Kisah Perjalanan ke Yaman dan Saudi Arabia, dan Faedah- faedah
Serta Nasehat-nasehat dari Para Ulama’ Ahlussunnah
Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu para asatidzah melakukan rihlah atau perjalanan ke negeri Yaman dan Saudi Arabia. Dimana didalam rihlah ini para asatidzah bertemu dengan para Ulama’ Ahlussunnah dan mendapatkan faedah dan nasehat-nasehat yang mulia.
Diantara kisah atau faedah dalam perjalanan ke Yaman adalah para Ulama’ Ahlussunnah di saat fitnah-fitnah yang tengah terjadi di Yaman, mereka tetap menasehatkan untuk bertaqwa kepada Allah subhanahu Wa Ta’ala dan ini berbeda dengan hizbiyyun atau kelompok harakah yang menjadikan rumah-rumah Allah untuk memanasi masyarakat guna melawan penguasa atau pemerintah.
Para ulama’ yang dikunjungi di Yaman diantaranya adalah Asy Syaikh Muhammad As Shoumali, Asy Syaikh Khalid Al Wushabi adik dari Asy Syaikh Ahmad Al Wushobi, Asy Syaikh Abdullah Al Mar’i, Asy Syaikh Muhammad Abdillah Al Imam hafizhahumullah.
Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Saudi Arabia guna melaksanakan ibadah umroh, dan di Saudi Arabia para asatidzah bertemu atau berkunjung kepada para Ulama’ diantaranya adalah Asy Syaikh Muhammad Ghalib, Asy Syaikh Abdullah Al Bukhari, Asy Syaikh Ubaid Al Jabiri, Asy Syaikh Muhammad bin Hadi Al Madkhali, Asy Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali, Asy Syaikh Muhammad Bazmul hafizhahumullah.
Banyak faedah dan nasehat-nasehat dalam rihlah ini, diantara faedah atau nasehat adalah disaat menghadiri majelisnya Asy Syaikh Shalih As Suhaimi hafizhahullah, beliau memberikan nasehat berkenaan fitnah berupa demonstrasi dan pemberontakan serta penentangan kepada penguasa-penguasa di negeri kaum muslimin.
Kemudian ketika berkunjung kepada Asy Syaikh Ubaid Al Jabiri hafizhahullah yang mana beliau ini adalah termasuk ulama’ besar Ahlussunnah di Madinah, beliau tidak mengajar di masjid Nabawi, sebagaimana yang dikesankan atau dijadikan tolak ukur oleh sebagian orang bahwa penilaian ulama’ besar atau tidak adalah apakah dia mengajar di masjid Nabawi atau tidak. Bahkan kenyataannya ada yang mendapat kesempatan untuk mengajar di masjid Nabawi tapi memiliki kesalahan-kesalahan yang sangat berat. Artinya mengajar atau tidak di masjid Nabawi bukan tolak ukur yang mutlak untuk menilai alim atau tidaknya, akan tetapi tolak ukurnya adalah ilmunya dan khosyahnya kepada Allah, dan perjuangannya dalam berda’wah, karena banyak ulama’ yang tidak mengajar di masjid Nabawi memiliki banyak keutaman dan lebih alim.
Diantara nasehat Asy Syaikh Ubaid Al Jabiri hafizhahullah adalah berkenaan dengan Ihya’ Ut Turats, beliau memberikan peringatan untuk berhati-hati dari Ihya’ Ut Turats dan fitnah yang bersamanya. Kemudian juga mengingatkan adanya perbedaan-perbedaan mengenai jum’iyyah ini yakni jum’iyyah Ihya’ Ut Turots, maka harusnya seseorang menilai jum’iyyah ini melihat kepada dalil, oleh karenanya para ulama mengatakan yang berilmu itu hujjah terhadap yang tidak berilmu. Allahu a’lam bishshawab.
Untuk selengkapnya silahkan download dan simak penjelasan dari Al Ustadz Qomar ZA hafizhahullah. Klik di sini.
Selain apa yang telah disampaikan oleh Al Ustadz Qomar ZA hafizhahullah diatas, pembaca juga dapat mendengarkan penjelasan faedah ibadah umroh dan ziaroh oleh Al Ustadz Afifuddin hafizhahullah. Klik di sini.
Mengenai ajakan “Nggedabrus” Firanda kepada Al Ustadz Askari hafizhahullah untuk tahkim kepada Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad hafizhahullah mengenai masalah Ihya’ Ut Turots, silahkan download di sini.
Bagaimana dengan taubatnya mantan panglima? download di sini.
Siapa yang nggedabrus?
# Firanda Andirja 2011-06-09 17:08
Comments:
Justru apa yang telah ditulis oleh firanda dalam kolom komentarnya menunjukkan bahwa memang firanda itu nggedabrus dan telah dibantah oleh Ustadz Askary pada artikel diatas Kronologi Rencana Pertemuan Bersama Para Masyayikh. Dan ke nggedabrusan terang-terangan itu diangkat juga oleh situs nggedabrus inilah fakta (sururi).
jazzakumullohukhoiron wa barakallohufikum