Kriteria Orang-orang Munafik
Oleh Al Ustadz Muhammad Afifuddin Hafizhahullah
Allah Ta’ala dalam banyak ayat Al Qur’an dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dalam banyak haditsnya telah menjelaskan secara rinci sifat munafiqin sehingga jelas bagi setiap orang yang ingin mengetahui siapa mereka sesungguhnya.
Al Imam Al Muhaqqiq Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah dalam kitabnya Madarijus Salikin 1/347-356 secara panjang lebar menjelaskan tentang ciri-ciri munafiqin. Beliau menerangkan:
“Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah membongkar rahasia munafiqin dan menyingkap kejahatan mereka dalam Al Qur’an serta menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar berhati-hati dari kemunafikan dan para pelakunya.
Allah telah menyebutkan tiga golongan manusia di awal surat Al Baqarah yaitu kaum mukminin, orang-orang kafir dan kaum munafiqin. Allah menyebutkan perihal mukmin dalam empat ayat dan orang-orang kafir dalam dua ayat. Sedangkan perihal orang-orang munafiq, Allah menyebutkannya dalam 13 ayat karena jumlah mereka yang banyak dan besarnya fitnah yang mereka lancarkan kepada Islam dan pemeluknya.
Sesungguhnya cobaan yang mereka timpakan kepada Islam amat berat karena mereka mengaku sebagai muslim, mengaku sebagai pembela dan pecinta Islam, padahal mereka adalah musuh Islam yang sesungguhnya…
Betapa banyak ikatan Islam yang telah mereka hancurkan! Betapa banyak benteng Islam yang telah dibongkar dan dirobohkan fondasinya. Betapa banyak syariat Islam yang telah mereka hilangkan! Betapa banyak bendera Islam yang telah tinggi berkibar mereka turunkan! Betapa sering “cangkul syubhat” mereka pukulkan pada akar pohon Islam untuk mencongkel dan merobohkannya! Dan betapa sering mereka gelapkan “mata” Islam dengan pemikiran mereka untuk menguburkannya.
Islam dan pemeluknya selalu mendapat ujian dan cobaan dari mereka. Tak henti-hentinya mereka melemparkan berbagai kerancuan di tengah-tengah Islam, dari masa ke masa, dari generasi ke generasi, dalam keadaan menyangka bahwa diri mereka adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan.
أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ (١٢)
“Ingatlah, Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al Baqarah: 12)
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ (٨)
“Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya, meskipun orang-orang kafir benci”. (QS. Ash Shaff: 8)
Mereka sepakat untuk menyelisihi wahyu dan tidak mengambil petunjuk darinya… oleh karena itulah: “Mereka menjadikan Al Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan.” (QS. Al Furqan: 30)
Ajaran-ajaran keimanan telah pupus dalam hati mereka sehingga mereka tidak dapat mengenalinya. Pendidikan Islam telah hilang dari mereka sehingga mereka tidak dapat menyemarakkannya. Bintang Islam yang bersinar telah padam dalam hati mereka sehingga mereka tidak dapat menghidupkannya. Mentari Islam yang terang telah menyilaukan kegelapan pemikiran mereka sehingga mereka pun tidak dapat memandangnya.
Mereka tidak mau menerima petunjuk yang telah Allah ajarkan kepada Rasul-Nya, mereka menganggap tidak mengapa berpaling dari petunjuk Allah dan berpegang dengan pikiran picik mereka.
Mereka mengenakan pakaian ahli iman, namun hati mereka adalah hati orang yang menyimpang, merugi, penuh kebencian dan kekufuran. Lahirnya membantu/ membela (Islam) namun batinnya menyimpan kekufuran. Lisan mereka lisan muslimin namun hati mereka hati muharibin (orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya). Mereka mengatakan: “… kami beriman kepada Allah dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Baqarah: 8)
Modal mereka adalah menipu dan membikin makar yang jahat, dagangan mereka adalah kedustaan dan pengkhianatan. Mereka mempunyai prinsip: “Diridhai oleh berbagai pihak dan aman di manapun mereka berada.”
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (٩)
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al Baqarah: 9)
Berbagai penyakit syubhat dan syahwat telah menguasai mereka hingga membinasakannya dan niat jahat telah mengalahkan kehendak mereka hingga merusakkannya. Kebejatan mereka telah mengantarkan mereka kepada kebinasaan sehingga para dokter hati pun tidak mampu lagi mengobatinya.
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (١٠)
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah oleh Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al Baqarah: 10)
Siapa saja yang terpikat dengan keraguan-keraguan mereka, maka keimanannya akan terkoyak-koyak. Siapa saja yang termakan oleh kejahatan makar mereka, maka dia akan terlempar ke dalam adzab yang membakar. Dan siapa saja yang tercengkeram oleh syubhat mereka, maka dia akan terhalang untuk membenarkan (agama ini).
Mereka telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi, namun kebanyakan orang melalaikan masalah ini:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (١١)أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لا يَشْعُرُونَ (١٢)
“Dan bila dikatakan kepada mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Ingatlah, Sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. Al Baqarah: 11-12)
Orang yang berpegang tegung dengan Al Qur’an dan As Sunnah di antara mereka adalah orang yang menampakkan keislamannya secara dhahir… Orang yang menguasai nash-nash (Al Qur’an dan As Sunnah) di kalangan mereka seperti keledai memikul kitab…Ahlul ittiba’ menurut mereka (orang-orang munafiq dan ahlul bid’ah, -ed) adalah orang-orang yang bodoh, sehingga mereka tidak mau bermajlis dengan ahlul ittiba’ tersebut:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ (١٣)
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu. (QS. Al Baqarah: 13)
Orang-orang munafiq dan ahlul bid’ah mempunyai dua wajah: Satu wajah untuk bertemu kaum mukminin (ahlus sunnah) dan wajah yang lainnya ketika kembali kepada teman-teman mereka. Mereka juga memiliki dua lisan: Yang satu dhahirnya dapat diterima kaum mukminin dan yang lain menjelaskan rahasia yang tersembunyi di balik itu:
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (١٤)
“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “kami beriman”. dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.” (QS. Al Baqarah: 14)
Mereka telah berpaling dari Al Qur’an dan As Sunnah dalam rangka mengolok-olok dan menghina ahlinya. Mereka tidak mau tunduk keputusan dua wahyu (Al Qur’an dan As Sunnah) karena mereka membanggakan ilmu yang ada pada mereka… Maka engkau lihat mereka senantiasa mengejek orang-orang yang berpegang teguh dengan wahyu.
اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (١٥)
“Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (QS. Al Baqarah: 15)
Mereka pergi mencari “perdagangan yang merugi” di samudra kegelapan. Mereka menunggangi kendaraan syubhat dan keraguan yang membawa mereka menuju gelombang ombak khayalan. Angin kencang pun mempermainkan kapal-kapal mereka dan akhirnya melemparkan mereka di antara kapal-kapal orang-orang yang binasa.
أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (١٦)
“Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al Baqarah: 16)
Cahaya iman telah menyinari mereka sehingga dengan cahaya itu mereka mampu melihat tempat-tempat petunjuk dan kesesatan. Lalu cahaya itu padam. Yang ada hanyalah api yang berkobar menyala-nyala. Mereka pun akhirnya tersiksa dengan kobaran api itu dan terombang-ambing dalam pekatnya kesesatan:
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لا يُبْصِرُونَ (١٧)
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menerangi) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (QS. Al Baqarah: 17)
Telinga hati mereka telah ditimpa ketulian sehingga tidak dapat mendengar panggilan iman. Mata hati mereka telah tertutupi kebutaan sehingga tidak dapat melihat kebenaran Al Qur’an dan lisan mereka bisu, tidak dapat lagi mengucapkan kata-kata yang benar.
