(Pengekor) Abdurrahman bin Mar’iy, Apakah Mereka Menjiplak Dari (Pengekor) Abul Hasan Al-Ma’ribiy dan (Pengekor) Yahya Al-Hajuriy? Ataukah Ada Kesamaan Isi Hati Antara Mereka?

Bismillahirrohmanirrohim. o

pengekor abdurrahman bin mar i apakah mereka menjiplak pengekor abul hasan dan hajury

(PENGEKOR) ABDURRAHMAN BIN MAR’IY, APAKAH MEREKA MENJIPLAK DARI (PENGEKOR) ABUL HASAN AL-MA’RIBIY DAN (PENGEKOR) YAHYA AL-HAJURIY? ATAUKAH ADA KESAMAAN ISI HATI ANTARA MEREKA?

Ditulis Oleh : (Asy-Syaikh) Abul ‘Abbas Yasin bin Ali al-‘Adeniy -hafidzahullah-
Malam Ahad, 28 Rajab 1436 H.

✹✹✹

بســــم الله
والحمد لله، والصـــلاة والسلام على رســول الله، وعلى آلــه وصحبـــه ومن والاه

 أمــــا بعــــد :

Aku telah menjabarkan dalam pembahasan yang lalu bahwa Abdurrahman bin Mar’iy telah menempuh semisal trik-trik Abul Hasan al-Ma’ribiy dan Yahya al-Hajuriy. Dan aku telah menerangkan sebab kecocokan ini yang merujuknya kepada satu dari dua poin:

P E R T A M A :

استفادة المتأخر من المتقدّم، وأخذ اللاحق من السابق

Orang yang terakhir mengambil faedah dari yang lebih dahulu dan orang yang belakangan mengikuti yang di depan.

K E D U A :

تشابه القلوب؛ فإن أهل الباطل لمّا تشابهت قلوبهم في الباطل تشابهت أقوالهم وأفعالهم

Kesamaan isi hati; sungguh ahlul bathil ketika kandungan hati mereka SAMA dalam hal memendam kebatilan, maka pasti serupa (pula) ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan mereka.

Dan aku telah menyebutkan ucapan Syaikhul Islam terkait permasalahan ini.

Adapun dalam pembahasan ini aku akan menguraikan kepada kalian sebagian trik-trik yang (pengekor) Abdurrahman bin Mar’iy melangkah di atasnya dan bahwa  hal itu klop dengan trik-trik (pengekor) Abul Hasan al-Ma’ribiy dan Yahya al-Hajuriy, di antaranya:

TRIK PERTAMA:

اتهامهم للعلماء – الذين طعنوا في عبد الرحمن بن مرعي – بأنهم يفتحون آذانهم لمن حولهم، ولا يتثبّتون فيما يُنقل إليهم من الأخبار.

Tudingan mereka terhadap ulama –yang mencela Abdurrahman bin Mar’iy- bahwa mereka membuka pendengaran mereka kepada orang di sekelilingnya dan TANPA TATSABBUT (memeriksa ulang) dalam hal berita-berita yang dinukilkan kepada mereka.

Siasat ini telah diucapkan para pengekor Abul Hasan, kemudian apakah itu bermanfaat untuk mereka?
Dan para pengekor Yahya al-hajuriy telah berujar demikian juga, lalu apakah itu berguna bagi mereka?

Dan ketahuilah wahai saudaraku salafi, bahwa ketika kami pergi menemui Ulama di Mamlakah (Kerajaan Arab Saudi) dan kami mengabarkan kepada mereka tentang fitnah Abdurrahman bin Mar’iy, mereka berkata:

“Apakah kalian memiliki rekaman audionya?”

Kami jawab: “Ya (ada).”

Maka PERHATIKANLAH bagaimana mungkin para ulama itu disematkan suatu perkara yang mereka bersih (terbebas) darinya!

Dan sebab munculnya tudingan ini adalah sikap ta’ashshub (FANATIK) yang dibenci yang membuat buta dan tuli (para pengekor Abdurrahman).

TRIK KEDUA:

Ucapan mereka:

إذا كان الشيخ الفلاني طعن في عبد الرحمن بن مرعي، فإن الشيخ الفلاني الآخر لم يطعن فيه

“Apabila Syaikh Fulan mencela Abdurrahman bin Mar’iy maka sesungguhnya Syaikh yang lain tidak mengecamnya”.

Betapa mirip malam ini dengan semalam dan hari ini dengan kemarin. Ketika dahulu para ulama berbicara tentang Abul Hasan, mereka (pengekornya) berujar:

!!لكن الشيخ عبد المحسن العبّاد لم يتكلم فيه

“TAPI asy-Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad tidak berbicara tentangnya!!”

Dan cukuplah aku nukil untuk pengekor Abdurrahman bin Mar’iy satu perkataan dari Syaikh mereka dari salah satu kasetnya ketika ia berkata:

..فليس أبو الحسن بالإمام، أو بالعالم المشهور، أو بطالب العلم المستفيد، الذي قد عرف عند الجميع بحيث إن كل عالم يقتطع جزءًا كبيراً من وقته ليخوض مع الخائضين

“Bukanlah Abul Hasan itu seorang imam (panutan) atau seorang ulama yang masyhur atau penuntut ilmu mustafid yang telah dikenal oleh setiap orang. Dari sisi bahwa setiap ulama akan mengurangi dari sebagian besar waktunya untuk berbicara (tentang kebatilannya) bersama dengan orang-orang yang membicarakannya…

NAMUN sebagian ulama mencukupkan ketika mendengar suatu ucapan (tentangnya) dengan berkata:

خيراً إن شاء الله، الأمر يُحمل كذا، والأمر كذا

“Semoga baik in sya Allah, permasalahannya dibawa kepada demikian dan demikian”.

Akan tetapi semisal asy-Syaikh Rabi’ –semoga Allah Yang Maha Tinggi menjaga beliau- dan para ulama yang sederajat dengan beliau yang mereka meluangkan waktu yang panjang untuk menyelesaikan permasalahan Abul Hasan MAKA mereka telah mengeluarkan ketetapan akhir dengan kesimpulan ini.

Dan saudara-saudara mereka para ulama yang lain MENGAKUI KEILMUAN MEREKA (syaikh Robi’ dan yang semisal beliau), kelurusan manhaj mereka, dan sikap zuhud dan waro’ mereka.

Dan semisal asy-Syaikh Rabi’ beliau telah melapangkan waktunya dan orang yang paling memahami tentang Abul Hasan. Dan lebih mengetahui tentang Abul Hasan daripada asy-Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad –semoga Allah menjaga beliau-.

Seorang ulama yang mulia, asy-Syaikh al-‘Abbad, dan salah seorang Imam Sunnah di zaman ini. Akan tetapi beliau tidak memberikan pada kasus Abul Hasan SEPERTI APA yang disumbangkan asy-Syaikh Rabi’ dan saudara-saudara beliau (para Ulama) yang telah membongkar dan memerinci dalam kasus ini. Demikian ini pula asy-Syaikh al-Fauzan…

Faktanya bahwa para ulama kita, setiap orang yang TELAH NYATA baginya suatu KEBATILAN dari pelaku kebatilan, ia akan mengangkat suara dan memperingatkan orang-orang dari (bahaya)nya.” Selesai perkataannya.

—————–
Maka aku berharap kepada pengekor Abdurrahman bin Mar’iy untuk merenungi ucapan syaikh mereka ini dan bersegera kembali kepada al-Haq. Sesungguhnya syaikh kalian berkata:

لا يشترط أن يتكلم كل العلماء في رجل من أهل الباطل

“TIDAK dipersyaratkan untuk SELURUH ulama berbicara tentang seorang pelaku kebatilan”.

فإذا تكلم الشيخ ربيع والشيخ عبيد والشيخ البخاري، في عبد الرحمن بن مرعي، كان ذلك كافياً؛ لأنهم أعلم بعبد الرحمن بن مرعي.

Seandainya asy-Syaikh Rabi’, asy-Syaikh ‘Ubaid, asy-Syaikh al-Bukhari TELAH BERBICARA tentang Abdurrahman bin Mar’iy, hal itu SUDAH MENCUKUPI. Sebab mereka lebih memahami tentang Abdurrahman bin Mar’iy.

 Seperti ini pula kami katakan kepada orang yang ta’ashshub (fanatik) dengan Muhammad al-Imam.

Apabila Abul Hasan bukanlah seorang yang masyhur lalu bagaimana dengan Muhammad al-Imam bahkan bagaimana dengan Abdurrahman bin Mar’iy?!

SEHINGGA kalian -wahai pengekor yang fanatik- ada di antara satu dari dua perkara:

PERTAMA: Kalian berkata: “Ucapan syaikh kami (di atas) adalah benar”
MAKA KALIAN HARUS MENERAPKANNYA.

KEDUA: Kalian berucap: “Ucapan syaikh kami bathil”
MAKA KALIAN MESTI MENASEHATINYA DAN KAMI MENGHENDAKI DARI KALIAN UNTUK MEMPERDENGARKAN KEPADA KAMI TAROJU’-NYA.

TRIK KETIGA:

التنكر لإخوانهم الذين أخذوا العلوم على أيديهم، والتنكر لجهودهم العلمية

Tidak mengakui (kedudukan) saudara-saudara mereka -yang mereka (para pengekor Abdurrahman) telah mengambil ilmu dari mereka ini- dan memungkiri karya ilmiah mereka.

Dan perkara ini tampak jelas dalam fitnah al-Hajuriy. Hal itu dengan para pengekornya membentangkan permusuhan kepada setiap orang yang tidak sepakat dengan al-Hajuriy. Mereka mencela saudara-saudara mereka yang mereka (para pengekor) ini dahulu belajar dan mengambil faidah dari mereka. BAHKAN melecehkan karya ilmiah mereka setelah dahulunya mereka telah mereguknya dan menasehatkan untuk (mengambil ilmu dari)nya serta memujinya.

Seperti ini juga pengekor Abdurrahman bin Mar’iy, mereka menggunakan cara yang sama, mereka berucap: “Apa ilmu yang dimiliki si fulan itu!!”

Dan mereka berkata tentang karya-karya ilmiah mereka: “Di dalamnya banyak kesalahan dan di dalamnya…isinya….dst.”

فصارت العبرة عندهم – في تقييم الأشخاص، وتقييم الجهود العلمية – متعلقة بالموافقة والمخالفة لا غير.
فمن كان معهم فهو الشيخ الكبير، والواعظ الشهير، والمحقق النحرير. والعكس بالعكس.

Maka timbangan di sisi mereka –dalam menentukan kadar seseorang dan karya ilmiahnya- terkait dengan sepakat atau menyelisihi (mereka), tidak ada (pertimbangan) lainnya.

Siapa yang bersama mereka maka dia adalah seorang syaikh yang besar, penasehat yang popular, dan peneliti yang berbobot. Dan yang sebaliknya (yang menyelisihi mereka) maka kebalikannya.

فنسأله تعالى أن يجعلنا ممن يتحرى العدل وإقامة الحق، مع القريب والبعيد، ومع العدو والصديق.

“Kita memohon kepada-Nya Yang Maha Tinggi untuk menjadikan kita termasuk orang yang mencari keadilan dan menegakkan kebenaran, terhadap orang dekat dan yang jauh, kepada musuh dan teman”.

Ditulis: Abul Abbas Yasin bin ‘Ali al-‘Adeniy | Aden – Yaman | Malam Ahad, 28 Rajab 1436 H.

✲✹✲

Sumber:
Majmu’ah al-Barokah Ma’a Akaabirikum
Alih Bahasa :
Al-Ustadz Abu Yahya Al-Maidany (Solo) hafidzahullah [FBF-5]

_____________________
مجموعـــــة توزيع الفـــــوائد
❂ WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *