SuperMan dan Dakwah dari Dalam

 بسم الله الرحمن الرحيم

SuperMan dan Dakwah dari Dalam

Pengantar
Siapa yang tak pernah mendengar nama SuperMan? Manusia super bodi yang menebar kebaikan dengan menolong orang serta memberantas kejahatan. Sayang semua itu hanyalah bualan, cerita dusta yang tak pernah ada di alam kenyataan selain bikinan Hollywood produsen cerita-cerita khayalan dan kebohongan yang tak mengenal halal dan haram. Pun para ulama bukanlah SuperMan, manusia superkuat yang yakin tak terkalahkan. Dibalik ketaqwaan dan kemapanan ilmunya yang bersinar di sepanjang generasi umat Islam, mereka adalah manusia biasa yang memiliki rasa takut akan terjerumus kepada bid’ah dan kesesatan. Hal mana yang mengharuskan mereka untuk selektif dan hati-hati dalam memilih teman bicara dan kawan sepergaulan.

Ada seorang laki-laki yang berkata kepada Ibnu Sirrin rahimahullah, “Sesungguhnya si fulan mau datang kepadamu dan dia tidak berbicara sesuatu apapun”.
Ibnu Sirrin berkata, “Katakan kepada fulan: Tidak! Tidak usah dia datang”’ karena hati anak Adam itu lemah dan aku khawatir kalau aku mendengar suatu kalimat, lantas hatiku tidak kembali sebagaimana mestinya.” (HR. Ibnu Baththah dalam Al Ibanah ‘an Syari’ah Al Firqah An Najiyah 399)
Yahya bin Ubaid rahimahullah berkata, “Seorang Mu’tazilah pernah menemuiku. Lalu dia berdiri dan akupun berdiri. Maka aku katakan, “Entah engkau yang pergi atau aku yang pergi, karena jika aku berjalan bersama seorang Nasrani, itu lebih aku sukai daripada berjalan bersamamu” (Al Bida’ wan Nahyu ‘anha, Ibnu Wadhdhah, 59).

Sungguh tidak ada para A’immah yang merasa aman (baca: kebal manhaj) dari bid’ah dan para pengusungnya! Al Firyabi rahimahullah berkata:
“Dulu Sufyan (Ats Tsauri rahimahullah) melarang aku duduk bersama fulan, yakni seorang dari kalangan ahli bid’ah” (Al Ibanah, 454)

Satu dua pertanyaan kepada para pembaca sekalian, Apakah ada diantara anda yang meragukan kapasitas keilmuan para ulama Salafush Shalih di atas? Lalu mengapa mereka masih merasa khawatir bahwa pergaulan mereka dengan sembarang orang akan dapat menjerumuskannya ke dalam fitnah, syubhat dan kesesatan? Benar, mereka bukanlah SuperMan, mereka adalah manusia-manusia utama yang telah Allah anugerahkan ilmu dan ketaqwaaan yang membuat mereka begitu menghargai jalan keselamatan. Dan dengan ilmu itu pula telah membikin mereka sangat takut terjerumus ke dalam bid’ah dan kesesatan karena tidak menjaga pergaulan.

Di sisi lain, telah muncul para SuperMan-SuperMan ‘kebal manhaj’ yang begitu Pede (baca : percaya diri) dengan ilmu dan hujjah yang mereka miliki. Ini bukanlah kisah SuperMan khayalan, tetapi SuperMan yang benar-benar hidup di alam kenyataan. Manusia-manusia gagah yang dengan kegagahannya mencoba mendobrak pintu “bid’ah dan maksiat”, masuk ke dalamnya dan berupaya memperbaiki dari dalam…dalam dalam, mereka adalah para pahlawan bagi kaumnya. Siapa saja mereka? Simak artikel berikut ini…

Dakwah dari Dalam
Dakwah dari dalam, membina dari dalam, masuk terlebih dahulu, berkubang di dalam dan memperbaiki dalam dalam. Demikian indah kata-kata ini untuk menghiasi sikap seseorang yang sengaja ‘terjun langsung’ di organisasi, kelompok atau partai yang jelas-jelas bukan bermanhaj Salaf, bahkan yang jelas-jelas memusuhi dakwah Al Haq. Walaupun di dalam sana, nun jauh disana mengawali “niat baiknya” dengan terpaksa mengikuti acara-acara bid’ah dan maksiat serta berdekat-dekat dengan para gembong penghasung bid’ah dan maksiat pula.

Masalahnya adalah masuk ke dalam berarti berkubang bersama orang-orang yang kita ingin ubah. Sementara siapa yang menjamin dirinya memiliki pendirian yang cukup teguh dan memegang prinsip melebihi ulama Salaf ? Padahal sejatinya manusia lemah seperti kita bisa mudah terbawa lingkungan, mudah hanyut dibawa arus. Selalu ada nilai-nilai yang di dalam sana harus dikompromikan. Baru masuk saja sudah harus banyak kompromi, bagaimana dengan nanti ?

Kita ketahui, organisasi, kelompok atau partai yang tidak bermanhaj Salaf (dan atau memusuhi dakwah Salaf), seringkali meramaikan hari selain dua hari Ied, bisa diistilahkan dies natalis atau milad. Terkadang acara tersebut diramaikan dengan musik, suasana ‘pakaian rapi’, berjas, berdasi, campur-baur wanita dan lelaki dan hal-hal ngeri lainnya.  Kadang disana, nun jauh disana, terkadang harus berpapasan dengan hizbi, dalam rapat, seminar, arena lomba ilmiah, tak pelak lagi mewajibkan mereka akrab dengan para pembawa pemikiran keliru, dan sesat, para penyebar bid’ah dan maksiat. Kadang harus ‘merapat’ bersama pengajar “filsafat Islam”, toleransi dengan tokoh aliran, sekulerisme, materialisme dll. Bagi yang berstatus mahasiswa program keIslaman tentulah harus berpenampilan ramah, baik dan sopan serta kooperatif kepada para dosennya kalau tidak ingin nilainya “E” alias tidak lulus.

Tangan tak kuasa melawan, mulut tak mampu membuka, lidah tentu saja tidak mampu bergoyang ‘tuk mengatakan enggan, tidak atau jangan. Hatipun mulai dirayu setan. Lama-lama kini acara yang sarat bid’ah dan maksiat itu mulai dinikmati setengah hati… sampai sepenuh hati. Ternyata bergabung di dalam, senyum dan kerjasama dengan hizbi disana, membawa penghidupan yang layak, meningkatkan derajat kehidupan, memperpanjang gelar, bahkan menghasilkan uang.

Pendakwah dari Dalam
Beberapa buktinya, pendakwah di Surabaya sana, demi meraih tujuan sebuah gelar rela masuk “ke dalam”. Kendati harus ‘belajar” materi yang mengerikan dari dosennya, “Filsafat Ilmu”, “Filsafat Hukum”. Tepatnya hal ini menimpa dua nama yang tidak asing bagi Irsyadiyyun, Mubarok Bamualim dan Salim Ghanim.[1] Kisah dua orang da’i Mahad Al Irsyad As Salafi ini simak di artikel berikut bertajuk “Benar !! Mubarak Bergabung dengan JIL di Sarangnya.”[2] Paradoks memang, antara ikhtilath dengan mahasiswi dengan sukarela, rela mendengarkan celotehan filosof guna meraih gelar sebagai orang intelek.

Alih-alih hendak menguasai medan dakwah dengan bergabung ‘di dalam’ terlebih dahulu walau dengan tokoh PK Al Ikhwani di markas lamanya[3]. Bapak Abdurrahman Tamimi direktur Ma’had Ali Al Irsyad Surabaya, akhirnya didepak oleh Al Irsyad sehingga terpaksa menyingkir dari markas Al Irsyad Surabaya, pindah ke Sidotopo Kidul dan mengubah nama ma’hadnya menjadi “Mahad Ali Al Irsyad As Salafi”. Kemudian nama Al Irsyad-pun benar-benar hendak dihapus dengan ganti nama Sekolah Tinggi Agama Islam Ali bin Abi Thalib. Kalau benar-benar dibuka, maka kontribusi ijazah dua orang tim majalah Adz Dzakhiirah, kandidat Magister Agama STAIN Sunan Ampel, akan sangat berguna untuk memperkaya dosen lulusan S1 dan S2.

Contoh lainnya, seseorang yang bernama Randi Fidayanto, Lc yang juga termasuk diundang dalam acara daurah Al Irsyad 10 – 13 Juli 2006 dan 14 – 18 Februari 2006 tertulis “Rendi Fak. Tarbiyah UnMuh Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh Purwokerto)”.[4] Semula Randi dikenal ‘berdakwah dari dalam’ di Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Purwokerto sesuai data tahun 2006 di atas. Kini di tahun 2008, Randi tercatat sebagai dosen di STIE Swastamandiri, Solo bahkan menjabat sebagai Kepala bidang kepesantrenan. STIE Swastamandiri ini membuka program ala pesantren dengan nama Pondok Pesantren Al-Es’af.

Tentu saja, program studi Ekonomi diminati banyak kaum Hawa, sehingga pembicaraan antara dosen dan mahasiswinya penuh keakraban jelas tidak terhindarkan. Simak yang terekam di buku tamu situs STAS berikut ini : “tia [email protected] 14 Sep 2007 09:03 pak ustad randi….santrieeeeeeeeee, lom tau tuh nama masjidnya, katanya bingung yang di maksud majid ibadurrahman atw masjid pak kasman, tolong di konfirmasikan lagi ya…..
oke cukup sekian ya…kapan2 tia sambung lagi cakp2nya.[5]”  Sang ustadz menjawab “Rafanda [email protected] www.stas 21 Sep 2007 09:30 wah, yang jelas ya Masjid Kasman Singodimeja atau Masjid Al-Es’af ( ini nama nanti lho kalo udah kapsitas 300 orang), kalo sekarang tuh walau disebut Musholla atau bilik sholat atau mihrab-seperti zamannya Maryam- atau kamar sholat. Kalau bukan qt qt yang meramaikannya- tapi jangan terika-teriak lho- siapa lagi. Untuk paket Ramadlan memang sholat malam setiap hari, nanti diluar ramadlan ya paling 3 hari sekali aja cukup. Tapi sholat malam harus dilakukan setiap hari walaupun sendiri-sendiri. gitu lho.” Entah bagaimana suasana praktek belajar-mengajar di STIE Swastamandiri, interaksi dosen dan ratusan mahasiswi yang hanya didukung 3 dosen wanita ?

Dakwah dari dalam benar-benar sedang dipraktekkan oleh Bapak Rendi/Randi yang lulusan Universitas Islam Madinah. Kendati posisi di STIE tersebut berdampingan dengan Eman Badru Tamam, Lc, rekan Abu Bakar Ba’asyir. Eman sebagai petinggi MMI, juga dewan pengasuh PP Isy Karima, Solo yang sama-sama pernah menjadi pejabat Kompak DDII Jawa Tengah[6] bersama pengasuh PP Isy Karima lainnya, KH Wahyudin (juga pengasuh PP Al Mukmin Ngruki, Solo) dan Syihabuddin AM.[7] Disanalah Rendi berada, berteman dengan petinggi Ngruki, DDII, bergabung dan bersatu dalam lembaga tersebut. [8]

Tersebutlah sebuah nama nnur pada tanggal 6 September 2005 mengirimkan email ke Adinda Praditya di milis Salafyoon. Sejenak pembaca bisa mengecek di situs resmi terkait instansi yang disebut-sebut, ternyata nick nnur telah menjadi dosenwati [9] Silakan pembaca mengecek, nnur adalah seorang akhwat yang pernah menjadi admin jilbab.or.id serta moderator milis Salafyoon, aktivis milis Assunnah, apakah gerangan yang mendorong untuk mengambil keputusan menjadi pengajar di kampus campur-baur tersebut ?

Tertulis kalimat di pesan nnur tadi dibuka dengan kalimat Adinda : “…Afwan, bukan bermaksud apa-apa selain ingin memberikan info pekerjaan (yang lingkungannya relatif lebih baik dari pada perkantoran pada umumnya), sekaligus menyemarakkan jumlah dosen yang bermanhaj salaf di Univ. Islam…” Bagaimana lingkungan kampus bagi dosen wanita ? Jelas, sebagai nampang di depan, mengajar di depan mahasiswa pria, sebagai pembimbing mahasiswa kadang harus berdua, rapat dengan dosen pria, dst.dst. Duh, ternyata ‘dakwah dari dalam’ lagi alasannya, dengan menjadi dosen.

Sepertinya, ‘dakwah dari dalam’ telah menjadi trend alasan bagi sejumlah da’i dan person yang mengaku bermanhaj Salaf yang berkepentingan dengan dunia. Contoh lain, Bapak Arifin Riddin, Lc lulusan Universitas Islam Madinah yang menjadi pendakwah ‘dari dalam’ di Mu’allimin Muhammadiyyah sesuai informasi tahun 2006[10]. Tragisnya, Arifin juga aktif dalam acara yang sarat akan bau bid’ah, yakni Pengajian dalam rangka Sekaten di masjid Gede Kauman, nama Arifin Riddin juga disebutkan mengisi tanggal 27 Maret 2007 dengan tema “Ibadah Sebagai Kunci Meraih Kesuksesan Dan Kebahagiaaan Dunia Akhirat”.[11] Padahal sudah sejak tahun 2005 – 2008, Arifin juga aktif di acara “Salafi” dengan nama Islamic Center Bin Baz, Forum Kajian Islam Mahasiswa (FKIM) alias YPIA a.k.a LBIA, seperti Studi Islam Intensif (SII) tanggal 20-27 September 2005 dan SII 2007 tanggal 8 Desember 2007. [12]

Ditambah lagi, rekan lainnya yang bernama Afifi Abdul Wadud rekan Aris Munandar di YPIA, pemilik toko Ihya’ Jogjakarta. Kini dirinya makin leluasa bergerak ceramah, salah satunya di masjid Syuhada.[13] Di acara Tsiqoh Studi Islam Efektif yang dipanitiai Tsiqoh Organizer, didukung oleh Barokah, CDMS Corp Dakwah Masjid Syuhada, Binder, dijanjikan akan dibuat Album Kenangan alias di foto-foto, duh… Acara yang diisi Afifi tanggal 14 Maret, sedangkan ciri khas acara ikhwani yakni ‘MABIT’ bersama CDMS Crew tanggal 5 April 2008.

Nama-nama pengisi selain Afifi, yakni tokoh politik, Ketua Dewan Syariah PKS Sleman Drs. Syathori Abdurrauf, Ghazali Mukri, Lc (trainer kader PKS), Sigit Yulianta (penceramah masjid Mardliyah, tempat kaderisasi PK al Ikhwani),Ma’ruf Amary, Lc (Ketua Dewan Syariah DPW PKS DIY), Cahyadi Takariyawan, Apt (Wakil Ketua DPP PK Wilayah Dakwah III), Abdullah Sunono, ST (Ketua DPD PK Kabupaten Sleman). Jelas sudah siapakah pengundang Afifi tersebut dan komunitas masjid Syuhada. Saking campur-aduknya manhaj jama’ah masjid Syuhada tersebut, sampai-sampai ada perayaan tahun baru Imlek di tahun 2003, padahal sarat akan pemahaman agama Khong Hu Chu.

Simak juga artikel “Aris Munandar, Bapak Pramuka Jogjakarta” yang juga diakui muridnya ‘berdakwah dari dalam’ PP Taruna Al Quran/L-Data[14], akrab dengan tokoh Wahdah Islamiyyah, semakin melengkapi khazanah kita tentang dakwah dari dalam tersebut.[15] Tak lupa bapak Yazid Jawwas[16] dan Abdul Hakim Abdat[17] yang ‘berdalam-dalam’ di DDII, sampai-sampai mendapatkan tempat tetap di markasnya. Ternyata tidak hanya dalam pengajian, Yazid juga terlibat jauh dalam bisnis dengan tokoh DDII.[18]

Dus, yang terakhir ‘dakwah dari dalam’ layar kaca TVRI yang dilancarkan oleh Zainal Abidin, Lc, da’i resmi Al Sofwah. Dengan penuh gegap gempita, para pengagum dakwah Turotsi ini menyebarkan lewat SMS, milis, situs-situs, “Mohon kesediaan antum untuk menyampaikan kepada keluarga, tetangga, teman, karib kerabat”. Dakwah Tauhidkah di televisi tersebut ? Tentu tidak, dakwah yang mudah diterima yakni fiqh pernikahan berjudul “Indahnya Pernikahan Dini”[19], ada yang mengabarkan bertema “Langkah Serasi Menuju Keluarga Islami”.

Apa yang akan terjadi ? Pemirsa yang mengaku bermanhaj Salaf tadi akan menyaksikan rangkaian dakwah plus-plus. Dakwah plus iklan televisi, dakwah plus musik, dakwah plus maksiat. Hal itu tidak dapat dihindari mengingat stasiun TV pada umumnya demikian. Selepas acara Hikmah Pagi, pemirsa yang memang hobi nonton TV terus mengikuti acara tersebut, ketika bosan, ganti stasiun televisi. Begitu seterusnya.

Mau tahu acara lain di TVRI yang ‘nyeleneh’ itu ? Menurut situsnya, acara TVRI setiap harinya diawali dengan diputarnya lagu, lantas acara yang ‘diidam-idamkan’ itu, Hikmah Pagi. Acara lainnya yang dapat disimpulkan mengerikan dari judulnya saja misalnya, Gebyar Keroncong, Ketoprak, Ngejinggo Bareng Slank, Sinetron Kolosal, Gerai Musik, Tembang Anyar, Festival Nasyid, Kamera Ria, Dangdut Pro, Country Road, Bintang Kampung dst.

Itulah prinsip dakwah dari dalam yang ‘bercampur aduk di dalam’, membersihkan dan menjernihkan air selokan satu demi satu agar siap diminum, demikianlah mereka menghabiskan umur dan waktunya. Allahul musta’aan. Padahal air jernih dari berbagai mata air pegunungan serta air Zam-Zam yang bersih masih banyak tersedia.

Tentu saja pada kesimpulannya, bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, bapak Mubarok, Randi, Afifi, Arifin Riddin, Zainal, Aris Munandar, Yazid Jawwas, ibu nnur, dkk, para pendakwah dari dalam tidak akan berani membawa prinsip-prinsip Manhaj Salafus Shalih, yakni dakwah Tauhid, mengenal Allah Ta’ala, Asma’ dan Sifat Allah, Rububiyyah, Uluhiyyahnya, menentang bid’ah secara terbuka, membela Sunnah Rasulullah yang asing, dst.

