Sururiyyah, Ihya’ Ut Turats Tidak Ditanya di Alam Kubur!!
(Tahdzir Terhadap Syubhat Pengekor Hawa Nafsu & Orang-orang Yang Menyerukannya)
Oleh Al ‘Allamah ‘Ubaid Al Jabiri hafizhahullah
Kategori: Manhaj
Pada daurah di Jakarta beberapa bulan yang lalu yang khusus membahas fitnah Sururiyah dan para corongnya, sebagaimana yang diungkap oleh Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed telah kita ketahui bersama bahwa salah satu syubhat yang dilontarkan oleh dedengkotnya, Yazid Jawas untuk membungkam Ahlussunnah yaitu masalah Sururiyyah tidak akan ditanya di alam kubur.
Dan sungguh kenyataan yang sangat mengejutkan bahwa syubhat tersebut ternyata juga secara sistematis dilemparkan ke dalam tubuh Ahlussunnah untuk mencabik-cabik manhaj mereka dari dalam, disebarkan di majelis dan bahkan (wal’iyadzubillah) berani mengikrarkan keyakinan sesatnya tersebut dengan bersumpah atas nama Allah Ta’ala bahwa itulah yang diyakininya walaupun orang menganggap (maksud ucapannya adalah Ahlussunnah!) sebagai omongan syubhat.
Ucapnya: “ANA SENDIRI KATAKAN YA AKHI, DI MAJELIS ANA BILANG WALLAHI antum wafat dipanggil malakul maut.. ana bilang, antum masuk ke alam kubur antum tidak ditanya kecuali tiga hal man Robbuk, wa man dinuk, wa man Nabiyyin, bass.., ndak ditanya Ihya’ut Turats, ndak ditanya yang lain-lain, orang menganggap omongan syubhat, yo wis biarin, itu yang ana yakini sekarang”
Link bukti suara pengakuan hadahullah:
Allahul musta’an, entah sudah berapa banyak saudara-saudara kita yang telah termakan oleh syubhat sesat tersebut. Oleh karena itulah penting bagi kita untuk meneguk untaian faidah dari bimbingan para ulama Ahlussunnah yang walhamdulillah pada kesempatan daurah nasional 1433H kemarin telah ditanya terkait syubhat manhaj tersebut, dan semoga bisa menjadi pegangan bagi kita semua untuk tetap istiqamah meniti jalan yang diridhainya dan semoga Allah Ta’ala mengembalikan orang-orang yang telah tersesat, amin.
Soal:
Bagaimana pendapat anda terhadap orang yang mengatakan bahwa membicarakan/mengritik Sururiyyah atau Quthbiyyah atau kelompok-kelompok yang menyimpang tidak dibutuhkan karena seseorang tidak akan ditanya tentangnya di dalam kubur. Jazakumullahu khairan katsira..
Jawab:
Ini ungkapan bid’ah! Karena membantah kebid’ahan dan memperingatkan dari bahayanya dan memperingatkan pula dari orang-orangnya merupakan prinsip ushul dakwah Salafiyyah yang diberkahi ini. Para ulama saling mewasiatkannya. Para ulama dan para imam mereka mendapatkannya dari para Salaf mereka dan di atas jalan itulah Ahlussunnah menempuhnya. Dahulu mereka memperingatkan anak-anak kecil dari bahayanya orang-orang yang terkotori dengan fikrah/madzhab Khawarij atau selain mereka dari madzhab-madzhab yang batil. Diantara hadits-hadits yang menjelaskan masalah ini adalah sabda Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
سيكون في آخر أمتي أناس يحدثونكم بما لم تسمعوا أنتم ولا آباؤكم، فإياكم وإياهم
“Akan muncul di akhir umat ini beberapa kaum yang mereka berbicara kepada kalian dengan hal-hal yang belum pernah di dengar oleh kalian dan ayah-ayah kalian, maka hati-hatilah kalian dari mereka”
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga bersabda:
إذا رأيت الذين يتبعون ما تشابه منه فأولئك الذين سماهم الله فاحذروهم
“Kalau engkau melihat orang-orang yang suka mencari-cari ayat-ayat mutasyabihat -dalam rangka menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya yang batil –maksudnya tanpa ilmu- mereka itulah orang-orang yang Allah sebut tentang mereka, maka waspadalah kalian dari mereka.”
Dan para Shahabatpun menempuh jalan seperti ini dan juga orang-orang setelah mereka bahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah memperingatkan bahayanya kelompok-kelompok yang menyimpang. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
و تفترق أمتي على ثلاث و سبعين فرقة ,كلها في النار إلا واحدة , قال من هي يا رسول الله؟ قال: الجماعة
“Dan umatku ini akan berpecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk neraka kecuali 1”. Para Shahabat bertanya, “Siapakah 1 kelompok tersebut yang selamat wahai Rasulullah?”, Beliau menjawab, “Al Jama’ah”. [ Lihat: Silsilah As-Shahihah no. 203 dan 204]
Para imam menjelaskan makna Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan Al Haq walau engkau sendirian. Maka ketika itu engkau teranggap sebagai Al Jama’ah.
Sejak dahulu para imam telah membantah kelompok-kelompok dan jama’ah-jama’ah yang menyimpang. Mereka memperingatkan bahaya Mu’tazilah, Jahmiyah, Asya’irah dan seluruh ahlul bid’ah baik kelompok-kelompok maupun individunya.
Adapun pernyataan dia bahwa kita tidak akan ditanya tentangnya di dalam kubur, maka saya katakan:
Kalaulah kami menerima pernyataanmu bahwa tidak ada seorangpun yang ditanya tentangnya di dalam kubur namun apa yang akan engkau lakukan terhadap hadits ini yang dikeluarkan oleh Ahlussunan dari Abu Barzah Al Aslami radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yaitu tidak akan bergeser dua kaki anak Adam sampai dia ditanya tentang empat perkara, umurnya dihabiskan untuk apa dan tentang masa mudanya dia gunakan untuk apa, tentang ilmunya, apa yang dia lakukan/amalkan dan tentang hartanya darimana dia mendapatkannya dan dia belanjakan untuk apa. [1]
Kemudian ada pertanyaan:
Apakah engkau berpendapat bahwa menjelaskan bahayanya kebid’ahan dan orang-orangnya termasuk amar ma’ruf nahi munkar atau tidak?
Kalau dia menjawab “Ya”, maka kami katakan kepadanya:
Engkau telah membantah dirimu dengan pernyataanmu sendiri. Kebid’ahan itu merupakan kemunkaran dan ahlul bida’ adalah orang-orang yang menyebarkan kemunkaran. Oleh karena inilah wajib memperingatkan bahaya bid’ah dan orang-orangnya.
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (٧٨)كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (٧٩)
“Telah dilaknat orang-orang kafir dari bani Israil melalui lisannya Dawud dan Isa Ibnu Maryam. Yang demikian itu karena mereka telah durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain tidak saling melarang dari tindakan kemunkaran yang mereka kerjakan. Maka sungguh sangat buruklah apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. Al Maidah:78-79)
Bagaimana pendapatmu tentang ayat-ayat ini dan terhadap hadits-hadits yang mutawatir, diantaranya juga adalah sabda Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ الدِّينُ النَّصِيحَةُ…..
“Agama adalah nasehat, agama adalah nasehat, agama adalah nasehat…[ HR. Muslim ]
Dengan ini maka jelaslah bagi kalian bahwa ucapan ini termasuk pengkaburan yang rusak dan termasuk perkara-perkara yang muhdats maka berhati-hatilah dari ucapan tersebut dan berhati-hatilah dari orang-orang yang mengatakannya. Kalau mereka masih terus membangkang, membela ucapan tersebut maka mereka berarti para mubtadi’ah yang sesat.
[Diterjemahkan secara bebas. Sumber: CD 02 Kitabush Shiyam Daurah Asatidzah 1433H di Veteran Jogjakarta]
Saran dan masukan dari para ikhwana sekalian sangatlah kami harapkan jika ada penerjemahan kata yang terasa kurang pas/tidak benar. Barakallahufikum.
Catatan Kaki:
[1] Lafadz haditsnya:
لا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ
“Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga dia ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan; dan tentang ilmunya, apa yang telah dia amalkan; tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia belanjakan; dan ditanya tentang jasadnya untuk apa dia gunakan” (HR. At-Tirmidzi serta yang lainnya dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 946)-pen.
Link suara beliau:
Download file dalam bentuk PDF