Transkrip Terjemahan Teleconference Ceramah Syaikh Kholid Adz-Dzhofiri Hafidzhahullah (23 Shafar 1437 H/ 04 Desember 2015)

Bismillahirrohmanirrohim. o

Transkrip teleconference dengan Asy Syaikh Khalid Adz Dzhofiri hafizhahullah

TRANSKRIP TERJEMAHAN TELECONFERENCE CERAMAH

SYAIKH KHOLID ADZ-DZHOFIRI HAFIDZHAHULLAH

 

Jum’at malam, 23 Shafar 1437 H/ 04 Desember 2015 |Telelink dengan Beliau via Telpon pada jam 21.00 waktu Singapura/ 20.00 WIB

___________________
(setelah beliau membaca muqoddimah/ Khutbatul Haajah)

Hayyaakumullah (semoga Allah menghidupkan anda sekalian (dalam kebaikan)) wahai saudaraku seluruhnya yang sebagiannya di Singapura, Malaysia, dan Indonesia.

Aku meminta kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala agar mengokohkan kita semua di atas Sunnah. Dan semoga Allah mengumpulkan kita di Jannah (Surga) yang penuh dengan kenikmatan.

Di antara amalan sholih yang disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi ﷺ yang seseorang bisa mendekatkan dirinya kepada Rabbnya Subhaanahu Wa Ta’ala adalah ilmu, mempelajari ilmu, tafaqquh fiddiin.

Karena sesungguhnya hal ini akan menghasilkan pahala yang sangat besar dari Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. Padanya terdapat kebaikan yang banyak, penyebutan yang baik, akibat yang terpuji bagi siapa yang mengikhlaskan niatnya untuk Allah Subhaanahu Wa Ta’ala. ….

Nash-nash al-Quran dan Sunnah menunjukkan kedudukan ibadah ini dan keutamaannya. Hingga seseorang menjadi Ahlul Ilmi. Ia mempelajari ilmu hingga Allah membukakan untuknya kebaikan yang banyak ketika ia menjadi Ahlul Ilmi.

Karena Allah Azza Wa Jalla dengan kemuliaan ilmu menjadikan mereka sebagai pemberi persaksian atas keesaanNya (Tauhid), yaitu Laa Ilaaha Illallaah. Ini adalah persaksian yang terbesar.

Allah Azza Wa Jalla berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Allah bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan (yang haq) kecuali Dia, demikian juga bersaksi Malaikat dan orang Ahlul Ilmi (Ulama), menegakkan persaksian itu dengan adil. Tidak ada sesembahan (yang haq) kecuali Dia Yang Maha Perkasa lagi Maha Hikmah”. (Q.S Ali Imran ayat 18)

Allah menjadikan persaksian Malaikat dan para Ulama terhadap keesaan (Tauhid) Allah. Para Ulama adalah orang-orang yang mengetahui tentang Allah. Orang-orang yang mengetahui tentang agamaNya. Mengetahui tentang RasulNyaﷺ.

Mereka takut kepada Allah dan terus merasa diawasi oleh Dia. Mereka berhenti pada batasan-batasan Allah. Karena itu Allah mensifatkan mereka adalah Ahlul Khosy-yah (orang-orang yang takut kepada Allah dengan mengetahui keagungan Allah, pent). Mereka takut (khouf) kepada Allah Azza Wa Jalla. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Hanyalah yang takut (dengan mengetahui keagungan) Allah dari para hambaNya adalah para Ulama” (Q.S Faathir ayat 28)

Telah dimaklumi bahwa setiap muslim takut kepada Allah. Setiap orang beriman takut kepada Allah. Akan tetapi perasaan takut (khosy-yah) yang sempurna hanyalah milik Ahlul Ilmi.

Pimpinan Ahlul Ilmi adalah para Rasul ‘alaihimussholaatu wassalaam. Kemudian yang setelah itu adalah para Ulama sesuai tingkatan mereka. Para Ulama terbaik dari umat ini adalah para Shahabat Nabi ‘alaihissholaatu wassalaam.

________________
Terdapat (nash-nash) tentang keutamaan ilmu, (di antaranya) hadits Muawiyah radhiyallahu anhu dalam Shahihain (Shahih al-Bukhari dan Muslim) bahwa Nabiﷺ bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan kepadanya, Allah akan faqihkan (pahamkan) ia tentang (ilmu) Dien”.

Hadits ini menunjukkan bahwa termasuk tanda kebaikan dan tanda kebahagiaan seseorang adalah mendapatkan kefaqihan (pemahaman Dien) dari Allah.

Setiap penuntut ilmu yang ikhlas kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala sama saja apakah di Universitas, Ma’had, Markaz, atau halaqoh ilmu melalui radio-radio Salafiyyah, tidak diragukan lagi bahwa ini termasuk yang Allah inginkan pada mereka kebaikan. Maka aku meminta kepada Allah taufiq dan hidayah untukku dan untuk anda sekalian..

Menempuh perjalanan menuntut ilmu termasuk penyebab menuju Surga.

Allah Subhaanahu Wa Ta’ala akan memudahkan baginya jalan menuju Surga. Allah akan melindungi dia dari fitnah-fitnah syubuhaat dan syahwaat. Sebagaimana sabda Nabi kitaﷺ dari hadits Abud Darda’ yang dikeluarkan Ash-haabus Sunan:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ

“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Surga. dan sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi para penuntut ilmu sebagai bentuk keridhaan atas perbuatan mereka.  Dan sesungguhnya seluruh yang ada di langit dan di bumi sampai sekalipun ikan di lautan akan memohonkan ampunan bagi orang yang berilmu. Dan sesungguhnya keutamaan seorang ‘Alim terhadap orang yang ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang”.

Di akhir hadits tersebut selanjutnya disebutkan bahwa barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu maka ia telah mengambil warisan para Nabi.

Sebagaimana Nabi ‘alaihissholaatu wassalaam bersabda:

إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham. Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Barangsiapa yang mengambil dari ilmu itu, maka ia telah mengambil bagian yang sangat banyak”.

Dan yang menunjukkan akan hal itu disebutkan dalam (atsar) dari Ibnu Mas’ud (*) radhiyallahu Ta’ala anhu bahwa ia datang ke orang-orang di pasar yang sibuk dengan urusan dunia. Maka beliau berkata kepada mereka:

“Sesungguhnya warisan Rasulullah ﷺ sedang dibagikan di masjid. Ambillah bagian darinya!”

Maka manusia bersegera menuju masjid menyangka bahwa akan ada pembagian (harta) dunia.
Mereka masuk ke masjid tidak mendapatkan yang diinginkan hingga kembali ke Ibnu Mas’ud dan berkata kepada beliau: Kami tidak mendapatkan ada pembagian (harta warisan) di masjid. Beliau berkata: Apa yang kalian dapatkan di sana?
Kami mendapati di masjid ada kaum yang membaca al-Quran, ada yang mempelajari ilmu, sebagian kaum membaca Sunnah. Maka beliau berkata:

“Celaka kalian, itu adalah warisan Nabi ﷺ !! Barangsiapa yang mengambil bagian darinya, ia akan mengambil bagian yang sangat banyak”

Mempelajari dan menempuh jalan dalam menuntut ilmu adalah termasuk ibadah yang terbesar yang semestinya bagi Shohibu Sunnah dan para pencari alhaq mengerahkan segenap upayanya dalam menuntut ilmu dan menggunakan waktunya untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya.

Hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam mempelajari aqidah, yang merupakan ilmu yang paling agung, yaitu Tauhid.

▪Hendaknya ia membaca Kitabut Tauhid dan penjelasan-penjelasan (syarh) Ulama tentangnya, dan juga kitab-kitab Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah sesuai tingkatan keilmuan yang sesuai baginya.
▪Hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam mempelajari hadits seperti Arbain anNawawiyyah, mengambil faidah darinya.
▪Membaca kitab-kitab Mustholah (hadits) dan dalam fiqh…juga mempelajari ilmu-ilmu alat.

Ilmu itu sangat luas. Jika engkau mengerahkan seluruh bagian darimu, ilmu itu akan memberikan sebagian darinya.

Kita hendaknya mengetahui bahwa ilmu adalah penyebab keselamatan dari fitnah-fitnah pada kehidupan kaum muslimin.
▪(Ilmu) meredam (fitnah) syahwat, juga fitnah syubuhaat berupa hawa nafsu dan kebid’ahan.
▪(Meredam_red) Fitnah-fitnah syubuhat dari orang-orang kafir.
▪Ilmu menjadikan seseorang mengetahui tentang Allah dan agamaNya.

Hal itu menjadi sebab ia selamat dari fitnah-fitnah. Hingga (jika ia berilmu) bisa menjadi penyebab yang menghilangkan fitnah-fitnah dari manusia. Sebagaimana yang telah disebutkan tentang hadits tentang keutamaan para Ulama:”

إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا

“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus (dari dada manusia) akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan Ulama. Hingga jika tidak tersisa orang alim lagi, manusia akan menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin. Mereka ditanya kemudian berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan” (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Ahlul Ilmi yang menempuh jalan al-haq (kebenaran) akan memperingatkan dari fitnah-fitnah tersebut. Demikian juga para penyeru pada kesesatan (justru akan berusaha menyebarkan fitnah-fitnah itu).

Diantara penyebab mendapatkan ilmu adalah ikhlas karena Allah.
▪Maka wajib bagi kita untuk mengikhlaskan menuntut ilmu karena Allah.
▪Jangan kita menuntut ilmu untuk berdebat dengan manusia.
▪Jangan menuntut ilmu karena mencari pujian manusia hingga mereka berkata bahwa orang ini berilmu atau pandai baca al-Quran (Qori’).
Harusnya kita menuntut ilmu karena Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.

Aku tutup dengan kalimat ini…Ucapan al-Imam Yahya bin Abi Katsir rahimahullah:
“Ilmu tidaklah bisa didapatkan dengan tubuh yang santai (bermalas-malasan)”.

Maka kita harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Terus berusaha mengisi waktu dan umur kita untuk menghilangkan ketidaktahuan dalam diri kita.

Ini adalah termasuk tujuan dan ibadah yang paling agung. Aku meminta kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala agar Dia memberikan taufiq kebaikan kepada kita, dan agar Dia menolong kita untuk senantiasa mengikuti petunjuk Rasulullah ﷺ dan semoga Allah menjadikan kita sebagai para penuntut ilmu…dan agar Allah menjadikan amalan kita ikhlas untuk mengharapkan WajahNya Yang Mulia. Aku meminta kepada Allah taufiq dan kekokohan kepadaku dan kepada anda sekalian.

Allaahu A’lam, washollallaahu wasallama ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad..

——————————
Catatan Kaki dari penerjemah:

(*) Syaikh Kholid hafidzhahullah menyebutkan bahwa itu adalah ucapan Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, sedangkan dalam atsar riwayat atThobaroniy disebutkan bahwa itu adalah Abu Hurairah radhiyallahu anhu.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ مَرَّ بِسُوْقِ الْمَدِيْنَةِ فَوَقَفَ عَلَيْهَا فَقَالَ يَا أَهْلَ السُّوْقِ مَا أَعْجَزَكُمْ قَالُوْا وَمَا ذَاكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ ذَاكَ مِيْرَاثُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقْسَمْ وَأَنْتُمْ هَا هُنَا أَلَا تَذْهَبُوْنَ فَتَأْخُذُوْنَ نَصِيْبَكُمْ مِنْهُ قَالُوْا وَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَخَرَجُوْا سُرَاعًا وَوَقَفَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ لَهُمْ حَتَّى رَجَعُوْا فَقَالَ لَهُمْ مَا لَكُمْ فَقَالُوْا يَا أَبَا هُرَيْرَةَ قَدْ أَتَيْنَا الْمَسْجِدَ فَدَخَلْنَا فِيْهِ فَلَمْ نَرَ فِيْهِ شَيْئًا يُقْسَمُ فَقَالَ لَهُمْ أَبُوْ هُرَيْرَةَ وَمَا رَأَيْتُمْ فِي الْمَسْجِدِ أَحَدًا قَالُوْا بَلَى رَأَيْنَا قَوْمًا يُصَلُّوْنَ وَقَوْمًا يَقْرَؤُوْنَ الْقُرْآنَ وَقَوْمًا يَتَذَاكَرُوْنَ الْحَلَالَ وَالْحَرَامَ فَقَالَ لَهُمْ أَبُوْ هُرَيْرَةَ وَيْحَكُمْ فَذَاكَ مِيْرَاثُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- bahwasanya beliau melewati pasar Madinah, kemudian berhenti. Beliau berkata:

Wahai orang-orang di pasar, apa yang membuat kalian lemah (tidak bersemangat)?

Orang-orang di pasar itu berkata: Ada apa wahai Abu Hurairah?

Abu Hurairah menyatakan: Itu warisan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dibagikan, tapi kalian ada di sini. Tidakkah kalian pergi ke sana dan mengambil bagian kalian darinya?

Mereka berkata: Di mana itu (pembagiannya)?

Abu Hurairah menyatakan: Di masjid.

Maka mereka segera pergi dengan cepat. Abu Hurairah berdiri menunggu mereka. Hingga mereka kembali dan Abu Hurairah berkata: Apa yang terjadi pada kalian?

Mereka berkata: Wahai Abu Hurairah, kami telah mendatangi masjid kemudian masuk ke dalamnya, kami tidak melihat ada sesuatupun yang dibagikan.

Abu Hurairah berkata kepada mereka: Tidakkah engkau melihat ada orang di masjid?

Mereka berkata: Ya. Kami melihat ada kaum yang sholat, ada kaum yang membaca al-Quran, ada kaum yang mempelajari halal dan haram.

Maka Abu Hurairah berkata kepada mereka: Celaka kalian, itulah warisan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam
(riwayat atThobaroniy dalam al-Mu’jamul Awsath, dihasankan Syaikh al-Albaniy dalam Shahih atTarghib wat Tarhiib)

✺✺✺

Penerjemah: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafidzahullah | WA al-I’tishom

Audio durasi 13:21 (1,56 MB)

____________________
مجموعـــــة توزيع الفـــــــوائد
telegram: [FBF]
www.alfawaaid.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *