KELOMPOK ALI HASAN AL HALABY YANG DENGKI TERHADAP SALAFIYYIN DAN DAKWAH SALAFIYYAH

bismillahirrohmanirrohim

KELOMPOK ALI HASAN AL HALABY YANG DENGKI TERHADAP SALAFIYYIN DAN DAKWAH SALAFIYYAH (BAG 1)

✍️Tulisan syaikh Abu ‘Ammar ‘Ali Al Hudzaify حفظه اللّٰه

 

📝MUQODDIMAH

A. ‘Ali Hasan Abdul Hamid Al Halaby, berkewarganegaraan Yordania dan berasal dari keturunan orang-orang Palestina.

B. Pada masa kehidupan syaikh Al Albany ia bersama dakwah salafiyyah secara dhohir dan setelah kematian syaikh Al Albany ia merubah kebanyakan dari sikap-sikapnya dan ia mengakui bahwa ia telah berubah keadaannya.

▪️Berkata Ali Halaby dalam “suara yang terekam” :

(Lihatlah dan bandingkanlah antara kelemah-lembutan yang Allah memberikan taufik kepada kita untuk memilikinya di masa akhir-akhir ini setelah kita menyelam dan hampir tenggelam dalam sikap ghuluw dan keras kepala serta sikap kaku, kita katakan hal ini dan kita mengakuinya dan kita tidaklah sombong untuk meminta maaf dan rujuk darinya dan demi Allah sikap ini (ghuluw) tidaklah di atas kebenaran.
Seandainya sikap yang kita miliki sekarang (yaitu Ar Rifq atau kelemah-lembutan) tidak berada di atas kebenaran niscaya kami juga akan meninggalkan sikap tersebut tanpa isykal).

▪️Dan ini merupakan pengingkaran terhadap apa yang ia yakini baik dari metode yang ditempuh syaikh Al Albany dan para ulama yang lain.

▪️Dan pengingkaran seseorang terhadap apa yang ia ketahui merupakan jenis kesesatan sebagaimana yang datang dalam atsar Hudzaifah :
” Sesungguhnya kesesatan yang sesungguhnya ialah engkau menganggap ma’ruf sesuatu yang sebelumnya engkau anggap mungkar dan menganggap mungkar sesuatu yang sebelumnya engkau anggap ma’ruf “.

🔹Diantara sikap Al Halaby dalam hal ini ialah berubahnya pendapat Al Halaby tentang beberapa orang ulama yang dipuji dan ditazkiyah oleh syaikh Al Albany hingga akhir hidup beliau.

🔸Dan ucapan Al Halaby di atas mengandung celaan tersembunyi terhadap syaikh Al Albany dari sisi yang tidak ia rasakan.

▪️Dan apa yang dilakukan Al Halaby setelah kematian syaikh Al Albany juga dilakukan oleh Abul Hasan Al Ma’riby dan yang lainnya setelah kematian guru kami syaikh Muqbil رحمه اللّٰه.

🔸Dan sebab berubahnya mayoritas dari mereka ialah bahwa mereka tidak mampu menampakkan apa yang ada dalam jiwa-jiwa mereka dengan terang-terangan semasa masyaikh mereka hidup karena mereka tahu bahwa mereka akan mendapatkan mudhorot karenanya.

⚪️Berkata syaikh Robi’ dalam kitabnya “Umdatul Abby” :

(Mayoritas fitnah-fitnah ini terjadi setelah kepergian kibar ulama yaitu Ibnu Baaz , Al Albany dan Al ‘Utsaimin رحمهم اللّٰه kemudian mereka membuat makar dengan menampakkan pujian terhadap para ulama tersebut dan pura-pura menangis atas kepergian mereka dan nyatanya bahwa kepergian mereka memberikan peluang terbesar kepada mereka untuk menyerang dakwah salafiyyah dan salafiyyin).

⚪️Berkata syaikh Robi’ :
(Sesungguhnya syaikh Al Albany berada di suatu lembah dan Al Halaby berada di lembah yang lain).

💥Berkata syaikh Robi’ ketika menjelaskan sebab berubahnya (‘Adnan) ‘Ar’ur, Abul Hasan (Al Ma’riby) dan (Muhammad) Al Maghrowy serta para pengelola markas imam Al Albany terutama Ali Al Halaby :

(Mereka adalah orang-orang yang memiliki keinginan-keinginan duniawi dan dahaga (semangat) yang kuat untuk mengumpulkan harta dan mereka tidak mendapati orang-orang yang bisa mewujudkan keinginan-keinginan mereka kecuali musuh-musuh manhaj salaf dan musuh-musuh salafiyyin maka merekapun mendekat kepada musuh-musuh manhaj salaf tersebut sehingga para musuh tersebut memperalat mereka untuk memerangi manhaj salaf dan salafiyyin.
Terlebih lagi manhaj salaf tidak menerima para budak dinar dan dirham yang menjual ayat-ayat Allah dengan harga yang rendah).

▪️Dan berkata syaikh Robi’ tentang yayasan Ihyaut Turots Kuwait :

(Yayasan ini termasuk pemberi dana terbesar terhadap Adnan (‘Ar’ur), Al Maghrowy dan Abul Hasan (Al Ma’riby) serta para pengelola Markas Al Albany terutama Ali Al Halaby).

C. Dan akan datang bukti-bukti yang menunjukkan bahwa hakikat berubahnya Al Halaby adalah kebenciannya terhadap kaedah-kaedah salaf dalam bermanhaj salaf dan usahanya melawan kaedah-kaedah salaf tersebut untuk melindungi Ahlul Ahwa’.

D. Ia (Al Halaby) merupakan salah satu dari orang-orang yang tidak bosan dari memerangi Salafiyyin dengan segenap apa yang ia mampui berupa menyesatkan dan memburukkan citra salafiyyin serta berdusta.

E. Ia mengaku secara dusta bahwa dirinya memerangi ghuluw, dan ketika muncul ghuluw yang sebenarnya dengan munculnya kelompok Haddadiyyah dan nampaknya peperangan kebanyakan dari para pengikut Haddadiyyah terhadap syaikh Al Albany maka tidak ada peranan Al Halaby sedikitpun dalam membongkar kesesatan mereka namun peranan yang sebenarnya dilakukan oleh syaikh Robi’ dan para ulama mulia lainnya yang pada hari ini dituduh oleh Al Halaby sang mubtadi’ dengan tuduhan ghuluw.

▪️Dan dari waktu ke waktu bermunculan orang-orang didikan Haddadiyyah yang memerangi syaikh al ‘allamah Al Albany namun tidak ada usaha Al Halaby sedikitpun untuk membela imam Al Albany.

🔹Bahkan syaikh Robi’ memintanya untuk menulis bantahan terhadap Mahmud Al Haddad terkait celaan-celaannya terhadap syaikh Al Albany namun ia tidak menulis sedikitpun.

▪️Bahkan kita dapati bahwa Al Halaby memuji orang-orang yang ghuluw dan membela mereka, ia memuji Usamah Bin Laden dan Hasan Al Banna serta membela orang-orang yang berpemikiran takfir semisal (Adnan) Ar’ur dan Al Maghrowy padahal ia tahu bahwa sebagian mereka mengagungkan Sayyid Quthb dan mempromosikannya.

▫️Dan dari sinilah syaikh Robi’ berkata dalam ” Umdatul Abby ” :

(Yang nampak bagiku bahwasanya ia memerangi pemikiran takfir dalam rangka membuat ridho beberapa pihak politik dan bertujuan untuk memperoleh maslahat materi dan maslahat maknawi).

▫️Berkata syaikh Robi’ :
(Yang paling menakjubkan dari Al Halaby yang berusaha memerangi pemikiran takfir ialah bagaimana bisa ia menolong orang yang paling besar pemikiran takfirnya, mesti ada sesuatu yang tersembunyi di balik itu).

F. Sekelompok dari kalangan kibar ulama masa ini telah memperingatkan bahaya Ali Al Halaby dan sikapnya yang sok menjadi alim.

▫️Diantara para ulama yang mentandzir Al Halaby ialah syaikh al allamah Sholih Al Fauzan, syaikh al allamah Robi’ Bin Hadi Al Madkholy, syaikh Ahmad An Najmy, syaikh ‘Ubaid Al Jabiry, syaikh Muhammad Bin Hadi Al Madkholy dan selain mereka.

🔹Dan setiap ulama yang memujinya maka pujiannya tersebut sebelum nampak penyimpangan-penyimpangannya dan ulama yang memujinya setelah ia menyimpang maka ia tidak mengetahui penyimpangan-penyimpangannya dengan sebenarnya.

G. Al Halaby dan orang-orang yang semisalnya mempromosikan diri-diri mereka dengan mengaku sebagai tholabah (murid-murid) syaikh al allamah Al Albany padahal berbeda antara jalan yang ditempuh imam Al Albany dengan jalan yang ditempuh oleh mereka.

▫️Imam Al Albany seorang imam dalam dakwah salafiyyah yang murni dan manhaj yang bersih.

▪️Adapun Al Halaby maka ia adalah pembawa bendera Murjiah dan pembawa bendera ta’dil(pujian) terhadap tokoh-tokoh sesat serta jarh(celaan) terhadap Ahlussunnah dan merusak kehormatan mereka.

🔹Dan barangsiapa yang melihat tindakan-tindakan serampangan Al Halaby maka ia akan menganggap mustahil bahwa laki-laki ini mengambil ilmu dari halaqoh-halaqoh syaikh Al Albany.*1

🔸KRITIKAN-KRITIKAN TERHADAP AL HALABY

▫️Para ulama dan orang-orang yang mulia telah mengkritik kebanyakan dari kaedah-kaedah yang dicetuskan oleh Al Halaby dan kritikan-kritikan mereka bersandar pada kitab-kitab, rekaman kaset-kasetnya dan pernyataan-pernyataannya.

▫️Diantaranya ialah :

1⃣Yang pertama : Kritikan-kritikan dalam permasalahan aqidah :

1. Mendalami masalah-masalah yang samar dalam permasalahan iman dengan menyelisihi para ulama terutama para ulama kibar di zaman kita seperti syaikh Sholih Al Fauzan dan ulama semisalnya.

▫️Lajnah Daimah telah mentahdzir kitab Al Halaby “At Tahdzir Min Fitnatit Takfir” dan kitabnya “Shoihatu Nadzir” dikarenakan kedua kitab tersebut mengajak kepada pemikiran Murjiah dimana ia membatasi kekufuran dengan juhud (pengingkaran hati) saja dan ini menyelisihi aqidah Ahlussunnah yang menyatakan bahwa kekufuran bisa dengan ucapan, amalan dan keyakinan hati.

🔹Lajnah Daimah menasehatinya untuk menuntut ilmu syar’i.

▫️Dan sebelumnya samahatus syaikh Abdul Aziz Bin Baaz رحمه اللّٰه bersama Lajnah Daimah mentahdzir kitab “Ihkamut Taqrir Fi Ahkamit Takfir” karya Murod Syukry yang diberi kata pengantar oleh Ali Hasan Al Halaby.

▫️Tersebut dalam tahdzir Lajnah Daimah tersebut dengan ketua samahatus syaikh Bin Baaz :

(Setelah membaca kitab tersebut didapati bahwa kitab tersebut mengandung penetapan madzhab Murjiah dan menyebarkannya yaitu keyakinan bahwa tidak ada kekufuran selain kufur juhud wat takdzib dan kitab ini menampakkan madzhab yang jelek ini dengan nama sunnah dan dalil serta menyatakan bahwa itu merupakan pendapat ulama salaf.

🔹Ini semua merupakan bentuk kejahilan terhadap al haq dan bentuk pengkaburan serta penyesatan akal-akal para pemuda dengan menyatakan bahwa itu merupakan pendapat salaful ummah dan ulama ahli tahqiq padahal itu merupakan madzhab Murjiah).

🔸Dan hingga sekarang tidak diketahui ia bertaubat dengan jujur dari sikap-sikapnya ini.

2. Sikapnya yang berbahaya terhadap risalah ‘Amman.*2

📃Dan risalah ‘Amman mengandung kesesatan-kesesatan yang gunung-gunung tidak mampu untuk memikulnya sebagaimana yang dikatakan syaikh Robi’.

⚙️Risalah tersebut mengajak kepada Wihdatul Adyan (penyatuan agama-agama), Taqorubul Adyan (pendekatan agama-agama), mengingkari syariat jihad tholab, mengharomkan penghancuran kubah-kubah yang berada di atas kuburan para wali, menyifati sebagian ulama salafiyyah dengan ghuluw dalam masalah takfir, dan menafikan terjadinya kesyirikan di jazirah arob serta mencela kitab-kitab syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab رحمه اللّٰه dan selain itu dari bentuk-bentuk penyelisihan syariat dalam risalah tersebut bahkan Al Halaby memusuhi orang-orang yang mentahdzir dari risalah ini.

💥Oleh karena inilah sekelompok dari kalangan ulama masa ini mengkritik risalah Amman yaitu syaikh Sholih Al Fauzan, syaikh Robi’ Al Madkholy dan syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad serta selain mereka namun Al Halaby yang sok alim tidak peduli dengan tahdzir tersebut dan tidak menghargai ucapan para ulama tersebut bahkan ia melakukan jidal (debat) dengan kebatilan setelah jelas baginya.

📋Diantara yang disebutkan dalam risalah Amman :

(Risalah ini menyatukan bagian-bagian yang berserikat antara pengikut agama-agama yang ada dan kelompok-kelompok manusia; hal itu dikarenakan asal-muasal agama-agama ketuhanan yang ada adalah satu dan seorang muslim mengimani semua para rosul dan tidak membeda-bedakan antara mereka dan mengingkari risalah salah seorang dari mereka merupakan bentuk keluarnya seseorang dari islam, maka hal ini termasuk faktor yang membangun adanya kaedah luas yang mempertemukan antara kaum mukminin dengan agama-agama lain diatas dasar yang sama dalam mengkhidmat manusia tanpa adanya pemisahan
aqidah dan penyendirian pemikiran).

▪️Adapun sikap Al Halaby terhadap risalah tersebut ialah bahwa ia memuji risalah ‘Amman dalam khutbah jum’at di hadapan Raja Yordania kemudian menerbitkan khutbah ini dan mencetaknya dengan judul “Shoddul ‘Udwan ‘An ‘Amman” kemudian setelah itu ia mencetaknya dengan judul “Hadats Tafjirot ‘Amman”.

🔹Dan setelah Salafiyyin dari setiap tempat membantahnya maka Al Halaby memperbaharui pujiannya terhadap risalah Amman dalam tulisannya yang berjudul “Muhatafah Min Biladil Haromain” dalam tulisan tersebut ia mengatakan : ( Risalah Amman merupakan penjelasan ringkas dan menyeluruh dengan ungkapan yang mudah dan tidak sulit, risalah ini menjelaskan perangai-perangai Islam yang agung dan sesuatu yang mendorong untuk ditulisnya risalah tersebut ialah realita pahit yang dialami islam dan kaum muslimin dalam naungan perubahan dunia).

📛Dan dalam tulisannya tersebut terdapat perkara- perkara yang menyedihkan dan bencana-bencana yang membutuhkan kitab khusus untuk membantahnya.

3. Ucapannya terkait para shohabat nabi صلى اللّٰه علي وسلم dimana Al Halaby menyifati sebagian shohabat bahwa mereka berwatak pengecut dan penakut dan ia menyifati sebagian shohabat bahwa mereka para pencari kekuasaan dan sibuk dengan politik dan perkara-perkara lainnya.

2⃣KRITIKAN-KRITIKAN DALAM PERMASALAHAN MANHAJ

1. Ali Al Halaby berjalan diatas kaedah-kaedah kholafiyyah yang berpengaruh besar dalam memberikan semangat kepada tokoh-tokoh sesat.

▪️Diantaranya ialah kaedah : “Kita membenahi dan kita tidak merobohkan”(*3) dan kaedah ” Tidak boleh menjadikan perselisihan antara kita terkait orang selain kita menjadi penyebab terjadinya perselisihan antara kita” dan kaedah ini merupakan perantara menuju kaedah Ikhwanul muslimin : “Kita saling tolong menolong pada apa yang kita sepakati dan kita saling memberi udzur pada apa yang kita perselisihkan”.

2. Al Halaby menyerukan untuk tidak membicarakan orang-orang yang menyimpang sampai para ulama sepakat untuk meninggalkan mereka dan ia berpendapat bahwa tidak ada yang mengharuskannya menerima hukum terkait orang-orang yang dikatakan menyimpang melainkan ijma’ (sepakatnya ulama’) dan ia mengatakan : “Tidak boleh kita menjadikan khilaf antara kita terkait orang selain kita menjadi penyebab terjadinya khilaf antara kita”.

🔸Yang ia maksudkan ialah bahwa Ahlussunnah apabila sepakat untuk menjarh seseorang berdasarkan dalil dan bukti seperti dijarhnya Adnan Ar’ur dan semisalnya lalu kelompok Al Halaby menyelisihi mereka maka tidak bisa diterima vonis Ahlussunnah terhadap Ar’ur bahwa ia mubtadi’.

▪️Di sisi lain ia menyelisihi kaedahnya sendiri dengan mentahdzir para ulama ahlissunnah padahal tidak ada ijma’ ulama untuk meninggalkan mereka.

3. Al Halaby meyakini bahwa vonis mubtadi’ terhadap seseorang yang menisbahkan dirinya kepada dakwah salafiyyah yang melakukan perbuatan bid’ah yang mengeluarkannya dari salafiyyah, apabila vonis mubtadi’ tersebut terhadapnya menimbulkan mafsadah maka ia tetap dihukumi salafy sesuai dengan status asalnya sebelum ia terjatuh dalam kebid’ahan.

4. Al Halaby mengerahkan jiwanya untuk membela orang-orang yang dijarh dari kalangan ahlul bida’ wal kadzib wal fitan kemudian ia berusaha melembekkan beberapa permasalahan jarh wat ta’dil untuk melindungi mereka.

▪️Al Halaby mengatakan : “Sesungguhnya ilmu jarh wat ta’dil tidak memiliki dalil dalam kitab maupun sunnah”. Maka syaikh Robi’ mengajaknya berdialog dan menyalahkan ucapannya tersebut maka Al Halaby mengatakan bahwa itu kesalahan secara lafazh (namun maknanya benar), maka syaikh Robi’ membantahnya bahwa itu kesalahan secara makna namun Al Halaby bersikukuh dengan pendapatnya.

🔹Kemudian ia pada kesempatan lain mengatakan : “sesungguhnya ilmu jarh wat ta’ dil dibangun di atas kitab dan sunnah”, kemudian ia menuduh orang yang menukil darinya selain pendapat tersebut sebagai pendusta dan ia mengatakan : “sesungguhnya permasalahan jarh wat ta’dil ialah permasalahan ijtihadiyyah”.

▫️Para ulama’ mengatakan bahwa jarh wat ta’dil bersandar pada kitab, sunnah dan ijma’.

🔸Berkata syaikh al allamah Abdurrohman Al Mu’allimy : (Yang pertama membicarakan tentang keadaan Rijal (orang-orang) ialah Al Quran kemudian nabi صلى اللّٰه عليه وسلم kemudian para shohabatnya).

▫️Berkata guru kami syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i رحمه اللّٰه dalam kitabnya “Fadhoih Wa Nashoih” ketika membantah Ath Thohhan : “Adapun upayanya membatalkan kaedah jarh wat ta’dil maka ia telah menyelisihi ijma’ para ulama”. Kemudian beliau menyebutkan dalil-dalil dari kitab dan sunnah serta menukilkan ijma’.

5. Al Halaby dalam salah satu tulisannya meragukan khobar(berita) tsiqoh (orang yang terpercaya) dengan ucapan yang panjang lebar dan disertai syubhat yang bermacam-macam.

▫️Dan syaikh Robi’ telah membantahnya dengan bantahan yang sempurna dalam tulisan yang panjang.

▪️Diantara hujjah-hujjah yang dijadikan sandaran oleh Al Halaby ialah ucapan Doktor Abdul Karim Al Khudhoir, maka syaikh Robi’ membantah Abdul Karim Al Khudhoir dan menuntutnya untuk meminta maaf dari ucapannya yang mengandung celaan terhadap para shohabat.

🔹Kemudian Al Halaby menerbitkan tulisan yang di dalamnya ia mengeluarkan dokumen lamanya sehingga jelas bagi kita bahwa ia meragukan khobar tsiqoh sejak lama maka syaikh Robi’ membantahnya dalam tulisannya yang berjudul “Al Halaby sejak 30 tahun yang lalu mencetuskan kaedah-kaedah untuk melawan manhaj salaf dalam permasalahan jarh wat ta’dil”.

🔸Berkata syaikh Robi’ di akhir tulisannya tersebut : “Sungguh telah nampak dengan jelas manhaj salafus sholih dalam menerima berita-berita tsiqoh dan berpendapat wajibnya menerima khobar tsiqoh tersebut dan bahwa hujjah tegak dengannya dan barangsiapa menyelisihi manhaj ini maka ia seorang mubtadi’.
Dan vonis tabdi’ ini berasal dari para imam fiqh dan Ahlul Hadits sebagaimana dinukilkan oleh Ibnu Abdil Barr رحمه اللّٰه”.

6. Mengesankan pada manusia bahwa harus dalam menjarh untuk senantiasa menyebutkan sebab jarhnya, kemudian jarh mufassar (jarh yang disebutkan sebabnya) bisa diterima dan bisa ditolak.

🔹Dan syaikh Robi’ bangkit membantahnya dengan melakukan dirosah (penelitian) terhadap rowi-rowi dari kitab “Al Mizan” karya Adz Dzahaby yang dalam dirosah (penelitian) tersebut beliau menjelaskan bahwa Adz Dzahaby menghikayatkan jarh mubham (jarh yang tidak disebutkan sebab jarhnya) bahkan Adz Dzahaby sering menerima jarh mubham dan terkadang jarh mubham tersebut muncul dari satu alim bahkan terkadang terjadi pertentangan antara ta’dil dengan jarh mubham namun Adz Dzahaby tidak merojihkan salah satu dari keduanya atas yang lain.

8. Kaedah ” Membawa kalam mujmal kepada keadaan mufasshol”*(4).

⚙️Dan orang pertama yang mencetuskan kaedah ini ialah Abdullah ‘Azzam, ia mencetuskannya dalam rangka membela Sayyid Quthb.

▫️Berkata syaikh Robi’ : “(Kaedah) hamlul mujmal alal mufasshol merupakan kaedah yang mirip dengan manhaj Al Muwazanah, kaedah tersebut lahir pada hari yang sama dengan hari lahirnya manhaj Al Muwazanah yang dicetuskan oleh Abdullah ‘Azzam Al Ikhwany Al Quthby”.*(5)

▪️Sepeninggal Abdullah Azzam kaedah tersebut dihidupkan kembali oleh Abul Hasan Al Ma’riby kemudian dipakai oleh Ali Al Halaby.

🔹Dan syaikh Robi’ telah membantah Al Halaby (terkait kaedah tersebut) dalam tulisannya “Jinayatul Halaby Alal Imam Al Bukhory” dan di tulisannya yang lain “Al Halaby Yuwashilu Tajanniyahu Alal Imam Al Bukhory Wa Ghoirohu”.

▫️Dan kesimpulan dari bantahan syaikh Robi’ bahwa para ulama tidak membawa kalam mujmal kepada mufasshol baik dalam menghukumi para rowi hadits maupun dalam menghukumi ahlul bida’*(6).

🔎Dan syaikh Robi’ menyebutkan kepada Al Halaby beberapa bukti dari tindakan para ulama dan para aimmah. Diantaranya ialah Ya’qub Bin Syaibah.*(7)

🏳Dan diantara dalil-dalil yang disebutkan oleh syaikh Robi’ yang menunjukkan batilnya membawa kalam mujmal kepada keadaan mufasshol ialah tanshish (penegasan) para ulama diantaranya syaikhul islam Ibnu Taimiyyah atas wajibnya menjauhi lafazh-lafazh yang mengandung makna benar dan makna batil.

🗒Catatan kaki :

*1. Syaikh al allamah Muhammad Nashiruddin Al Albany رحمه اللّٰه pernah ditanya : Siapakah muridmu yang paling baik yang engkau nasehatkan kami untuk membaca kitab-kitabnya ?

🔹Maka beliau menjawab :
(Pada hakikatnya aku tidak memiliki thullab namun ada beberapa orang yang sering mendatangiku di ‘Amman dan meminta pendapatku pada perkara-perkara yang menimpa mereka..).”Fatawa Robigh”.

*2. Risalah ‘Amman ialah risalah yang diterbitkan oleh raja Yordania dan risalah tersebut memiliki website khusus dengan nama “Risalah amman”.

*3. Berkata syaikh Ali Ar Romly حفظه اللّٰه menjelaskan makna kaedah di atas : “Dua kaedah yang apabila engkau mendengar seseorang mengadopsinya maka ketahuilah bahwa bisa jadi ia jahil dan bisa jadi ia mubtadi’ yang ingin menipumu dan membela dirinya dan orang-orang semisalnya.

▪️Yang pertama :”Kita membenahi dan tidak menjarh” yaitu kita tidak menasehati kaum muslimin dengan menjelaskan keadaan orang-orang yang dikatakan oleh nabi صلى اللّٰه عليه وسلم sebagai da’i-da’i yang berada di pintu-pintu Jahannam, barangsiapa yang menyambut seruannya maka mereka akan melemparkannya ke dalam Jahannam..

🔸Namun diamlah membicarakan mereka dan benahilah kesalahan yang mereka ucapkan dan tinggalkanlah manusia disesatkan oleh mereka sebagaimana yang mereka kehendaki.(Ini makna kaedah tersebut).

🔷Maka kita butuh untuk menjarh agar kita bisa membedakan antara orang fasik dan orang yang adil…

▫️Dan butuh menjarh agar kita bisa membedakan antara da’i-da’i kesesatan dengan da’i-da’i petunjuk.

🔹Nabi صلى اللّٰه عليه وسلم mentahdzir tokoh khowarij di masanya dan menjarhnya , beliau juga menjarh seseorang yang beliau katakan “Bi’sa akhul “asyiiroh”.

▫️Umar Bin Al Khotthob menjarh Shobigh, dan Hasan Al Bashry menjarh Washil Bin Atho’ …..Dan atsar dari salaf tentang hal ini sangatlah banyak (yang membantah kaedah di atas)….

🔹Sumber : Faedah beliau pada channel telegram.

*(4)Yang dimaukan dengan mujmal menurut Al Halaby dan orang-orang semisalnya ialah kalimat yang mengandung kebatilan, adapun mufasshol menurut mereka ialah perjalanan hidup dan manhaj yang diketahui dari orang yang mengucapkan kalimat tersebut.

*(5)Berkata syaikh Robi’ :
“Asal muasal lahirnya kaedah yang batil ini ialah bantahan Abdullah Azzam terhadap penegasan al allamah Al Albany رحمه اللّٰه bahwa Sayyid Quthb berpemikiran wihdatul wujud sehingga Abdullah Azzam mulai membela Sayyid Quthb dan membantah syaikh Al Albany.
🔸Dan sejak terjadi pembelaan dan bantahan tersebut maka ia mencetuskan kaedah wajibnya membawa kalam seseorang yang mujmal kepada keadaannya yang mufasshol..”.

*(6)Syaikh Robi’ dalam tulisannya yang berjudul “Waqofat Ma’al Qoilin Bihamlil Mujmal Alal Mufashshol” membawakan sekian banyak dalil dari Al Quran dan sunnah yang menunjukkan batilnya kaedah ini.
▫️Demikian pula beliau menyebutkan beberapa ucapan para aimmah dari kalangan para shohabat dan selain mereka yang membantah kaedah ini dan menunjukkan bahwa agama islam mengharuskan untuk menghukumi ucapan yang batil sebagai bentuk kebatilan walaupun orang yang mengucapkannya memiliki keutamaan dan kedudukan yang tinggi.

*(7)Imam ahmad memvonis orang-orang yang mengatakan Al Quran kalamullah kemudian ia berhenti yakni tidak mengatakan “makhluk” dan tidak pula mengatakan “bukan makhluk” dengan vonis mubtadi’.
🔹Diantara mereka yang divonis mubtadi’ ialah Ya’qub Bin Syaibah yang ia termasuk Kibar Ahlil Hadits dan para ulama hadits mendukung tindakan imam Ahmad tersebut dan mereka tidak membawa kalam Ya’qub Bin Syaibah yang mujmal kepada keadaannya yang mufasshol.

 

▪️Bersambung…..

📝Sumber artikel :
http://www.alwaraqat.net/showthread.php?37801-%CD%D2%C8-%DA%E1%ED-%CD%D3%E4-%C7%E1%CD%E1%C8%ED-%E6%D2%E3%D1%CA%E5-%C7%E1%CD%C7%DE%CgF%C9-%E1%E1%D4%ED%CE-%C3%C8%ED-%DA%E3%C7%D1-%DA%E1%ED-%C7%E1%CD%D0%ED%DD%ED-%CD%DD%D9%E5-%C7%E1%E1%E5
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
telegram.me/dinulqoyyim

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *