TIDAK DEMIKIAN, WAHAI SYAIKH MUHAMMAD BIN HADY!!
Perbedaan antara Ulama Besar dengan Seorang Pemuda
✒️ Asy-Syaikh Abu Ammar Ali bin Husain al-Hudzaify hafizhahullah
Salah seorang ikhwah mengirimkan kepada saya sebuah selebaran salah satu mahasiswa di fakultas hadits di Universitas Islam Madinah yang di dalamnya dia menyebutkan bahwa asy-Syaikh Muhammad bin Hady mengatakan, “Saya tidak akan mencabut kembali ucapan saya terhadap sha’afiqah itu, ini tidak pernah terjadi dan tidak akan terjadi, dan saya memberi udzur kepada asy-Syaikh Rabi’, beliau orang tua kita, seorang mujahid, ahli ibadah, dan zuhud.”
Asy-Syaikh Muhammad bin Hady juga mengatakan, “Asy-Syaikh Rabi’ telah menyelisihi saya dalam menyikapi Safar al-Hawaly dan beliau mengatakan, ‘Jangan mentahdzirnya!’ Kemudian beliau sepakat dengan saya dan mentahdzirnya. Beliau juga menyelisihi saya dalam menyikapi kelompok Haddadiyyah yang pertama seperti al-Maliky dan Basymil, sedangkan saya telah mentahdzir mereka, dan beliau mengingkari saya. Namun akhirnya beliau mentahdzir mereka.”
Kemudian saya (muridnya yang menukil, Abul Harits Khalid) katakan kepada beliau (Muhammad bin Hady), “Demikian juga dalam menyikapi Sulthan al-Ied bersama asy-Syaikh Ubaid…”
Lalu beliau (Muhammad bin Hady) menjawab, “Ya, saya telah mentahdzirnya, kemudian mereka (para ulama) mentahdzirnya.”
Saya katakan:
1⃣ Asy-Syaikh Muhammad bin Hady telah bersikap buruk terhadap asy-Syaikh Rabi’ –sadar atau tidak sadar– karena mengesankan kepada para pendengar bahwa asy-Syaikh Rabi’ tidak mengetahui keadaan mereka di awal mula, dan bahwasanya asy-Syaikh Muhammad bin Hady telah mengetahui keadaan mereka sebelum asy-Syaikh Rabi’.
Hal ini tidak benar, Salafiyyun –termasuk asy-Syaikh Muhammad bin Hady– berhutang kepada kebaikan besar para ulama yang sedikit saja jumlah mereka yang mereka memiliki keutamaan –setelah Allah– dalam menyingkap orang-orang yang berbaju salafiyyah di Arab Saudi. Dan secara khusus dari para ulama tersebut adalah asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhaly hafizhahullah dan asy-Syaikh Muhammad Aman al-Jamy rahimahullah.
Jadi asy-Syaikh Muhammad bin Hady –yang ketika itu masih muda– termasuk orang yang bergantung kepada mereka dalam mengetahui kesalahan orang-orang yang menyimpang tersebut. Dan sesungguhnya saya memohonkan perlindungan untuknya dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari menyandarkan perjuangan para ulama kepada dirinya sendiri, mengurangi hak mereka, dan merasa kenyang dengan hal-hal yang tidak diberikan kepadanya.
2⃣ Asy-Syaikh Rabi’ dahulu mengetahui keadaan mereka dengan baik, hanya saja ulama besar Rabi’ bin Hady berbeda dengan pemuda Muhammad bin Hady dalam masalah tahdzir saja yang mendahului para ulama, jadi beliau sepakat dengan Anda tentang penyimpangan mereka, namun berbeda dengan Anda dalam masalah tahdzir saja yang mendahului para ulama. Jadi ulama terkadang menyuruh untuk menjelaskan penyimpangan-penyimpangan seseorang, namun disertai dengan nasehat dan bersabar terhadapnya. Atau terkadang mereka menyuruh untuk berdamai dengan orang yang menyelisihi kebenaran dan memberinya kesempatan untuk bertaubat di awal mula, agar hujjah tegak atasnya. Hal itu seperti guru kita asy-Syaikh Rabi’ berusaha untuk mendamaikan Anda dan Safar al-Hawaly dengan mengatakan, “Saya katakan wahai para pemuda, tinggalkan hal ini, Muhammad bin Hady dan Safar bersaudara, keduanya telah berpelukan, lupakanlah hal-hal ini!”(1)
Jadi perkataan beliau ini menguatkan apa yang telah kita sebutkan bahwa asy-Syaikh Rabi’ tidak menyuruh untuk mendiamkan kesalahan Safar al-Hawaly karena beliau tidak mengetahui keadaannya, tetapi karena di sana ada perdamaian yang diperintahkan oleh masyayikh. Jadi asy-Syaikh Rabi’ ingin komitmen dengannya di hadapan para ulama, dan beliau menjadi orang tua bagi semua pihak. Hal itu sebagai bentuk membebaskan diri dari tanggung jawab di hadapan Allah Ta’ala, dan agar semua ulama mengetahui bahwa manhaj salaf bukan pembantaian yang menghabisi orang yang menyimpang sejak awal nampaknya kesalahan-kesalahannya, tetapi mereka adalah orang-orang yang penyayang yang mengambil tangannya untuk diajak kembali ke jalan yang benar, kecuali jika dia terus menerus dalam kesesatan.
3⃣ Asy-Syaikh Rabi’ telah melarang Anda dari mendahului para ulama, dan sikap yang benar dalam hal tersebut bersama asy-Syaikh Rabi’, jadi sesungguhnya dahulu ketika itu Anda masih seorang pemuda, maka bagaimana Anda boleh mendahului para ulama?!
Jadi asy-Syaikh Rabi’ menempuh jalan yang kokoh dan kuat yang tidak memberi jalan sedikitpun kepada ahli bid’ah untuk menyerang beliau. Cara yang beliau lakukan adalah dengan menyingkapkan kesesatan orang-orang yang menyimpang kepada para ulama, kemudian para ulama yang mengeluarkan fatwa-fatwa yang memvonis orang-orang yang menyimpang itu.
Jadi asy-Syaikh Rabi’ tidak sendirian dalam memvonis orang lain, tetapi beliau melibatkan para ulama yang lain dalam mengetahui penyimpangan mereka.(2)
Kesimpulannya asy-Syaikh Rabi’ bin Hady ingin Anda menyerahkan kewenangan kepada para ulama biarlah mereka yang mentahdzir, sehingga Anda jangan mendahului mereka sedikitpun! Karena jika Salafiyyun yang menyingkap orang-orang yang menyimpang yang disusupkan dalam dakwah salafiyyah dan mereka pula yang mengeluarkan vonis terhadap mereka, maka para ulama akan mengatakan tentang Salafiyyun, “Apakah kalian pihak yang bersengketa sekaligus hakim yang mengadilinya?!”
Jadi asy-Syaikh Muhammad bin Hady menyebutkan lembaran-lembaran lama ini dengan menganggap bahwa itu adalah lembaran-lembarannya yang terpuji, padahal tidak demikian, bahkan sebenarnya itu adalah termasuk lembaran-lembaran asy-Syaikh Rabi’ bin Hady yang terpuji, dan alangkah banyaknya hal itu.
Itu adalah lembaran-lembaran yang memang benar-benar terpuji, padanya terdapat ilmu, kejelian, penjelasan bagi manusia, keberanian dalam menyampaikan kebenaran secara terang-terangan, menghadang orang yang menyimpang, kemudian kasih sayang dan kelembutan kepada orang yang menyelisihi kebenaran, dan memberinya kesempatan untuk bertaubat.
Dan saya akan mengingatkan asy-Syaikh Muhammad bin Hady tentang sebuah hal yang mungkin beliau telah lupa, dan saya berharap beliau tidak melupakannya:
Termasuk perkara yang telah diketahui adalah bahwa guru kita asy-Syaikh Rabi’ bin Hady dahulu kebiasaan beliau adalah menunjukkan kepada para ulama kitab-kitab beliau yang isinya bantahan terhadap orang-orang yang menyimpang, agar para ulama memberi pengantar bagi kitab beliau, dengan tujuan untuk menunjukkan kepada para ulama penyimpangan orang-orang yang beliau bantah yang menyelisihi kebenaran itu, mengeluarkan kalimat yang menjelaskan keadaan mereka, dan hal-hal yang lainnya, dan bukan karena beliau butuh agar para ulama meneliti kembali isi kitab yang beliau tulis tersebut.
Asy-Syaikh Muhammad bin Hady sendiri pernah mengatakan kepada guru kita asy-Syaikh Rabi’:
يا شيخ ربيع، أنت عندنا كالحديث الصحيح لذاته، لا نحتاج منك أن تأتي لك بشواهد تقويك.
“Wahai Syaikh Rabi’, Anda di sisi kami seperti hadits yang shahih karena memang hadits itu sendiri sudah shahih dari asalnya, kami tidak membutuhkan dari Anda untuk Anda datang membawa pendukung yang akan menguatkan Anda.”
Maksudnya tidak butuh kata pengantar dari para ulama untuk Anda. Namun asy-Syaikh Rabi’ memberitahunya bahwa tujuan beliau dari kata pengantar ini adalah perkara-perkara yang lebih jauh dari itu, karena beliau menginginkan para ulama untuk ikut terlibat dalam menyingkap pemikiran-pemikiran yang menyimpang yang masuk ke Kerajaan Arab Saudi, memvonisnya, dan mentahdzirnya, atau yang semakna dengan ucapan ini.
4⃣ Kesimpulannya asy-Syaikh Rabi’ tidak berbeda pendapat dengan Anda tentang bahwa mereka adalah orang-orang yang menyimpang, tetapi hanya berbeda dengan Anda dalam masalah tahdzir saja.
Dari sini pembaca bisa mengetahui bahwa sikap asy-Syaikh Muhammad bin Hady yang menyamakan orang-orang yang mulia yang dia sebut sebagai sha’afiqah dengan orang-orang yang menyimpang seperti kelompok Quthbiyyah dan Haddadiyyah adalah penyamaan yang rusak, karena tentang orang-orang yang menyimpang itu tidak ada seorangpun yang berbeda pendapat bahwa mereka itu adalah orang-orang yang menyimpang, sedangkan orang-orang yang mulia yang dia sebut sebagai sha’afiqah adalah Salafiyyun yang di atas kebaikan yang banyak.
Apakah asy-Syaikh Muhammad bin Hady mampu untuk membuktikan bahwa mereka –Arafat al-Muhammady, Bandar al-Khaibary, Abdul Ilah ar-Rifa’iy, dan bersama mereka Ali al-Hudzaify dan Yasin al-Adny– lebih hina dibandingkan orang-orang dari kelompok Ikhwanul Muslimin, sebagaimana yang dia sebutkan dalam pelajaran Syarh al-Wasithiyyah di masjid Badr al-Utaiby?!
Bagaimana mungkin akan diterima tuduhan zhalim Anda terhadap saudara-saudara dan anak-anak Anda dengan menyatakan bahwa mereka lebih rendah dibandingkan Ikhwanul Muslimin, sedangkan sebagian mereka –dari orang-orang yang Anda tuduh secara dusta– tinggal di rumah mereka dan tidak berani keluar karena takut terhadap kejahatan Ikhwanul Muslimin dan selain mereka?!
Perkara Anda sangat aneh sekali wahai Syaikh Muhammad, dan yang lebih aneh lagi dibandingkan Anda adalah orang-orang yang membenarkan (baca: membebek buta –pent) tuduhan Anda, seakan-akan mereka tidak memiliki akal!!
5⃣ Saya menganggap tidak masalah untuk menyebutkan sebuah pesan yang dikirimkan kepada saya oleh salah seorang ikhwah yang mulia karena mengandung faedah, di samping dengan menghapus beberapa nama yang dia sebutkan agar kita tidak membuatnya merasa keberatan. Dalam pesannya tersebut dia mengatakan:
“Dahulu saya bersimpati dengan asy-Syaikh Muhammad bin Hady di awal masalah ini karena kecintaan saya kepada beliau dan karena menganggap beliau sebagai seorang ulama salafy. Tetapi tatkala saya melihat dengan mata kepala sendiri dan mendengar dengan kedua telinga saya beliau memperbanyak orang-orang yang hina, mumayyi’ (lembek manhajnya), dan orang-orang yang berpenyakit dari kalangan orang-orang yang mati karena jatuh atau karena kena tanduk di sini di… mereka giat dan semangat, padahal dahulu mereka tuli dan bisu, maka saya menyadari bahaya dari apa yang dilakukan oleh asy-Syaikh Muhammad bin Hady –semoga Allah memberi beliau hidayah– dan saya menangkap sinyal bahwa beliau telah memberi mereka suntikan penyemangat dan dosis tertentu di pembuluh darah, sehingga nampak apa yang dahulu mereka pendam dalam hati mereka dan apa yang mereka sembunyikan dalam dada mereka terhadap asy-Syaikh Rabi’ dan asy-Syaikh Ubaid, dan saya menangkap sinyal bahwa manhaj salaf terasa berat dalam hati mereka.”
Ini pesan yang dia kirim, dan demi Allah saya tidak menambahkan satu kata pun dari saya pribadi kecuali meriwayatkan secara makna.
6⃣ Saya mengingatkan asy-Syaikh Muhammad bin Hady al-Madkhaly tentang beberapa perkara:
Pertama: Ucapannya pada fitnah Abul Hasan datang belakangan, dan beliau serta orang lain tidak mentahdzirnya kecuali setelah mereka menelaah sebuah kaset Abul Hasan yang isinya Abul Hasan membela Ikhwanul Muslimin, dan kaset ini kami kirim dari Aden kepada masyayikh di Madinah bersama al-Akh al-Fadhil Abdur Rauf Ibad, dan setelahnya barulah asy-Syaikh Muhammad bin Hady berbicara. Sedangkan guru kita asy-Syaikh Rabi’ telah mengetahui keadaan Abul Hasan beberapa tahun sebelum asy-Syaikh Muhammad bin Hady, dan asy-Syaikh Rabi’ telah membantah Abul Hasan sebelum masyayikh Madinah, sebagaimana yang telah diketahui.
Kedua: Asy-Syaikh Muhammad bin Hady tidak kami jumpai ucapan beliau tentang fitnah Yahya al-Hajury kecuali ucapan sedikit saja yang datang belakangan.
Ketiga: Manusia –orang-orang awam dan selain mereka– telah mengetahui hakekat yang sebenarnya tentang Muhammad al-Imam di Yaman, dan mereka mengetahui berbagai kesesatan dan penyimpangan-penyimpangannya, sementara asy-Syaikh Muhammad bin Hady hingga sekarang tidak memiliki ucapan yang jelas tentang masalah Muhammad al-Imam.
Ini merupakan perkara yang bisa disaksikan tanpa perlu bukti. Jika ucapan saya keliru, maka kita menunggu asy-Syaikh Muhammad bin Hady untuk memvonis Muhammad al-Imam sebagai seorang ahli bid’ah berdasarkan penyimpangan-penyimpangan yang ada pada dirinya.
✒️ Ditulis oleh: Abu Ammar Ali al-Hudzaify
📆 9 Rajab 1439 H
🖥 Sumber tulisan = https://t.me/dourous_machaikhaden2/4778
✅ ALHAMDULILLAH SELESAI ✅
🌐 Channel Telegram = https://t.me/jujurlahselamanya
CATATAN KAKI:
(1) Dari selebaran fanatikus Muhammad bin Hady dengan judul:
مواقف سبق بها الشيخ محمد هادي شيخه ربيع بن هادي.
(Screenshot terlampir di bawah –pent)
2) Di akhir-akhir ini –ketika membantah al-Halaby, al-Maghrawy, dan yang lainnya– beliau mengeluarkan vonis sendiri terhadap mereka, maka ketika beliau ditanya tentang rahasia mengapa beliau sekarang mengeluarkan vonis sendirian padahal beliau dahulu tidak mengeluarkan vonis, beliau menjawab, “Para ulama yang saya tulis penilaiannya adalah semisal Samahatus Syaikh Ibnu Baz, asy-Syaikh Ibnu Utsaimin, dan selain keduanya, sedangkan hari ini mereka sudah tidak ada lagi.”
🔆👣🔆👣🔆👣🔆👣🔆
⚔️🛡Anti Terrorist Menyajikan Bukti & Fakta Yang Nyata
📠 Channel Telegram: http://telegram.me/tp_alhaq
🌎 http://tukpencarialhaq.com || http://tukpencarialhaq.wordpress.com
•┈┈•┈┈•⊰✿✒️✿⊱•┈┈•┈┈•