MENCABUT MANHAJ MUWAZANAH HINGGA KE AKAR-AKARNYA
Asy-Syaikh Muhammad bin Hady al-Madkhaly hafizhahullah
Sekarang ini mereka (para pengekor hawa nafsu -pent) datang membawa manhaj baru dengan mengatakan, “Dia seorang sunni, walaupun dia memiliki kesalahan-kesalahan, itu juga seorang sunni walaupun dia memiliki kesalahan-kesalahan.”
Jelaskan apa kesalahan-kesalahannya itu?! Apakah dia meyakini madzhab Khawarij?! Ketika kita lihat ternyata orang yang dia anggap sunni itu adalah seorang pengikut Khawarij. Yang lainnya ketika kita lihat ternyata dia seorang Rafidhah yang suka mencela para Shahabat. Yang lainnya lagi ketika kita perhatikan ternyata dia seorang yang berpemahaman Jahmiyah. Maa syaa Allah, orang yang semacam itu dianggap seorang sunni walaupun dia memiliki kesalahan-kesalahan.
Mereka menilai seorang mubtadi’ satu persatu seperti itu, maa syaa Allah. Semua itu menjadikan menjadikan bahan tertawaan bagi akal-akal manusia, terkhusus para pemuda Salafiyun. Ucapan ini adalah ucapan yang bathil yang sangat jelas kesalahannya, karena sesungguhnya siapa saja yang bersikap loyaal kepada seorang mubtadi’, menolongnya, dan membelanya, maka dia ini sama-sama sebagai seorang mubtadi’ seperti dia, tanpa syak dan tanpa ada keraguan lagi. Ternyata keadaannya seperti penjelasan yang lalu berkaitan dengan sikap suka duduk bermajelis dengan para pengekor hawa nafsu:
عن المرء لا تسأل وأبصر قرينه *** فإن القرين بالمقارن مقتدى
ولا تصحب أخ *** الجهل وإيــاك وإياه
فكم من جاهل *** أردى حليمًا حين أخاه
يُقاس المرء بالمرء *** إذا مـا هو ماشــاه
Janganlah bertanya tentang seseorang, cukup lihatlah temannya
Karena sesungguhnya seseorang itu suka meniru temannya
Jangan berteman dengan orang yang bodoh
Hati-hatilah engkau jangan mendekat kepadanya
Berapa banyak orang yang bodoh menyeret orang yang baik
Ketika dia menjadikannya seperti saudara
Seseorang itu dinilai dengan orang lain
Jika dia suka berjalan bersamanya
Intinya jika engkau melihat seseorang suka bersama seorang mubtadi’ lalu engkau memperingatkan dia namun dia mengabaikan, maka gabungkanlah dia dengannya! Kenapa demikian?! Karena:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ
“Seseorang mengikuti agama teman dekatnya”. (Ash-Shahihah no. 927 -pent)
الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ
“Ruh-ruh itu seperti satu pasukan yang diatur, yang saling mengenal akan bersatu, sedangkan yang tidak saling mengenal maka akan berselisih”. (HR. al-Bukhary no. 3158 dan Muslim no. 2638 -pent)
إن القلوب لأجناد مجندة *** قول الرسول كلام ليس يختلف
فما تعارف منها فهو مؤتلف *** وما تناكر منها فهو مختلف
Sungguh hati-hati manusia itu benar-benar seperti pasukan yang diatur
Ucapan Rasul adalah ucapan yang tidak keliru
Yang saling mengenal pasti akan bersatu
Sedangkan yang tidak saling mengenal maka akan berselisih
Maka jika engkau masih melihatnya bersama seorang mubtadi’, berarti dia mencintainya, karena telah kita ketahui bersama:
أوثق عُرَى الْإِيمَانِ الْحُبُّ فِي اللَّهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللَّهِ
“Tali ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah”. (Lihat: Ash-Shahihah no. 998 -pent)
Jadi tidak mungkin seorang Ahlus Sunnah akan mencintai seorang ahli bid’ah, hal itu karena cinta merupakan kecenderungan hati, sehingga tidak mungkin akan terwujud kecuali jika hati-hati itu saling berdekatan.
Al-Ashma’iy rahimahullah mengatakan:
إذا تقاربت القلوب في النسبة تلاقت الأبدان في الصحبة
“Jika hati-hati itu berdekatan dalam hal, maka badan akan saling berjumpa dalam persahabatan”.
http://ar.miraath.net/article/
Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata
Klik ➡JOIN Channel Telegram:
http://tukpencarialhaq.com || http://tukpencarialhaq.