Tahdzir Terhadap Mundzir Bandung & Orang Yang Bersamanya ( Transkrip)

Bismillahirrohmanirrohim. o

Tahdzir terhadap Mundzir Bandung dan orang yang bersamanya

TAHDZIR TERHADAP MUNDZIR BANDUNG & ORANG YANG BERSAMANYA ( Transkrip)

Oleh :  Al-Ustadz Luqman Ba’abduh hafizhahullah l Sabtu, 28 Shafar 1436H / 20 Desember 2014M

“Saya sebenarnya berupaya untuk menasehati mundzir, dalam beberapa kesempatan namun gak pernah berhasil. Saya coba untuk (minta) datang ke jakarta pada waktu itu.. Yah kalau saya waktu itu sehat, saya akan datang ke Bandung.. Ada kesempatan saya akan datang pada waktu itu..

Tidak terwujud..
Ya na’am, Alasannya ini — hari tersebut — waktu berkunjung kepada orang tua, ini itu, ini itu.

Lha dikiranya asatidzah yang lain itu gak punya urusan juga ? Dikiranya asatidzah gak ngurus orang tuanya atau anaknya ?

Datang jauh – jauh meninggalkan pondoknya, meninggalkan anak – anak. Ya.. sama ! Tapi demi kepentingan dakwah…ta’al, berupaya !

Sampai tadi kita mencoba menelpon (mundzir, red) — antum duduk di bawah, kenapa gak segera dimulai — karena ingin mencoba..

Tadi, Ditelpon gak bisa, gak aktif. Gak tahu gak aktif apakah ditolak penelponan kita — Alloh yang tahu —.

Minta tolong — iya tadi — melalui satu ikhwan, katanya mau pergi. Sampaikan salam bahwa Ustadz Luqman mau bicara, dia mau pergi.. Mau pergi ke mana ya akhi ?! Belum hari kiamat..!

Maka melalui beberapa keterangan yang sudah sebelum – sebelumnya tentang orang ini ana nyatakan “MUNDZIR INI ADALAH FATTAN !”.

TIDAK BOLEH DIHADIRI MAJELIS-MAJELISNYA,

JANGAN DIDENGARKAN KAJIAN-KAJIAN YANG MELALUI MEDIA APAPUN..

FATTAN !

Baarokalloohu fiikum.

Ikhwani fid diin, dan orang – orang yang setipe dengannya yang masih menyebarkan syubhat – syubhat… ketahuilah mereka adalah FATTAANUN !

****

Apakah benar ustadz mundzir didzholimi karena belum dinasehati oleh asatidzah ?

Yang saya tahu, sudah dinasehati ustadz Muhammad (As-sewed, red) ya ? Na’am. Kemudian saya pribadi juga tidak ingin mendzoliminya, ingin mencoba duduk dengannya. Seperti sebagiannya tadi sudah saya ceritakan..

Na’am. Setidaknya dia berusaha. Kalau dia benar menyayangi dakwah — thoyyib — berusaha menghubungi asatidzah, temui asatidzah !

Bukan kemudian, memposisikan dirinya terdzholimi. Ini.. syubhat baru !

Baarokallohu fiikum.

Ustadz Fauzan (pendem, red) menyebutkan — setelah berjumpa dengan mundzir — (itu pernah ditanya juga), dengan tegas beliau mengatakan :

“SEKARANG SAYA BENAR – BENAR YAKIN BAHWA MEMANG MUNDZIR ITU MUJADDIL !”

Na’am, singkat kata yaa ikhwan ana katakan seperti_yang sudah saya sebutkan “ORANG INI ADALAH FATTAN !”

*****

Aiwa, kalau asatidznya seperti mundzir, hadza syuhada, atau yang seperti ana katakan “fattaanun”, TINGGALKAN ! Kalau mereka muta’ashibuun, maka Laa salaam wa Laa Kalaam. Laa Salaam wa Laa Kalaam.. na’am begitu.

Durasi 05:53 [ download ]

http://salafybandung.com/?cat=10

Tambahan data:

SEPENGGAL KISAH DIBELAKANG LAYAR DAURAH “KAIDAH KAIDAH UNTUK MENGHINDARI HIZBIYAH” BERSAMA AL USTADZ MUHAMMAD UMAR AS SEWED HAFIDZAHULLAH DI PONDOK ADHWAUS SALAF BANDUNG

Hari itu Sabtu 11 Dzulqo’dah 1435 H bertepatan dengan tanggal 06 September 2014 adalah hari H diadakannya dauroh bersama Al Ustadz Muhammad Umar As sewed Hafidzahullah di kota Bandung,tepatnya di Pondok Adhwa’us Salaf Manglayang.

Tersimpan banyak kisah yang penulis ingat, sebelum ataupun sesudah acara dauroh tersebut terlaksana.

Namun diantara kisah yang paling berharga bagi penulis waktu itu adalah sebuah kisah yang syarat dengan tarbiyah dari seorang penasehat terhadap orang yang perlu dinasehati.

Beliau adalah Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed Hafidzhahullah,
Di hadapan mata kepala dan terdengar dengan dua daun telinga penulis sendiri, dengan penuh hikmah, beliau menasehati orang yang pantas waktu itu untuk dinasehati.

