Benarkah Allah memiliki sifat membuat makar, menipu, dan yang semisalnya?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Berkata Syaikh al ‘Utsaimin rahimahullah:
Jika suatu sifat itu sempurna pada suatu kondisi namun tercela pada kondisi yang lain, maka sifat itu bukanlah sesuatu yang boleh disandarkan kepada hak Allah dan tidak pula terlarang secara mutlak. Jadi, sifat tersebut tidak ditetapkan secara mutlak kepada Allah dan tidak pula dinafikan (ditiadakan) secara mutlak dari Allah, bahkan haruslah disertai dengan perincian. Sehingga sifat tersebut boleh ditetapkan kepada Allah dalam kondisi yang sempurna, namun terlarang ditetapkan pada kondisi yang tercela.
Contoh dari sifat-sifat yang seperti itu adalah المكر (makar), الكيد (rencana tipu-muslihat), الخداع (tipuan), dan yang semisalnya. Sifat-sifat yang seperti ini akan menjadi sempurna jika Sang Pelaku melakukannya dalam kondisi membalas orang-orang yang melakukan hal-hal seperti itu terhadap-Nya, karena pada saat itu, tindakan tersebut menunjukkan bahwa Sang Pelaku mampu untuk membalas musuhNya dengan yang semisal atau yang lebih keras dari itu. Namun sifat-sifat tersebut menjadi tercela jika dilakukan pada selain kondisi tersebut.
Oleh karena ini, Allah Ta’ala tidak menyebutkan sifat tersebut secara mutlak sebagai sifat-sifatNya, Allah hanya menyebutkan sifat-sifat tersebut dalam rangka membalas orang-orang yang melakukan hal-hal seperti itu terhadapNya dan terhadap RosulNya, sebagaimana firmanNya:
“Mereka berbuat makar dan Allah pun berbuat makar, dan Allah sebaik-baik pembuat makar”
(QS. alAnfaal: 30),
“Sesungguhnya mereka (orang-orang kafir) merencanakan tipu-muslihat, dan Aku pun merencanakan tipu-muslihat”
(QS. atThoriq: 15 & 16),
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Dia-lah yang menipu mereka”
(QS anNisa: 142), dan
“…. (Orang-orang munafik) berkata: ‘Sesungguhnya kami bersama kalian, kami hanya mengolok-olok saja’. Allah akan memperolok-olok mereka ….”
(QS. alBaqoroh: 14 & 15).
Oleh karena ini pula, Allah tidak menyebutkan bahwa Dia mengkhianati orang yang telah berkhianat kepada-Nya. Dia berfirman:
“Akan tetapi jika mereka (para tawanan itu) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka sesungguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”
(QS: alAnfaal: 71).
Dalam ayat tersebut, Allah berfirman:
فَاَمْكَنَ مِنْهُمْ
(lalu Allah menjadikan(mu) berkuasa terhadap mereka),
dan tidak berfirman:
فخانهم
(lalu Dia mengkhianati mereka),
karena khianat artinya adalah menipu ketika sudah mendapat kepercayaan, dan ini adalah sifat yang tercela secara mutlak (dalam segala kondisi, pen).
Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa ucapan sebagian orang awam: “Allah akan mengkhianati orang yang telah berkhianat kepadaNya” adalah ucapan yang munkar lagi keji, yang wajib dilarang darinya.
alQowaidul Mutsla, hal 29.
Wallaahu A’lam.
✏hm