Ada baiknya pembaca menyimak kembali terjemahan dari fatwa Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah disini. “Televisi dewasa ini, 99% banyak menayangkan nilai-nilai atau faham-faham kefasikan, perbuatan dosa, nyayian haram, ataupun perbutaan yang mengumbar hawa nafsu, dan lain-lain sejenisnya. Hanya 1 % tayangan televisi yang dapat diambil manfaatnya. Jadi kesimpulan hukum televisi itu dilihat dari penayangan yang dominan. Jika telah terdapat Daulah Islamiyah, dan dapat menerapkan kurikulum ilmiah yang berfaedah bagi umat, maka berkaitan dengan televisi untuk saat itu; saya tidak hanya mengatakan boleh (jaiz) tetapi wajib hukumnya.”[20]

Fatwa Ulama tentang memperbaiki dari dalam
Adakah penjelasan gamblang dari para Ulama terkait berdakwah dari dalam yang banyak dipraktekkan para dai tersebut? Mengingat ‘dakwah dari dalam’ tersebut belum ada kenyataan keberhasilannya, misalnya berhasil menghilangkan stigma gaulnya dengan hizbi, pudarnya batas-batas pergaulan antara Ahlussunnah dan Ahlul bid’ah. Juga dituntut pula mereka berhasil memurnikan pemahaman muridnya, untuk berpemahaman lurus, tegas bersikap sesuai manhaj Salafus Shalih dst. Berikut salah satu penjelasan asy Syaikh Abu Yasir Khalid ar-Raddadi hafidhahullah untuk menyingkap syubhat para SuperMan yang begitu semangat memperbaiki dari dalam.

Al Ustadz Muhammad Wildan pada tanggal 17 Dzulhijjah 1423/ 19 February 2003 bertanya pada syaikh Khalid ar- Raddadi : “Apa bantahan anda terhadap perkataan sebagian da’i tentang bolehnya bergaul dengan firqah-firqah atau jama’ah-jama’ah yang ada dengan alasan untuk memperbaiki dari dalam ?”
Syaikh Kholid menjawabnya  : “Yang pertama, perbaikan dari dalam bukan berarti bahwa engkau tetap bersamanya. bentuk pengingkaran paling kecil adalah tindakanmu memisahkan diri darinya. Pengingkaran terkecil itu adalah tindakanmu memisahkan diri darinya, tidak bergaul dengannya. Adapun apabila engkau tetap bersama mereka, bergaul dengan mereka, mendiamkan kemungkaran-kemungkaran mereka, maka tidak akan terjadi perbaikan pada diri mereka dan tidak pula pada dirimu.
Jadi, perkataan seperti itu adalah perkataan yang tidak benar. Khususnya jika disana ada saudara-saudara salafiyyun, hendaknya saudara-saudara kita yang salafiyun tersebut menyeru, menda’wahi mereka dan menasehati mereka dari/dalam keadaan jauh dari mereka. Apabila mereka menerima nasehat tersebut, Dan juga apabila diantara mereka ada  yang menerima kebenaran, Alhamdulillah …(ada perkataan yg tidak jelas)… bahwa bentuk pengingkaran yang paling kecil adalah memisahkan diri dari mereka. Tidak bersama mereka dan tidak bermajlis dengan mereka sebab tidak akan tercapai bentuk pengingkaran apabila seseorang itu tetap bersama mereka, mereka/kaum muslimin tidak memahami ketika seseorang tetap bersama suatu kelompok yang mempunyai penyimpangan, bahwa orang tersebut mengingkari manhajnya.
Ketika meninggal Abu Rawwaad, manusia pada waktu itu melihat Sufyan ats-Tsawry, mereka mengatakan “Sufyan (Sufyan ats-Tsawry) akan menyolatkan orang tersebut”. Kemudian ketika Sufyan tidak menyolatkan orang tersebut ditanyakan kepada beliau, “mengapa kamu tidak menyolatkannya”. beliau menjawab, “agar manusia tahu bahwa ia seorang mubtadi’”.
Jadi, agar manusia tahu bahwa ia seorang mubtadi’, terutama apabila orang yang tidak menyolatkan tersebut adalah seorang yang mempunyai kedudukan dan derajad yang tinggi di tengah-tengah masyarakat. “

Syaikh juga menjelaskan, “Masyaa Allah, ada seseorang yang berani pergi bersama ahlul bid’ah/orang-orang yang menyimpang, bermajelis dengan mereka dengan mengatakan, “Saya akan menasihatinya” dan ia merasa aman terhadap dirinya dari fitnah. Ini adalah termasuk musibah paling besar dan termasuk pintu yang dijadikan oleh Syaithan untuk menjerumuskan banyak manusia. Dimana banyak dari kalangan manusia yang berhujjah bahwa mereka ingin menasihati dengan bergabung dengan mereka atau dengan  alasan untuk memperbaiki dari dalam seperti yang telah disebutkan sebelum ini atau yang semisalnya, yang pada akhirnya akan menjadikan ia seorang pentolan dari kalangan pentolan mereka (yaitu ahlul bid’ah).
Dan telah diriwayatkan dari Imran bin Hithaan dan ia adalah seorang rawi yang telah dikeluarkan oleh Imam Al-Bukhaary dalam shahihnya. Dan Imran bin Hithaan ini pada akhirnya menjadi salah seorang pimpinan dari al-Khawaarij padahal sebelumnya dia adalah pemimpin Ahlus Sunnah. Imran bin Hithaan mempunyai seorang sepupu perempuan dan sepupu perempuannya ini adalah seorang pentolan dari kalangan khawaarij. Imran bin Hithaan berkata, “Saya menikahi sepupu perempuan saya tsb agar saya bisa mengembalikannya kepada sunnah”. Maka Imraan bin Hithaan menikahi sepupunya tsb kemudian akhirnya ia berubah menjadi salah seorang pemimpin al-Khawaarij.
Jadi seseorang itu jangan merasa aman dari fitnah thd dirinya dengan bergaul dengan ahlul bid’ah, bermajelis dengan  mereka, mendengarkan kajian2 mereka dan bergaul dengan  mereka. Bagaimana mungkin ia merasa aman dari fitnah thd dirinya dan ini merupakan suatu keberanian, yaitu keberanian yang besar dari kalangan pemuda saat ini. Seseorang yang merasa percaya diri dan tidak khawatir fitnah akan menimpa dirinya. Dan di dalam sebuah hadits yang disebutkan oleh Ibnu Bathah dalam kitabnya al-Ibaanah, Dan ini adalah hadits shahih dari sabda Nabi ‘Alayhi Shallaatu Wasallam, ” Barang siapa diantara kalian yang mendengar ttg kedatangan Dajjal maka janganlah ia mendatanginya.” Demikian hadits ini disebutkan oleh Ibnu Bathah dalam kitabnya al-Ibaanah. Dan Ibnu Bathah berdalil dengan hadits ini ttg tidak bolehnya mendatangi ahlul bid’ah dan bermajelis dengannya. Hendaknya ia jangan pergi sekalipun ia tahu bahwa itu adalah dajjal bahwa ia adalah seorang yang kadzab/pendusta. Sekalipun ia mendengar kedatangannya dan ia yakin itu adalah dajjal tapi hendaklah ia tidak pergi karena dikhawatirkan ia akan tertimpa fitnah.” (Dikutip dari http://tazhimussunnah.files.wordpress.com/2008/01/dialog-ustadz-wildan-dengan-as-syaikh-abu-yasir-khalid-ar-raddadiy.pdf)

Ada pertanyaan yang disampaikan kepada Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah. Bagaimanakah masuk menjadi anggota kelompok-kelompok yang ada dengan tujuan ingin memperbaiki dari dalam?
Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menjawabnya : “Adapun berkunjung untuk mendamaikan di antara mereka, mengajak dan mengarahkan kepada kebaikan dan menasehati mereka, dengan tetap berpijak di atas jalan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah maka tidak apa-apa. Adapun menjadi anggota mereka maka tidak boleh. Dan jika mengunjungi Al Ikhwanul Muslimin atau Jamaah Tabligh dan menasehati mereka karena Allah seraya berkata: “Tinggalkanlah oleh kalian fanatisme, wajib bagi kalian (menerima) Al Qur’an dan As Sunnah, berpegang teguhlah dengan keduanya, bergabunglah kalian bersama orang-orang yang baik, tinggalkanlah perpecahan dan perselisihan”, maka ini adalah nasehat yang baik.” (At Tahdzir Minattafarruqi Wal Hizbiyyah, hal. 15-16) (Dikutip dari http://assalafy.org/al-ilmu.php?tahun3=13)

Fakta tentang dakwah dari dalam
Partai politik Ikhwanul Muslimin adalah contoh menyedihkan dari prinsip dakwah dari dalam, merekalah pendahulunya. Masuk parlemen dengan alasan berdakwah dari dalam, menegakkan syariat Islam. Setelah memperoleh kursi dan kedudukan? Kalkulasi politik yang dikedepankan, kompromi dan jual prinsip agar para simpatisan dan pemilih tidak lari. Agama dan syariat? Hanyalah lipstik ketika dulu berkampanye. Ketika Ikhwanul Muslimin menguasai Sudan, gereja terbesar malah berdiri megah di ibukota Khartoum, para menterinya mayoritas Nasrani. Untuk apa semua ini mereka lakukan? Dalam rangka menegakkan syari’at Islam? Tentu tidak!! Berpolitik telah menuntut anda untuk jual prinsip dan harga diri bahkan prinsip agama harus siap anda gadaikan dan jual! Tidak ada yang mau melakukannya kecuali para petualang politik yang mengejar gemerlapnya kenikmatan duniawi. Tentulah bukan perkara luar biasa jika yang melakukannya adalah partai-partai dengan platform sekuler atau liberal, yang menjadi masalah besar adalah mereka mengklaim sebagai partai Islam dan berjuang untuk menegakkan syariat Islam!! Kalau anda tidak merasa puas dengan “kepandaian” Ikhwanul Muslimin dalam menegakkan syariat Islam di Sudan maka di negeri ini (Indonesia) lihatlah bagaimana mereka menjadikan pemasalahan aqidah sebagai barang dagangan dan jual beli untuk mencari muka:
“Bersama Galungan & Kuningan Kita Hiasi Kehidupan Dengan Darma”!
http://img90.imageshack.us/img90/5244/ikhwanulmusliminimdibaldj2.jpg

Engkau lempar kemana slogan penegakan dan penerapan syariat Islam (wahai para politikus Islam! Para Muslim Negarawan!) sebagaimana teriakan janji-janji kalian di podium-podium kampanye? Bagaimana kalian hendak menghiasi hidup kalian dengan syariat Islam jika Darma Hindu yang menjadi hiasan kehidupan kalian?! Ketika kalian mengajak diri-diri kalian sendiri untuk menerapkan Darma Hindu makasungguh itu adalah urusan kalian sendiri dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.Tetapi ketika kalian menyeru kepada seluruh masyarakat untuk mengamalkan kepada Darma Hindu maka seketika itu pula seruan kepada kesesatan dankekafiran ini menjadi urusan seluruh kaum muslimin untuk membungkam dan menjelaskan kebatilannya!
Kita berlindung kepada Allah dari segala perbuatan yang dapat mengantarkan kepada kekufuran.
Tetapi demikianlah, jual prinsip dan gadaikan prinsip telah menyingkap kebohongan janji-janji kosong penerapan syariat Islam. Islam hanyalah barang dagangan untuk menggaet mayoritas pemilih Muslim. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Mencetak generasi hura-hura dan hore-hore:
http://img230.imageshack.us/img230/2888/hurahoreepu5.jpg

Demikianlah contoh berharga politik omong-kosong penegakan syariat Islam, ya ‘dakwah dari dalam’ dan menghancurkan diri di dalam sana. Mereka akhirnya menggunakan sistem demokrasi ala Yunani tersebut dan menghiasinya sebagai demokrasi Islam. Sangat tragis bahwa demikian pula halnya ‘dakwah dari dalam’ para dai kondang yang mengaku Salafi.

Tragis memang, banyak kelompok yang telah ‘menguasai’ masjid dengan berbagai kegiatannya yang cenderung berpemahaman miring. Sehingga panitia kajian Islam Salafy perlu waspada dalam memilih masjid untuk tempat kajiannya. Masjid yang diwakafkan untuk umum, tidak menjadi simbol dakwah partai tertentu, menghadirkan ustadz Salafy, dengan panitia dari ikhwan Salafy sendiri, ini jelas paling aman. Juga waktu kajian sebaiknya menghindari hari-hari besar selain dua Ied, dikhawatirkan dianggap ikut merayakannya. Sponsor-sponsor pendukung yang juga mendukung kegiatan hizbiyyah, bid’ah, maksiat dkk, sebaiknya dibuang jauh-jauh.

Walhamdulillah, sekian banyaknya kajian Salafy yang ada, tidak satupun yang bercampur dengan hizbi dalam kepanitiaan kajian maupun ustadznya. Adapun Turotsi? Duh, slogannya selalu sedang ‘DAKWAH dari dalam’ (dan… babak-belur agamanya di dalam) ya akhi… Maunya mewarnai apa mau dikata jika kenyataan akhirnya malah berubah menjadi warna-warni tak berbentuk. Ingin mempercantik malah terkena infeksi di sana-sini. Wallahul musta’aan.

Abu Abdillah Ibrahim

Footnote:
[1]  http://img329.imageshack.us/img329/1223/presensistainnp2.jpg
[2] http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2007/05/28/benar-mubarak-bergabung-dengan-jil-di-sarangnya/
[3] Simak gabungnya tokoh PK al Ikhwani dengan dai Al Irsyad di masjid Al Irsyad sebagai berikut http://img205.imageshack.us/img205/963/file24ya5.jpg , http://img407.imageshack.us/img407/9953/file24ckt4.jpg , http://img407.imageshack.us/img407/5003/file24bhh6.jpg
[4] http://img71.imageshack.us/img71/4380/pesertadaurahalirsyad14da8.jpg
[5] http://www.stas.ac.id/buku-tamu.php?p=30
[6] http://www.megaone.com/kompak/profil4.htm
[7] Dalam profil PP Isy Karima, memang disebutkan bahwa PP tersebut dibidani oleh para pengurus DDII perwakilan Jawa Tengah  http://isy-karima.com/index.php?option=com_content&task=view&id=18&Itemid=35
[8] http://www.stas.ac.id/tentang-kami/struktur-organisasi.php
Sungguh anda sekalian tidak akan menyangka bahwa ustadz Randi Lc yang ramah kepada akhwat dan nyata-nyata bergandengan dakwah dengan elemen-elemen teroris Khawarij inilah yang begitu garang dan ganas pada tahun 2005 mengirim email (setelah pembubaran LJ)  dan memvonis ex-LJ sebagai bajingan-bajingan Khawarij! Berikut nukilan email ganasnya:
“From Forum Konsultasi Terpadu Al-Islam Sun Sep 25 23:53:13 2005
[email protected]
ass.wr.wb,
kalian memang orang-orang Berkepala Batu Dan Tahu Malu (???!-peny). serta Tidak Punya Muka And Muka Tembok(???!-peny).
…JADI RENUNGKANLAH BAJINGAN-BAIJNGAN KHAWARIJ. sebelum Allah membuka borok-borok kalian yang menjijikkan.
Atau KALO KALIAN MASIH PUNYA NYALI DAN JANTAN MANA PEMBESAR-PEMBESAR KALIAN, YA BAJINGAN KHAWARIJ YANG MENGAKU SALAFY, INILAH TANTANGAN RANDI FIDAYANTO, jika kalian memang orang-orang yang benar.
…JANGAN KALIAN WAHAI PEMBESAR-PEMBESAR KHAWARIJ YANG BISANYA MENIPU DAN MENDOKTRIN BEBEK-BEBEK YANG TIDAK PUNYA DALIL.

Randi Fidayanto, Lc
Purwokerto

Maka kita tanyakan kepada ustadz yang bahasanya “kacau balau” di atas: “Kalau anda begitu yakinnya menghukumi isi hati-hati kami ini sebagai bajingan-bajingan Khawarij (padahal kami telah menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa kami telah bertaubat dan rujuk kepada Al Haq) lalu apa sebutan yang pantas dan tepat bagi orang-orang semacam anda yang secara sadar sesadarnya bertemanan dan bekerjasama sependapatan dengan “bajingan-bajingan Khawarij” dari NII?! Kalau anda bukanlah seorang pendusta sebagaimana teman-teman kondang anda, tunjukkanlah kepada seluruh umat Islam dengan bukti nyata yang kami tidak akan mampu mengingkarinya bahwa kami (setelah pembubaran LJ) pantas untuk dicap sebagai bajingan-bajingan Khawarij!! Bagaimana mungkin tahun 2005 anda begitu percaya diri menuding kami sebagai bajingan-bajingan Khawarij padahal justru kamilah yang memegang bukti bahwa bajingan-bajingan Khawarij itu ada ditengah-tengah barisan anda!http://img242.imageshack.us/img242/3249/khawarijalmukmindarusyact1.jpg Ataukah anda yang berkepala batu and tak punya malu sedang mengeluarkan jurus Maling Teriak Maling, Sembunyi dibalik dinding tembok and muka tembok?  
[9] http://www.fti-uii.org/index.php?option=com_wrapper&Itemid=233
[10] http://img292.imageshack.us/img292/5490/pesertadaurahalirsyad10hg6.jpg
[11] http://img389.imageshack.us/img389/4930/dalamsekatenza3.jpg
[12] http://img382.imageshack.us/img382/3844/sii2007qi9.jpg
[13] http://img143.imageshack.us/img143/4407/dalamsyuhada2tl0.jpg
[14] http://img143.imageshack.us/img143/9913/dalamtarunact4.jpg
[15] http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2008/03/10/aris-munandar-bapak-pramuka-jogjakarta/
[16] http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2007/03/19/ddii-bukan-sekadar-organisasi-biasa/
[17] http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2008/01/15/abdul-hakim-abdat-pakar-hadits-indonesia/
[18] http://tukpencarialhaq.wordpress.com/2007/04/15/antara-ddii-dan-yazid-jawas-bukan-sekedar-‘ngaji”/
[19] http://groups.yahoo.com/group/assunnah/message/38310
[20] http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=440