TOLERANSI KEBABLASAN::
CAP GO MEH, HARI RAYA AGAMA KONG HU CU YANG DIMANIPULASI HANYA SEBAGAI TRADISI BUDAYA
Berikut ini adalah bukti bahwa Cap Go Meh adalah salah satu dari sekian banyak hari raya dari agama Kong Hu Cu:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hari_raya_keagamaan
Nukilan:
Jadwal Hari Raya Penting dalam Tradisi Tionghoa pada Tahun 2017 – Hari Raya Tahun Baru Imlek yang dirayakan oleh seluruh warga Tionghoa sedunia merupakan hari pertama pergantian kalender Imlek dan juga menandakan pergantian musim dari musim dingin ke musim semi. Hari Raya Tahun Baru Imlek pada tahun 2017 ini jatuh pada tanggal 28 Januari 2017. Setelah Hari Raya Tahun Baru Imlek, Warga Tionghoa juga akan merayakan ataupun memperingati beberapa Hari Raya lainnya seperti Hari Raya Yuan Xian atau sering disebut juga dengan Hari Raya Cap Go Meh, Hari Ceng Beng, Hari Duan Wu (Festival Dragon Boat), Hari Qixi, Hari ZhongYuan, Hari Zhong Qiu (Festival Mid Autumn), Hari Raya Chong Yang dan Hari Dong Zhi.
Perlu diketahui bahwa Tahun Imlek pada Tahun 2017 ini disebut juga dengan Tahun Ding You [丁酉] yang juga merupakan Tahun Shio Ayam. Tahun Ding You ini adalah Tahun Kabisat (Run nian [闰年]) yaitu terdapat 2 bulan Enam [六月] di Tahun yang sama.
Jadwal Hari Raya Penting dalam Tradisi Tionghoa pada Tahun 2017
⚠️ Perayaan Cap Go Meh, Kepercayaan Cina Untuk Menyambut Turunnya 3 Dewa ke Bumi, SIANG GOAN THIAN KOAN, Dewa HER GOAN KOAN, Dewa TIONG GOAN TEE KOAN
“Pada Hari Raya Cap Go Meh Dewa Siang Goan Thian Koan akan mengampuni dosa manusia dan menyelamatkan manusia dari berbagai kesulitan….”
“Kepercayaan masyarakat Cina, bulan purnama bukan hanya satu dewa yang turun ke bumi. Namun, ada tiga dewa yang akan turun. Ketiga dewa itu, antara lain Dewa SIANG GOAN THIAN KOAN, Dewa HER GOAN KOAN, Dewa TIONG GOAN TEE KOAN. Ketiga Dewa ini disebut SAM KA KONG. Tiga dewa ini dipercaya sebagai tiga penguasa bumi yang mengampuni dosa manusia dan melepaskan manusia dari berbagai kesulitan hidup.
Untuk menyambut ketiga dewa ini, masyarakat Tionghoa akan merayakan datangnya Cap Go Meh, sama ketika datangnya Tahun Baru Imlek atau Gong Xi Pai Chai. Untuk menyambut Cap Go Meh, tradisi yang dilakukan sama ketika menyambut Imlek. Bagi umat Budha, Konghucu dan Tao akan mendatangi vihara-vihara dan klenteng untuk melakukan sembahyang. Ini dilakukan malam hari hingga menjelang fajar.
Tradisi berkumpul dengan keluarga juga berlaku pada perayaan Cap Goh Meh. Pemberian Ang Pau antara yang tua dan muda juga dilakukan pada Hari Raya GOAN SIAW ini.
Namun, walaupun tradisi yang dilakukan hampir sama dengan datangnya Tahun Baru Imlek atau Gong Xi fa Chai, ada saja yan berbeda untuk menyambut datangnya Cap Goh Meh.
Kemeriahan dan cara penyambutannya memang agak beda. Dulu para leluhur menyambutnya dengan sangat meriah, sehingga apa saja yang digelar lebih meriah dibandingkan Imlek. Ini tentu saja, tak lepas dari tiga dewa yang turun.
Pertunjukan yang diyakini memiliki keberuntungan, seperti Barongsai, Liong akan digelar besar-besaran. Bahkan, di negeri Cina, untuk menyambut datangnya Cap Goh Meh, digelar pawai becak hias yang dinaiki beberapa orang. Pawai ini sangat panjang dan melakukan kirap keliling kota diiringi dengan Barongsai.” -selesai penukilan-
Bukti literatur di atas adalah penjelasan yang sangat jelas lagi gamblang yang tidak perlu diuraikan lebih panjang lagi bahwa Cap Go Meh adalah bagian tak terpisahkan dari rangkaian hari Raya umat Kong Hu Cu dan kepercayaan mereka.
⚠️ Paham Salah Bukanlah Salah Paham Wahai Pak Dosen UIN
Akan tetapi lihatlah jika hawa nafsu telah menunggangi tengkuk-tengkuk sebagian hamba –hadahullah– maka modus menipu dan mengaburkan serta mendangkalkan permasalahan besar aqidah ini diberi lisptik hanya sebagai “tradisi budaya” semata dengan membuang jauh-jauh “hari Raya keagamaannya”:
Gambar Pada Hari Raya Cap Go Meh Dewa Siang Goan Thian Koan akan mengampuni dosa manusia dan menyelamatkan manusia dari berbagai kesulitan.
Nukilan:
“MusliModerat.net – Oleh: Ahmad Syaifuddin Zuhri (Alumnus S2 Nanchang University, Pengurus Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) dan Dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta)
Salah paham mengenai Cap Go Meh perlu diluruskan bersama. Pengalaman saya hidup di negeri China, bergaul dengan mereka hingga dengan teman-teman etnis Tionghoa Indonesia dan Perantauan lainnya serta lama di Indonesia, menegaskan bahwa Cap Go Meh bukan ritual agama. Sebab, perayaan Cap Go Meh adalah perayaan kebudayaan khas Tiongkok.
Jadi, kurang tepat jika menyebutkan bahwa Cap Go Meh itu dianggap sebagai ritual agama Konghucu.”
Url bukti: http://www.muslimoderat.net/2017/02/mengenal-cap-go-meh-agar-tidak-menjadi.html
Jelaslah bahwa tulisan pembenarannya bolehnya hari Raya Cap Go Meh umat Kong Hu Cu dirayakan di masjid dengan dalih itu hanyalah tradisi budaya adalah sesat dan menyesatkan, mengingkari fakta-fakta keterkaitan aqidah dari hari Raya Cap Go Meh itu sendiri.
✍️BIMBINGAN ISLAM DALAM MENYIKAPI PERMASALAHAN INI
Nukilan:
Ketika kehidupan umat manusia telah mencapai puncak kebobrokannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Rasul pilihan-Nya Muhammad bin Abdillah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa petunjuk Ilahi dan agama yang benar, untuk mengentaskan umat manusia dari jurang kejahiliahan yang gelap gulita menuju kehidupan Islami yang terang benderang.
Beliau tunjukkan semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-jalan kebatilan. Benar-benar terasa bahwa kenabian dan apa yang beliau bawa merupakan berkah dan rahmat bagi semesta alam.
وَمَآ أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ ١٠٧
“Dan tidaklah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (al-Anbiya: 107)
Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala telah nobatkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai suri teladan terbaik bagi umat manusia, dan Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan seluruh umat manusia untuk mengikutinya.
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian.” (al-Ahzab: 21)
وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ١٥٨
“Dan ikutilah dia (Muhammad), agar kalian mendapat petunjuk.” (al- A’raf: 158)
Lebih dari itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengancam orang-orang yang menentangnya dan menyalahi perintahNya.
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَيَتَّبِعۡ غَيۡرَ سَبِيلِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَآءَتۡ مَصِيرًا ١١٥
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah menguasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam neraka Jahannam. Dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (an-Nisa’: 115)
فَلۡيَحۡذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ يُصِيبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ ٦٣
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (an-Nur: 63)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barang siapa menyerupai suatu kaum, ia termasuk dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari sahabat Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ no. 6025)
Atas dasar itulah, segala ajaran yang menyelisihi ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah batil dan tidak boleh untuk diikuti, lebih-lebih lagi bila bersumber dari orang-orang kafir.
Oleh karena itu, di antara prinsip Islam yang kokoh adalah kewajiban mengikuti jejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dilarang untuk mengikuti atau bertasyabbuh (menyerupai) orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
⚠️Hakikat Tasyabbuh dan Menyelisihi Orang-Orang Kafir Pengertian Tasyabbuh
Tasyabbuh secara etimologis adalah bentuk mashdar dari (تَشَبَّهَ – يَتَشَبَّهُ) yang berarti menyerupai orang lain dalam suatu perkara. Secara terminologis adalah menyerupai orang-orang kafir dan orang-orang yang menyelisihi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal akidah, ibadah, perayaan/seremonial, hari-hari besar, kebiasaan, ciri-ciri, dan akhlak yang merupakan ciri khas bagi mereka.
⚠️ Hukum Tasyabbuh dengan Orang-Orang Kafir
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Telah kami sebutkan sekian dalil dari al-Qur’an, as-Sunnah, ijma’, atsar (amalan/perkataan sahabat dan tabi’in), dan pengalaman[1], yang semuanya menunjukkan bahwa menyerupai mereka dilarang secara global. Menyelisihi tata cara mereka merupakan sesuatu yang disyariatkan baik yang sifatnya wajib ataupun anjuran sesuai dengan tempatnya masing-masing.” (Iqtidha ash-Shirathil Mustaqim, 1/473)
⚠️ Realita Tasyabbuh yang Melanda Umat Islam
Bila kita cermati, realita kehidupan umat Islam menunjukkan bahwa kecenderungan mayoritas umat untuk bertasyabbuh dengan orang-orang kafir sangatlah kuat. Tidak sedikit dari par ahli ibadah yang menyerupai orang-orang Nasrani dalam melakukan ibadahnya. Yakni, rajin beribadah namun tidak dibangun di atas ilmu yang benar.
Demikian pula tidak sedikit para intelektual yang menyerupai orang-orang Yahudi, yakni mengetahui kebenaran namun berusaha menghindari kebenaran tersebut karena dorongan hawa nafsunya. Pengultusan orang-orang saleh dan pengeramatan kuburan-kuburan mereka dengan berbagai macam praktik kesyirikan yang ada, merupakan wujud tasyabbuh dengan orang-orang musyrik dan Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani).Demikian pula para muda-mudi yang kian hari kian gandrung dengan model dan budaya orang-orang kafir…, suatu realita buruk dan menyedihkan yang melanda umat ini.
Bila kita membuka kembali lembaran-lembaran sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata realita ini telah beliau kabarkan jauh-jauh hari sebelum beliau wafat. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟
“Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti cara/jalan orangorang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai bila mereka masuk ke liang dhabb (binatang sejenis biawak yang hidup di padang pasir), niscaya kalian akan mengikuti mereka.” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. al-Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Sa’id al- Khudri radhiallahu ‘anhu, lihat al-Lu’lu wal Marjan, hadits no. 1708)
An–Nawawi rahimahullah berkata , “Penyebutan lafadz jengkal, hasta, dan liang dhabb, adalah sebagai kinayah tentang kuatnya penyerupaan umat ini terhadap Yahudi dan Nasrani. Penyerupaan di sini dalam hal kemaksiatan dan pelanggaran-pelanggaran syar’i, bukan dalam hal kekafiran.” (Syarh Shahih Muslim 16/436)
Demikianlah kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang benar-benar telah menjadi fakta dan realita saat ini, suatu kabar yang hakikatnya merupakan peringatan agar umatnya tidak tasyabbuh dengan orang-orang kafir. Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata ketika menerangkan hadits Abu Waqid al-Laitsi radhiallahu ‘anhu,
لَتَرْكَبُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
“Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti cara/jalan orang-orang sebelum kalian.” (HR. at-Tirmidzi, Kitabul Fitan, hadits no. 2180)
“Perkataan ini bukanlah persetujuan dari Rasul, bahkan merupakan peringatan dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena sebagaimana dimaklumi, cara/jalan orang-orang sebelum kita (Yahudi dan Nasrani) yang diikuti oleh umat ini adalah jalan yang sesat.…” (al-Qaulul Mufid, 1/202)
Mungkin ada yang bertanya, “Jika memang tasyabbuh dengan orang-orang kafir merupakan sunnatullah yang telah digariskan untuk umat ini, lalu mengapa perbuatan tersebut dilarang?”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Karena al-Qur’an dan as-Sunnah telah menerangkan pula bahwasanya akan selalu ada pada umat ini sekelompok kecil yang berpegang teguh dengan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hari kiamat, dan umat ini tidak akan bersatu padu (secara keseluruhan) di atas kesesatan.
Dengan adanya larangan dari perbuatan tasyabbuh akan memperbanyak kelompok kecil yang selalu dibela oleh Allah subhanahu wa ta’ala ini, mengokohkan dan menambah keimanan mereka. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala, Dzat Yang Maha Mengabulkan, menjadikan kita bagian dari mereka.” (Iqtidha ash-Shirathil Mustaqim, 1/170—171)
Semoga kajian tentang tasyabbuh ini menjadi secercah cahaya yang dapat menunjuki kita untuk selalu mengikuti jejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhkan kita dari cara/jalan orang-orang kafir, para penghuni jahannam.
Amin Ya Mujibas Sailin.
Ditulis oleh al-Ustadz Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc.
[1] Lihat dalil-dalil tersebut dalam kitab Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, 1/95-406.
Dinukil sebagian dari: http://asysyariah.com/tasyabbuh-bahaya-laten-ditengah-umat/
🔆👣🔆👣🔆👣🔆👣🔆
⚔️🛡Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata
📇 Klik ➡️JOIN⬅️ Channel Telegram:
🌎 http://tukpencarialhaq.com || http://tukpencarialhaq.wordpress.com