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لا يَرْجِعُونَ (١٨)
“Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Al Baqarah: 18)
Meraka diguyur oleh hujan wahyu yang disitu terdapat kehidupan hati dan rohani. Namun mereka tidak mendengarkannya melainkan seperti petir ancaman, gertakan dan setumpuk tugas yang harus mereka kerjakan pagi dan petang. Mereka pun menyumbat telinganya dengan anak jarinya dan menutup bajunya ke mukanya… Permisalan mereka:
أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ (١٩)
“atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah: 19)
Mereka mempunyai cirri-ciri khusus yang dijelaskan dalam Al Qur’an dan As Sunnah sangat jelas bagi orang yang memiliki mata hati iman. Mereka –demi Allah- telah dikuasai riya’. Padahal riya’ adalah kedudukan yang paling jelek. Kemalasan telah membuat mereka enggan menunaikan perintah Allah hingga mereka pun sangat sulit berbuat ikhlas.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا (١٤٢)
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’: 142)
مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لا إِلَى هَؤُلاءِ وَلا إِلَى هَؤُلاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ سَبِيلا (١٤٣)
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir). tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.” (QS. An Nisa’: 143)
Mereka menunggu kesempatan dari Ahlus Sunnah dan Al Qur’an. Bila mereka mendapatkan kemenangan dari Allah, maka mereka (munafiq) mengatakan: “Bukankah kami bersama kalian!” Mereka bersumpah atas nama Allah dengan sebenar-benarnya. Namun bila musuh-musuh Al Qur’an dan As Sunnah sedikit mendapat pertolongan, mereka pun mengatakan: “Bukankah kalian tahu bahwa hubungan persaudaraan kita erat dan kita masih ada hubungan kerabat?”
Wahai orang-orang yang ingin mengenal mereka. Ambillah sifat mereka dari firman Rabb semesta alam. Engkau tak perlu lagi kepada dalil lain:
الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلا (١٤١)
“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: “Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu?” dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: “Bukankah Kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?” Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa’: 141)
Ucapan mereka sangat mengagumkan para pendengar karena begitu manis dan lembut. Mereka bersaksi atas nama Allah tentang kedustaan yang ada pada hati mereka. Engkau lihat mereka “tidur” dari kebenaran dan maju membela kebatilan…
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ (٢٠٤)
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (QS. Al Baqarah: 204)
Perintah mereka kepada para pengikutnya adalah kerusakan bagi negara dan rakyat. Larangan mereka sesungguhnya adalah kebaikan di dunia dan akhirat. Engkau lihat salah satu dari mereka berada ditengah-tengah ahli iman, ketika shalat, dzikir, zuhud, dan kesungguhan beribadah:
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الْفَسَادَ (٢٠٥)
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (QS. Al Baqarah: 205)
Mereka semua sejenis, masing-masing serupa dengan yang lain. Mereka memberantas kemungkaran setelah mereka mengerjakannya. Mereka melarang dari kebaikan setelah mereka meninggalkannya. Mereka bakhil, tidak mau menginfakkan harta di jalan Allah. Betapa sering Allah memperingatkan mereka tentang nikmat-nikmat-Nya, namun mereka berpaling dan melupakannya?! Berapa kali Allah beberkan keadaan mereka kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk mereka jauhi? Dengarkanlah wahai kaum mukminin!!
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (٦٧)
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS. At Taubah: 67)
Bila engkau mengajak mereka kepada wahyu, engkau akan dapati mereka justru lari dari ajakan itu. Bila engkau seru mereka kepada ketentuan Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam, engkau akan lihat mereka berpaling dari seruan itu. Dan bila engkau meneliti hakikat mereka yang sesungguhnya, engkau akan tahu bahwa mereka terlalu jauh dari petunjuk dan engkau akan melihat mereka betul-betul telah berpaling dari wahyu:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا (٦١)
“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu Lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An Nisa’: 61)
Bagaimana mungkin mereka beruntung dan mendapatkan petunjuk setelah penyimpangan yang menimpa pemikiran dan agama mereka! Bagaimana mungkin mereka bisa terlepas dari kungkungan kesesatan dan kebinasaan sedangkan mereka membeli kekufuran dengan keimanan mereka! Alangkah ruginya perniagaan mereka. Mereka telah mengganti surga dengan adzab neraka yang membakar!:
فَكَيْفَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَاءُوكَ يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلا إِحْسَانًا وَتَوْفِيقًا (٦٢)
“Maka Bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: “Demi Allah, Kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”. (QS. An Nisa’: 62)
Duri-duri syubhat dan keraguan telah menancap dalam lubuk hati mereka hingga mereka tidak dapat lagi mencabutnya:
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلا بَلِيغًا (٦٣)
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang tegas.” (QS. An Nisa’: 63)
Celakalah mereka! Alangkah jauhnya mereka dari hakikat keimanan! Alangkah terangnya dusta mereka bahwa mereka memiliki ilmu pengetahuan! Mereka dalam satu sisi sedang para pengikut Rasul di sisi yang lain. Allah Ta’ala bener-benar telah bersumpah dengan menyebut dirin-Nya yang suci dalam Al Qur’an bahwa mereka tidak beriman, sumpah yang dipahami kandungannya oleh hamba-hamba-Nya yang punya mata hati sehingga hati mereka bergetar dan takut karena keagungan-Nya.
Allah Ta’ala berfirman menjelaskan keadaan munafiqin sebagai peringatan untuk kaum mukminin:
فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.. (QS. An Nisa’: 65)
Mereka terbiasa bersumpah sebelum berbicara walaupun tidak diminta karena mereka tahu bahwa kaum mukminin tidak tenang dan tidak tidak percaya dengan ucapan mereka. Demikianlah cara ahlur raibah (orang-orang yang ragu) berdusta. Mereka bersumpah supaya para pendengar menganggap mereka jujur dalam berbicara, sungguh:
اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٢)
“Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari (jalan) Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka lakukan.” (QS. Al Munafiqun: 2)
Celakalah mereka! Mereka keluar menuju padang sahara dengan kendaraan iman namun tatkala mereka melihat jauhnya perjalanan dan banyaknya rintangan mereka pun akhirnya mundur dan pulang kembali. Mereka mengira bisa menikmati kemewahan hidup dan kelezatan tidur di rumah-rumah mereka. Padahal mereka tidak mendapat manfaat dari apa yang dinikmati … . Mereka mengetahui kebenaran yang mereka ingkari, mereka telah buta (mata hatinya) setelah mereka menatap dan melihat al haq dengan jelas :
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لا يَفْقَهُونَ (٣)
“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati. karena itu mereka tidak dapat mengerti.” (QS. Al Munafiqun: 3)
Mereka adalah orang yang paling bagus jasadnya, paling bagus tutur katanya, paling lembut bahasanya tetapi paling keji hatinya dan paling lemah kepribadiannya. Mereka seperti kayu yang tersandar tak berbuah, kayu yang telah tercabut dari akarnya sehingga dia bersandar ke sebuah tembok agar tidak terinjak orang yang lalu lalang :
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (٤)
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Al Munafiqun: 4)
Bila berbicara mereka berdusta. Bila berjanji mereka mengingkari. Bila dipercaya mereka khianat dan bila berdebat mereka curang.
Alangkah bangganya mereka dengan jumlah mereka (padahal mereka, ed.) adalah kelompok minoritas! Alangkah sombong dan angkuhnya mereka padahal mereka adalah orang-orang yang rendah! Mereka berlagak punya ilmu padahal mereka adalah orang-orang bodoh tentang keagungan Allah:
وَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنَّهُمْ لَمِنْكُمْ وَمَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَكِنَّهُمْ قَوْمٌ يَفْرَقُونَ (٥٦)
“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka termasuk golonganmu, padahal mereka bukanlah dari golonganmu, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut (kepadamu).” (QS. At Taubah: 56)
Bila Ahlul Qur’an dan Sunnah mendapatkan kemenangan, pertolongan, dan keselamatan mereka sedih. Sebaliknya bila Ahlus Sunnah mendapatkan musibah dari Allah (sebagai penghapus dosa), mereka senang dan gembira … :
إِنْ تُصِبْكَ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكَ مُصِيبَةٌ يَقُولُوا قَدْ أَخَذْنَا أَمْرَنَا مِنْ قَبْلُ وَيَتَوَلَّوْا وَهُمْ فَرِحُونَ (٥٠)قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (٥١)
“Jika kamu mendapatkan suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya. Sebaliknya jika kamu ditimpa suatu bencana, mereka berkata: “Sesungguhnya Kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)”, dan mereka berpaling dengan rasa gembira. Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At Taubah: 50-51)
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ (١٢٠)
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (QS. Ali Imran: 120)
Allah Ta’ala membenci ketaatan mereka karena kekejian hati dan kebejatan niat mereka. Maka Allah menjadikan mereka malas mengamalkan ketaatan, Allah membenci bertetangga dengan mereka karena kecondongan mereka kepada musuh-musuh-Nya. Maka Allah pun mengusir dan menjauhkan mereka. Mereka berpaling dari wahyu-Nya maka Dia pun berpaling dari mereka, menyengsarakan, dan tidak membahagiakan mereka. Allah menghukumi mereka dengan adil yang tidak mungkin mereka beruntung kecuali dengan bertaubat :
وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (٤٦)
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (QS. At Taubah: 46)
Allah Ta’ala menyebutkan hikmah melemahkan keinginan mereka dan menjauhkan mereka dari pintu rahmat-Nya dengan firman-Nya :
لَوْ خَرَجُوا فِيكُمْ مَا زَادُوكُمْ إِلا خَبَالا وَلأوْضَعُوا خِلالَكُمْ يَبْغُونَكُمُ الْفِتْنَةَ وَفِيكُمْ سَمَّاعُونَ لَهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ (٤٧)
“Jika mereka berangkat bersama-sama kamu niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka dan tentu mereka akan bergegas-gegas maju ke muka di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan di antaramu sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang dhalim.” (At Taubah : 47)
Mereka membenci nash-nash (Al Qur’an dan As Sunnah) karena berat menjalankannya. Mereka tidak kuat menanggungnya maka mereka turunkan dari pundak mereka dan meletakkannya. Mereka kesulitan menghapalkan sunnah maka mereka mengabaikannya. Mereka disergap oleh nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah maka mereka membuat undang-undang untuk membantah dan menentangnya.
Sungguh Allah telah menguak tabir mereka, membongkar rahasia mereka, dan membuat permisalan mereka untuk hamba-hamba-Nya.
Ketahuilah! Setiap berakhir masa generasi mereka, mereka digantikan generasi lain yang semisal mereka. Maka Allah menjelaskan kriteria mereka kepada para wali-Nya supaya mereka berhati-hati daripadanya. Allah berfirman :
قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلا بِكُمْ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلا نَذِيرٌ مُبِينٌ (٩)
Katakanlah : “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan.” (QS. Al Ahqaf: 9)
Demikianlah keadaan orang yang merasa berat menanggung nash-nash. Kebid’ahan dan hawa nafsu telah menghalanginya dari nash-nash tersebut.
Mereka menyembunyikan rahasia kemunafikan, maka Allah tampakkan rahasia itu melalui raut muka dan pembicaraan lisan mereka. Untuk itu Allah memberi mereka tanda yang mudah dikenal oleh Ahlul Iman yang mempunyai mata hati.
Mereka mengira bahwa tatkala mereka menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan mereka bisa lepas dari para kritikus, padahal Dzat Yang Maha Melihat telah membongkar keadaan meerka :
أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ (٢٩)وَلَوْ نَشَاءُ لأرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ (٣٠)
“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau Kami kehendaki niscaya Kami tunjukkan kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (Muhammad : 29-30)
Hati mereka lalai dari kebajikan, jasad mereka amat cepat memburu kelalaian, jalan hidup mereka penuh dengan kekejian yang tersebar. Bila mereka mendengarkan al haq hati mereka penuh kekerasan dan bila mereka menghadiri kebathilan dan menyaksikan kedustaan mata hati mereka terbuka dan dengan seksama telinga-telinga mereka mendengarkannya.
Inilah -demi Allah- tanda-tanda kemunafikan. Maka hati-hatilah, wahai setiap insan daripadanya sebelum datang kematian! Biarkanlah mereka dengan kehinaan, kerendahan, dan kerugian yang mereka pilih untuk diri mereka! Janganlah engkau mempercayai janji mereka karena mereka adalah pendusta :
وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ (٧٥)فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (٧٦)فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (٧٧)
Dan di antara mereka ada orang yang telah beriman kepada Allah : “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih.” [75] Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian karunia-Nya mereka kikir dengan karunia itu dan berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). [76] Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu mereka menemui Allah karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta.” (At Taubah : 75-77) ]
Demikianlah penjelasan Ibnul Qayyim secara panjang lebar yang saya ringkas dari kitab beliau Madarijus Salikin.
Bersambung Insya Allah …