Sedikit berbicara tentang kata hikmah,
Terkadang penulis mendapati dari seorang yang lembek,mereka memaknai kata hikmah dengan istilah lemah lembut dalam menasehati atau dengan kata lain tidak kaku dan kasar.
Allahul musta’aan…

Namun tidak seperti itu yang penulis fahami dalam memaknai kata hikmah.
Hikmah adalah sesuai dengan ilmu
Artinya proses menasehati tentunya dengan bimbingan ilmu
Didalam prakteknya tentu pada hukum asal nasehat itu dengan lemah lembut namun tidak pula menafikan proses nasehat yang disampaikan dengan keras dan tegas,sesuai kadarnya.
Walhamdulillah…

Kembali kepada kisah dibelakang acara daurah Al ustadz Muhammad Umar As Sewed di Manglayang waktu itu.

Walhamdulillah…
Penulis waktu itu ditaqdirkan bisa ikut bareng dengan rombongan Al Ustadz Muhammad Hafidzahullah ketika safar menuju acara dauroh di Bandung tersebut.

Sehingga sangat memungkinkan bagi penulis untuk bisa menemani Al Ustadz Muhammad, baik selama acara ataupun ketika beliau selesai acara.

Seperti biasanya kami disediakan tempat tamu untuk istirahat dan ruangan untuk bermajelis pasca acara.

Ada satu kisah yang menarik perhatian penulis, dan ini merupakan pelajaran berharga bagi penulis, sehingga dengan kisah tersebut, di kemudian hari, tidak ada lagi cerita bahwa “Tidak ada nasehat kepada kami”

Seperti biasanya, apabila salah seorang ustadz selesai mengisi materi, maka sang ustadz biasanya kembali ke ruangan khusus yang sudah disediakan oleh pantia.

Dan alhamdulillah pada saat itu,selesai acara penulis berjalan bareng dan menemani Al Ustadz Muhammad menuju ruangan tamu sudah disediakan sebelumnya.

Memang belum banyak yang hadir di ruangan tersebut, namun beberapa panitia sudah ada di ruang belakang.

Tiba sampai pintu rumah, Al Ustadz Muhammad langsung berbicara :
“ENTE KEMANA TADI DZIR?
KOK GA KELIHATAN DI MASJID?
PADAHAL TADI PAS TANYA JAWABNYA BAGUS,ADA NASEHAT LAGI.
SEMUA TANYA JAWABNYA TENTANG BANDUNG,NYESEL ENTE GAK DENGERIN.”

Ustadz Mundzir menjawab : “ANA TADI KE KAMAR KECIL USTADZ”

Kemudian kami duduk di ruang tamu.
Waktu itu kami baru berempat
Al Ustadz Muhammad duduknya saling berhadapan dengan ustadz Mundzir.
Adapun ana berdampingan sama Syuhada.

Selanjutnya….
Al Ustadz Muhammad Hafidzahullah melanjutkan :
“SEHARUSNYA TADI TUH ENTE DENGARKAN,TERAKHIR ITU ADA NASEHAT,
SAMPAI TADI ANA BILANG : KALAU SETELAH DAUROH INI, KEADAAN BANDUNG TIDAK BERUBAH,MAKA…
DAN INI ANCAMAN BUAT ENTE!”

Subhanallah…
Penulis melihat langsung, bagaimana waktu itu Al Ustadz Muhammad Hafidzhahullah berbicara tegas sambil mengarahkan telunjuknya ke arah ustadz Mundzir.

Sejenak suasana terhening…

Namun dengan segera Mundzir mememcah keheningan dengan menjawab :
“NA’AM USTADZ NANTI ANA DENGARKAN REKAMANNYA BERULANG – ULANG….”

Setelah itu, mulai bermunculan ikhwan masuk ke dalam ruangan dan suasana kembali seperti tidak ada kejadian yang sedikit menegangkan.

Penulis merasakan betapa tepat dan cocok apa yang Al Ustadz Muhammad Hafidzhahullah sampaikan waktu itu,

Beliau dengan segala resikonya tetap menyampaikan apa yang harus disampaikan.

Beliau menegur dengan sedikit keras terhadap orang yang mengundangnya.

Walaupun tadinya penulis berharap ada dialog ilmiyah, apabila memang ustadz Mundzir tidak setuju dan tidak sepakat dengan apa yang beliau sampaikan.

Namun semua itu tidak terjadi, seakan – akan ustadz Mundzir mau menerima nasihat.

Yang ternyata hakikat ustadz Mundzir dan yang bersamanya di kemudian hari semakin terkuak dengan adanya sikap pembelaan terhadap Al Mubtadi’ Muhammad Al Imam serta dengan tegas dan berani mereka menyatakan bersama para ulama yang mentahdzir Asy Syaikh Hani Bin Buraik Hafidzhahullah.

Sesungguhnya terjadi kondisi yang tidak terduga dan membuat penulis heran ketika ustadz Mundzir dan orang yang bersamanya melakukan tindakan yang menyelisihi ustadz yang diundangnya dan dianggap bapak dalam dakwah salafiyah di Indonesia,
Allahul musta’aan…

Dalam keadaan sebelumnya Al Ustadz Muhammad membahas tuntas fitnah Al Imam di pondok mereka sendiri, pondok Adhwaus Salaf Bandung.

Duhai dimana akal – akal orang yang mempunyai akal ?

Akhir kata
Penulis berharap dengan sedikit sentuhan tulisan ini, adanya sebuah peringatan, terutama untuk penulis sendiri umumnya untuk ikhwan salafiyin agar berusaha untuk selalu mengikhlaskan niat dalam beramal.

Dari Kota Angin Majalengka, senin 30 shafar 1436 H / 22-12-14 M

Abu Kahfi Oman

=====

Audio penjelasan Al Ustadz Luqman:

atau download di sini

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *