Penentuan Awal Ramadhan dengan Ru`yatul Hilal
(Abu ‘Amr Ahmad Alfian)
Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah Ta’ala curahkan kepada beliau, keluarga, dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai datangnya hari kiamat.
Saudaraku kaum muslimin, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberkahi kita semua, di masa kita hidup sekarang ini kita telah sering mendapati perbedaan dimulainya puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Satu pihak terkadang mendahului dalam memulai puasa Ramadhan dan terkadang bisa bersamaan. Sebabnya pun sudah menjadi rahasia umum, yakni perbedaan hasil hisab falaki dengan hasil ru`yatul hilal.
Saudaraku, kita tentu ingat salah satu keutamaan agama Islam sebagai agama yang mudah. Allah Ta’ala berfirman:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Al-Baqarah: 185)
Salah satu kemudahan yang telah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan dan diamalkan oleh para shahabat yang mulia adalah menentukan permulaan Ramadhan dan Syawwal dengan cara ru`yatul hilal, bukan dengan hisab falaki. Metode hisab memang terkesan canggih dan memiliki presisi yang secara hitungan matematis pun masuk akal. Tetapi apakah cara hisab falaki yang Allah syariatkan bagi umat Islam? Ternyata tidak, saudaraku.
Hendaknya dipahami oleh kita semua bahwa pembicaraan tentang kapan dimulainya puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri adalah pembicaraan tentang syariat. Secara khusus, pembahasan ini memuat tentang waktu-waktu dilaksanakannya ibadah puasa Ramadhan yang wajib kita kerjakan. Tentunya, Allah Ta’ala telah memberikan bimbingan dan petunjuk yang sempurna untuk menentukan kapan dilaksanakan peribadatan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الأهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji.” (Al-Baqarah: 189)
“Berpuasalah kalian dengan terlihatnya (hilal) dan berbukalah (beridul fitri) dengan terlihatnya. Maka jika (hilal) tersembunyi dari kalian, sempurnakanlah bilangan hari bulan Sya‟ban menjadi 30 hari.” (HR al-Bukhari no. 1909)
Benarlah, Islam itu mudah, saudaraku. Kita tidak perlu menghitung ketinggian, derajat, dan memakai rumus-rumus matematika yang rumit, cukup dengan mengamati hilal, dan Islam memang mudah. Umat sejak beberapa lama justru dibuat bingung dengan perbedaan dimulainya Ramadhan dan Syawwal. Bahkan di satu keluarga tidak jarang terjadi perbedaan pula. Betapa indahnya jika kita mau rukun dan bersama-sama tunduk kepada aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menggunakan hilal sebagai penunjuk waktu dimulainya Ramadhan dan Syawwal. Ingatlah bahwa kita sedang menjalankan syariat-Nya, bukan sebatas memastikan apakah hilal sudah mencapai lebih dari 2 derajat ataukah tidak. Jika tidak terlihat, apa mau dikata? Tentu kita harus tunduk kepada syariat Allah Ta’ala untuk menggenapkan hitungan bulan menjadi 30 hari. Alih-alih hendak memberi kemudahan dengan hisab falaki sehingga bisa memperkirakan dimulainya Ramadhan sejak jauh-jauh hari bahkan dalam hitungan tahun, maka di antara ormas Islam ada yang berani mengumumkan kapan Ramadhan dan kapan Idul Fitri sejak dua bulan sebelumnya. Sikap seperti ini justru menambah runcing perbedaan di antara umat dan menimbulkan keresahan. Semestinya umat diajari dan dibimbing untuk patuh kepada syariat AllahTa’ala dengan menerapkan metode ru`yatul hilal (melihat hilal), bukan dengan menutup mata darinya dan mencukupkan dengan perhitungan (hisab) yang tidak ada landasan syar’inya.
E-book ringkas ini sejatinya adalah kumpulan tulisan yang sudah lama beredar di internet. Sengaja kami kumpulkan untuk menghimpun kandungan ilmiah dan mempermudah bagi saudara kita yang membutuhkannya. Semoga usaha penulis risalah ini menjadi amalan shalih yang diterima di sisi-Nya. Aamiin..
Selengkapnya silakan simak pada link download berikut ini:
Penentuan Awal Ramadhan dengan Ru`yatul Hilal download di sini
Buklet Penentuan Awal Ramadhan dengan Ru`yatul Hilal download di sini
Dalam ebook hal 36 perihal tanya jawab “Apabila Persaksian Hilal Ditolak Sidang Isbat” dan kesimpulan jawabanya kan intinya mengikuti Hasil sidang Isbat yang dikeluarkan oleh pemerintah, kapi kengapa di kalender website ini ko sudah 1 Ramadan, bukannya pemerinta (ulil amri) Indonesia menetapkan 1 Ramadan 1435 H/2014 itu Tgl. 29/06/2014???
Tolong dijawab agar tidak membingungkan umat.
Comments:
Na’am mengenai penentuan 1 Ramadhan 1435 H adalah tetap mengikuti sesuai dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia melalui kementrian Agama yang menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1435 H jatuh pada hari Ahad 29 Juni 2014 M. Adapun kalender widget yang kami pasang di situs ini (http://www.al-habib.info/islamic-calendar/), maka itu bukan patokan.