Sungguh perjuangan para ulama rabbaniyyun dalam menghibahkan hidup mereka di atas pengajaran terhadap umat, bimbingan, nasehat, serta pembentengan terhadap umat dari makar dan tipu daya para ulama su’, dai-dai penyeru kebatilan akan terus tegak sepanjang hayat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman di dalam kitab-Nya
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan kami pulalah yang benar-benar akan menjaganya” [QS. Al-Hijr 9]
Dan diantara bentuk-bentuk penjagaan itu adalah senantiasa didapatinya di setiap waktu dan keadaan, para ulama yang tegak di atas al-haq, menerangkannya dengan totalitas dan menebas setiap kesamaran yang coba disisipkan untuk menumbuhkan kerancuan pada al-haq tersebut. segaris dengan apa yang telah disabdakan oleh rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam:
لا يزال من أمتي : أمة قائمة بأمر الله, لا يضرهم من خذلهم و لا من خالفهم, حتى يأتيهم أمر الله و همعلى ذلك. (متفق عليه
Dari Muawiyah radhiallahu ‘anhu bahwasanya rasulullah berkata: “akan senantiasa ada dari kalangan umatku, umat yang tegak dalam menjalani perintah Allah, tidak akan memudharatkan mereka orang-orang yang memusuhi (tidak menolong) mereka dan orang-orang yang menyelisihi mereka, sampai datang ketentuan Allah, dan mereka tetap senantiasa dalam keadaan demikian itu. (Hadits riwayat Bukhari-Muslim)
Dalam hadits di atas terdapat jaminan yang pasti bagi orang-orang yang tegak menjalani syariat Allah secara totalitas yaitu tidak akan dapat memudaratkan mereka orang-orang yang menghinakan serta menyelisihi mereka.
beberapa waktu belakangan ini, kita mendapati banyak kenikmatan-kenikmatan dari Allah subhanahu wa ta’ala berupa kebaikan, mudahnya penerimaan terhadap sunnah oleh umat Islam, persatuan di atas aqidah dan manhaj yang haq, persaudaraan yang dilandasi kecintaan dan sikap saling berkasih sayang di atas iman, itu semua hampir-hampir saja lenyap.
Dan penting untuk kita pahami bahwasanya kenikmatan akan senantiasa terwujud dan bertambah apabila disertai dengan syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akan lenyap tatkala kenikmatan tersebut diaplikasikan dengan mengkufurinya, Allah Rabbul ‘Alamin berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“dan tatkala Rabb kalian telah menetapkan: apabila kalian bersyukur (atas nikmatKu) sungguh benar-benar akan Aku tambah (nikmatku) namun apabila kalian mengkufuri (atas nikmatKu) maka sesungguhnya adzabKu amatlah keras” [QS. Ibrahim 7]
Oleh karena itu termasuk diantara sebab-sebab lenyapnya kenikmatan dan hilangnya ajaran agama yang lurus adalah penghinaan dan celaan terhadap ulama sunnah dan tauhid serta sikap sok mengkritisi yang dilakukan oleh orang-orang kecil (rendahan) kepada para senior (ulama kibar) dan orang-orang bodoh terhadap orang-orang berilmu serta upaya penjatuhan terhadap kredibilitas para masyayikh Islam dan para imam ahlus sunnah.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
عَنْ سَهْلِ بْنِ مُعَاذِ بْنِ أَنَسٍ الْجُهَنِىِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « وَمَنْ رَمَى مُسْلِمًا بِشَىْءٍيُرِيدُ شَيْنَهُ بِهِ حَبَسَهُ اللَّهُ عَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ ».
Dari Sahl bin Muadz bin Anas Al Juhani dari bapaknya dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda “….dan barangsiapa yang melemparkan dengan sesuatu (celaan, tuduhan, permusuhan, dll) kepada seorang muslim dalam rangka menginginkan dengannya tersiarnya keburukan / kejelekan pada muslim tersebut, Allah akan menawannya di atas jembatan neraka jahannam sampai dia berlepas diri / menarik ucapannya” [HR. Abu Dawud dihasankan oleh Al-Imam Al-Albani]
Orang-orang semacam itu sangat dikuatirkan untuk tertimpa atasnya bala’ dan musibah yang bertubi-tubi, sekaligus menjadi penyebab kerusakan di muka bumi
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyukai untuk tersebarnya kekejian di tengah-tengah orang-orang yang beriman bagi mereka adzab yang pedih di dunia dan di akhirat, Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidaklah mengetahui” [QS. An-Nur 19 ]
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“dan takutlah kalian terhadap suatu fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang dholim saja diantara kalian, dan ketahuilah bahwasanya Allah maha keras adzabNya“ [QS. Al-Anfal 25]
Al-Imam Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menerangkan tafsir ayat di atas dalam kitab tafsir beliau, dengan mengatakan :لك إذا ظهر الظلم و لم يغير فإن عاقبته تعم الفاعل و غيره
” dan yang demikian itu (fitnah yang menimpa) -terjadi- apabila muncul kedholiman dan tidak ada yang merubahnya, maka -tatkala itu terjadi- akibat buruknya akan menimpa secara umum, mencakup pelaku kedholiman tersebut maupun yang selainya ” [Tafsir As-Sa’di surat Al-Anfal 25]
sesungguhnya para ulama mempunyai kedudukan yang mulia di dalam syariat islam, pelecehan dan penghinaan terhadap mereka merupakan pelecehan dan penghinaan terhadap Islam itu sendiri, hal itu dikarenakan di pundak merekalah tanggung jawab penyampaian risalah nubuwwah, meneruskan dakwah para nabi dan rasul,
Al-Hafidz Ibnu ‘Asakir berkata :
اعلم أخي وفقنا الله وإياكَ لمرضاته وجعلنا ممن يخشاه ويتقيه حق تقاتهِ ، أن لحوم العلماء مسمومة ، وعادة الله في هتك أستار منتـقصيهم معلومة ، من أطلق لسانه في العلماء بالسب أو الثلب ابتلاه الله قبل موته بموتِ القلب
“ Ketahuilah wahai saudaraku, -penting untuk kita ketahui- semoga Allah senantiasa memberi taufiqNya kepada kita dalam menjalani setiap apa yang diridhoiNya dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang takut kepadaNya dan bertakwa kepadaNya dengan ketaqwaan yang sebenar-benarnya, bahwasanya daging para ulama adalah beracun, (mengoyak kehormatan dan reputasi mereka sama saja dengan menjerumuskan diri ke dalam perkara yang dilarang, yaitu kebinasaan –pent). dan balasan Allah dalam menyingkap topeng orang-orang yang melecehkan dan menghina para ulama telah diketahui di sepanjang perguliran waktu, dikarenakan menjatuhkan kredibilitas mereka, melemparkan tuduhan-tuduhan keji penuh dusta yang mereka berlepas diri darinya merupakan perkara yang sangat berbahaya. Dan barangsiapa yang mengumbar lisannya terhadap ulama dengan cacian dan tuduhan keji penuh dusta maka kelak Allah akan menimpakan padanya bala’ (musibah) sebelum wafatnya dengan matinya qalbu “
Orang-orang yang melecehkan dan merendahkan para ulama, sejatinya mereka tidaklah memudharatkan melainkan terhadap diri mereka sendiri dan menimpakan kepada diri mereka kerendahan dan kehinaan, yang demikian itu dikarenakan Allah pembela bagi orang-orang yang beriman, dan Dia tidak menjadikan baik tindak-tanduk para perusak.
Imam ahlus sunnah Ahmad bin Hanbal berkata :
لُحوم العلماء مسمومة من شمها مَرِض ، ومن أكلها مات
“ Daging para ulama itu beracun, baransiapa yang menghirupnya maka dia akan tertimpa penyakit, dan barangsiapa yang memakannya maka dia akan mati “
Orang-orang yang melecehkan dan mencela ulama tauhid dan sunnah mereka adalah tukang makar dan penipu, jika mereka tidak mampu untuk terang-terangan mereka melakukannya dengan sindiran-sindiran batil, maka hendaklah kita semua berhati-hati wahai ikhwah untuk tidak tertipu,
Diantara bentuk-bentuk pelecehan dan celaan terhadap ulama kibar, mereka menggelari dengan gelar-gelar yang mereka maksudkan maknanya adalah jelek, sebutan-sebutan semisal fuqoha haid dan nifas, dan mereka tidak mengetahui bahwasanya Imam Ahmad saja mempelajari permasalahan fiqih haid dan nifas selama kurang lebih delapan tahun, namun mereka yang bodoh memaksudkan dengan ucapan tersebut dalam rangka berolok-olok, terkadang mereka melemparkan tuduhan bahwa para ulama tidak memahami fiqhul waqi (permasalahan-permasalahan kontemporer), terburu-buru dalam berfatwa, bermudah-mudahan, dan tuduhan-tuduhan yang semisal. Subhanallah, dimanakah itu keadilan, bagaimana bisa dikatan bahwa para ulama tidak mengetaui dan memahami fiqul waqi, namun kemudian orang-orang kecil (rendahan), dungu lagi sok pintar menyatakan bahwa mereka lebih memahami fiqhul waqi permasalahan dakwah, yang demikian adalah ajaib. Namun sebagaimana dikatakan oleh seorang penyair
إذا عُرِفَ السببُ بُطِلَ العجب
Apabila diketahui sebab
Batal lah rasa takjub
Orang-orang seperti mereka menginginkan dengan syubhat yang mereka lontarkan untuk memalingkan umat dari merujuk kepada ulama terkhusus di masa-masa penuh fitnah seperti saat ini, agar mereka dapat leluasa mengarahkan umat sesuai dengan apa yang mereka inginkan dengan seruan bahwa mereka lebih mengetahui fiqhul waqi (hakikat permasalahan yang terjadi), demi Allah tidak ada sedikitpun fiqih pada mereka, tidak pula mereka mengetahui sedikit saja fiqhul waqi’
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata di dalam kitab beliau yang berjudul rof’il malam anil a’immatil a’lam
” فيجب على المسلمين بعد موالاة الله ورسوله موالاة المؤمنين كما نطق به القرآن خصوصا العلماءالذين هم ورثة الأنبياء الذين جعلهم الله بمنزلة النجوم يهتدى بهم في ظلمات البر والبحر
“ Maka wajib bagi kaum muslimin setelah mereka berloyalitas kepada Allah dan rasulya untuk kemudian dia berloyalitas kepada kaum mukminin sebagainama tertera di dalam Al-Qur’an, terkhusus terhadap para ulama yang mana mereka itu merupakan pewaris para nabi yang Allah telah menjadikan kedudukan mereka selayaknya bintang- bintang yang pemberi petunjuk ditengah kegelapan daratan dan samudra”
Al-Imam Ibnul Qayyim berkata di dalam I’lamul Muwaqqi’in:
فحياة العالِم وصلاحه حياة العالَم وصلاحه! فإذا ضاعت حقوق العلماء ضاعت حقوق الأمراء وإذا ضاعت حقوق العلماء والأمراء فسد العالَم!”( أعلام
“ Maka kehidupan seorang ulama dan baiknya dia merupakan kehidupan dunia dan baiknya, maka apabila tersia-siakan hak-hak para ulama tersia-siakanlah hak-hak para umara, dan pabila hak-hak para ulama dan umara tela tersia-siakan rusaklah alam seluruhnya “ [I’lamul Muwaqqi’in 10.1/8 ]
Berkata Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah:
مكانة أهل العلم أعظم مكانة؛ لأنهم ورثة الأنبياء عليهم الصلاة والسلام، ولهذا يجب عليهم من بيان العلم والدعوة إلى الله ما لا يجب على غيرهم، وهم في الأرض كالنجوم في السماء يهدون الخلق الضالين التائهين، ويبينون لهم الحق ويحذرونهم من الشر ولذلك كانوا في الأرض كالغيث يصيب الأرض القاحلة فتنبت بإذن الله)كتاب العلم (
“kedudukan ahli ilm merupakan semulia-mulia kedudukan, dikarenakan mereka adalah pewaris para nabi, oleh karena itu wajib atas mereka untuk menjelaskan ilmu dan berdakwah di jalan Allah yang tidak diwajibkan kepada selain ereka, dan mereka di muka bumi ini seperti bintang-bintang di langit menunjukkan kepada makhluk yang tersesat, dan menjelaskan kepada mereka al-haq dan memperingati mereka dari kejelekan, oleh karena itu ereka di muka bmi ini baagikan air hujan yang mengguyur bumiyang tandus maka tumbuhlah di bumi itu tumbuhan dengan izin Allah “
(Dinukil dari http://www.al-sunan.org/vb/showthread.php?t=4039 dengan beberapa tambahan)
6 Dzulhijah 1434 H
Ibn Abi Iyyas
(Bersambung insya Allah)