Apakah Abdurrahman bin Mar’iy Mencontoh Abul Hasan Al-Ma’ribiy dan Yahya Al-Hajuriy? Ataukah Ada Kesamaan Isi Hati Diantara Mereka?

Bismillahirrohmanirrohim. o

apakah abdurrahman bin mar i mencontoh abul hasan dan yahya al hajuri

APAKAH ABDURRAHMAN BIN MAR’IY MENCONTOH ABUL HASAN AL-MA’RIBIY DAN YAHYA AL-HAJURIY? ATAUKAH ADA KESAMAAN ISI HATI DIANTARA MEREKA?

Ditulis Oleh : (Asy-Syaikh) Abul ‘Abbas Yasin bin Ali al-‘Adeniy -hafidzahullah-
Kamis 25 Rajab 1436 H

✹✹✹

بســــم الله الــــرحمن الــــرحيم
والحمد لله، والصـــلاة والسلام على رســول الله، وعلى آلــه وصحبـــه ومن والاه

 أمــــا بعــــد :

Bukanlah suatu hal yang aneh akan adanya kesamaan di antara ahlul bathil dalam pokok-pokok dan cara-cara mereka. Hal ini merupakan sesuatu yang telah dimaklumi dan telah (terbukti) terjadi di masa lalu.

Sedangkan sebab dari kemiripan ini kembalinya kepada dua perkara: 

PERTAMA:

Orang yang terakhir mengambil faedah dari yang lebih dahulu dan orang yang belakangan mengikuti yang di depannya..

KEDUA:

Kesamaan (isi) hatinya; Sungguh ahlul bathil ketika sama kandungan hati mereka dalam memendam kebatilan maka pasti serupa ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan mereka.

Syaikhul Islam dalam kitab “Dar’ut Ta’aarudh (3/ 13):

…ومن تكلــــم من النظـار ينظر ما تكلم به من قبلــــه؛ فإما أن يكــون أخذه عنه، أو تشــــابهت قـــــلوبهم

“Dan siapa yang berbicara dari suatu perspektif yang orang sebelumnya telah berbicara tentangnya maka itu terjadi baik karena dia (pembicara) mengambil ucapan itu darinya (orang yang dahulu) atau adanya kemiripan (isi) hati mereka”.

Dan beliau juga berkata dalam “Dar’ud Ta’aarudh (7/ 295):

… والـــذين قالوا بهـــا من أهل الكــلام ليس كلهـــم أخذهـــا عن الفلاسفة، بل قد تتشـــابه القــــلوب

“dan orang-orang yang telah mengucapkannya dari ahli kalam tidaklah seluruhnya mengambil dari ahli filsafat bahkan seringkali KARENA ADANYA KESAMAAN HATI…”

Dan sebagaimana firman Allah Ta’ala:

كَذَلِكَ قَالَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِم مِّثْلَ قَوْلِهِمْ تَشَابَهَتْ قُلُوبُهُمْ ﴿١١٨

“Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa”. [Q.S. Al-Baqoroh: 118]

_____________
Pada hari-hari ini Abdurrahman bin Mar’iy mengobarkan fitnah yang luas di tengah dakwah Salafiyyah di Yaman.

Permisalan (kasus)nya seperti kasus Abul Hasan al-Ma’ribiy dan Yahya al-Hajuriy. Yang berbeda adalah fitnah Abdurrahman bin Mar’iy LEBIH TAMPAK DAN JELAS.

Perihalnya karena ia menggunakan CARA MAKAR dan DUSTA serta MUSLIHAT dengan kebatilan sejak awal perkaranya.

Dan orang-orang awam dari kaum Muslimin telah menebak hal itu terlebih para penuntut ilmu dan apalagi para ulama.

Dan diantara yang akan aku sebutkan di sini bahwa Abdurrahman bin Mar’iy telah memanfaatkan taktik muslihat yang sama dengan yang digunakan Abul Hasan al-Ma’ribiy dan Yahya al-Hajuriy, diantaranya:

PERTAMA:

Pemberian gelar kepada pengekornya dengan julukan-julukan yang megah dan ungkapan-ungkapan yang spektakuler, seperti “Masyaikh” dan yang lainnya.

Prinsip ini telah terkenal dari Abul Hasan al-Ma’ribiy dan Yahya al-Hajuriy yang akan mengetahuinya setiap yang telah menemui dua fitnah tersebut.

Adapun pada fitnah Abdurrahman bin Mar’iy maka perkaranya LEBIH JELEK lagi.

Seberapa banyak dari akh (penuntut ilmu) yang barangkali belum kokoh dalam satu bidang ilmu bahkan tidak mampu berbicara dengan baik –antara malam dan siangnya- telah dijadikan sebagai “syaikh”, “da’i”, dan …!! KARENA ia taqlid kepada syaikh-nya dan mengikutinya di atas kebatilannya.

KEDUA:

Ia mengecoh dengan KUANTITAS (JUMLAH) PENGIKUT YANG BANYAK. Sehingga kamu temui dari lingkungan mereka yang bergembira dengan jumlah yang banyak untuk menenangkan orang-orang bahwa ia di atas kebenaran. Sedangkan orang yang menyelisihinya jumlahnya sedikit sehingga mereka di atas kebatilan.

Dan perkara ini termasuk cara-cara ahlul bathil.

Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdiy dalam kitab “Masaa’ilul Jahiliyyah” berkata:

المسألــة الخــامسة) : إن من أكــــبر قــواعدهم : الاغترار بالأكثر، ويحتجــون به على صحـــة الشيء، ويستدلون على بطلان الشيء بغربتـــه وقلــــة أهلــــه)

“Permasalahan Kelima:

Sesungguhnya termasuk sebesar-besar prinsip mereka adalah “mengecoh dengan siapa yang lebih banyak”. Mereka berdalil dengannya tentang kebenaran sesuatu dan menunjukkan kebatilan sesuatu dengan kesendirian dan sedikitnya orang-orang yang mengikutinya.” Selesai perkataan Syaikh

Ya, sesungguhnya jumlah yang banyak sama sekali tidak bisa menjadi dalil yang menunjukkan bukti-bukti kebenaran.

Nabi ﷺ bersabda:

« بدأ الإسلام غريباً وسيعود كما بدأ غريباً، فطوبى للغرباء »

“Islam bermula dalam suatu keterasingan dan akan kembali terasing sebagaimana awalnya MAKA keberuntungan bagi orang-orang yang terasing itu”.

Oleh sebab ini kamu mendapati ahlul bathil di masa fitnah akan saling MENYANJUNG antara yang satu dengan yang lainnya dengan besaran jumlah.

Mereka sebutkan: “Kita memiliki sekian dan sekian masjid, di markiz ada sejumlah ini dan itu laki laki, sedemikian dan sedemikian jumlah wanita, dan begini dan begitu jumlah anak-anak. Kita mempunyai kota dan kampung sebanyak demikian dan demikian serta sekian jumlah para du’at …dst.

Semuanya dalam rangka menyeret orang-orang yang berhati lemah dan ahlussunnah yang AWAM.

KETIGA:

Semangat yang kuat untuk menemui Ulama Kibar dan mengunjungi mereka. Kemudian ia akan MENGABARKAN tentang lawatannya dan masuknya ia menemui mereka –Ulama Kibar-.

نعم، جـــلس معهـــم وزارهـم، ولكن دون الأخـــذ بنصائحهم. ومقصــده من ذلك إبلاغ السامعين بارتباطــه بكبار أهـل العلم، وأنه لو كـــان على باطل مــــا جالسوه

Ya. Ia duduk dan mengunjungi mereka NAMUN bukan untuk meminta nasehat dari mereka

Tujuannya adalah:

>Menyampaikan kepada para pendengar tentang HUBUNGANNYA dengan Ulama Kibar.
>Dan bahwa seandainya ia di atas kebatilan maka pasti mereka TIDAK AKAN DUDUK bersamanya.

Oleh karenanya para ulama telah menyadari -secara khusus kepada Abdurrahman-.

Maka:

Inilah beliau Syaikh Ubaid al-Jabiriy beberapa kali MENOLAK untuk ia (Abdurrahman) masuk ke dalam rumah beliau.
Dan ini Syaikh Robi’ berkata kepadanya:

لا تأتني إلا ومعــك الشيخ هــاني بن بريك

“Janganlah kamu datang kepadaku kecuali bersama Syaikh Hani’ bin Buraik”.

Dan hal ini adalah siasat para pembuat makar. Oleh karena ini Syaikh Robi’ berkata:

عبد الـــرحمن بن مـــرعي مــــــاكر

“Abdurrahman bin Mar’iy seorang pembuat makar (muslihat)”.

Dengan sebab ini kamu dapati Abdurrahman bin Mar’iy ketika para ulama menutup pintu atasnya, ia PERGI MENCARI MASYAIKH YANG LAINNYA.

Cara seperti ini telah diketahui sejak dahulu kala. Aku telah mengumpulkan atsar-atsar (salaf) terkait pembahasan ini dan aku beri judul:

“إغــلاق الأبواب على أهــــل الــــبدع والأهــــواء والاضطــــراب”

“Mengunci Pintu dari Ahlul Bid’ah, Ahlul Ahwa, dan Orang-orang yang Guncang”

Semoga Allah menjauhkan kami dan kalian dari jalan orang-orang yang sesat dan semoga Dia menunjuki kita jalan orang-orang mukmin dan shalihin.

——————–
PERHATIAN:

Ada syubhat yang disebutkan Abdurrahman bin Mar’iy dan selain dia:
Ketika ditanya kepadanya: “Kenapa Anda tidak menerima perkataan Ulama Kibar?” Maka ia menjawab:

نحن لـــسنا بمقلــــدة

“Kami tidak taqlid!”

Ketika penduduk Yaman tidak mengambil ucapan “Masyaikh!!”nya penduduk Yaman, Abdurrahman dan yang selainnya berkata:

هؤلاء لا يعترفـــون بوجـــود علمـــاء في اليمن، وهــــؤلاء لا يعترفون بالــــمرجعية في اليمن

“Mereka tidak menganggap keberadaan ulama di Yaman dan tidak mengakui acuan di Yaman..”

Dan yang lainnya dari berbagai ungkapan dan kedustaan

Ditulis: Abul Abbas Yasin bin ‘Ali al-‘Adeniy | Aden – Yaman | Kamis 25 Rajab 1436 H.

                              ✲✹✲

Sumber:
Majmu’ah Manhajul Anbiya
Alih Bahasa :
Al-Ustadz Abu Yahya Al-Maidany (Solo) hafidzahullah [FBF-5]

_____________________
مجموعـــــة توزيع الفـــــوائد
❂ WA Forum Berbagi Faidah [FBF] | www.alfawaaid.net

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *