Syaikh Yasin Al-Adany Menghina Nabi Musa?!, RUJUK KEPADA KEBENARAN ADALAH KEMULIAAN

Bismillahirrohmanirrohim. o

rujuk kepada kebenaran adalah kemuliaan

RUJUK KEPADA KEBENARAN ADALAH KEMULIAAN
—————————————-

Ketika akal menjadi Thoisy…!!

Kesalahan lafadz-pun digelembungkn dan disebarluaskan.

Adapun pengakuan bersalah & rujuk yang mengiringinya maka itupun ditilap & ditutup rapat oleh mereka, para fanatikus Al Mughoffal..

Namun,..bersamaan dengan itu, iya….

WATSIQAH THAGHUTIYYAH
Kesalahan Aqidah, pembangkangan terhadap syari’at, TAZKIYAH & PEMBELAAN terhadap HUTSIYUN RAFIDHAH KHAWARIJ yang dipertontonkan oleh Muhammad al-Imam dibela-bela serta dipuji-puji dengan penuh kesombongan, bahkan telah sampai (tubir) pada jurang kekufuran,…

Mereka sodorkan hilah udzur (baca: PEMBELAAN) yang SANGAT MEMALUKAN….

Kenapa SANGAT MEMALUKAN Karena Pembelaan ini TELAH DITOLAK & DIDUSTAKAN SENDIRI oleh Muhammad al-Imam di dalam Khutbah Iednya

Berikut nukilan :

Pernyataan Rujuk dari sebuah kesalahan lafadz Asy-Syaikh Yasin Al Adeniy حفظه اللـــه

〰〰〰〰〰〰〰〰

Bismillah, Alhamdulillah,..
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kepada keluarganya serta kepada sahabat-sahabatnya dan siapa saja yang mencintai beliau,..

Adapun selanjutnya :

“Sungguh aku telah ucapkan pada salah satu pelajaran umumku di (Markaz) Al Fyush seputar tentang “Butuhnya manusia itu kepada saudaranya” terutama di dalam menegakkan dakwah kepada Allah azza wa Jalla, dan akupun memberikan contoh/permisalan tentang hal tersebut, diantaranya; Butuhnya Nabi Musa  عليـــه السلام  kepada saudaranya Harun  عليــه السلام .

Dan aku telah terjatuh kedalam ungkapan yang salah yaitu; Bahwasanya Musa عليـــه السلام  memiliki kekurangan karena beliau membutuhkan kepada saudaranya (Harun عليه السلام,-red).

Dan SETELAH ITU PULA pada pelajaran umum saya rujuk dari lafadz ini, Alhamdulillah.

Maka bangkitlah sebagian muta’ashib/fanatikus Abdurrahman Mar’iy menyebarkan kalimat yang salah tersebut tanpa (membarengi) dari menyebarkan pernyataan rujukku pada hal tersebut.

Maka aku katakan :

Teruslah keluarkan kesalahan dan ketergelinciranku dan inilah aku, aku akan bertaubat dan rujuk tanpa ada rasa sombong dan penentangan.

Dan adapun bantahanku terhadap Abdurrahman Mar’iy maka akan terus berlanjut hingga dia bertaubat dan rujuk atau hingga manusia mentahdzirnya.

Ditulis oleh:
(Syaikh) Abul Abbas Yasin bin Ali Al ‘Adniy hafizhahullah
Aden, Yaman.

Hari Sabtu 4 Rabi’uts Tsani 1436 H

بسم الله ، والحمد لله ، والصلاة والسلام على رسول الله ، وعلى آله وصحبه ، ومن والاه.

أما بعد : لقد تكلمت في أحد دروسي العامة في الفيوش حول حاجة الإنسان لأخيه لا سيما في القيام بالدعوة إلى الله ، وضربنا أمثلة على ذلك ، ومنها حاجة موسى عليه السلام لأخيه هارون عليه السلام.

وقد وقع مني تعبير خاطئ وهو أن موسى عليه السلام كان ناقصا لأنه محتاج إلى أخيه.
وبعد ذلك في الدرس العام تراجعنا عن هذه اللفظة، والحمد لله.

فقام بعض المتعصبة لعبد الرحمن مرعي بإنزال الكلمة الخاطئة دون أن ينزل التراجع عنها.

فأقول للقوم : استمروا بإخراج أخطائي وزلاتي ، وها أنا ذا أتوب وأتراجع دون كبر ولا عناد.

وأما ردي على عبد الرحمن مرعي فسوف يستمر حتى يتوب ويتراجع ، أو حتى يحذره الناس.

كتبه أبو العباس ياسين بن علي العدني.
اليمن . عدن
يوم السبت الرابع من شهر ربيع الثاني سنة 1436 هـ .

★★★★

 

Lampiran:

WATSIQAH THAGHUTIYYAH

Inilah Isi “Perjanjian” Jahat dan Zhalim itu

Relakah seorang Ahlus Sunnah – Salafy  mengatakan ini??

Berikut terjemahnya :

…Segala puji bagi Allah yang telah berfirman:

“Sesungguhnya tiada lain orang-orang yang beriman itu bersaudara”

Maha benar Allah Yang Maha Agung (dengan segala firmanNya).

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada pemuka kita Muhammad dan kepada keluarganya yang suci, dan semoga Allah meridhai para shahabat beliau yang pilihan dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Kita adalah sesama muslim seluruhnya, Rabb kita satu, kitab kita satu, Nabi kita satu dan musuh kita satu, meskipun kita berbeda dalam detail  permasalahan yang bersifat “furu’” (cabang).

Islam mengharamkan darah, kehormatan, dan harta sebagian kita atas sebagian yang lain sebagai sesama muslim.

Bersandarkan kepada hal ini, maka terjadilah  kesepakatan antara kelompok Ansharullaah yang diwakili oleh (as-Sayyid Abdul Malik Badruddiin al Hutsy*)  dengan Salafiyin di Markiz an-Nuur di Ma’bar dan markiz-markiz lainnya yang mengikutinya diwakili oleh  (asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah al Imam) pada poin-poin sebagai berikut :

1. Hidup damai antara kedua belah pihak.

Tidak saling bergesekan, tidak saling berbenturan, tidak saling berperang, dan tidak saling memfitnah walau bagaimana pun kondisi dan keadaannya.

Kebebasan berpikir dan berwawasan terjamin untuk semua pihak.

2. Menghentikan pembicaraan yang berisi provokasi dan kebencian dari kedua belah pihak terhadap satu sama lain melalui berbagai media dan dalam kesempatan apapun. Sebaliknya menanamkan ruh persaudaraan dan kerja sama dengan semua.

3. Tetap menjaga hubungan baik antara kedua belah pihak dalam menghadapi kondisi atau kejadian apapun atau problem apapun, atau tindakan pribadi, atau upaya apapun dari pihak lain yang disusupkan untuk mengobarkan antara kedua belah pihak dan menghentikan perjanjian.

Inilah kesepakatan yang dibuat. Allah mengetahui segala maksud di balik ini.

Disepakati pada 28 Sya’ban 1435 H/26 Juni 2014 M

Pihak Pertama,as-Sayyid ‘Abdul Malik Badru ad-Din al-Hutsi

Pihak Kedua,asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdillah al-Imam

Sumber:
Group Manhajul Anbiya

أصحاب السنة

Ashhaabus Sunnah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *