APAKAH KHAWARIJ ADALAH ORANG YANG MEMBERONTAK PENGUASA YANG ADIL SAJA? KALAU MEMBERONTAK KEPADA PENGUASA ZALIM BUKAN KHAWARIJ?
Pertanyaan yang dijawab oleh Asy-Syaikh Rabi bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullahu ta’ala:
Pertanyaan: Apa pendapat anda terhadap orang yang mengatakan: Sesungguhnya khawarij itu adalah mereka yang memberontak kepada penguasa yang adil saja. Adapun orang yang memberontak kepada penguasa yang zalim maka ia bukan khawarij?
Jawaban: Abdul Malik bin Marwan adalah penguasa yang zalim, dan membunuh Abdullah bin Zubair, dan (salah satu) amirnya menghancurkan Ka’bah. Dalam keadaan Abdullah bin Umar tetap membaiatnya setelah kejadian itu semua, dan semua sahabat yang ada ketika itu juga membaiatnya.
Demi Allah, (Abdul Malik bin Marwan) zalim, semoga Allah merahmatinya, ia punya kebaikan-kebaikan, amalan-amalan yang baik, ia telah menaklukkan negeri-negeri kafir, dia juga berjihad. Akan tetapi demi Allah ia adalah penguasa zalim. Dalam keadaan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan, mengajarkan, mengajarkan, nash-nash dalam shahihain dan yang lainnya :
”Taatilah mereka (Penguasa) selama mereka menunaikan shalat.”Kalian mengenalinya dan kalian mengingkarinya.” beliau mengatakan :”Taatilah mereka selama mereka menunaikan shalat di tengah-tengah kalian.” Para sahabat berkata : ”Tidakkah kita melawan mereka (penguasa) dengan pedang-pedang kita? Beliau menjawab : ”Jangan, selama mereka menunaikan shalat di tengah kalian.”
Walaupun penguasanya jahat, bersamaan dengan itu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan untuk bersabar menghadapi mereka dan tidak membolehkan memberontak melawan mereka. Dan yang memecah belah ketaatan kepada mereka, memecah belah kaum muslimin, maka wajib untuk dibunuh, walaupun penguasanya itu penguasa yang jahat.
Ini adalah pemahaman khawarij, yang mengatakan : Tidaklah dikatakan khawarij, kecuali yang memberontak kepada penguasa yang adil. Menurut mereka, Ali radhiyallahu’anhu itu bukanlah penguasa yang adil, Utsman Bin Affan radhiyallahu’anhu bukanlah penguasa yang adil. Dan yang memuliakan sayyid Qutub memandang, kalau Utsman itu bukan penguasa yang adil, walaupun mereka pura-pura menutupinya. Kalau tidak demikian, bagaimana bisa mereka memuliakan Sayid Qutub yang telah mencela keadilan Utsman dengan merendahkan kekhilafahan beliau. Dan dia tidak merendahkan kecuali karena sebab kekufuran, karena memang dia adalah seorang takfiriy, bahkan gembong takfiri ?!!
Maka ia tidak bisa terang-terangan mengkafirkan Utsman dan rafidhah, dalam keadaan ia mengumpulkan pemikiran khawarij dan rafidhah, membawa bendera khawarij, bendera rafidhah dan bendera lainnya. Maka dia menjadikan Utsman radhiuallahu’anhu sebagai penguasa yang jahat yang kita berontak, Ali radhiyallahu’anhu juga penguasa yang jahat yang boleh kita berontak. Demikian seterusnya.
Dan Dzul Khuwaishiroh, kalian lihat bagaimana ia mencela keadilan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, maka masalahnya tidak lagi memiliki timbangan. Adil menurutmu tidak tergolong adil menurut orang yang memberontak kepadanya. Kalau demikian, jalan keluarnya, sesungguhnya selama penguasa itu masih ada dalam lingkaran Islam (kita dilarang memberontak-pent). Perkara ini telah digariskan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, walaupun penguasanya jahat, zalim, selama masih ada dalam lingkaran Islam, selama menunaikan shalat, maka dilarang memberontak kepadanya. Kalian pahami ini? Ini adalah keputusan Allah dan keputusan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Bukan keputusan orang-orang bodoh.
Sumber Fatawa Fil Aqidah wal Manhaj halaqah kedua.
Dinukil dari Majmu’ah Qanat al-Imamain
http://www.rabee.net/ar/
Alih bahasa: Ustadz Abu Hafs Umar al Atsary -hafizhahullah-
WhatsApp Salafy Indonesia