Hukum Menukil Ucapan Ahli Bid’ah Bag. 1

Hukum Menukil Ucapan Ahli Bid’ah (Bag. 1)

oleh:  Ihab Asy-Syaafi’i Hafizhahullah

new1a

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضلّ له ومن يضّلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمداً عبده ورسوله، أما بعد

Telah muncul dizaman kita orang-orang yang berpendapat bolehnya menukil dari kitab-kitab Ahli bid’ah dengan alasan bahwa para Ulama salaf dahulu mereka menukil riwayat dari ahli bid’ah dan berdalil dengan ucapan tersebut dengan perkataan Imam Ibnus Salah dalam “Muqaddamahnya”dimana Beliau berkata :

( وهذا المذهب الثالث أعدلها وأولاها، والأول بعيد مباعد للشائع عن أئمة الحديث، فإن كتبهم طافحة بالرواية عن المبتدعة غير الدعاة. وفي الصحيحين كثير من أحاديثهم في الشواهد والأصول، و الله أعلم.)

“Dan mazhab yang ketiga ini adalah yang paling adil dan paling utama, mazhab pertama sangat jauh dari sikap yang masyhur dari para imam hadits, dimana kitab- kitab mereka penuh dengan periwayatan dari ahli bid’ah yang bukan da’i. Dalam shahih Bukhari dan muslim banyak sekali diriwayatkan dari hadits- hadits mereka (ahli bid’ah,pent) baik dalam syawahid maupun ushul. Wallahu A’lam.”

Maka aku berkata sebagai bantahan atas syubhat ini:

Para Imam Salaf – semoga Allah merahmati orang yang telah meninggal dari mereka dan memelihara yang masih hidup diantara mereka- membedakan antara meriwayatkan dari ahli bid’ah dengan menukil dari ucapan murni dari mereka serta ijtihad-ijtihad mereka.

Berbeda antara menukil riwayat ahli bid’ah dengan memperhatikan dhawabit (syarat-syarat) yang telah ditetapkan oleh para ulama, dengan menukil ucapan murni dari mereka serta ijtihad-ijtihadnya. Sebab meninggalkan riwayat ahli bid’ah-disebabkan karena bid’ahnya, sementara mereka meriwayatkan hadits-merupakan mafsadah (kemudaratan) yang besar yang lebih besar mudaratnya dibanding meriwayatkan dari ahli bid’ah, yaitu mafsadah meninggalkan hadits-hadits Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam,. Hal itu dilakukan dengan tujuan memelihara hadits Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wasallam, terlebih lagi ketika itu merupakan zaman pengumpulan riwayat-riwayat hadits. Oleh karenanya, jika kita membaca ucapan salaf tentang peringatan dari kitab-kitab ahli bid’ah, maka kita akan mengetahui bagaimana sikap kecemburuan mereka terhadap manhaj salafus saleh, yaitu sikap keras mereka dalam memberi peringatan dari kitab-kitab ahli bid’ah dan pengekor hawa nafsu. Mereka yang berpendapat tentang bolehnya meriwayatkan dari ahli bid’ah dengan memperhatikan syarat-syaratnya, mereka pulalah yang memberi peringatan dari kitab-kitab ahli bid’ah dan menukil dari ucapannya. Berkata Al-Allamah Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin Rahimahullah setelah Beliau bercerita tentang bid’ah khawarij :

ومع ذلك هم أشد الناس على الكذب وأهل الكذب ، ولا يمكن أن ينقلوا شيئاً كذباً إطلاقاً ، لا سيما إن كان كذباً على الرسول عليه الصلاة والسلام ، لأنهم يرون أن فاعل الكبيرة كافر مخلد في النار ، فمثل هؤلاء روى عنهم أئمة الحديث كالبخاري ومسلم وغيرهم ، مع أن بدعتهم شديدة غليظة جداً فلذلك يرى بعض العلماء أن مدار الرواية ليست على عدالة التدين إنما هي عدالة التحري في الصدق فمتى علمنا أن هذا الرجل متحر للصدق غاية التحري وأنه لا يمكن أن يكذب فلا علينا من دينه الذي يدين الله به

“Namun dari sisi lain mereka adalah orang–orang yang paling keras terhadap dusta dan para pendusta, dan tidak mungkin mereka menukil sesuatu dengan cara dusta, terlebih lagi jika dusta tersebut atas nama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, sebab mereka berpendapat bahwa pelaku dosa besar adalah kafir dan dikekalkan dalam neraka. Seperti mereka ini para imam ahli hadits tetap meriwayatkan dari mereka, seperti Bukhari, Muslim dan selain keduanya. Padahal bid’ah mereka sangatlah keras. Oleh karenanya, sebagian para ulama melihat bahwa sumber penerimaan riwayat tidak dibangun diatas bagusnya agamanya, namun dibangun diatas kehati- hatian dalam kejujuran, kapan kita mengetahui bahwa perawi ini sangat menjaga kejujurannya, dan bahwa tidak mungkin dia berdusta, maka bukan tanggung jawab kita berkenaan dengan keyakinan yang diyakininya.”

(Syarah Nuzhatun Nazhar:255)

Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al-Madkhali–Hafizhahullah- dalam kitabnya “manhajus salaf fit ta’amul ma’a kutubi ahlil bida’” menukil beberapa ucapan salaf dalam menjelaskan tentang peringatan mereka dari ahli bid’ah dan kitab- kitab mereka. Berikut ini diantaranya:

Fatwa Imam Malik Rahimahullah: “Tidak boleh menyewakan sedikitpun dari kitab-kitab ahli bid’ah dan hawa nafsu.”

Dinukil oleh Abdullah bin Ahmad dari ayahnya Rahimahullah:

Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hambal: aku mendengar ayahku berkata: Sallam bin Abi Muthi’ termasuk perawi tsiqah berkata: telah memberitakan kepada kami Ibnu Mahdi. Lalu ayahku berkata: Adalah Abu Awanah pernah menulis sebuah buku yang padanya disebutkan aib para sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dan juga terdapat hal- hal yang merupakan musibah. Lalu datang Sallam bin Abi Muthi’ lalu berkata: Wahai Abu Awanah, berikan kepadaku kitab itu. Lalu Abu Awanah memberikan kepadanya dan diambil oleh Sallam lalu membakarnya. Berkata ayahku:

“Sallam termasuk sahabatnya Ayyub dan Beliau adalah seorang yang saleh.”

(Al-‘Ilal wa ma’rifatur Rijaal:1/108)

Berkata Adz- Dzahabi Rahimahullah setelah menyebutkan sebagian kitab-kitab sesat:

فالحذار الحذار من هذه الكتب ، واهربوا بدينكم من شبه الأوائل وإلا وقعتم في الحيرة ، فمن رام النجاة والفوز فليلزم العبودية ، وليدمن الاستغاثة بالله ، وليبتهل إلى مولاه في الثبات على الإسلام وأن يتوفى على إيمان الصحابة، وسادة التابعين ، والله الموفق .

“Berhati-hati dan berhati-hati dari kitab-kitab ini. Dan berlarilah kalian dengan membawa agama kalian dari syubhat mereka yang telah lalu, sebab jika tidak maka kalian akan terjatuh dalam kebingungan. Barangsiapa yang ingin menuju keselamatan dan kemenangan maka hendaknya dia komitmen dalam beribadah, dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah, dan berserah diri kepada Allah agar diberi kekokohan didalam islam, dan dia meninggal diatas keimanan para sahabat dan pembesar tabi’in.Semoga Allah memberi taufik.”

(As-Siyar, 19/328-329)

Berkata Syaikh Zaid Al-Madkhali dangan memberi catatan:

وقد حذر سلفنا الصالح رضوان الله عليهم ـ من النظر في كتب المبتدعة لما يترتب على ذلك من المفاسد العظيمة فإن القلوب ضعيفة والشبه خطافة ومما يؤسف له أن كثيرا من الشباب اليوم يقرؤون في كتب أهل الأهواء والضلال ويربون أنفسهم عليها ثم يعودون حربا على السنة وأهلها وحربا على منهج السلف الحق ، فإنا لله وإنا إليه راجعون

“Sungguh para ulama salaf saleh -semoga Allah meridhai mereka- telah memberi peringatan dari melihat kitab-kitab ahli bid’ah, disebabkan pengaruh yang ditimbulkan berupa mafsadah yang besar, karena sesungguhnya hati-hati itu lemah, sedangkan syubhat sangat cepat menyambar. Yang sangat disayangkan bahwa kebanyakan dari para pemuda sekarang membaca kitab-kitab pengekor hawa nafsu dan kesesatan, dan mendidik diri-diri mereka diatasnya, lalu setelah itu mereka kembali dengan memerangi ahlus sunnah dan para pengikutnya, dan memerangi manhajus salaf yang haq. Innaa Lillaahi Wa Innaa Ilaihi Rooji’uun.”

( Bersambung Insya Allah ….. )

Sumber: http://salafybpp.com/5-artikel-terbaru/173-hukum-menukil-ucapan-ahli-bidah-bag-1.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *