Kesalahan Haruslah Diingkari (Walaupun Yang Mengatakan Tidak Memaksudkannya)!!

bismillahirrohmanirrohim

KESALAHAN HARUSLAH DIINGKARI (WALAUPUN YANG MENGATAKAN TIDAK MEMAKSUDKANNYA)!!

Terkadang sebagian orang ketika membela orang yang mengatakan ucapan yang salah akan berbalik melemparkan syubhat dan kerancuan:

🔻“Kamu percaya dia meyakininya?!”

🔻Atau kalimat semakna: ”Kita telah mengenal keilmuannya, tidak mungkin dia memaksudkannya!”

🔻Atau ucapan semisal: “Dia tidak mungkin bermaksud demikian!”

🔻Dan juga ucapan, “Kalian salah paham terhadap ucapannya, yang sebenarnya tidak dimaksudkan demikian.”

Benarkah sikap seperti itu?! Lalu bagaimana manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah membimbing kita dalam masalah semacam ini?!

Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata di dalam kaset Fatawa Jiddah no 33 menit ke-37 detik 16 hingga menit ke-39 detik 21:

“Jangan sekali-kali engkau mengatakan ucapan yang dengannya engkau akan mencari-cari alasan untuk membenarkannya di hadapan manusia. Seringkali manusia mengatakan,

والله أنا قصدت كذا!

“Demi Allah, saya memaksudkan demikian”.

Ya akhi, maksudmu ada di dalam hatimu, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Rabbmu. Tetapi engkau harus memilih ungkapan yang baik bagi maksudmu dengan lafazhmu!

Tidakkah engkau mendengar hadits tentang pengingkaran Ar-Rasul ‘alahis salam yang sangat keras terhadap seorang shahabat yang mendengar nasehat Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam lalu dia bangkit untuk menunjukkan ketundukan, ittiba’ dan ketaatannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam dengan mengatakan, ‘Terserah apa yang dikehendaki oleh Allah dan apa yang Anda kehendaki wahai Rasulullah.’

Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:

أَجَعَلْتَنِي لله نِدًّا قُلْ مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ!

“Apakah engkau menjadikan diriku sebagai tandingan bagi Allah, katakanlah: Terserah apa yang dikehendaki oleh Allah saja!”¹

Apakah kalian menganggap bahwa shahabat ini memaksudkan dengan ucapan yang dia sampaikan kepada Nabinya dengan mengatakan, ‘Terserah apa yang dikehendaki oleh Allah dan apa yang Anda kehendaki wahai Rasulullah.’ Yaitu ingin menjadikan beliau sebagai sekutu bagi Allah?!!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam tidak merasa aman dengan yakin kecuali beliau berusaha lari menghindari syirik.

Jadi, kenapa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sangat keras di dalam mengingkari shahabat tersebut dengan ungkapan yang sangat keras ini, yaitu: “Apakah engkau menjadikan diriku sebagai tandingan bagi Allah, katakanlah: Terserah apa yang dikehendaki oleh Allah saja!”

Jika demikian, tidak sepantasnya kalian membolehkan kesalahan-kesalahan lafazh dengan (alasan-pent) benarnya maksud hati kalian!
Niat yang baik ini tidak membolehkan kesalahan-kesalahan lafazh.

Jadi wajib atas kita jika kita berbicara hendaklah ucapan kita sesuai dengan maksud baik kita, dan jangan sampai ucapan kita buruk walaupun maksud kita baik. Bahkan wajib lafazh itu sesuai dengan yang ada di dalam hati!”²

Suara Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah bisa didownload di:

atau
http://goo.gl/1jj3s atau http://goo.gl/3IkDN

🔑Catatan kaki
(1) Lihat Silsilah Ash-Shahihah 1/216. (pent)
(2) http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=42892

#hilah #ucapan_salah #tidak_bermaksud_demikian #salah_paham #tidak_mungkin

 

🔆👣🔆👣🔆👣🔆👣🔆
⚔️🛡Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata
📠 Channel Telegram: http://telegram.me/tp_alhaq
🌎 http://tukpencarialhaq.com || http://tukpencarialhaq.wordpress.com
•┈┈•┈┈•⊰✿✒️✿⊱•┈┈•┈┈•

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *