jauh dalam khayalannya yang membawa terbang, uslub pengisahannya yang memburukkan, serta perumpamaan yang dia lekatkan berupa; temperamental, fanatik suku, kasar, kagetan tidak tenang, dan tegang kepada Kalimullah dan Rasul-Nya Musa ‘Alaihis Salam.
Imam Al-Bukhariy Rahimahullah telah mengeluarkan dalam Shahih-nya dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu yang berkata: Nabi membagikan pembagian, maka seseorang berkata “Sesungguhnya ini adalah pembagian yang tidak diinginkan dengannya Wajah Allah (a)”. Saya mendatangi Nabi dan mengabarkannya, maka Beliau murka. Saya melihat kemarahan tampak pada wajahnya, lalu Beliau (b) bersabda: “Semoga Allah merahmati Musa©. Sesungguhnya dia telah disakiti lebih dari ini maka dia bersabar .”
Sesungguhnya apa yang dinisbatkan oleh Sayyid kepada Kalimullah dan Nabi-Nya Musa ‘Alaihis Salam itu menafikan apa yang seharusnya Beliau ‘Alaihis Salam dapatkan dari penghormatan dan pemuliaan. Ini adalah persoalan yang membuat berdiri bulu kuduk, serta hukum perbuatan berbahaya ini sangat besar dan berat disisi para ulama. Silahkan merujuk kepada kitab Asy-Syifa’ karya Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah dan Ash-Shorimil Maslul ‘Ala Syatimir Rasul karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah.
[36] . Apakah para nabi Alaihimus Salam, para shahabat Radhiyallahu ‘Anhum dan orang-orang shalih Radhiyallahu ‘Anhum Ajma’in mereka semuanya mempunyai keadaan bergantung kepada seni laksana ketergantungan Sayyid Quthub beserta sanjungannya itu ?!
[37] Dengan bukti terang benderang ini, jawablah secara jujur wahai Hizbul Ikhwanul Muflisin! Siapakah yang mengekor dan berkiblat pada Amerika dan hasil budaya sekulernya? Siapa sesungguhnya yang menjadi agen-agen liberalisme-sekulerisme untuk menghancurkan dunia Islam dan kaum Muslimin?!
[38] 13. Al-Qaradhawi Menghalalkan Nyanyi dan Musik
Berkata Al-Qaradhawi :
Dan di antara hiburan yang menenangkan jiwa, menyenangkan hati, dan dinikmati oleh telinga adalah nyanyian. Islam telah membolehkannya selama tidak mengandung unsur-unsur fahisy (keji), kata-kata kotor atau mendorong perbuatan dosa. Dan tidak apa-apa pula jika diiringi musik (yang tidak terlalu keras) dan mustahab diadakan dalam acara-acara ceria, untuk menunjukkan suka cita dan ketenangan jiwa seperti hari raya, pengantin, menyambut kedatangan, saat pesta, nikah, akikah, dan kelahiran anak. (Al Halaal wal Haraam halaman 391)
Dalam kesempatan lain Qaradhawi menambahkan :
Sesungguhnya nyanyian tersebut pada dasarnya tidaklah haram, baik memakai alat musik ataupun tidak memakai alat (musik. (Sayidatii 678)
Ketika diwawancarai oleh wartawan sebuah koran dengan pertanyaan : “Apa pendapatmu tentang musik?” Qaradhawi menjawab :
Apabila tidak terlalu keras dan tidak merangsang pemikiran yang ditolak oleh Islam maka tidak ada halangan. (Harian Adibbarul Usybu’ nomor 401, 5 Maret 1994)
Pembaca yang budiman, pernyataan tersebut mempunyai beberapa kejanggalan, antara lain :
Pertama, batasan tidak terlalu keras dan tidak merangsang perasaan. Hal ini dikomentari oleh Syaikh Al Albani rahimahullah sebagai berikut :
“Batasan ini hanyalah teori yang tidak mungkin dipraktikkan karena yang membangkitkan perasaan adalah relatif berbeda seiring dengan perbedaan watak dan karakter seseorang laki-laki dan perempuan, tua dan muda, panas dan dingin, dan sebagainya. Ini tidak tersamar lagi bagi orang pandai. Sungguh demi Allah, aku sangatlah heran dengan ulama Al Azhar yang selalu mendakwahkan batasan teoritis ini, di samping menyelisihi hadits-hadits yang shahih, madzhab imam yang empat, perkataan para ulama Salaf, mereka juga menciptakan alasan-alasan dari diri mereka sendiri yang belum pernah diucapkan oleh seorang pun dari imam yang diikuti. Maka dampak akhirnya adalah membolehkan apa yang diharamkan (seperti musik dan lagu) ini menurut mereka juga.” (Tahriimu Aalaat Ath Tharb halaman 7)
Kedua, perkataannya dan mustahab diadakan dalam acara-acara ceria, aku tidak mengerti apa yang dimaksud dengan disenangi (istihbab). Apakah ini secara syar’i sehingga orang yang mendengarnya dalam acara-acara pesta, resepsi, dan lain-lain mendapatkan pahala? Seandainya ini yang dimaksud sungguh Qaradhawi telah mengada-ada atas nama Allah dengan kedustaan atau yang dimaksudkannya sesuai dengan apa yang disenangi syaithan. Karena nyanyian adalah seruling mereka yang menyampaikan kepada zina dan fahisyah (perbuatan keji). Maka hendaknya dia memilih salah satu di antara keduanya.
Sebenarnya, pembolehan nyanyian oleh Qaradhawi adalah hal yang berlawanan dengan Al Qur’an dan As Sunnah serta perkataan para imam Muslimin yang terdahulu dan sekarang. Allah berfirman :
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan Allah itu olok-olokkan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan. Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbat di kedua telinganya maka beri kabar gembiralah dia dengan adzab yang pedih.” (QS. Luqman : 6-7)
Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Mujahid, dan Ikrimah menafsirkan lafadh lahwal hadits (perkataan yang tidak berguna) dengan nyanyian.
Bahkan Ibnu Mas’ud telah bersumpah bahwa yang dimaksud dengan al lahwu adalah nyanyian. Bahkan beliau mengulangi sumpahnya tiga kali. Allah berfirman :
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqan : 72)
Sebagaimana yang ditafsirkan oleh Muhammad bin Al Hanafiyah, Mujahid, dan Ibnul Qayyim rahimahullah, makna az zuur dalam ayat ini adalah nyanyian. Allah berfirman :
“Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini dan kamu mentertawakan dan tidak menangis sedang kamu melengahkan(nya).” (QS. An Najm : 59-61)
Ibnu Abbas menjelaskan bahwa as samuud adalah nyanyian, dari bahasa Himyar (nama satu kabilah di Arab). Dikatakan samada lana, berarti menyanyi untuk kami. Dalam Ash Shihhah disebutkan bahwa as samuud adalah al lahwu (nyanyian) dan as samiid adalah al lahiy (orang yang bernyanyi). Dikatakan pada Luqainah asmidiina berarti lalaikanlah kami dengan nyanyian. Ibnul Jauzi menyebutkan arti as samuud itu ada 5, yaitu al lahwu (lalai), al i’raadh (berpaling), al ghinaa’ (nyanyian), al ghiflah (lupa), dan al asyir wal bathr (sombong). (Zaadul Muyassar VIII:86)
Aku berkata, siapa yang mencermati masalah ini maka ia akan mendapatkannya dalam nyanyian karena bisa memalingkan kita dari Allah serta menimbulkan kelalaian, kesombongan, dan takabur.
Dalam Shahih Al Bukhari disebutkan hadits Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari, dia mendengar Nabi bersabda :
“Akan ada dari umatku kaum yang menghalalkan zina dan sutera, khamr dan alat musik.”
Dalam hadits tersebut alat-alat musik dikaitkan dengan khamr dari sisi keharamannya. Karena khamr mengotori jasad dan akal pikiran dan nyanyian mengotori ruh (jiwa) sehingga mabuklah seseorang karenanya. Apabila telah tergabung dalam diri seseorang kotoran jasad, akal pikiran, dan jiwa maka tercipta sebuah kejahatan yang besar yang menakutkan.
Menjelaskan hadits tersebut, Ibnul Qayyim berkata :
“Dari sisi pendalilan dari hadits ini bahwa alat musik ini adalah alat-alat yang melalaikan semuanya, tidak ada perselisihan di antara ahli bahasa tentang hal itu. Andaikata nyanyian itu halal maka Rasulullah tidak akan mencela orang yang menghalalkannya dan tidak pula menyamakannya dengan orang yang menghalalkan khamr.
Al Harru mempunyai makna penghalalan kemaluan yang sebenarnya diharamkan. Sedangkan al khazzu adalah sejenis sutera yang tidak dipakai oleh para shahabat (karena al khazzu ada dua macam, yang terbuat dari sutera dan dari bulu domba). Hadits ini telah diriwayatkan dengan dua bentuk.” (Ighaatsatul Lahfan I:291)
Qaradhawi telah tertipu dengan pendhaifan hadits ini oleh Ibnu Hazm rahimahullah. Padahal para ulama telah menjelaskan kesalahan Ibnu Hazm dalam masalah tersebut. Ibnu Shalah berkata :
“Tidak usah diperhatikan penolakan Abu Muhammad bin Hazm terhadap hadits yang dikeluarkan oleh Bukhari dari Abu ‘Amir atau Abu Malik Al Asy’ari dari Rasulullah :
‘Akan ada dari umatku kaum yang menghalalkan zina dan sutera, khamr dan alat musik.’
Dari sisi bahwa ketika Bukhari menyebutkan hadits ini ia berkata, berkata Hisyam bin Ammar dan menyebutkannya dengan sanadnya. Maka Ibnu Hazm menyangka bahwa hadits ini munqathi’ (terputus) antara Bukhari dan Hisyam dan menjadikannya sebagai bantahan terhadap hadits ini sebagai dalil atas diharamkannya alat-alat musik. Ia telah salah dalam pelbagai sisi sedangkan hadits ini adalah shahih karena telah diketahui ittishal-nya (tersambungnya) berdasarkan syarat hadits shahih.” (Al Fath I:52)
Ibnul Qayyim berkata :
“Siapa yang mengomentari (melemahkan) hadits ini, tidak bisa berbuat apapun (seperti Ibnu Hazm) dalam mendukung madzhabnya yang bathil dalam membolehkan hal-hal yang melalaikan dan tuduhan bahwa hadits tersebut munqathi’ karena Bukhari tidak menyambung sanadnya. Jawabannya adalah, ini hanyalah wahm (sangkaan yang lemah) dilihat dari berbagai sisi.”
Kemudian ia menyebutkan bantahannya. (Ighaatsatul Lahafan I:290)
Setelah menyebutkan pendapat Ibnu Hazm tentang hadits ini, Syaikh Al Albani mengatakan :
“Dan tidak tersamar lagi bagi para thalabul ilmi lebih-lebih para ulama tentang pemaksaan yang berlebih-lebihan karena terputusnya sanad jikalau benar tidak harus menghukumi bahwa matan hadits tersebut palsu. Apalagi sanad hadits tersebut tersambung dari jalan lain dari Bukhari sendiri dan jalan yang ketiga ada pada kami sebagaimana telah disebutkan dan yang akan datang.
Meski demikian, Qaradhawi dan Al Ghazali serta para pengikutnya tetap saja menutup mata mereka dan bertaklid kepada Ibnu Hazm. Apakah hal tersebut timbul dari kejahilan mereka ataukah karena hawa nafsu saja. Wal ‘iyaadzubillah.” (Al Albani, Tahriimu Aalati Ath Tharb halaman 82-83)
Dan di antara dalil yang menunjukkan haramnya nyanyian adalah hadits Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda :
“Ada dua buah suara yang dilaknat di dunia dan akhirat yaitu seruling ketika mendapat nikmat dan lonceng tatkala terkena musibah.” (Dikeluarkan oleh Al Bazzar dan dihasankan oleh Al Albani, Tahriimu Aalati Ath Tharb halaman 52)
Dan hadits Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengharam khamr, judi, dan gendang.” (HR. Abu Daud, Baihaqi, Ahmad, dan sebagainya. Dishahihkan oleh Al Albani, Tahriimu Aalath Ath Tharb halaman 56)
Hadits Imran bin Husain, bahwa Rasulullah bersabda :
“Akan datang dalam umat ini kehinaan, keburukan, dan fitnah.” Maka berdirilah salah seorang Muslim : “Wahai Rasulullah, kapankah itu terjadi?” Beliau menjawab : “Apabila telah muncul biduanita dan alat-alat musik dan khamr diminum.” (Dikeluarkan oleh Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Albani, Tahriimu Aalati Ath Tharb halaman 56)
Berdasarkan hadits-hadits tersebut maka para Salaf rahimahumullah benar-benar mengharamkan nyanyian dan sangat menjauhinya. Diantaranya riwayat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhu, beliau berkata :
“Rebana itu haram, alat-alat musik haram, gendang itu haram, dan seruling itu haram.” (Dikeluarkan oleh Baihaqi dan dihasankan oleh Al Albani, Tahriimu Aalati Ath Tharb halaman 92)
Riwayat Said bin Al Musayyab Radliyallahu ‘anhu, ia berkata :
“Sesungguhnya aku membenci nyanyian dan menyenangi kata-kata yang indah (pantun).” (Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannaf dan dihasankan oleh Al Albani, Tahriimu Aalati Ath Tharb halaman 99 dan 101)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah menukil kesepakatan keempat imam atas diharamkannya nyanyian. Syaikh berkata :
“Sesungguhnya mereka bersepakat atas dilarangnya alat-alat musik yang merupakan alat-alat yang melalaikan seperti kecapi dan lain sebagainya dan seandainya ada orang yang merusaknya maka ia tidak perlu menggantinya bahkan dilarang menuntut mereka menggantinya.” (Minhaj Sunnah III:439)
Berikut ini beberapa riwayat dari selain imam yang empat, Abu Amr bin As Shalah berkata :
“Adapun dibolehkannya mendengar (nyanyian) ini dan menghalalkannya maka ketahuilah apabila rebana, seruling, dan nyanyian telah berkumpul maka mendengarkannya adalah haram menurut para ulama mazhab dan ulama Islam lainnya. Dan tidak ada satupun riwayat yang shahih dari ulama yang mu’tabar (diakui) dalam hal ijma’ dan ikhtilaf bahwa ada yang memperbolehkan mendengar nyanyian ini.” (Fataawaa Ibnu Shalaah, Ighatsatul Lahafan I:257)
Dari ulama zaman ini yang juga mengharamkan nyanyian adalah Syaikh Abdurrahman As Sa’di, Al Albani, Bin Baz, Ibnu ‘Utsaimin, Al Fauzan, Syaikh Muqbil bin Hadi Hafidhahumullah, dan lain-lain.
Pembaca yang budiman, telah jelas bagi kita hukum nyanyian dalam syariat dan ijma’ para ulama sebagaimana diriwayatkan oleh Syaikhul Islam dan Ibnu Shalah. Hal ini membuktikan bahwa Qaradhawi sama sekali tidak menerima Al Qur’an dan As Sunnah. Dia juga tidak mengagungkan para imam dan ulama.
Qaradhawi juga tidak menerapkan kaidah yang telah ditetapkannya sendiri ketika mengatakan :
Sesungguhnya kesepakatan seluruh manusia atas satu perkara adalah hal yang tidak mungkin terjadi (mustahil) hingga mereka tidak bersepakat atas hakikat yang paling tinggi (agung) yaitu iman kepada Allah saja.
Oleh karena itu cukup apabila orang kebanyakan bersepakat dalam satu perkara.
Lantas dimanakah kaidah ini dalam masalah nyanyian yang telah disepakati keharamannya? yang penting baginya adalah mengerjakan apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya.
Wahai pembaca yang budiman, kiranya tidak terlalu berlebihan apabila aku mengatakan kepadamu bahwa Qaradhawi ini hanya mengikuti hawa nafsunya. Jika tidak, pastilah ia menerima dalil-dalil dari Al Qur’an dan As Sunnah. Allah berfirman :
“Siapakah yang paling sesat jalannya dari orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa petunjuk dari Allah?” (QS. Al Qashash : 50)
Senang Terhadap Nyanyian Dan Mengidolakan Artis Wanita Faizah Ahmad
Pembaca yang budiman, bisa jadi Anda terkejut dengan judul ini. Mungkin saja Anda meragukan, tidak percaya, dan bisa jadi membuang jauh-jauh tudingan tersebut dari sosok Qaradhawi seraya menuduh penulis buku ini dengan tuduhan yang tidak-tidak. Ini wajar karena Qaradhawi saat ini sedang dipuja-puja oleh pers dan media massa dengan julukan faqihul Islam (ahli fiqih) sehingga orang menyangka bahwa dia adalah satu-satunya ulama di zamannya.
Tetapi Qaradhawi sendiri membantah keraguan tersebut dengan pengakuannya sendiri kepada wartawan Harian Ar Raayah edisi 597, 20 Jumadil Ula 1419 H ketika mengadakan wawancara dengan Qaradhawi. Dalam wawancara tersebut sang wartawan berkata :
[ Terdengar olehku suara nyanyian yang berasal dari dalam rumah Qaradhawi maka aku tertawa dan berkata, untuk siapa Dr. Qaradhawi mendengarkan nyanyian? Qaradhawi menjawab :
“Sebenarnya aku tidak mempunyai waktu untuk mendengar nyanyian, akan tetapi aku mendengarkan nyanyian Abdul Wahhab, antara lain Al Bulbul, Yaa Samaa’as Syarq Juduudi bidh Dhiyaa’ ataupun Akhii Jaawazadh Dhaalimuunal Madaa. Dan kadang-kadang aku mendengarkan nyanyian Ummu Kultsum antara lain Nahjil Burdah, Saluu Lubbii Ghadaata Salaa Wa Taabaa. Dan aku senang sekali mendengarkan dan sangat terkesan dengan suara Faizah Ahmad. Dia melantunkan nyanyian keluarga yang berjudul Sittul Habaayib, Yaa Habiibii Yaa Khuuyaa wa Yaa Buu’iyaalii dan Baitul ‘Izzi Yaa Bitnaa ‘Alaa Baabaka ‘Inibitnaa. Ini semua adalah lagu yang sangat merdu sekali.
Suara Faizah Ahmad yang tengah mendendangkan lagu Sittul Habaayib tidak ada pengaruh buruknya. Demikian pula dengan suara Syadiyah yang melantunkan lagu Yaa Dibilatul Khuthuubah dan Uqba Lanaa Kullinaa Yaa Ma’abbaanii Yaa Ghaalii, ini adalah nyanyian yang kita dengarkan pada pesta-pesta pernikahan. Aku juga mendengar lagu Al Quds dan Makkah yang dinyanyikan Fairuz. Akan tetapi aku tidak mengikuti lagu-lagu cinta. Bukan karena itu haram tetapi karena sibuk. Dan aku tidak bisa mengikuti lagu-lagu cintanya Ummu Kultsum secara lengkap karena terlalu panjang dan butuh orang yang benar-benar menghabiskan waktu untuknya.”
Kemudian Syaikh tersenyum seraya berkata :
“Dan jangan tanyakan kepada siapa aku mendengarkan nyanyian dari generasi muda karena aku adalah termasuk generasi lama. Dan menurutku, para penyanyi laki-laki dan perempuan dari generasi lama lebih dekat di hatiku daripada penyanyi generasi baru.” (Harian Ar Raayah edisi 597, 20 Jumadil Ula 1419 H) ]
Saudaraku pembaca yang budiman, jelaslah sekarang siapa Qaradhawi sejatinya. Ternyata dia adalah orang yang tidak mengindahkan firman Allah dan sabda Rasulullah serta tidak menghargai wasiat para imam dan ulama. Dia hanya menjadikan akalnya sebagai petunjuk dan hawa nafsunya sebagai kendaraan.
Seorang yang di rumahnya terdapat berbagai fasilitas yang merusak seperti televisi, video ataupun kaset-kaset nyanyian. Sedangkan keluarganya turut mendengar dan menyaksikannya sebagaimana disebutkan oleh wartawan Ar Raayah dengan penuh keheranan. Betapa banyaknya seniman laki-laki maupun perempuan yang ia dengarkan. Terlebih lagi dia hafal berbagai judul lagu mereka di luar kepala.
Pembaca yang budiman, lihatlah betapa tipisnya rasa malu yang dimiliki Qaradhawi ketika mengatakan :
“ … dan terlebih lagi aku senang sekali mendengarkan dan sangat terkesan dengan suara Faizah Ahmad.”
Ucapan Qaradhawi ini tidak pantas disampaikan oleh seorang abangan, terlebih lagi oleh seorang intelektual yang bergelar doktor, syaikh, faqihul Islam, dan seterusnya. Begitu pula dengan ucapannya :
“… aku tidak mengikuti lagu-lagu cinta bukan karena itu haram tetapi karena sibuk dan aku tidak bisa mengikuti lagu-lagu cintanya Ummu Kultsum secara lengkap karena terlalu panjang dan butuh orang yang benar-benar menghabiskan waktu untuknya.”
Seandainya Qaradhawi mengharapkan ganjaran dari syaithannya dan menghabiskan waktunya untuk itu, yang demikian lebih baik daripada menghabiskan waktu untuk menulis sesuatu yang mengaburkan perkara din dan umat Islam.
Dan perhatikan ucapannya :
“… dan menurutku, para penyanyi laki-laki dan perempuan dari generasi lama lebih dekat di hatiku daripada penyanyi generasi baru.”
Padahal Nabi bersabda :
“Seseorang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang disukainya.”
Saudaraku pembaca yang budiman, dimanakah sifat ulama rabbani dari sosok Qaradhawi ini? Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Tepatlah apa yang dikatakan oleh seorang penyair :
Dia ditugaskan untuk memperbaiki manusia padahal dia sendiri yang menyimpang
Maka bagaimana mungkin bayangan bisa menjadi tegak lurus jikalau batangnya sudah bengkok?
14. Sering Melakukan Kebiasaan Barat
Salah seorang wartawan melontarkan pertanyaan kepada Qaradhawi menanyakan kebiasaan Eropa tertentu yang sering dilakukannya, Qaradhawi menjawab :
Sejak dua tahun yang lalu aku sering jogging sekitar tiga kilometer setiap hari di teluk Kornesy, Dauhah. Kemudian aku berhenti dari kebiasaan ini tatkala aku merasa sakit sekali pada persendianku dan aku merasa telah menjangkiti tulang rawan. Bahkan sekarang aku menjadi sangat lelah apabila berjalan sebentar saja. Sekarang aku tidak mempunyai kebiasaan kecuali hanya membaca dan menulis. Bila lelah membaca atau menulis aku menonton beberapa film, sinetron, drama seri atau video sebagai hiburan. Kemarin aku melihat di televisi Mesir sebuah film yang aku lupa judulnya. Pemeran utamanya adalah Nur Syarif dan Ma’ali Zayid. Dalam ceritanya, Nur Syarif dipenjara karena tuduhan mencuri tiga perempat juta pound. Dia didhalimi karena ada seorang dalang dari kejahatan ini … .
Aku tertawa melihat Adil Imam dan Duraid Al Laham dalam film Al Irhaab wal Kibaab dalam peran yang mempertontonkan keberanian mengesankan. Demikian pula dengan artis Suriah Damuh Khofif (aku tidak ingat namanya). Sebenarnya aku lebih suka film-film komedi karena menghibur hati dari penat dan capai. (Harian Ar Raayah edisi 5970, 20 Jumadil Ula 1419 H)
Pembaca yang budiman, apakah orang seperti ini pantas diberi gelar faqihul Islam dan hujjah zaman ini, seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak punya ilmu sama sekali? Ataukah sepantasnya dinobatkan sebagai Safihuz Zaman wa Mufsidul Anam (manusia dungu dan perusak insan zaman ini)?
Jika mencermati perkataan Qaradhawi, pembaca akan mengetahui bahwa dia sedang memuji film yang menghina orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah dan agama. Meskipun film berjudul Al Irhaab wal Kibaab yang diperankan oleh Adil Imam itu menghina sunnah tapi Qaradhawi masih berkata :
“Aku tertawa melihat Adil Imam Khassah dalam Al Irhaab wal Kibaab.”
Sebuah syair berkata :
Di langit terdapat burung-burung yang bernama Buqa’ (elang)
Sungguh burung-burung sangat serupa dengannya
Qaradhawi sendiri tidak membantah bahkan memperkuat bukti bahwa dia aktif mengikuti acara-acara televisi :
Aku rajin mengikuti televisi apabila aku punya waktu aku melihat tayangan-tayangan berita, beberapa acara budaya, beberapa film seri yang bertema politik. (Sayyidati nomor 678, 05 November 1994)
(Sumber : Kitab Raf’ul Litsaam ‘An Mukhaalaafatil Qaradhawi Li Syari’atil Islaam, edisi Indonesia Membongkar Kedok Al Qaradhawi, Bukti-bukti Penyimpangan Yusuf AL Qaradhawi dari Syari’at Islam. Penerbit Darul Atsar Yaman)
Sumber artikel : http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=653
Perhatikanlah wahai saudaraku, betapa Partai Keadilan Sejahtera ternyata tidak lebih dari pengekor “khayalan” Sayyid Quthb, Al-Qaradhawi bahwa seni musik, teater, film dan sejenisnya adalah sarana dari sarana dakwah! (Lihat Fatwa-Fatwa Dewan Syari’ah Pusat Partai Keadilan Sejahtera, bab3. Fiqih Kontemporer, fatwa no.37-39, hal.154-160)
Dan sekarang lihatlah wahai saudaraku, apa yang dikatakan oleh Farid Nu’man tentang Qaradhawi si pengagum Ahli Musik Faizah Ahmad: “Ia adalah Imam Syafi’i masa kini yang mampu memadukan pandangan dan memuaskan emosi ahlun nazhar (kalangan rasionalis) dan ahlul atsar (ahli hadis). Jika iImam Syafi’I adalah pelopor kajian Ushul Fiqh, Al-Qaradhawy adalah pelopor Ushul Fiqh Al-Muyassar (mudah). Kedua imam itu sama-sama memiliki diwan (kumpulan syair) dan mereka sama-sama dikenal sebagai seorang penyair sebelum akhirnya dikenal sebagai ulama…Pembeda antara keduanya adalah zaman dan kondisi masyarakatnya”(Al-Ikhwan Mendzalimi…, hal.173).
Kita katakan:”Sungguh ini adalah pelecehan dan sikap dhaliman terhadap kehormatan Al-Imam Syafi’i Rahimahullah!!” Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
[39] Ini adalah tuduhan yang luar biasa keji!! Penuh tipu daya dan kedustaan yang tiada henti dihembuskan oleh kalangan Syi’ah Rafidhah, Tashawwuf, ataupun kalangan Hizbiyyin dari Neo-Khawarij, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir dan sejenisnya kepada dakwah Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, seolah melengkapi hinaan mereka setelah menyebut dakwah beliau sebagai aliran Wahhabiyyah-Wahhabisme!
“Belahan bumi Najd secara umum tidak menyaksikan adanya pengaruh apapun dari Daulah ‘Utsmaniyyah terhadapnya. Demikian juga kekuasaan Daulah ‘Utsmaniyyah tidak sampai menyentuh bumi Najd”(Tarikh Al-Biladil ‘Arabiyyah As-Su’udiyyah, DR. Munir Al-“Ajlani)
“Tidak seorangpun penguasa ‘Utsmaniyyah yang datang ke sana. Tidak pula perlindungan keamana Turki menyentuh daerah-daerah Najd sejak jauh hari sebelum munculnya dakwah Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Rahimahullah. Diantara bukti yang menunjukkan hakekat sejarah tersebut adalah:Penelitian pembagian daerah-daerah kekuasaan Daulah ‘Utsmaniyyah dari sebuah catatan resmi Turki yang berjudul:”Qawanin Ali ‘Utsman Durr Madhamin Daftar Diwan (Undang-Undang Dinasti ‘Utsmani yang Dikandung oleh Catatan Sipil Negeri tersebut) karya Yamin Ali Afnadi, seorang penanggung jawab resmi catatan sipil Al-Khaqani pada tahun 1018H, bertepatan dengan tahun 1690 M. Catatan tersebut disebarkan Sathi’ Al-Hashri melalui buku “Negara-Negara Arab dan Daulah ‘Utsmaniyyah”
Melalui catatan resmi tersebut, diketahui dengan jelas bahwa sejak awal abad ke-11 H, Daulah ‘Utsmaniyyah terbagi menjadi 32 propinsi, 14 diantaranya adalah Propinsi-propinsi Arab. Dan daerah Najd tidak termasuk dalam 14 bagian tersebut, kecuali hanya wilayah Al-Ahsa’, itupun jika kita menganggap Al-Ahsa’ merupakan bagian dari Najd” (lihat kitab Al-Biladul ‘Arabiyyah wa Ad-Daulah Al-‘Utsmaniyyah, karya Sathi’ Al-Hashri hal.230-240; dan Intisyaru Da’wati Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Kharija Al-Jazirah Al-‘Arabiyyah, karya Muhammad kamal Jam’ah, hal.13 dalam Asy-Syari’ah, no.22/II/1427H/2006, hal.14-15)
Lagi-lagi –wahai Agung Sulistyo Hacker Hizbiyyun-Irhabiyyun- engkau harus berhadapan dengan tulisan Ustadz Luqman Ba’abduh!! Sayang sekali, tulisanmu tidak didukung fakta dan data sama sekali sebagaimana jalan yang ditempuh oleh orang yang menghargai kehormatan dirinya ketika memberanikan diri terjun di medan ilmiyyah!! Tuduhan usang bahwa Salafiyyun adalah keturunannya Khawarij!! Bukankah tuduhan para penyembah kubur juga sama persis dengan tuduhan dusta yang kalian (dari kalangan Hizbiyyun Ahlul Bathil) sebarkan?! Ataukah kalian satu sama lain saling berbisik sebelum melontarkannya?! Lalu seperti apakah gerangan wujud dari Daulah Utsmaniyyah yang kalian –wahai Hizbiyyun- tangisi keruntuhannya bahkan kalian peringati?!
“Pemerintahan Daulah ‘Utsmaniyyah beranggapan bahwa gerakan Tashawwuf merupakan inti agama Islam. Sehingga para penguasanya benar-benar menghormati dan merendahkan dirinya dihadapan tokoh-tokoh tashawwuf serta berlebihan dalam mengagungkan mereka. Di negeri tersebut dan daerah-daerah kekuasaannya dipenuhi dengan kuburan-kuburan yang diagungkan dan dikeramatkan dengan didirikannya kubah-kubah di atasnya. Hal itu dilindungi secara resmi oleh Daulah ‘Utsmaniyyah! Sehingga banyak umat yang berdatangan ke kubur-kubur dalam rangka mengagungkannya. Demikian juga menyembelih Qurban dan bernadzar untuk selain Allah telah tersebar luas dan merata di Daulah ‘Utsmaniyyah. Do’a dan istighatsah kepada kubur merupakan suatu keadaan yang menyelimuti negeri tersebut’(Al-Intisyar, hal. 11-14). Gambaran dan kondisi Daulah Utsmaniyyah yang bobrok dan bejat aqidahnya seperti di atas telah ada jauh sebelum dilahirkannya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah (Asy-Syari’ah, no.22/II/1427H/2006, hal.17)
Lebih nyata lagi kebobrokan aqidah mereka adalah ketika pasukan Dinasti ‘Utsmaniyyah yang bersekongkol dengan negara-negara kafir Eropa:
“Tentara Muhammad ‘Ali Basya yang dipimpin oleh anaknya, Ibrahim Basya dalam sebuah pasukan besar dengan bantuan militer dari negara-negara kafir Eropa. Pada akhir tahun 1232H, mereka menyerangkota ‘Unaizah dan Al-Khubra’ serta berhasil menguasai kota Buraidah. Sebelumnya, pada bulan Muharram 1232H, tepatnya tanggal 23 Oktober 1818M, mereka berhasil menduduki daerah Syaqra’ dalam sebuah pertempuran sengit dengan strategi tempur penuh kelicikan yang diatur oleh seorang ahli perang Perancis bernama Vaissiere.
Bahkan dalam pasukan dinasti ‘Utsmani yang mnenyerang Najd pada waktu itu didapati 4 orang dokter hali berkebangsaan Itali. Nama-nama mereka adalah Socio, Todeschini, Gentill, Scots. Nama terakhir ini adalah dokter pribadi Ibrahim Basya. Demikian juga didapati perwira-perwira tinggi Eropa yang bergabung dalam pasukan Dinasti ‘Utsmani dalam penyerangan tersebut”(Muhammad bin ‘Abdil Wahhab Mushlihun Mazhlumun wa Muftara ‘alaihi karya Ustadz Mas’ud An-Nadwi, hal. 139)
Hal ini menunjukkan bahwa dinasti ‘Utsmani telah bersekongkol dengan negara-negara kafir Eropa dalam memerangi dakwah Tauhid, yang tentunya hal ini mengundang amarah Allah dan menjadi sebab terbesar hancurnya Daulah ‘Utsmaniyyah….sejarawan berkebangsaan mesir yang terkenal, Abdurrahman Al-Jabrati. Ketika menyampaikan kisah tentang kondisi pasukan Dinasti ‘Utsmani dan membandingkannya dengan pasukan Tauhid di Najd, yang beliau nukil dari penjelasan salah seorang perwira tinggi militer Mesir yang menceritakan tentang kondisi pertempuran yang terjadi pada tahun 1227H yang dipimpin Ahmad Thusun, putera Muhammad ‘Ali Basya, beliau menyatakan:”…dan beberapa perwitra tinggi mereka (tentara Mesir, pent.) yang menyeru kepada kebaikan dan sikap wara’ telah menyampaikan kepadaku bahwa mana mungkin kita akan memperoleh kemenangan, sementara mayoritas tentara kita tidak berpegang dengan agama ini. Bahkan diantara mereka ada yang sama sekali tidak beragama dengan agama apapun dan tidak bermadzhab dengan sebuah madzhabpun. Dan berkrat-krat minuman keras telah menemani kita. Di tengah-tengah kita tidak pernah terdengar suara adzan, tidak pula ditegakkan shalat wajib. Bahkan syi’ar-syi’ar agama islam tidak terbetik di benak mereka.
Sementara mereka (tentara najd, pent.) jika telah masuk waktu shalat, para muadzin mengumandangkan adzan dan pasukanpun segera menata barisan shaf di belakang imam yang satu dengan penuh kekhusyu’an dan kerendahan diri. Jika telah masuk waktu shalat, semnetara peperangan sedang berkecamuk, para muadzinpun segera mengumandangkan adzan. Lalu seluruh pasukan melakukan shalat khauf, dengan cara sekelompok pasukan maju terus bertempur sementara sekelompok yang lainnya bergerak mundur untuk melakukan shalat. Sedangkan tentara kita terheran-heran melihat pemandangan tersebut. Karena memang mereka sama sekali belum pernah mendengar hal yang seperti itu, apalagi melihatnya”(ibid, hal.152-152 dalam Asy-Syari’ah, no.22/II/1427H/2006, hal.152-153)
Inilah kenyataan sesungguhnya dinasti ‘Utsmani yang kalian tangisi keruntuhannya wahai Hizbiyyun Ahlul Batil!! Allahu yahdikum.