Orang-orang Yang Takut Kritikan Bag.3

Bismillahirrohmanirrohim. o

Ahlul Bid’ah Adalah Orang-Orang Munafik

 Oleh Al Ustadz Muhammad Afifuddin hafizhahullah

Bila kita cermati kriteria munafik yang disebutkan Ibnul Qayyim di atas maka akan kita dapati kriteria tersebut ada pada ahlul bid’ah. Seluruhnya atau sebagiannya di antaranya adalah :

a.     Pada hati munafiqin dan ahli bid’ah sama-sama memiliki penyakit, baik penyakit syahwat maupun syubhat serta berbagai bentuk penyimpangan lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (٧)

“Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 7)

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Abu Ghalib pernah bercerita : Dahulu tatkala saya berada di Syam, Al Muhallab mengirimkan 80 kepala orang khawarij lalu digantung di tiang-tiang kota Damasqus. Suatu hari saya berada di loteng rumahku. Terlihat Abu Umamah Al Bahili radliyallahu ‘anhu lewat. Maka saya turun mengikutinya. Tatkala beliau sampai di hadapan mereka (yakni kepala orang-orang khawarij yang digantung), beliau meneteskan air mata seraya berkata :

“Subhanallah! Apa yang telah diperbuat setan terhadap Bani Adam! (Beliau mengatakannya tiga kali). Anjing-anjing jahanam! Anjing-anjing jahanam! Sejelek-jelek orang yang terbunuh di bawah naungan langit! (Tiga kali). Sebaik-baik orang yang terbunuh adalah orang yang mereka (khawarij, ed.) bunuh. Beruntunglah bagi orang yang membunuh mereka atau orang yang mereka bunuh.” Lalu beliau menoleh kepada saya sambil mengatakan : “Wahai Abu Ghalib, sesungguhnya engkau berada di suatu daerah yang banyak terdapat orang seperti mereka (khawarij, ed.). Mudah-mudahan Allah melindungimu.” Saya bertanya : “Lalu kenapa Anda menangis tatkala memandang mereka?” Beliau menjawab : “Saya menangis tatkala melihat mereka sebagai rasa kasih sayang karena mereka adalah Ahlul Islam (Muslimin)? Apakah engkau hapal surat Ali Imran?” Saya menjawab : “Betul.” Maka beliau membaca (ayat di atas). Beliau menjelaskan : “Sesungguhnya pada hati mereka ada penyimpangan maka Allah menyelewengkan mereka.” Lalu beliau membaca ayat Ali Imran dari ayat 105 hingga ayat 107. Saya bertanya : “Apakah mereka yang dimaksud dalam ayat ini, wahai Abu Umamah?” Beliau menjawab : “Benar.” Saya bertanya lagi : “Ini dari pendapat Anda semata ataukah hadits yang Anda dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam?” Beliau menjawab : “Kalau begitu saya sangat lancang! Namun saya mendengarnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tidak hanya sekali, dua kali, tiga kali, … .” (Beliau menghitungnya sampai tujuh kali).

(Riwayat Al Lalikai dalam Syarah Ushul 151-152, Ibnu Abi Ashim dalam As Sunnah 68, Al Baihaqi 8/188, Ath Thabrani dalam Mu’jamul Kabir 8035, dan Ibnu Nash dalam As Sunnah 16-17. Riwayat ini dihasankan Syaikh Al Albani dalam Dhilalul Jannah halaman 34 nomor 68 dan Syaikh Al Hilali dalam Tahqiq Al I’tisham karya Asy Syathibi halaman … .)

Al Imam Abu Bakar bin Al Husein Al Ajurri rahimahullah dalam Asy Syari’ah halaman 27 nomor 43 membawakan riwayat dari Thawus, dia berkata : Pernah disebutkan kepada Ibnu Abbas tentang khawarij dan perihal bacaan Al Qur’an mereka. Maka beliau menjelaskan : “Mereka beriman dengan ayat-ayat muhkamat namun mereka tersesat ketika menyikapi ayat-ayat mutasyabihat.” Kemudian beliau membaca surat Ali Imran ayat 7.

Al Imam Abu Ishaq Asy Syathibi dalam Al I’tisham-nya 1/55 setelah membawakan riwayat-riwayat di atas menerangkan : “Dengan tafsir ini jelaslah bahwa yang dimaksud dalam ayat di atas adalah ahlul bid’ah karena Abu Umamah memasukkan khawarij dalam keumuman ayat di atas. Sedangkan mereka adalah ahlul bid’ah menurut para ulama. Dan beliau menjadikan kelompok khawarij termasuk orang yang dalam hatinya ada penyimpangan, sedangkan kriteria seperti ini terdapat pada semua ahlul bid’ah … .”

Dari keterangan para ulama di atas jelaslah bahwa ahlul bid’ah dalam hatinya ada penyimpangan seperti halnya munafiqin.

 

b.     Ahlul Bid’ah Dan Munafiqin Sama Mengikuti Hawa Nafsu

Allah berfirman :

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ (٢٣)

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jatsiyah: 23)

Al Imam ‘Imaduddin Abul Fida’ Ibnu Katsir Al Quraisy dalam Tafsir-nya 4/162 menjelaskan ayat di atas dengan ucapannya : “Yakni dia menjadikan hawa nafsunya sebagai pemimpin, bila ia memandang baik maka dia kerjakan dan bila ia memandang jelek maka ia tinggalkan. Ayat ini dijadikan dalil untuk membantah Mu’tazilah yang mengukur baik buruk sesuatu dengan akal.”

Semua ahlul bid’ah yang mempunyai kriteria di atas termasuk dalam keumuman ayat yang dijelaskan Ibnu Katsir di atas. Inilah sisi persamaan antara ahli bid’ah dan munafik dan masih banyak lagi persamaan lainnya. Oleh karena itulah para ulama menganggap ahlul bid’ah sebagai munafik. Abu Nu’aim rahimahullah menceritakan : “Hari Jum’at Sufyan Ats Tsauri masuk dalam masjid. Beliau mendapati Al Hasan bin Shalih bin Hay sedang shalat. Maka beliau berkata : ‘Kami berlindung kepada Allah dari kekhusyu’an seorang munafik.’ Kemudian beliau mengambil kedua sandalnya lalu beliau pergi.”

Ats Tsauri menjelaskan bahwa Al Hasan bin Shalih bin Hay adalah orang yang terpengaruh akidah khawarij. (Lihat At Tahdzib 2/249 nomor 516 dan Lammud Durril Mantsur halaman 27 nomor 73)

Dalam kisah di atas Imam Ats Tsauri secara tegas menjuluki seorang mubtadi’ sebagai seorang munafik.

Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan dengan tegas menyatakan :

“Adapun ahlu nifaq (munafiqin) termasuk golongan mereka adalah firqah-firqah sesat, maka sifat mereka adalah seperti yang Allah firmankan :

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (٦٧)

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah: 67)

Maka sifat mereka sangat berlawanan dengan sifat Mukminin.” (Lihat Dhahiratut Tabdi’ wat Tafsiq wat Takfir halaman 13)

Dari keterangan para ulama di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ahlul bid’ah adalah munafik. Maka sifat-sifat munafik yang dijelaskan Ibnul Qayyim di atas seluruhnya atau sebagiannya adalah sifat ahlul bid’ah.

Mudah-mudahan Allah menyelamatkan kita semua dari sifat kemunafikan dan menganugerahkan kepada kita keikhlasan, keimanan, dan ketakwaan sampai hari kemudian.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

 

 

Diketik ulang oleh admin tukpencarialhaq.com dari majalah SALAFY edisi XXIX/1419/1999 M

 

 

2 thoughts on “Orang-orang Yang Takut Kritikan Bag.3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *